BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB I PENDAHULUAN. alias penghapusan pencatatan saham emiten terjadi. Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan ini

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. suatu kontrak kerjasama yang mana satu atau lebih orang, dimana principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan Audit Bentuk Baku Judul Laporan Alamat Laporan Audit Paragraf Pendahuluan Paragraf Scope Paragraf Pendapat Nama KAP

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016):

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Teori ini menjelaskan hubungan antara principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan (going concern). Kelangsungan hidup usaha dikaitkan dengan

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori harapan, auditing dan auditor switching. Selain itu, disajikan juga konsepkonsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kristiana (2012) meneliti pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Alat analisis penelitian menggunakan regresi logistik dan hasil penelitianannya menyimpulkan bahwa profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian dari Lestari dan Supadmini (2012) yang meneliti tentang pengaruh profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, kualitas auditor, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan variabel profitabilitas, likuiditas, kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Setiawan dan Suryono (2014) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern dengan pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan leverage sebagai variabel independennya. Teknik analisis datanya menggunakan regresi logistik dan hasilnya menunjukkan hanya profitabilitas dan leverage yang memiliki pengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. 6

Penelitian oleh Meriani dan Krisnadewi (2012) meneliti tentang pengaruh Kondisi Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi Auditor terhadap opini audit opini going concern. Penelitan tersebut menggunakan analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa hanya variabel kondisi keuangan yang memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Rasio pertumbuhan penjualan yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Kaitan penelitian terdahulu di atas dan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada aspek pengujian mengenai konsistensi variabel independen kinerja keuangan dan pertumbuhan perusahaan. Penelitian ini menggunakan objek penelitian laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan Property dan Real Estate yang telah diaudit oleh auditor independen tahun prtiode tahun 2012 sampai dengan periode tahun 2015. B. Tinjauan Teori 1. Teori Keagenan Menurut Brigham dan Houston (2006), para manajer diberi wewenang oleh pemilik perusahaan untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agent, untuk melakukan 7

sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Adanya pemisahan antara pemilik (pemegang saham) dan pengelola (manajemen), sehingga kemungkinan adanya perbedaan kepentingan di antara kedua pihak tidak bisa dihindari. Pihak manajemen dapat bertindak untuk kepentingannya sendiri dalam rangka mengelola perusahaan dan mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan. Pemilik dapat menjamin pihak manajemen akan membuat keputusan optimal ketika diberi insentif yang cukup memadai. Insentif dapat berupa opsi saham, bonus dan lainnya. Disamping itu juga dapat dilakukan pengawasan, dengan mengaudit laporan keuangan perusahaan secara periodik atau penunjukkan komisaris independen. 2. Going concern Menurut Halim (2007), kelangsungan usaha (going concern) adalah asumsi dasar dalam akuntansi yang menyatakan bahwa entitas yang menyusun laporan keuangan mampu melanjutkan usahanya dimasa yang akan datang dan tidak akan membubarkan diri dalam waktu dekat. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu perusahaan. Suatu entitas yang mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu dianggap going concern. 8

3. Auditor Independen Standar Audit (SA) 200 (IAPI, 2013:1) menjelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor pada umumnya adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Standar Audit tersebut juga menyatakan bahwa auditor diharuskan untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan sebagai suatu keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Sebelum melakukan audit, terlebih dahulu auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang memungkinkan baginya untuk merencanakan dan melaksanakan audit berdasarkan standar audit yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Auditor independen menyatakan pendapatnya dalam lembar opini audit. Apapun jenis opini auditnya, pemberian opini audit oleh auditor independen diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen dengan para prinsipal. Secara umum ada dua tipe opini audit menurut standar audit terbaru, Standar Audit (SA) 700 (IAPI, 2013) menjelaskan tentang opini tanpa modifikasian dan Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2013) yang menjelaskan tentang opini modifikasian, lebih lengkap dijelaskan sebagai berikut: 9

a. Opini Tanpa Modifikasian Opini ini akan diberikan bila auditor berkesimpulan bahwa laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Auditor juga telah memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. b. Opini Modifikasian Opini ini diberikan jika auditor menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. Opini modifikasian terdiri dari tiga tipe, yaitu: 1) Opini Wajar dengan Pengeceualian (Qualified Opinion) a) Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor menyimpulkan bahwa terdapat kesalahan material tetapi tidak pervasif dalam penyajian 10

laporan keuangan baik secara individual maupun secara agregasi. b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif. c) Jika auditor menyatakan opini ini, auditor harus mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditnya yang menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal yang menyebabkan modifikasi tersebut. Auditor harus menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian". d) Kemudian pada paragraf opini, ketika opini ini diambil karena terdapat kesalahan penyajian yang bersifat material pada laporan keuangan, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, kecuali untuk dampak hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian. Dilengkapi dengan tambahan frasa Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam 11

semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika auditor melaporkannya berdasarkan kerangka penyajian wajar. Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika auditor melaporkannya berdasarkan kerangka kepatuhan. e) Masih pada paragraf opini, ketika opini ini diambil karena ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, maka auditor harus menggunakan frasa kecuali untuk dampak hal-hal 2) Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion) Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa terdapat kesalahan penyajian baik secara individual maupun secara agregasi yang sifatnya adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan. Jika auditor menyatakan opini ini, ia harus mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditor yang menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal yang menyebabkan modifikasi tersebut. Auditor harus menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini tidak Wajar". Pada paragraf opini, 12

auditor menyatakan bahwa, menurut opini auditor, karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar. Dilengkapi tambahan frasa Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika auditor melaporkannya berdasarkan kerangka penyajian wajar. Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika auditor melaporkannya berdasarkan kerangka kepatuhan. 3) Opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion) Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif. Juga pada kondisi ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, tetapi terdapat banyak ketidakpastian dan auditor tetap tidak dapat merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan kemungkinan dampak kumulatif dari ketidakpastian tersebut 13

terhadap laporan keuangan. Pada basis untuk paragraf modifikasi auditor harus menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat". Pada paragraf opini, auditor menyatakan bahwa, Karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit, dan oleh karena itu auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan. Berikut diilustrasikan bagaimana pertimbangan auditor tentang sifat hal-hal yang menimbulkan opini modifikasian: Hal-hal yang menyebabkan modifikasi opini Laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material Ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukupp dan tepat Tabel 2.1 Tipe Opini Modifikasian Pertimbangan auditor tentang seberapa pervasif dampak atau kemungkinan terhadap laporan keuangan Material tetapi Material dan tidak pervasif pervasif Opini wajar dengan pengecualian Opini wajar dengan pengecualian Sumber: Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2013) Opini tidak wajar Opini tidak menyatakan pendapat Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2013:4) menjelaskan pervasif adalah suatu istilah yang digunakan dalam konteks kesalahan penyajian untuk 14

menggambarkan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan keuangan atau kemungkinan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan keuangan, jika ada, yang tidak dapat terdeteksi karena ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. 4. Opini Audit Going Concern Dalam pelaksanaan kegiatan audit, auditor dituntut untuk tidak hanya melihat terbatas pada hal-hal yang disajikan dalam laporan keuangan saja tetapi auditor juga harus waspada terhadap hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan usaha suatu entitas. Standar Audit (SA) 570 (IAPI, 2013:3) menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut sangat tergantung pada keadaan, dan beberapa diantaranya mungkin hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Standar Audit (SA) 570 (IAPI, 2013:10) memberikan beberapa contoh kondisi dan peristiwa tersebut antara lain: 15

a. Keuangan 1) Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih. 2) Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan, pengandaian yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai aset jangka panjang. 3) Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor. 4) Arus kas operasi yang buruk. 5) Rasio keuangan utama yang buruk. 6) Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas. 7) Dividen yang sudah lama terhutang atau yang tidak berkelanjutan. 8) Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo. 9) Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman. 10) Perubahan transaksi dengan pemasok yaitu dari transaksi kredit menjadi transaksi tunai ketika pengiriman. 11) Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya. b. Operasi 16

1) Intensi manajemen untuk melikuidiasi entitas atau untuk menghentikan operasinya. 2) Hilangnya manajemen kunci tanpa penggantian. 3) Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi, atau pemaso utama. 4) Kesulitan tenaga kerja. 5) Kekurangan penyedian barang/bahan. 6) Munculnya competitor yang sangat berhasil. c. Lain-lain 1) Ketidakmampuan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutory lainnya. 2) Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat mengekibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat dipenuhi oleh entitas. 3) Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan pemerintah yang diperkiraan akan memberikan dampak buruk bagi entitas. 4) Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan. Panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan opini audit going concern dijelaskan dalam standar audit (SA) 570 (IAPI, 2013:4) sebagai berikut: 17

a. Jika auditor yakin bahwa terdapat keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor harus menentukan apakah manajemen telah melakukan suatu penilaian awal atas kondisi tersebut. Jika manajemen telah melakukan penilaian, maka auditor harus mendiskusikannya terlebih dahulu bersama mereka. Kemudian menentukan apakah manajemen telah mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang baik secara individual maupun kolektif dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor juga mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha entitas dan kemudian menetapkan kemungkinan apakah rencana tersebut dapat memperbaiki situasi dan dapat dilaksanakan dengan efektif. b. Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian, maka auditor meminta manajemen untuk segera melakukan penilaian dengan periode penilaian sekurang-kurangnya dua belas bulan dari tanggal laporan keuangan. Jika manajemen tidak bersedia membuat atau memperluas penilaiannya, maka auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat. c. Jika manajemen telah menggunakan asumsi kelangsungan usaha dengan tepat, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka 18

auditor mempertimbangkan pengungkapan (berdasarkan pertimbangannya) dengan kondisi sebagai berikut: 1) Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan telah memadai, maka auditor menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dan mencantumkan suatu paragraf penekanan suatu hal dalam laporan auditornya. 2) Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan tidak memadai, maka auditor memberikan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar. d. Jika penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar. 5. Kinerja Keuangan Menurut Fahmi (2011) dalam Lestari (2012) Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perushaan memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Kinerja Keuangan (Fahmi, 2011) dalam Lestari (2012) mencakup profitabilitas dan likuiditas. Rasio profitabilitas mengukur efisiensi manajemen dalam menjalankan perusahaan. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin tinggi perusahaan memperoleh laba. Return on Asset merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan 19

dalam aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rumus untuk mengukur nilai ROA adalah: ROA = Laba bersih sesudah pajak Total Asset 100% Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ukuran dari rasio likuiditas antara lain adalah Current Ratio. Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dengan hutang lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan rasio perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Rumus untuk mengukur Current Ratio adalah sebagai berikut: Current Ratio = 6. Pertumbuhan Perusahaan Total Aktiva Lancar Total Hutang Lancar 100% Menurut Pearce dan Robinson (2008) pertumbuhan berarti perubahan, maka dari itu perubahan yang berkesinambungan sangat penting dalam lingkungan bisnis yang dinamis. Pertumbuhan perusahaan berkaitan dengan klangsungan bisnis dan juga profitabilitasnya, serta peningkatan penjualan produk yang menjadi sasaran utama dalam pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan 20

dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan biaya akan menghasilkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau tren keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang menentukan perusahaan untuk tetap survive. (Jusuf, 2007) Penjualan merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan laba (profitabilitas). Perusahaan yang memiliki rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan perusahaan mampu bersaing di pasar dan mempertahankan usahanya. Rumus untuk menghitung rasio pertumbuhan pernjualan adalah sebagai berikut: C. Pengembangan Hipotesis Penjualan = Penjualan t Penjualan t 1 Penjualan t 1 100% 1. Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba atas kegiatan operasinya. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan dengan Return on Asset. ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang diinvestasikan. Semakin tinggi nilai ROA maka semakin efektif pengelolaan aset dalam menghasilkan laba operasi perusahaan. Laba menunjukkan kinerja perusahaan, jika kinerja perusahaan baik maka 21

kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern akan menurun. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Kristiana (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas berarti manajemen perusahaan dinilai mampu mengelola aset-aset yang ada untuk menghasilkan laba secara efektif dan efisien sehingga auditor tidak memiliki keraguan terhadap kelangsungan hidup perusahaan. H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap Opini Audit Going Concern 2. Likuiditas terhadap Opini Audit Going Concern Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya. Dalam penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan current ratio, yaitu perbandingan antara aset lancer dengan hutang lancer. Semakin besar nilai likuiditas maka kemampuan aset perusahaan dalam menanggung hutang yang akan segera jatuh tempo semakin baik, karena jumlah asset yang tersedia akan mampu membayar jumlah hutang yang akan segera jatuh tempo. Semakin kecil nilai current ratio menunjukkan rendahnya kemampuan aset perusaahaan dalam menutupi jumlah hutang yang akan jatuh tempo, pada posisi seperti ini auditor mungkin akan memiliki keraguan terhadap going concern perusahaan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Kristiana (2012) yang menyatakan bahwa semakin besar likuiditas maka perusahaan dinilai mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga perusahaan tidak memiliki keraguan terhadap going concern perusahaan. 22

H2: Likuiditas berpengaruh terhadap Opini Audit Going Concern 3. Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan penjualannya dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan biaya akan menghasilkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau tren keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang menentukan perusahaan untuk tetap survive (Jusuf, 2007). Hal ini dibuktikan oleh penelitian Kristiana (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan berarti akan memberikan peluang peningkatan laba sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. H3: Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Opini Audit Going Concern 23

D. Rerangka Konseptual PROFITABILITAS (X 1) H1 LIKUIDITAS (X 2) H2 OPINI AUDIT GOING CONCERN (Y 1) PERTUMBUHAN PERUSAHAAN (X 3) H3 Model: Pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern. 24