BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama, yaitu high contrast acuity atau tajam penglihatan, sensitivitas terhadap

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

KATARAK SENILIS IMATUR

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut lensa. uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

EVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

Pengertian. Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)

berkas cahaya, sehingga disebut fotoreseptor. Dengan kata lain mata digunakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang. menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

BAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kornea merupakan lapisan depan bola mata, transparan, merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

FUNGSI RM DI RUMAH SAKIT MATERI MIK - 1 PRODI DIII RMIK F KES. UDINUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya katarak sangat berhubungan dengan faktor usia. Meningkatnya usia

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KLINIK MATA PANGKALAN BUN Dr.AGUS ARIYANTO,SpM

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

BAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K DENGAN GANGGUAN SISTEM SENSORI VISUAL: PRE DAN POST OPERASI KATARAK DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BOYOLALI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

Diabetes dan Penyakit Mata

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ENGKI SOFYAN NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

TATALAKSANA TRAUMA PADA MATA No.Dokumen No. Revisi 00

BAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jasmani merupakan hal yang penting, karena saat keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan di masyarakat di negara-negara berkembang. Data tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. dipantau selama 3,5 tahun mempunyai kompliksai yang paling sering adalah

Standar Operasional Prosedur Untuk Kader Katarak

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa sel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata di BPRSUD Kota Salatiga

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Katarak 1. Definisi Nama katarak berasal dari berbagai bahasa, diantaranya dari bahasa yunani katarrhakies, bahasa inggris cataract, dan dari bahasa latincataracta yang berarti air terjun. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sendiri disebut bular atau adanya warna putih pada mata. Atau dengan kata lain katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa yang mengarah pada penurunan ketajaman penglihatan dan/atau terjadinyacacat fungsional pada mata yang dapat dirasakan pasien (Murril et al,2004; Vaughan et al,2000). 2. Faktor Resiko Katarak Dengan bertambahnya usia, faktor resiko berkembangnya penyakit katarak menurut Murril et al (2004) antara lain : a. Diabetes Mellitus, pasien dengan penyakit diabetes mellitus memiliki resiko tinggi terkena katarak. b. Obat, beberapa obat terbukti berhubungan dengan kataraktogenesis dan kebutaan, antara lain kortikosteroid berhubungan dengan katarak subkapsular posterior. c. Radiasi Ultraviolet, resiko katarak meningkat pada paparan langsung radiasi sinar ultraviolet. d. Rokok dan Alkohol, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alcohol dapat meningkatkan resiko untuk terkena penyakit katarak. 3. Gejala dan Tanda Katarak Penyakit katarak dapat terjadi tanpa munculnya gejala, atau dapat pula ditemukan secara kebetulan pada saat dilakukan pemeriksaan mata pasien.katarak jarang menimbulkan rasa sakit namun dapat membuat 4

5 penglihatan bagian sentral menjadi hilang bahkan dapat sampai pada terjadinya kebutaan (Tana, 2006). Salah satu keluhan awal yang di rasakan pasien adalah penglihatan silau atau tidak tahan terhadap cahaya yang cukup terang, contohnya sinar matahari langsung atau sinar lampu dari kendaraan bermotor. Kemudian, penglihatan pada jarak jauh maupun jarak dekat akan mulai terganggu. Keluhan lain yang dapat timbul berupa penglihatan yang berkabut, penglihatan pada warna menjadi tidak jelas, atau penlihatan berganda (WHO,1996) 4. Klasifikasi Menurut Vaughan et al (2000) klasifikasi katarak, antara lain: a. Katarak Senilis, merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Radiasi ultraviolet merupakan faktor signifikan timbulnya katarak senilis. Katarak senilis berkembang sangat lambat, dan pasien kemungkinan meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. b. Katarak Anak Anak, dibedakan menjadi dua, yaitu katarak kongenital (infantilis) yang terdapat sejak lahir dan katarak yang didapat yang timbul karena sebab sebab spesifik. c. Katarak Traumatik, paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul pada bola mata. d. Katarak Sekunder, adalah katarak yang terbentuk sebagai efek langsung suatu penyakit seperti penyakit intraokular, penyakit sistemik, toksisitas suatu zat, atau gangguan pada membrane sekunder. 5. Stadium Menurut Ilyas (2010), katarak dibagi ke dalam 4 stadium, yaitu : a. Katarak insipien, terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior jika pada katarak kortikal. b. Katarak imatur, sebagian lensa menjadi keruh dan volume lensa bertambah karena meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Sehingga lensa menjadi cembung dan akan menghambat kerja pupil. Keadaan ini dapat berkembang menjadi glaukoma sekunder.

6 c. Katarak matur, kekeruhan terjadi pada semua bagian lensa karena deposisi ion Ca menyeluruh. Bila pada saat katarak imatur kelebihan cairan tidak dihilangkan, maka pada saat katarak matur cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal, namun akibatnya terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan mengakibatkan kalsifikasi lensa. d. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi akan keluar dari kapsul lensa,dan meninggalkan lipatan pada kapsul lensa. Bisa juga terjadi, bila proses katarak berlajut dan disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, korteks akan menggelembung disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena nukleus lebih berat. 6. Diagnosis Katarak dapat didiagnosis pada saat pemeriksaan rutin mata.ini karena sebagian besar katarak tidak dapat dilihat pada pengamatan awal. Katarak akan mulai tampak pada stadium matur atau hipermatur, yang berpotensi menimbulkan kebutaan. Namun, katarak pada stadium perkembangannya yang paling awal, dapat diketahui melalui dilatasi maksimum pupil dengan alat ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp (Murril et al,2004) Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak antara lain pemeriksaan sinar celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin,tonometer.pemeriksaan prabedah lainnya yang diperlukan seperti pemeriksaan kemungkinan adanaya infeksi pada kelopak mata atau konjungtiva (Ilyas, 2010). 7. Penatalaksanaan Saat ini katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akantetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi belum diperlukan. Menurut Ilyas (2010) ekstraksi katarak merupakan cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang terkena katarak. Terdapat ada 2 tipe bedah lensa yaitu

7 Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE) dan Extra Capsuler Cataract Ekstraksi (ECCE). a. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi(ICCE)atau Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang telah populer cukup lama. ICCE tidak boleh dilakukan pada pasien berusia <40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. b. Extra Capsular Cataract Extraction(ECCE)atau Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan tadi. Pembedahan ini antara lain dapat dilakukan pada pasien katarak muda, atau disertai dengan kelainan seperti kelainan endotel, keratoplasti, implantasi lensa. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. Teknik lain yang tidak kalah populernya adalahn fakoemulsifikasi (fako). Fako dilakukan dengan cara irigasi atau aspirasi atau keduanya.ini merupakan teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonic untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil, sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat dan keuntungan insisi lumbus yang kecil menjadi berkurang jika akan dimasukan lensa intraokular.

8 6. Perawatan Pasca Bedah Jika digunakan teknik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan memakai kacamataatau memakai pelindung biasa. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, namun biasanya pasien akan melihat lebih baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (Vaughan et al,2000). B. Farmakoekonomi 1. Definisi Farmakoekonomi dapat diartikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi obat untuk system pelayanan kesehatan dan masyarakat. Spesifikasi lain menyebutkan bahwa penelitian farmakoekonomi merupakan proses identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi serta determinasi suatu alternatif terbaik. Biaya diartikan sebagai nilai dari sumber yang dikonsumsi oleh program atau terapi obat.sedangkan konsekuensi diartikan sebagai efek, output atau outcomes dari program atau terapi obat.pertimbangan keduanya antara biaya dan konsekuensi membedakan banyak metode evaluasi farmakoekonomi dari strategi yang mengandung biaya ringan dan evaluasi penggunaan obat (Dipiro et al, 2011). 2. Perspektif Farmakoekonomi Menilai biaya dan nilai dari suatu produk farmasi atau jasa bergantung pada perspektif evaluasi.perspektif sangat penting karena nilai yang ditempatkan pada pengobatan alternatif akan sangat tergantung pada sudut pandang yang diambil.yang termasuk perspektif umum farmakoekonomi

9 menurut Dipiro et al (2011) yaitu penyedia layanan, pasien, pembayar dan masyarakat. a. Perspektif Pasien Perspektif pasien sangat penting karena pasien adalah konsumen utama dari layanan kesehatan.biaya dari perspektif pasien pada dasarnya apa yang pasien bayarkan untuk suatu produk atau jasa pada bagian yang tidak diasuransikan. Konsekuensi, dari sudut pandang pasien, adalah efek klinis, baik positif maupun negatif. b. Perspektif Penyedia Biaya dari perspektif penyedia adalah biaya untuk menyediakan suatu produk atau jasa.penyedia contohnya adalah rumah sakit, atau praktik dokter swasta.dari perspektif inidapat diidentifikasi, diukur, dan dibandingkanbiaya langsungnya seperti obat-obatan, rawat inap, pemeriksaan laboratorium, dan gaji dari profesional kesehatan. c. Perspektif Pembayar Pembayar termasuk perusahaan asuransi, pengusaha, atau pemerintah.dari perspektif ini, biaya merupakan biaya untuk produk kesehatan dan jasa diperbolehkan atau diganti oleh pembayar.biaya utamanya adalah biaya yang bersifat langsung dan biaya tidak langsungnya, seperti hari kerja yang hilang (absensi), berada di tempat kerja tapi tidak enak badan dan oleh karena itu memiliki produktivitas yang lebih rendah. d. Perspektif Masyarakat Perspektif masyarakat cakupannya luas dari semua perspektif karena merupakan satu-satunya yang mempertimbangkan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.secara teoritis, semua biaya langsung dan tidak langsung termasuk dalam evaluasi ekonomi dilakukan dari perspektif sosial.biaya dari perspektif ini termasuk morbiditas dan mortalitas pasien dan biaya keseluruhan memberi dan menerima perawatan medis. 3. Jenis Biaya Dalam Dipiro et al (2011) juga disebutkan beberapa biaya yang dapat diukur di farmakoekonomi.

10 a. Biaya langsung medis Biaya medis langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk produk medis dan jasa yang digunakan untuk mencegah, mendeteksi, dan / atau mengobati penyakit.contoh biaya ini termasuk obat-obatan, pasokan medis, dan peralatan, laboratorium dan tes diagnostik, rawat inap, dan kunjungan dokter. b. Biaya langsung nonmedis Biaya langsung nonmedis adalah setiap biaya untuk layanan nonmedis hasil dari penyakit atau penyakit. Biaya tersebut dikonsumsi untuk membeli layanan namun selain perawatan medis, contohnya bisys yang dihabiskan pasien untuk transportasi ke dan dari fasilitas kesehatan, ekstra perjalanan ke biaya perawatan gawat darurat, anak atau keluarga, diet khusus. c. Biaya tidak langsung nonmedis Biaya tidak langsung adalah biaya yang dihasilkan dari morbiditas dan mortalitas dan merupakan sumber penting dari sumber daya konsumsi, terutama dari perspektif pasien.biaya morbiditas biaya yang dikeluarkan dari pekerjaan yang hilang (yaitu, hilang produktivitas), sedangkan biaya kematian merupakan tahun yang hilang akibat kematian dini. d. Biaya tak teraba Biaya tak teraba adalah biaya dari hasil non keuangan lainnya dari penyakit dan perawatan medis.contohnya timbulnya rasa sakit, penderitaan, ketidaknyamanan, dan kesedihan, dan ini sulit untuk diukur secara kuantitatif dan tidak mungkin untuk mengukur dalam hal biaya ekonomi atau keuangan. e. BiayaOpportunity Biaya opportunity merupakan manfaat ekonomi yang hilang ketika menggunakan salah satu terapi bukan therapy alternatif terbaik

11 berikutnya.dengan kata lain, biaya oppotunity adalah nilai dari alternatif yang dikorbankan. f. Biaya Incremental Biaya incremental adalah biaya tambahan yang diperlukan untuk membeli unit tambahan efek dan menyediakan cara lain untuk menilai dampak farmakoekonomi dari layanan atau pilihan pengobatan pada populasi 4. Metode Evaluasi Metode evaluasi farmakoekonomi terdiri dari lima macam yaitu : a. Cost-Analysis (CA) Cost-Analysis, yaitu tipe analisis yang sederhana yang mengevaluasi intervensi-intervensi biaya.cost-analysis dilakukan untuk melihat semua biaya dalam pelaksanaan atau pengobatan, dan tidak membandingkan pelaksanaan, pengobatan atau evaluasi efikasi (Tjiptoherijanto, 2007). b. Cost-Minimization Analysis (CMA) Cost-Minimization Analysis adalah tipe analisis untuk menentukan biaya terendah dari dua atau lebih alternative terapi.analisis ini digunakan untuk menguji biaya relatif yangdihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang diperoleh. Pendapat kritis analisis costminimization hanya digunakan untuk hasil prosedur hasil pengobatan yang sama (Dipiro et al, 2011). c. Cost-Benefits Analysis (CBA) Analisis Cost-Benefit adalah tipe analisis yang membandingkan antara seluruh biaya dan manfaat dari suatu program. Manfaat yang dimaksud adalah jika terdapat kerugian di masa yang akan dating, maka kerugian tersebut dapat dicegah oleh keberhasilan program (Tjiptoherijanto, 2007). d. Cost-Effectiveness Analysis (CEA) Pada dasarnya analisis cost effectiveness membandingkan antara total biaya yang dikeluarkan dengan seluruh manfaat dari suatu program yang telah dibiayai. Analisis Cost-Effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih serta menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa

12 program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria pemilihan program yang akan dipilih berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempengaruhidiscounted unit costterendahlah yang akan dipilih oleh para analisis atau pengambil keputusan. Analisis cost effectivenessmengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke dalam ratio pada obat yang dibandingkan (Tjiptoherijanto, 2007). Analisa efektifitas biayanya menggunakan analisa Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER).ACER digunakan untuk mempertimbangkan biaya tiap penambahan outcome yang diterima dari suatu program.sedangkan ICER digunakan untuk menghitung biaya tambahan untuk menambah unit outcome.secara matematis dapat di tulis sebagai berikut (Honeycut,2006): e. Cost-Utility Analysis (CUA) AnalisisCost Utility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility dengan beban lama hidup, menghitung biaya per utility, atau mengukur ratio untuk membandingkan antara beberapa program. Dalam CUA, peningkatan kesehatan diukur dalam penyesuaian kualitas hidup (Quality Adjusted Life Years, QALYs) (Tjiptoherijanto, 2007). C. Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik(siregar, 2003).

13 Menurut Azwar (1996), ditinjau dari kemampuan yang dimiliki, rumah sakit di Indonesia dibedakan atas 5 macam yaitu: 1. Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kedokteran spesialis dan sub spesialis, disebut pula sebagai Rumah Sakit Pusat. 2. Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan rumah sakit subspesialis terbatas. Rumah sakit tipe ini didirikan di setiap ibukota provinsi (provincial hospital) dan menjadi tempat rujukan dari rumah sakit Kabupaten. 3. Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas. 4. Rumah Sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Saat ini kemampuan rumah sakit kelas D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit ini juga menampung rujukan dari Puskesmas. 5. Rumah Sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. D. Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) BKMM merupakan Unit Pelaksana Teknis di bidang kesehatan mata dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat yang bertugas melaksanakan upaya penanggulangan penyakit mata secara menyeluruh beserta system rujukannya, dengan berorientasi kepada masyarakat dan kelayakan kemampuan ekonominya. Sesuai dengan kegiatan BKMM di atas, maka kegiatan yang dilaksanakan oleh BKMM bisa dibedakan menjadi kegiatan di dalm gedung dan kegiatan di luar gedung.kegiatan dalam gedung meliputi unit poliklinik, unit spesialistik,

14 unit kamar obat, unit laboratorium, unit refraksi, unit observasi, dan unit KIE.Sedangkan kegiatan di luar gedung meliputi promosi kesehatan mata di puskesmas atau di sekolah serta pelatihan tenaga medis di bidang pencegahan kebutaan dan katarak paripurna (Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1998). E. Jenis Pelayanan Perawatan Pasien Menurut Siregar (2003), jenis pelayanan perawatan yang diberikan di rumah sakit ada 2 macam: 1. Perawatan Penderita Rawat Tinggal/ Inap Perawatan ini diberikan kepada penderita di rumah sakit, menggunakan fasilitas rumah sakit, dan pasien terikat secara fisik di rumah sakit. 2. Perawatan Penderita Rawat Jalan Perawatan ini diberikan kepada penderita melalui rumah sakit, yang menggunakan fasilitas rumah sakit tanpa terikat secara fisik di rumah sakit.penderita datang ke rumah sakit untuk pengobatan atau untuk diagnosis atau datang sebagai kasus darurat. Sedangkan menurut Castoro et al (2007), beberapa jenis pelayanan kesehatan yang tersedia antara lain : a. Rawat Inap (In Patient) Adalah pasien diakui berada di rumah sakit baik umum atau khusus untuk tinggal selama 24 jam atau lebih. b. Rawat Jalan (Out Patien) Adalah pasien yang menjalani pengobatan di rumah sakit namun tidak berada disana untuk tinggal selama 24 jam atau lebih. c. Bedah Rawat Jalan (Day Surgery) Day surgery mengacu pada praktek dimana rumah sakit bersedia untuk secara hati hati memilih hari operasi dan menyiapkan pasien untuk prosedur bedah yang direncanakan.operasi ini dilakukan tidak secara mendadak dan mereka dapat keluar dari rumah sakit selang waktu tertentu setelah mereka menjalani operasi.