BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB III METODEI PENELITIAN

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang di pahami dan di mengerti dengan benar. Ernawati (2003;8) mengemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini terfokus pada peserta didik SD Negeri 1 Gedong Tataan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik.

Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kelas Awal Sekolah Dasar di Provinsi Sulawesi Selatan

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SD. Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom ction research) yang bersifat refleksi dan. Proses Penelitian Tidakan Kelas

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

KOREKSI PEMBELAJARAN BERBASIS SISWA (STUDENT CENTERED LEARNING) DALAM PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya : a) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; b) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; c) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; d) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; e) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi. f) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; g) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Berdasar uraian di atas dapat dikaji bahwa banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar bila dilakukan pembelajaran tematik, misal dapat mermusatkan perhatian,kompetensi dasar dapat dikembangkan,dapat berkomonikasi dengan situasi nyata, guru dapat menghemat waktu.namun sebagai pendidik harus dapat memilih bahanpelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak, untuk dapat 5

6 digunakan sebagai sumber belajar agar dapat memotivasi anak,sehingga dapat meningkatkan hasil belajar anak. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak sangatlah beragam, mulai faktor yang berasal dari diri sendiri, keluarga, latar belakang sosial budaya, ekonomi dan pengetahuan.bagi guru faktor terpenting untuk di aplikasikan dalam pembelajaran di sekolah adalah bahan pelajaaran. Guru hendaknya dapat memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan usia dan menarik minat siswa,untuk dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar. 2.1.2 Landasan Pembelajaran Tematik Landasan Pembelajaran tematik mencakup : a) Landasan Filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, yaitu (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, (3) humanism. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus meneerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasan, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. b) Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran

7 tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. c) Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang SItem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). 2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : a)berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilisator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b) Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu. c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

8 Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e) Bersifat Fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f) Hasil Pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Dapat disimpulkan bahwa sesuai karakteristik pembelajaran tematik,pembelajaran yang bertema keluarga dengan standar kompetensi Mendeskripsikan lingkungan rumah. mengenal berbagai benda langit dan peristiwa alam ( cuaca dan musim ) serta mengenal bangun datar sederhana sedangkan kompetensi dasarnya adalahmendeskripsikan letak rumah,mengidentifikasi penyebab benda benda bergerak ( baterai, per/pegas, dorongan tangan, dan magnet,melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.maka pembelajaran tema keluarga dapat ditunjang oleh uraian diatas dan harapannya dapat meningkatkan hasil belajar 2.1.4 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Gagne (Sumantri, 2001 : 14) terdiri dari lima macam kemampuan yaitu : a) Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada penalaran yang rumit. b) Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah. c) Informasi ferbal, pengetahuan dalam arti informasi non fakta. d) Ketrampilan motorik, menulis, mengetik, menggunakan peraga, dsb.

9 e) Sikap dan skor, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimulai seseorang. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan menjadi tiga kemampuan yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Slameto (2003; 3), perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya. Karena itu, sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki ciri-ciri a) Perubahan terjadi secara sadar.perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. b) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. c) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. d) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. e) Perubahan mecakup seluruh aspek tingkah laku. Secara garis besar pembelajaran matematika harus mengacu pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar matematika. Standar kompetensi matematika merupakan kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukan siswa pada hasil belajarnya dalam pelajaran matematika (Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 3,2005; 7). Dari uraian dan pendapat dari pakar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalahinformasi tentang kemajuan dalam upaya mencapai tujuan siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu, untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitan dan menyarankan kegiatan remidial atau perbaikan. 2.1.5 Langkah- Langkah Modelcooperative learning tipe make a match Proses cooperative learning tipe make a match yang dapat meningkatkan minat belajar siswa sebagai berikut: (a) Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari empat orang dan diberi LKS untuk didiskusikan, (b) Sebagai sesi review, setiap siswa memperoleh dua buah kartu yang berisi kartu soal dan kartu jawab yang bukan pasangannya, setiap siswa mencari kartu jawaban dari kartu soal yang dipegang yang berada pada teman satu kelompok atau dua kelompok lain yang telah

10 ditentukan sebelumnya, jika seluruh anggota kelompok telah menemukan pasangan kartu yang cocok, maka kelompok tersebut memberi tanda, jika ada siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya, akan mendapat hukuman yang telah disepakati bersama, siswa juga boleh bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. Model cooperative learning tipe make a match. Lorna Cuuran,(1994) 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3. Tiap siswa memikirkan satu jawaban soal setiap siswa yang dipegang 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7. Demikian seterusnya 8. Kesimpulan/penutup 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Ratna Satyawati (2010),Upaya meningkatkan minat belajar Matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jenis Bantul dengan Model Cooperative Learning tipe Make A Math.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Proses cooperative learning tipe make a match yang dapat meningkatkan minat belajar siswa sebagai berikut: (a) Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari empat orang dan diberi LKS untuk didiskusikan, (b) Sebagai sesi review, setiap siswa memperoleh dua buah kartu yang berisi kartu soal dan kartu jawab yang bukan pasangannya, setiap siswa mencari kartu jawaban dari kartu soal yang dipegang yang berada pada teman satu kelompok atau dua kelompok lain yang telah ditentukan sebelumnya, jika seluruh anggota kelompok telah menemukan pasangan kartu yang cocok, maka kelompok tersebut memberi tanda, jika

11 ada siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya, akan mendapat hukuman yang telah disepakati bersama, siswa juga boleh bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. (2) Dengan cooperative learning tipe make a match, minat belajar matematika siswa mengalami peningkatan. 2.3 Kerangka Pikir Pada tahap awal sebelum guru menggunakan Pembelajaran Tematik Model Cooperative learning tipe make a match hasil belajar siswa kelas I SD Negeri Kambangan03 masih rendah. Dengan rendahnya hasil belajar tersebut guru berupaya meningkatkan hasil beajar dengan melakukan inovasi pembelajaran yang dilakukan adalah mengemas pembelajarannya dengan Pembelajaran Tematik Model Cooperative learning tipe make a match.

12 Alur berpikir pembelajaran konvensional dengan ( metode ceramah ) ke pembelajaran PAIKEM ( pendekatan Model Cooperative learning tipe make a match). PBM Konvensional dengan metode ceramah (berpusat pada guru) Pola berpikir siswa aabstrak ke konkret Perbaikan pembelajaran dengan PAIKEM(pendekatan Model Cooperative learning tipe make a match Hasil belajar dibawah KKM Pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran cooperative learning tipe make a match 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartujawaban..2.setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3. Tiap siswa memikirkan satu jawaban soal setiap siswa yang dipegang 1. berpasangan 2. diskusi 3. observasi 4. kerja kelompok 5. berpasangan 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya Tes Formatif Penilaian proses belajar b Prestasi:hasil belajar Prestasi belajar an ketuntasan klasikal 80 %.KERANGKA PIKIR

13 2.4 Hipotesa Tindakan Berdasarkan uraian dan kajian teori, yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: Penggunaan model Cooperative learning tipe make a match ada peningkatan hasil belajar tematik tema keluarga di kelas I semester II SD Negeri Kambangan 03 Kecamatan Blado kabupaten Batang tahun pelajaran 2011/2012.