ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI SISTEM KOLOID KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANGHARI ARTIKEL ILMIAH OLEH: AGNES MEGA KURNIAWATI G RRA1C114009 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JUNI 2018
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Artikel ilmiah berjudul Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Materi Sistem Koloid Kelas XI SMA Negeri 1 Batanghari yang disusun oleh Agnes Mega Kurniawati G (RRA1C114009) telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing. Jambi, Juni 2018 Pembimbing I, Dr. Harizon,M.Si NIP. 19651016 199203 1 010 Jambi, Juni 2018 Pembimbing II, Drs. Affan Malik, M.E NIP. 19580717 198403 1 003 1
ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI SISTEM KOLOID KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANGHARI Oleh: Agnes Mega Kurniawati G 1), Harizon 2), Affan Malik 2) 1) Alumni Prodi Pendidikan Kimia 2) Dosen Pendidikan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi E-mail: agnes_mega11@yahoo.com ABSTRAK Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses adalah model pembelajaran yang digunakan guru belum memunculkan keterampilan proses sains secara maksimal. Penggunaan model Problem Based Learning bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa, karena model Problem Based Learning melibatkan peserta didik pada situasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterlaksanaan model Learning dan pengaruhnya terhadap keterampilan proses sains pada materi sistem koloid kelas XI MIPA SMAN 1 Batanghari. Jenis penelitian ini adalah mix method dengan mendahulukan data kualitatif dan dilanjutkan dengan data kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ada 2 yaitu teknik analisa data kualitatif menggunakan Miles and Huberman yang diperoleh dari keterlaksanaan model oleh guru, dan teknik analisis data kuantitatif menggunakan korelasi Product Moment dilanjutkan dengan uji-t. Hubungan keterlaksanaan model Learning dengan kemampuan keterampilan proses sains diperoleh r xy = 0,73516 dengan tingkat hubungan kuat. Dari hasil penelitian, Problem Based Learning berjalan dengan baik dan terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa pada setiap pertemuan. Kata Kunci : Problem Based Learing, Keterampilan Proses Sains, Sistem Koloid. 2
PENDAHULUAN Pada hakikatnya pendidikan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga tidak bisa lepas dari kehidupan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini dapat dilalui dengan proses pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas siswa di kelas. Kurikulum 2013 merupakan salah satunya, dimana kurikulum tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2013). Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Dengan begitu siswa sudah dapat menerapkan proses pembelajaran secara 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan (Hosnan, 2014). Pembelajaran kimia merupakan pembelajaran kompleks yang tidak hanya mencakup konsep perhitungan, melainkan bereksperimen dalam rangka pemberian pengalaman belajar secara langsung dan penerapan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya kegiatan tersebut terdapat dalam beberapa materi kimia disekolah, salah satunya sistem koloid. Pembelajaran sistem koloid merupakan salah satu materi kimia, yang diharapkan peserta didik mampu memahami konsep koloid, sifat-sifat koloid, dan peran koloid dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik materi, pada materi sistem koloid tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep, tetapi juga membutuhkan pembuktian melalui eksperimen dengan cara peserta didik mengamati, menganalisis, dan menyimpulkan secara mandiri. Melalui kegiatan eksperimen, peserta didik akan lebih memahami ilmu yang diperolehnya serta dapat membangun sendiri pengetahuannya dari proses kerja ilmiah. Hal ini membuktikan terdapat tiga hal yang tidak dapat dipisahkan dari kimia, yaitu kimia sebagai sikap, kimia sebagai produk, dan kimia sebagai proses. Dengan demikian, keterampilan proses sangat penting untuk dilatihkan kepada peserta didik SMA khususnya pada materi sistem koloid. Keterampilan proses merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuan dalam melakukan penyelidikan (Qomariyah, 2014). Keterampilan proses dasar terdiri atas mengamati, menggolongkan, mengukur, mengkomunikasikan, menginterpretasi data, memprediksi, menggunakan alat, melakukan percobaan, dan menyimpulkan. Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menghadapkan siswa pada permasalahan yang nyata pada permasalahan yang nyata pada kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri dalam memecahkan masalah serta mengupayakan berbagai macam solusinya (Purnamaningrum, 2012). Hal ini sesuai dengan karakteristik dari materi koloid yang sejatinya berisi konsep-konsep yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Model problem based learning (PBL) yang 3
merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang berpusat pada siswa dengan pendekatan berfokus pada keterampilan. PBL akan membantu peserta didik belajar tentang konten dan keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan peserta didik pada situasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata mereka. Sehingga model Problem Based Learning akan lebih efektif terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa dibandingkan model lain (Arends; 2004) Beberapa penelitian mengenai keterampilan proses sains dan hubungannya dengan model Learning, diantaranya oleh Listika dkk (2016) dan Wirda (2015) menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan proses sains disebabkan karena model tersebut mengorientasi siswa pada masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja ilmiah. Hasil dari penelitian Azzahrotul (2017) yakni pengaruh penerapan model PBL (Problem Based Learning) terhadap keterampilan proses sains siswa juga menunjukkan hasil yang sama. Model PBL yang digunakan berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi kelarutan dan hasil kelarutan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Materi Sistem Koloid Kelas XI SMA Negeri 1 Batanghari. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan berasal dari kata dasar laksana, kata terlaksana sendiri dapat diartikan yang berarti benda yang dipegang dan menjadi tanda khusus suatu area (Anonim, 2005). Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan keterlaksanaan pembelajaran adalah proses yang terjadi atau proses timbal balik antara guru dan siswa dan media belajar untuk mencapai tujuan yang ada dalam kurikulum (Sugihartono, dkk, 2007). B. Teori Belajar Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk konstektual (CTL) adalah pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teaching centered. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan ini tidak lagi sesuai (Trianto, 2007). Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada 4
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2007). C. Model Pembelajaran Kooperatif Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah dalam Model Problem Based Learning (PBL) harus sesuai dengan langkahlangkah metode ilmiah. Langkahlangkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen,2001), yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8) melakukan tindakan untuk memecahkan masalah. E. Keterampilan Proses Sains Menurut Ertikanto (2016) keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan peruatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponenkomponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. Menurut Kinkin Suartini (dalam Zulaeha, 2014) keterampilan proses sains atau KPS meliputi keterampilan mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan konsep, melakukan komunikasi dan melaksanakan percobaan. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum di sekolah. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif sekaligus mengembangkan keterampilan proses sains siswa. F. Karakteristik Materi Koloid merupakan dua zat yang terdiri dari fase terdispersi dan medium pendispersi. Fase terdispersi merupakan zat yang didispersikan, sedangkan medium pendispersi merupakan medium yang digunakan untuk mendispersikan. Partikel koloid mempunyai ukuran yang lebih besar dari partikel larutan dan lebih kecil dari partikel suspensi. Asam dan basa merupakan 5
dua senyawa kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Koloid mempunyai sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat tersebut sangat berguna dan sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Sifat tersebut antara lain efek Tyndall dan Gerak Brown. Sifat-sifat koloid ini hanya berlaku untuk sistem koloid sol. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Batanghari pada materi sistem koloid semester genap tahun ajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah mix method dengan mendahulukan data kualitatif dan dilanjutkan dengan data kuantitatif. Sampel diambil secara Cluster Random Sampling dari 6 kelas dipilih secara acak dan didapatkan 1 kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterlaksanaan model dan lembar observasi keterampilan proses sains. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ada 2 yaitu teknik analisa data kualitatif menggunakan Miles and Huberman yang diperoleh dari keterlaksanaan model oleh guru, dan teknik analisis data kuantitatif menggunakan korelasi Product Moment dilanjutkan dengan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama-tama kelas sampel diberi perlakuan, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Data yang dianalisis adalah lembar observasi keterlaksanaan model dengan lembar observasi keterampilan proses sains. Teknik analisis data yang dimaksudkan untuk menguji data yang diperoleh. Adapun pengujian tersebut adalah sebagai berikut: Uji Korelasi Hasil uji korelasi keterlaksanaan model Problem Based Learning dengan keterampilan proses sains diperoleh rxy sebesar 0,73. Selanjutnya nilai rxy yang diperoleh diinterpretasikan untuk melihat kuatnya hubungan korelasi tersebut. Uji t Hasil perhitungan uji t pengaruh keterlaksanaan model Problem Based Learning dengan keterampilan proses sains siswa diperoleh nilai 6,30. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan ttabel = 1,6828 maka diketahui thitung>ttabel yaitu 6,30>1,6828 dengan dk 33. Pembahasan Keterlaksanaan model Learning oleh guru sudah terlaksana dengan baik, namun masih ada beberapa langkah pembelajaran yang masih belum maksimal diterapkan. Pada pertemuan pertama ada beberapa kekurangan dan diperbaiki pada pertemuan selanjutnya, sehingga keterlaksanaan model Learning meningkat pada tiap pertemuan, dikarenakan adanya evaluasi dan perbaikan pada langkah pembelajaran yang kurang maksimal. Keterlaksanaan model Learning dengan metode eksperimen oleh siswa mengalami peningkatan persentase pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama persentase yang didapat adalah 52,32%, pada pertemuan kedua 66,88%, dan pada pertemuan ketiga 84,24%. Terjadi peningkatan aktivitas ini terjadi bukan semata-mata karena ketidak 6
sengajaan, namun dikarenakan Problem Based Learning oleh siswa berjalan dengan baik, sehingga siswa mulai terbiasa dengan diterapkannya model Learning oleh guru. Adapun persentase rata-rat dari ketiga pertemuan yang diperoleh adalah 67,83% dengan kategori baik. Persentase keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan di setiap pertemuannya. Diketahui persentase pada pertemuan pertama 52,60%, kemudian pada pertemuan kedua mengalami kenaikan dengan persentase 66,47%, dan pada pertemuan ketiga mengalami kenaikan dengan rata-rata 82,60%. Dari persentase rata-rata sebesar 67,22% dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa termasuk pada kategori baik. Setelah itu dilanjutkan dengan uji korelasi. Hasil uji korelasi Problem Based Learning dan keterampilan proses sains siswa diperoleh rxy sebesar 0,73. Selanjutnya nilai rxy yang diperoleh diinterpretasikan untuk melihat kuatnya hubungan korelasi antara Problem Based Learning dan keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan tabel pedoman interpretasi koefisien relasi menurut Sugiyono (2016), nilai rxy 0,73 memiliki tingkat hubungan kuat karena berada pada rentang 0,60-0,799. Hal ini berarti korelasi antara Problem Based Learning dengan keterampilan proses sains siswa pada penelitian ini memiliki tingkat hubungan yang kuat. Setelah diketahui tingkat korelasi antara keterlaksanaan model Learning dengan metode eksperimen dan keterampilan proses sains siswa, maka dilanjutkan dengan uji-t. Hasil perhitungan uji t pengaruh Problem Based Learning terhadap keterampilan proses sains siswa diperoleh nilai 6,30. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan ttabel=1,6828 maka diketahui thitung>ttabel yaitu 6,30>1,6828 dengan dk 33, berarti ada pengaruh positif antara keterlaksanaan model Learning terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sistem koloid kelas XI MIPA 2 di SMA Negeri 1 Batanghari. Berdasarkan hipotesis di atas maka dapat disimpulkan dengan diterimanya hipotesis, yaitu H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat dikatakan bahwa semakin baik Problem Based Learning maka keterampilan proses sains siswa juga baik. Adapun kendala saat melaksanakan pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif Problem Based Learning, diantaranya pada pertemuan awal siswa belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Siswa masih bingung dengan permasalahan yang diberikan, sehingga guru harus lebih terampil untuk memilih masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa juga sering kurang teliti dalam mengamati, dan kurang mengerti dalam merumuskan hipotesis. Namun setelah pertemuan yang pertama, di pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai terbiasa 7
Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterlaksanaan model Learning pada materi sistem koloid kelas XI SMA Negeri 1 Batanghari sudah terlaksana dengan baik dan mengalami peningkatan tiap pertemuannya ditinjau dari aktivitas guru dan siswa. 2. Hasil perhitungan uji t diperoleh thitung>ttabel yaitu 6,30>1,6828 dengan dk 33, berarti terdapat pengaruh yang positif antara keterlaksanaan model Learning terhadap keterampilan proses sains pada materi sistem koloid kelas XI SMA Negeri 1 Batanghari. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dan berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan: 1. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol agar perbandingan dapat terlihat jelas 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih banyak menggunakan indikator keterampilan proses sains yang akan diobservasi Daftar pustaka Arends, Richard I, 2004. Classroom Instruction and Management. New York: Mc-Graw Hill. Ertikanto., C. 2016. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Media Akademi. Hosnan., 2014. Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor : Ghalia Indonesia. Ibrahim, M. dan Nur, M., 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Mulyasa., 2013. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Purnamaningrum, A., & Probosari, R. M., 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 3, 4(3), 39-51 Sudarmo, U., 2013. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Sudjana., 2014. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Sugihartono., Fathiyah, K. N., Setiawati, F. A., 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono, 2014, Metodologi Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kualitatif dan 8
Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Trianto, S. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Zulaeha, I. W., Darmadi, & Werdhiana, K., 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe, Explain Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Balaesang. Jurnal 9