I. PENDAHULUAN. Pernberlakuan Otonorni Daerah yang diamanatkan melalui. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang terrnaktub pada pasal

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

L PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting, karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

I. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RINGKASAN. Cumi-curni merupakan salah satu sumberdaya ikan yang bernilai ekonomis.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

Dalam memasuki millennium ke-tiga, bangsa lndonesia dihadapkan. pada tantangan sekaligus peluang untuk menjadi bangsa yang maju,

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PENGEMBANGAN KEGIATAN EKONOMI PESISIR BERBASIS KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernberlakuan Otonorni Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang terrnaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "lbukota Negara Republik lndonesia Jakarta, karena kedudukannya diatur sendin dalam undang-undang yaitu Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 fentang Pernerintahan Propinsi Daerah Khusus lbukota Negara Republik lndonesia Jakarta". Selanjutnya, dalarn UU No. 34 Tahun 1999 dinyatakan bahwa wilayah Kecarnatan Kepulauan Seribu ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta, maka terhitung mulai tanggal 3 Juli 2001, status Kecamatan Kepulauan Seribu ditingkatkan menjadi Kabupaten Adrninistrasi. Dalam PP 55 tahun 2001 disebutkan bahwa peningkatan status rnenjadi Kabupaten Administrasi dimaksudkan untuk rneningkatkan pelayanan dan kesejahteraan rnasyarakat serta pengendalian fungsi kawasan Kepulauan Seribu. Wilayah Kepulauan Seribu terletak di Teluk Jakarta dan Laut Jawa yang merupakan surnberdaya perairan dengan luas perairan laut sebesar 6.997,50 krn2. Kepulauan Seribu terdiri atas gugusan pulau karang, yang saat ini rneliputi 110 pulau dengan luas daratan sebesar

7,73 km2 (773,61 Ha). Sebanyak 20 buah pulau telah beroperasi sebagai pulau tujuan rekreasi dan pariwisata; dan sebanyak 11 pulau merupakan pulau hunian dengan jumlah penduduk berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2000 sebesar 17.973 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 9.176 jiwa dan perempuan 8.797 jiwa atau seks rasio sebesarl,04. Jumlah rumahtangga sebanyak 4.454 dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar empat Orang. Kelurahan terpadat penduduknya yaitu Kelurahan Pulau Panggang dengan kepadatan sebesar 4.354 jiwal~m', sedangkan yang terendah adalah kelurahan Untung Jawa dengan kepadatan sebesar 664 jiwal~m' (BPS, 2001). Suhu bulanan rata-rata Kepulauan Seribu antara 27-28,T C dengan curah hujan rata-rata sebesar 43 mm - 50 mm dan kelembaman rata-rata sebesar 72 % - 81,7 %. Pada musim hujan terdapat fitoplankton yang cukup banyak dan pada musim angin Barat kandungan zooplankton menjadi lebih besar, dimana kondisi ini memiliki potensi yang besar untuk kegiatan budidaya laut, seperti rumput laut, kerapu, kakap, baronang dan kerang hijau. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2001 ditetapkan wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara (yang terdiri atas Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Harapan); serta wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan (yang terdiri atas Kelurahan Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Untung Jawa dan Kelurahan Pulau

Pari). Saat ini nelayan di Kepulauan Seribu dapat rnenangkap ikan secara efektif hanya sembilan bulan dalam kurun waktu satu tahun, yaitu pada periode bulan Pebruari sarnpai dengan Oktober. Sedangkan sisanya, selama tiga bulan merupakan bulan paceklik, dirnana para nelayan tidak dapat rnenangkap ikan yang disebabkan oleh datangnya rnusirn angin Barat. Untuk rnenjaga kelangsungan hidup dan rneningkatkan pendapatan nelayan, alternatif yang dapat dilakukan antara lain dengan rnelakukan kegiatan budidaya laut (seperti ikan, rurnput laut, teripang dan lain-lain), serta rnelakukan kegiatan pengolahan hasil perikanan (seperti ikan asin, kerupuk ikan, dodol rumput laut, dan lain-lain). Gambaran hasil produksi dan nilai hasil usaha penangkapan selarna satu bulan rnenurut jenis ikan di wilayah Pulau Seribu disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Hasil dan Nilai Tangkapan Selarna Satu Bulan rnenurut Jenis lkan di wilayah Pulau Seribu Surnber : BPS Propinsi DKI Jakarta (2000)

Jika dikaji dari potensi yang ada dan dengan mempertimbangkan potensi ekonomi, budidaya ikan merupakan alternatif yang perlu didukung pengembangannya, khususnya budidaya ikan kerapu. Hal ini didasarkan pada kondisi belum optimalnya pengelolaan ikan kerapu, terutama yang berbasis komersial. Jika dilihat dari data ekspor per jenis ikan yang dilakukan di Daerah Khusus lbukota (DKI) Jakarta dapat diketahui bahwa ikan kerapu belum secara optimal digali potensinya, sehingga jumlah ekspornya masih relatif kecil, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut. Tabel 1.2. Volume Ekspor menurut Jenis lkan di DKI Jakarta Tahun 1992-1998 (dalam Kg) Surnber : Dinas Perikanan Propinsi DKI Jakarta (2000). Untuk mengetahui potensi dan aktivitas yang ada, yang selanjutnya dijadikan bahan perumusan strategi pengembangan budidaya ikan kerapu, wilayah penelitian meliputi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan Dinas Perikanan Propinsi DKI

Jakarta. Saat ini di Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kepulauan Seribu terdapat kegiatan pernbenihan (hafchey) ikan kerapu yang baru mulai dirintis oleh pihak swasta. Kegiatan pembenihan ini diharapkan cfapat rnenjadi pengungkit (leverage) bagi kegiatan budidaya ikan kerapu di wilayah Kabupaten Adrninistrasi Kepulauan Seribu. Saat ini belum tersedia rencana strategis pengembangan budidaya ikan kerapu, sehingga penelitian ini ditujukan untuk rnerumuskan perencanaan strategis pengernbangan budidaya ikan kerapu di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Kehidupan rnasyarakat di wilayah Kepulauan Seribu pada urnurnnya sangat tergantung pada eksistensi sumberdaya pesisir dan laut, dirnana secara dorninan rnereka tergantung dari hasil tangkapan ikan karang. Sebagai salah satu unsur ekosistem di wilayah ini, keberadaan terumbu karang memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan perekonomian masyarakat setempat. Kegiatan rnereka yang terkait dengan keberadaan terurnbu karang meliputi kegiatan penangkapan ikan ekor kuning, ikan pisang-pisang, baronang, kerapu, ikan hias, sampai dengan kegiatan budidaya dan pengarnbilan terumbu karang hidup dan biota laut lainnya untuk diperdagangkan. Kegiatan pernanfaatan surnberdaya ini mendorong tumbuhnya kegiatan turunan berupa pengolahan hasil laut, jasa perdagangan (hasil laut, bahan bakar rninyak, dan bahan keperluan sehari-hari), serta kegiatan pernbuatan kapal penangkap ikan. Secara

rinci kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu diidentifikasi seperti terlihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Rekapitulasi Analisis Finansial ~e~iatan" Usaha di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Somber: Biro Bina Perekonomian Daerah Propinsi DKI Jakarta dan LPM- IPB (2001). B. ldentifikasi dan Perumusan Masalah Masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu memiliki karakteristik dan masalah stereotipe yang mirip, yang karakteristiknya digambarkan di bawah ini. 1. Aspek Technoware a. Teknologi Pembenihan Teknologi produksi benih bersifat kompleks, dengan jumlah investasi yang sangat besar, yaitu sekitar 3-4 milyar rupiah

(hasil wawancara dengan pihak PT. Nuansa Ayu Karamba, 2002). Usaha pembenihan mempunyai risiko yang tinggi karena rendahnya angka SR. Saat ini di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu baru dirintis usaha pembenihan ikan kerapu berskala kecil dengan menggunakan teknologi sederhana oleh PT. Nuansa Ayu Karamba. Nelayan di Wilayah Kepulauan Seribu masih tergantung pada benih ikan kerapu yang berasal dari penangkapan di alam. b. Teknologi Pembesaran Metode pembesaran ikan kerapu yang dianggap modern adalah teknologi budidaya dengan Kajapung (Karamba Jaring Apung) yang benihnya berasal dari ikan kerapu induk yang dipijahkan secara modern. Saat ini teknologi pembesaran yang dilakukan oleh nelayan Kepulauan Seribu masih dengan cara tradisional yang hasil produksinya masih terbatas karena pengadaan benih ikan sangat tergantung pada musim gelombang dan jumlah penangkapannya masih relatif sedikit. c. Teknologi Transportasi Pada dasarnya teknologi transportasi yang utama adalah menyangkut persiapan terhadap ikan, bahan pengemas dan persiapan teknis lainnya seperti perbandingan air laut dan gas oksigen, suhu ideal, salinitas dan lamanya pengangkutan guna memperlancar dan melindungi ikan hingga selamat tiba di tempat tujuan.

Persiapan terhadap ikan meliputi pemuasaan ikan guna menghindari kotoran yang dikeluarkan dari sisa-sisa metabolisme yang akan menurunkan kualitas air. Bahan pengemas pada prinsipnya dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat aerasi di dalam kemasan selama di perjalanan. Persiapan teknis lainnya meliputi upaya menjaga suhu media untuk memperlambat proses metabolisme sehingga akan memperlambat berkurangnya oksigen dalam media selama pengangkutan. Disamping itu air laut digunakan sebagai media pengangkutan untuk menjaga tingkat salinitas sesuai dengan kondisi media budidaya sesungguhnya. Teknologi transportasi ini masih belum dikuasai sepenuhnya oleh para nelayan budidaya ikan kerapu di wilayah Kepulauan Seribu yang masih bersifat tradisional. 2. Aspek Humanware Penduduk wilayah Kepulauan Seribu secara dominan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, yaitu sebesar 82,78 % baik sebagai nelayan penangkapan maupun nelayan budidaya, sementara sebesar 12,56 % memiliki mata pencaharian dalam usaha perdagangan, dan sisanya sebesar 4,66 % berusaha di luar kedua sektor tersebut (BPS, 2000). Dari seluruh penduduk yang bekerja, sebesar 76,40 % memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar, 15,Ol % SLTP, dan sisanya 8,47 % SLA dan sekitar 0,12 % Akademi dan Universitas (BPS, 2000). Rendahnya tingkat

pendidikan mayoritas penduduk Kepulauan Seribu menjadikan kemampuan mereka sangat terbatas, baik dalarn mernanfaatkan hasil laut sebagai sumberdaya ekonomis, seperti teknik penangkapan ikan yang merusak alam atau teknik budidaya, pengolahan pasca panen hasil laut, pemasaran dan manajemen usaha skala mikro. 3. Aspek Infoware Wilayah Kepulauan Seribu memiliki kendala geografis dalam ha1 transportasi dan komunikasi. Transportasi laut di wilayah ini relatif mahal dan kurang memadai. Sarana komunikasi yang ada berupa kantor pos satu buah, telepon umum enam unit, dan telex radio tujuh unit. Hal ini menyebabkan rendahnya aksesibilitas dan afordabilitas penduduk terhadap berbagai informasi, baik menyangkut teknik penangkapan ikan, budidaya, pemasaran, harga komoditi dan produk (baik dalam negeri maupun manca negara), permodalan dan manajemen praktis tentang pengelolaan usaha skala mikro. Hal ini lebih diperburuk oieh keadaan belum tersedianya sistem informasi pasar, baik menurut jenis komoditas rnaupun sumber harga. 4. Aspek Orgaware Kelembagaan di Kepulauan Seribu terdiri atas kelembagaan pemerintahan, kelembagaan ekonomi, dan kelembagaan sosial. Kelembagaan pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dibentuk tahun 2001. Pada bulan April 2001 telah dibentuk

Dewan Kelurahan yang berfungsi sebagai lernbaga konsultatif bagi penyelenggara Kelurahan, rnulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pernbangunan. Kelernbagaan ekonorni di wilayah Kepulauan Seribu saat ini diperlihatkan pada Tabel 1.4. Jumlah Fasilitas Ekonorni di Kepulauan Seribu, Tahun 2000. Sumber : Dinas Perikanan Propinsi DKI Jakarta (2000). Tempat Pelelangan lkan (TPI) dan pasar belurn dapat dikembangkan, yang diakibatkan tingginya disparitas harga ikan di wilayah Kepulauan Seribu dengan di Muara Angke, sehingga rnendorong para nelayan rnenjual hasil tangkapannya ke Muara Angke. Kegiatan nelayan di akomodir dalarn kelompok-kelornpok nelayan yang dibentuk sesuai kebutuhan, rnisalnya ketika ada penyaluran bantuan modal. Sedangkan kelernbagaan sosial rneliputi : Karang Taruna, Posyandu, Pernberdayaan Kesejahteraan Keluarga, dan Majelis Taklirn. Secara umum nelayan di Kepulauan Seribu bisa rnenangkap ikan selarna sernbilan bulan dalarn satu tahun, selebihnya selarna tiga bulan rnereka tidak dapat menangkap ikan karena adanya rnusirn

angin Barat. Untuk mengatasi kondisi ini nelayan Kepulauan Seribu didorong untuk mengembangkan budidaya hasil laut yang dalam penelitian ini difokuskan pada budidaya ikan kerapu. Berdasarkan identifikasi beberapa kondisi strategik yang ada, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal dan internal dalam kegiatan budidaya ikan kerapu. 2. Tipologi Strategi pengembangan budidaya ikan kerapu yang melibatkan peranserta swasta, pemerintah dan masyarakat sebagai berikut. a. Bagaimana strategi untuk memperoleh keunggulan kempetitif (competitive advantage) yang dapat digali dari keunggulan komparatif (comparative advantage) pada setiap kegiatan yang dilakukan. b. Bagaimana program kegiatan jangka panjang, menengah, dan jangka pendek yang sebaiknya dilakukan, serta dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan. C. Tujuan Penelitian Penelitian Perencanaan Strategik Pengembangan Budidaya lkan Kerapu di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu bertujuan sebagai berikut. 1. Melakukan pengkajian terhadap kondisi lingkungan eksternal dan internal dari kegiatan budidaya ikan kerapu di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

2. Mernformulasikan strategi pengernbangan budidaya ikan kerapu dengan pendekatan "resource-based': 3. Menyusun program jangka panjang, rnenengah dan pendek bagi pengembangan budidaya ikan kerapu. D. Manfaat Penelitian Upaya pernberdayaan nelayan yang dirnaksudkan untuk rneningkatkan taraf hidup keluarga nelayan, khususnya rnelalui kegiatan budidaya ikan kerapu hendaknya mendapat perhatian serius oleh sernua stakeholders, baik pemerintah, swasta maupun LSM. Kondisi saat ini belurn tersedia perencanaan strategik pengernbangan budidaya ikan kerapu yang dapat dijadikan acuan baik oleh investor swasta, pernerintah seternpat dan rnasyarakat itu sendiri. Dengan telah terbentuknya wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, diperlukan adanya perencanaan strategik pengembangan budidaya ikan kerapu, mengingat potensi ikan kerapu yang sangat besar baik untuk pasar dornestik rnaupun pasar manca negara. Untuk itu diharapkan penelitian ini mernberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan kegiatan budidaya ikan kerapu di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 2. Memberikan acuan dan dorongan bagi para pelaku usaha budidaya ikan kerapu baik dari unsur rnasyarakat maupun pihak investor.

3. Mernberikan edukasi dan dorongan bagi para nelayan agar rnampu rnengolah surnberdaya alarn yang dimiliki dengan rnernperhatikan faktor kearnanan dan kelestarian lingkungan serta rnemiliki nilai ekonorni tinggi. E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian lkan kerapu rnemiliki nilai ekonorni tinggi, khususnya kerapu tikus, dan dipasarkan dalarn keadaan hidup. Untuk itu perlu adanya dukungan teknik budidaya yang baik yang rnelibatkan masyarakat (nelayan), investor swasta, dan pemerintah sebagai fasilitator. Agar terjadi kondisi yang kondusif bagi pengembangan budidaya ikan kerapu, perlu adanya dukungan perencanaan strategik pengembangan budidaya ikan kerapu. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah penyusunan perencanaan strategik pengembangan budidaya ikan kerapu di wilayah Kepulauan Seribu.