BAB II LANDASAN TEORI. tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kelahiran nya, perbankan syariah yang dilandasi dengan dua

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB II PRINSIP PRINSIP BAGI HASIL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORI. konsekuensi yang mengikutinya sebagai badan hukum.

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

PENILAIAN CAPACITY ANGGOTA DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KSPPS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG SEMARANG KOTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUDHARABAH. dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal)

BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN TENTANG IMPLEMENTASI SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

BAB II LANDASAN TEORI

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB II LANDASAN TEORI. skim pembiayaan syari ah. Dibawah ini akan dijelaskan pengertian tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi mudharabah berasal dari akar kata dharb (,(ضرب yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Bank Syariah Pengertian Bank Syariah Muhammad (2005;13)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING

BAB III TRANSAKSI SERTIFIKAT INVESTASI MUD}A<RABAH ANTARBANK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Islam belum mampu menjalankan syariat Islam secara total (kaffat) dalam

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tabungan

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Pada UU No.21 Tahun 2008 dijelaskan mengenai Perbankan Syariah dan Bank syariah. Perbankan Syariah adalah segala yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan segala aktivitas usahanya berdasarkan pada prinsip syariah. Menurut jenisnya bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Kehadiran perbankan berfungsi melayani masyarakat di daerah pedesaan atau pinggiran atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking diakomondasi dalam bentuk lembaga Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Lembaga keuangan ini dibutuhkan oleh masyarakat di daerah pedesaan atau pinggiran yang belum terjangkau oleh bank umum, baik dari segi penyimpanan dana nasabah maupun segi pembiayaan (Al Arif, 2012). Keberadaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) diajukan untuk dapat memberikan layanan perbankan secara mudah, cepat, dan sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha kecil, menengah dan mikro baik di pedesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum (Adnan dan Purwoko, 2013) 6

7 B. Akad 1. Pengertian Akad Hampir semua aktivitas dalam menjalankan bisnis ditentukan dengan akad. Karena akad menjadi salah satu memperolehan harta yang sesuai dengan syariat Islam. Menurut Kompilasi Hukum Syariah, akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua belah pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan hukum tertentu (Mardani, 2012). Akad adalah ikatan yang menimbulkan hubungan yang kokoh antara dua belah pihak, mengakibatkan iltizam serta melahirkan hak dan kewajiban (Mujahidin, 2016). 2. Rukun dan Syarat Akad Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk akad, terdiri dari: a. Al-Aqid atau pihak-pihak yang berakad adalah orang, persekutuan, atau badan usaha yang memiliki kecakapan dalam melaksanakan perbuatan hukum. b. Shighat atau perbuatan yang menunjukkan terjadinya akad berupa ijab dan kabul. c. Al-Ma qud alaih atau objek akad adalah amwal atau jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan masing-masing pihak. d. Tujuan pokok akad. Tujuan akad itu jelas dan diakui syara dan tujuan akad itu berkaitan dengan berbagai bentuk yang dilakukan.

8 Syarat akad juga harus terpenuhi agar akad itu sah. Adapun syaratsyarat itu sebagai berikut: a. Syarat adanya sebuah akad adalah sesuatu yang mesti ada agar keberadaan suatu akad diakui atau syara. b. Syarat sah akad adalah tidak terdapatnya lima hal perusak sahnya dalam akad yaitu ketidakjelasan jenis yang menyebabkan pertengkaran, adanya paksaan, membatasi kepemilikan terhadap suatu barang, terdapat unsur tipuan dan terdapat bahaya dalam pelaksanaan akad. c. Syarat berlakunya adalah berlangsungnya akad tidak bergantung pada izin orang lain. d. Syarat adanya kekuatan hukum adalah akad baru bersifat mengikat apabila ia terbebas dari segala macam hak untuk meneruskan atau membatalkan transaksi (Mardani, 2012). C. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjalankan suatu usaha untuk usaha perorangan, industri rumahan maupun suatu perusahaan bertujuan membuat kegiatan ekonomi masyarakat dapat berjalan lebih baik. Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) berarti lembaga

9 pembiayaan selaku shahibul maal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan ikatan dan syarat-syarat jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak (Veithzal, 2008). Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No. 07 Tahun 1992 tentang perbankan, menjelaskan dalam pasal 12 pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan kebutuhan pihak yang bersangkutan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tabungan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil yang sudah disepakati di awal akad. 2. Tujuan Pembiayaan Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, perdagangan menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (Yusuf, 2009).

10 3. Prinsip-prinsip Pembiayaan Adapun prinsip pembiayaan sebagai berikut: a. Analisis watak (character) yaitu berhubungan dengan keyakinan pihak bank bahwa calon debitur mempunyai watak, moral dan sifatsifatnya yang positif serta bertanggung jawab khususnya terhadap pembiayaan yang diberikan. b. Analisis kemampuan (capability) yaitu penilaian bank terhadap kemampuan calon debitur untuk melunasi kewajiban-kewajibannya. c. Analisis permodalan (capital) yaitu penilaian pihak bank terhadap jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. d. Analisis jaminan (collateral) yaitu penilaian pihak bank terhadap barang-barang jaminan yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya. e. Analisis kondisi atau prospek usaha (condition of economies) yaitu analisis terhadap situasi dan kondisi perekonomian makro dan pengaruhnya terhadap perkembangan usaha calon debitur (Umam, 2016). 4. Jenis-Jenis Pembiayaan Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dibagi kedalam 2 hal berikut: a. Pembiayaan Produktif yaitu pembiayaan yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk

11 peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. b. Pembiayaan Konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang umumnya perorangan (Karim,2014). D. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau qirad adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya. Keuntungan yang ada dibagi sesuai dengan syaratsyarat yang telah disepakati, sedangkan jika terjadi kerugian, maka dibebankan kepada pemilik harta saja. Sementara orang yang mengusahakan menanggung kerugian dalam usahanya, sehingga tidak perlu diberi beban kerugian yang sama (Umam, 2015). Mudharabah adalah suatu akad kerja sama antara pemilik modal (shahibul mal) dengan pengusaha (mudharib), dimana pemilik modal menyerahkan modal kepada mudharib untuk diproduktifkan. Kemudian, laba yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan (Rozalinda, 2015). Mudharabah adalah akad kerja sama dalam bentuk usaha dari yang memiliki modal (shahibu al-mal) dalam bentuk usaha perdagangan,

12 perindustrian, dan sebagainya dengan keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan seperti dibagi dua, dibagi tiga, atau dibagi empat (Muslim, 2015). Adapun pengertian dari Mudharabah adalah bahwa kegiatan kerja sama mudharabah merupakan jenis usaha yang tidak secara otomatis mendatangkan hasil. Oleh karena itu, penjabaran mengenai untung dari rugi perlu untuk diselipkan sebagai bagian yang integral dari sebuah definisi yang baik (Mujahidin, 2016). Mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Yaya, Rizal., dkk. 2014). 2. Jenis-Jenis Mudharabah Ada dua tipe mudharabah, yaitu mutlaqah (tidak terikat) dan muqayyadah (terikat): a. Mudharabah Mutlaqah adalah pemilik dana memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola untuk menggunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Pengelola

13 bertanggung jawab untuk mengelola usaha sesuai dengan praktik kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf). b. Mudharabah Muqayyadah adalah pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya. Pengelola menggunakan modal tersebut dengan tujuan yang dinyatakan secara khusus, yaitu untuk menghasilkan keuntungan (Arifin, 2009). 3. Dasar Hukum Mudharabah Secara umum, landasan dasar syariah pembiayaan mudharabah lebih mencerminkan anjuran umat muslim untuk melakukan usaha yang sesuai dengan syariat Islam. Adapun dasar hukum yang ada menjadi landasan : a. Al-Qur an Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Muzzammil ayat 20 berbunyi : ل م أ ن س ي ك ون م ن ك م م ر ض ى و آخ ر ون ي ض ر ب ون ف ي ا ل ر ض ي ب ت غ ون م ن ف ض ل ا ه لل و آخ ر ون ي ق ات ل ون ف ي س ب يل ا ه لل ف اق ر ء وا م ا ت ي هسر م ن ه Artinya : Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari

14 sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-qur an. Allah SWT juga berfirman dalam Q.S Al-Jumu ah ayat 10 berbunyi : ف إ ذ ا ق ض ي ت ال هصالة ف ان ت ش ر وا ف ي ا لر ض و اب ت غ وا م ن ف ض ل ا ه لل Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT... b. Al-Hadits Dasar hukum yang kedua yang menjadi rujukan untuk praktik pembiayaan mudharabah antara lain diungkapkan sebagai berikut : Dari Shalih ibn Syuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, Ada tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli secara tangguh, mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk dikonsumsi, bukan untuk dijualbelikan. (H.R IbnuMajjah) 4. Rukun dan Syarat Mudharabah Pada dasarnya faktor-faktor yang harus ada yaitu rukun dalam akad mudharabah adalah:

15 a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) Pelaku akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual beli ditambah satu faktor tambahan, yaitu nisbah keuntungan. Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau amil) b. Objek mudharabah (modal dan kerja) Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksanaan usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berupa uang atau barang. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill, management skill dan lain-lain. c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk meningkatkan diri dalam akad mudharabah, pemilik dana setuju atas kontribusi danannya, sementara pelaksana usaha pun setuju atas kontribusi kerjanya. d. Nisbah keuntungan Nisbah adalah rukun dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang berakad. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapatkan imbalan atas penyertaan modal (Karim, 2014).

16 Untuk sahnya suatu akad mudharabah harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: a. Syarat yang terkait dengan orang berakad, ialah cakap untuk berwakil, menerima wakil, dan tidak disyaratkan keduanya muslim. b. Syarat modal, yaitu: 1) Modal berbentuk uang 2) Modal harus diketahui jumlahnya 3) Modal harus tunai tidak berupa piutang 4) Modal diserahkan kepada pekerja c. Syarat yang terkait dengan laba, yakni: 1) Laba diketahui jumlahnya 2) Laba dibagi menurut ukuran tertentu sesuai dengan kesepakatan (Rozalinda, 2015). 5. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Mudharabah Setiap pembiayaan yang ada di Lembaga Keuangan Syariah memiliki manfaat dan risiko. Adapun manfaat penerapan pembiayaan mudharabah sebagai berikut: a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau

17 hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. c. Pengembalian pokok pembayaran disesuaikan dengan arus kas nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan keuntungan yang konkret dan benarbenar terjadi itulah yang akan dibagikan. Risiko dalam mudharabah, terutama dalam aspek penerapan pada produk pembiayaan di bank syariah, adalah: a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak. b. Lalai dan kesalahan yang disengaja. c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabahnya tidak jujur (Al Arif, 2012). E. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebagai upaya penulis dalam mengembangkan dan membahas mengenai hubungan pokok permasalahan yang hampir memiliki kesamaan terkait dengan judul penelitian. Hal tersebut bermaksudkan untuk membantu fokus penulisan dan membangun kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian. Novi Ria Rahmawati (2011) menyatakan bahwa perbankan syariah memiliki produk yang berbeda dengan dunia perbankan konvensional. Produk

18 yang dimiliki seperti pembiayaan investasi talangan haji, mudharabah, musyarakah, murabahah, dan gadai emas. Penelitian ini juga menjelaskan langkah atau prosedur pembiayaan mudharabah pada PT. BANK BNI Syariah Surakarta apa saja langkah-langkah dan syarat dalam pembiayaan mudharabah, serta keuntungan menggunakan akad mudharabah. Rizki Fauziah (2016) menyatakan bahwa penerapan akad mudharabah belum sesuai SOP pembiayaan yang ada pada BMT Bina Ummat Sejahtera tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah, dimana bagi hasilnya telah ditentukan di awal akad dan bukan merupakan hasil dari keuntungan dari usaha tersebut. Penerapan akad mudharabah pada sektor usaha kecil menengah di BMT Bina Ummat Sejahtera sudah tepat sasaran yaitu usaha kecil dan menengah. Sri Sumiyastuti (2016) menyatakan bahwa pelaksanaan mudharabah di BMT Surya Pratama Arta sudah baik, namun masih ada beberapa hal yang dalam pelaksanaannya masih belum sesuai dengan fatwa yaitu dalam hal tata cara pengembalian dana. BMT harus mengingatkan terlebih dahulu pada nasabah atau mengecek di lapangan apabila masa kontrak mudharabah sudah akan habis. Seharusnya tata cara pengembalian dana harus dilakukan kesepakatan dengan nasabah terlebih dahulu, tidak langsung menetapkan pengembalian dana diakhir pada saat jatuh tempo.