BAB I PENDAHULUAN. pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. Hotel Resort Syariah di Kawasan Wisata Ngarai Sianok Bukittinggi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perhotelan yang diterapkan oleh Sofyan Hotels sesuai dengan strategi blue ocean

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015

Peluang dan Tantangan Dalam Pengembangan Pariwisata Halal Provinsi Nusa Tenggara Barat 2017/2018 DASAR/PEDOMAN

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JANUARI 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM MARET 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM APRIL 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JUNI 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM NOPEMBER 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan dan Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO)

EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan

TEMA SEMINAR Ketersediaan Kuliner Halal dalam menyukseskan Visit Indonesia 2011 dan tahun selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2016


Perkembangan Pariwisata Sulawesi Utara Bulan September 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN


BAB I PENDAHULUAN. Dampak kepariwisataan terhadap PDB Nasional di tahun 2008 adalah sebesar Rp

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan

PERKEMBANGAN PARIWISATA PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, untuk

Perkembangan Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2016

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

TUJUAN LATAR BELAKANG


BAB I PENDAHULUAN. baik kepada seluruh pelaku pariwisata dan pendukungnya. Dengan adanya

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI SULAWESI UTARA BULAN JULI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT


PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis pelayanan jasa yang terus

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi, juga merupakan

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI SULAWESI UTARA BULAN JULI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih bahagia selain mereka yang menikmati liburan. 1

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA PROVINSI KEPULAUAN RIAU OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MEI 2016

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi perkembangan pariwisata dunia

BAB I PENDAHULUAN. Merauke. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah populasi

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2015, pada tahun 2014 pasar wisatawan muslim bernilai $ 145 juta, dengan 108 juta wisatawan yang mewakili 10% seluruh perjalanan wisata ekonomi dunia. Dengan adanya fenomena pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru dalam ilmu pariwisata untuk memberikan kenyamanan lebih untuk wisatawan muslim (Kementrian Pariwisata Republik Indonesia, 2015 ). Saat ini, wisata sudah menjadi kebutuhan setiap kalangan, apabila seseorang telah penat melakukan aktivitas pekerjaan maka pilihan untuk menghilangkan penat, ajang aktualisasi diri maupun mencari pengalaman baru adalah dengan pergi berwisata, dan untuk mendapatkan referensi tempat wisata saat ini promosi telah banyak dilakukan melalui internet sehingga mengakses informasi mengenai wisata telah menjadi mudah di dapatkan dimana saja, demikian juga wisatawan muslim di negara-negara muslim di dunia seperti Arab Saudi, Timur Tengah, Malaysia, dan juga Indonesia saat ini sedang mengembangkan wisata yang bertajuk wisata halal. Seiring dengan peningkatan kesejahteraan kalangan menengah muslim dunia sejak era tahun 2000-an, maka muncullah suatu trend pangsa pasar baru wisatawan dunia yang tumbuh dengan pesat, yaitu para muslim travelers. Berdasarkan data Thomson Reuter, pada tahun 2014 tercatat belanja turis muslim 1

global adalah sebesar USD 142 milyar (di luar umrah & haji), nomor dua setelah pasar China yang sebesar USD 160 milyar. Suatu ceruk pasar yang besar dan menggiurkan yang layak diraih oleh Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Pasar ini datang dari muslim di kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah (Qatar, UAE, Kuwait, Arab Saudi, Oman dan lain-lain), Eropa, Asia Tengah & China (www.sumbar.travel). Sebagai konsumen muslim dalam pasar pariwisata global, tentu saja mereka punya karakteristik dan kebutuhan tersendiri dalam berwisata ke berbagai belahan dunia. Ketersediaan akan makanan halal, fasilitas beribadah (bersuci, berwudhu, dan sholat), ketersediaan informasi, dan berbagai fasilitas pendukung yang muslim friendly menjadi persyaratan mutlak untuk meraih dan mendatangkan pasar ini, sebagai bagian dari hospitality terhadap konsumen. Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, Korea, dan Turki tampak lebih sadar dan sigap untuk segera merebut pasar tersebut (www.sumbar.travel). Mewujudkan pelayanan, fasilitas, dan aktivitas wisata yang muslim friendly sebagai bentuk servis terhadap permintaan konsumen & pasar muslim inilah yang kemudian dinamakan dengan halal tourism / wisata halal, dan yang perlu diketahui, bukannya mempersempit, malah halal tourism ini justru memperluas segmen pasar pariwisata karena menyediakan semakin banyak pilihan produk bagi para wisatawan, apalagi halal tourism ini bisa dinikmati oleh semua segmen dari anak-anak sampai orang dewasa, muslim ataupun non-muslim (http://www.sumbarprov.go.id/details/news/8114). 2

Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Sumatera Barat No Kebangsaan Jan- Des 2014 (orang) Jan- Des 2015 (orang) Jan- Des 2016 (orang) Jan- Des 2017 (orang) Perubah an Jan- Des 2015 thd 2014 (%) (1) (2) (5) (6) (7) (10) Perubahan Jan-Des 2017 thd 2016 (%) 1 Malaysia 43.588 36.262 38.453 44.201-16,81 14,95 2 Australia 2.344 1734 2.473 2.662-26,02 7,64 3 Perancis n.a n.a 475 478 n.a 0,63 4 Thailand 144 243 275 407 68,75 48,00 5 Amerika 338 264 390 372-21,89-4,62 6 Inggris 248 334 366 327 34,68-10,66 7 Tiongkok 285 346 390 304 21,40-22,05 8 Jepang 283 214 180 266-24,38 47,78 9 Singapura 405 203 235 246-49,88 4,58 10 Jerman 334 167 219 210-50,00-4,11 Total 10 Negara Lainnya Total 48.164 7.947 56.111 39.810 8.945 48.755 43.465 6.221 49.686 49.473 6.840 56.313-17,34 13,82 12,56 9,95-13,11 13,34 Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Islamic hospitality atau dalam artian bahasa nya adalah keramah tamahan secara Islami, menjadi hal baru yang harus didalami oleh pelaku yang bergerak dalam industri pariwisata halal. Islamic hospitality adalah trend baru dalam dunia pariwisata dunia, muncul dikarenakan kebutuhan untuk melayani hal-hal yang spesifik mengenai persyaratan kebutuhan beragama umat muslim yang tengah 3

tumbuh pesat dalam dunia pariwisata. Pariwisata halal merupakan ceruk dari pariwisata pada umumnya, pariwisata halal merupakan kajian fenomena tentang fasilitas penunjang kaum muslimin untuk bepergian dan akan menjadi hal baru dalam promosi pariwisata dunia. (Yuzaq Ardian Mahasiswa Program Pascasarjana MSI UII, 2017). Banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai wisata halal, bahkan wisata halal masih terdengar asing oleh masyarakat awam. Pada umumnya masyarakat yang mengira bahwa wisata halal sama dengan wisata religi, padahal keduanya jauh berbeda. Wisata religi contohnya seperti ziarah ke makam para Nabi dan juga umroh. Sedangkan wisata halal sangat mengedepankan produk-produk halal dan aman dikonsumsi wisatawan muslim. Namun, bukan berarti wisatawan non-muslim tidak bisa menikmati wisata halal. Bagi yang non-muslim, wisata halal dengan produk halal ini adalah jaminan sehat nya. Karena pada prinsipnya, implementasi kaidah syariah itu berarti menyingkirkan hal-hal yang membahayakan bagi kemanusiaan dan lingkungannya dalam produk maupun jasa yang diberikan, dan tentu memberikan kebaikan. Dengan nilai-nilai ke-islaman yang ada pada pariwisata halal bukan hanya bermanfaat bagi industri pariwisata tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dalam meningkatkan keimanan, menjadi manusia yang lebih baik dan mencegah terjadinya hal yang bersifat mudharat bagi masyarakat (Riyanto, 2012). Setelah melaksanakan observasi awal kemudian peneliti melakukan wawancara awal kepada masyarakat Sumatera Barat untuk memperkuat asumsi, dengan kriteria 4

acak, peneliti memilih warga pelaku wisata yang ada di Sumatera Barat, peneliti mendapatkan hasil bahwa masih banyak warga Sumatera Barat yang masih belum mengetahui tentang wisata halal Sumatera Barat, hal ini menjadi penguat asumsi peneliti bahwa promosi yang dilakukan pemerintah Sumatera Barat masih belum merata ke seluruh lapisan masyarakat. Dengan itu dibutuhkan upaya promosi yang baik dari pemerintah Sumatera Barat. Sumatera Barat saat ini sedang mengembangkan wisata halal. Hal ini berdasarkan pada terpilihnya Sumatera Barat oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenperaf RI) sebagai satu dari 10 provinsi di Indonesia sebagai destinasi wisata halal di Indonesia. Pada saat pengumuman Anugerah Pariwisata Halal Terbaik tahun 2016 pada tanggal 21 September lalu, dan Sumatera Barat bahkan memborong empat kategori penilaian, yaitu Destinasi Wisata Halal terbaik, Restoran Halal Terbaik, Destinasi Kuliner Terbaik, dan Biro Perjalanan Wisata Halal Terbaik. Penilaian digelar oleh Tim Percepatan dan Pengembangan Pariwisata Halal (TP3H) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI yang dilakukan dengan cara voting yang mencapai 115.462 suara (http://hariansinggalang.co.id/). Kemudian, kemenangan yang diraih Sumatera Barat dalam kategori Best Halal Tourism Destination ini dilombakan kembali di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada 07 Desember 2016 lalu untuk destinasi halal kelas dunia. Akhirnya seperti dilansir dari koran Padang Ekspres yang terbit pada 09/12/2016 menyatakan bahwa Provinsi Sumatera Barat telah ditetapan sebagai destinasi wisata halal dunia dalam 5

acara World Halal Tourism Award di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Pengumuman juara itu dilansir melalui website resmi World Halal Tourism Award 2016 http://itwabudhabi.com/halal-awards/2016-winners.html pukul 21.30, Rabu (7/12). Sumatera Barat menjadi salah satu magnet tersendiri di Indonesia, selain karena telah memenangkan kategori Worlds Best Halal Destination dan Halal Culinary 2016 dalam World Halal Tourism Destination (WHTA) 2016 di Uni Emirat Arab, seperti diketahui kemenangan tersebut merupakan hasil voting yang diadakan situs resmi WHTA. Tahun ini jumlah peserta dilaporkan ada 383 negara maupun merek. Sementara jumlah voting yang masuk mencapai 1,8 juta suara, berasal dari 116 negara. Selain Sumatera Barat yang memenangkan dua kategori, Indonesia berhasil mendapatkan 12 dari 16 kategori WHTA yang dilombakan (mix.co.id). Sumatera Barat ditetapkan sebagai salah satu tujuan wisata halal di Indonesia. Kultur masyarakat setempat yang menganut budaya Islam memungkinkan Sumatera Barat memiliki banyak hotel dengan konsep syariah sebagai cerminan daerah yang kuat agama dan adat istiadatnya. Hotel berprinsip syariah lebih sinergis dengan kehidupan keseharian masyarakat Sumatera Barat yang terkenal sebagai daerah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, yang artinya setiap kegiatan yang dilaksanakan bernafaskan kepada ajaran Islam yang merupakan falsafah hidup orang Minangkabau, dari nilai yang dianut itu setiap kegiatan pariwisata juga tidak terlepas dari prinsip tersebut, itulah kenapa 6

wisata halal adalah potensi baru yang cocok dikembangkan di Sumatera Barat (Rebecha & Pramesi, 2017). Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi kepariwisataan yang sangat besar, tidak hanya wisata alam, namun juga wisata budaya, sejarah dan kuliner sebagai objek wisata unggulan. Oleh karena itu, pariwisata pada beberapa tahun terakhir telah mejadi salah satu primadona yang menjadi unggulan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat. Oleh karena itu dibutuhkan kerja keras dan kerja cerdas dari pemerintah daerah bagaimana mengelola potensi tersebut sehingga bermafaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Rebecha & Pramesi, 2017). Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Pariwisata. Oleh sebab itu maka diperlukan kajian mendalam terkait komunikasi promosi yang dilakukan oleh pemerintah Sumatera Barat dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat dalam mempromosikan wisata halal Sumatera Barat ke mata dunia sebagai sasaran utama wisatawan lokal maupun mancanegara, karena bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan juga diharapkan membawa peningkatan pada pendapatan masyarakat khususnya dan juga meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 7

Dengan terpilihnya Sumatera Barat sebagai salah satu destinasi wisata halal di Indonesia setelah Lombok, Aceh, dan Nusa Tenggara Barat, dan saat ini sudah memenangkan kategori di dunia internasional mengalahkan Malaysia, Turki, Dubay dan beberapa negara lainnya, sudah saatnya saat ini pemerintah daerah dari segala elemen saling bekerja sama untuk mempromosikan destinasi wisata yang ada di Sumatera Barat. Maka dari itu Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat sebagaimana dalam tugasnya untuk mengembangkan destinasi wisata dan pemasaran wisata harus segera menyusun langkah promosi yang tepat dalam upaya menjadikan Sumatera Barat menuju destinasi wisata halal dunia. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui Komunikasi Promosi oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat sebagai Upaya Menuju Destinasi Wisata Halal Dunia. 1. 2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana komunikasi promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat sebagai upaya menuju destinasi wisata halal dunia? 1. 3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan upaya komunikasi promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat sebagai upaya menuju destinasi wisata halal dunia. 8

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melakukan komunikasi promosi oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat sebagai upaya menuju destinasi wisata halal dunia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian diantaranya : 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan konsep pariwisata halal karena kajian ini masih merupakan kajian baru di Sumatera Barat. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi masukan dan juga kajian yang dapat digunakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat dalam melakukan komunikasi promosi dan bisa dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan komunikasi promosi yang ditargetkan. 9