BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan dalam infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), faringitis sendiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan

Tonsilofaringitis Akut

Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dokter yang umumnya dimulai dari penerimaan resep, pengkajian resep, penyiapan

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3 5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis lazim terjadi di seluruh dunia, umumnya di daerah beriklim musim dingin dan awal musim semi. Di Amerika Serikat, sekitar 84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat infeksi saluran pernafasan akut pada tahun 1998 dan sekitar 25 juta pasien biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas (Somro, 2011). Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis akut masuk dalam sepuluh besar kasus penyakit yang dirawat jalan dengan presentase jumlah penderita 1,5 % atau sebanyak

2 214.781 orang (Departemen Kesehatan, 2004). Penyakit faringitis akut menurut data dinas kesehatan Kota Bandar Lampung adalah penyakit yang masuk ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak dari seluruh puskesmas di Bandar Lampung yang termasuk pasien lama dan pasien baru dalam periode Januari Mei 2014 (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2014). Menurut data dari Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung faringitis akut juga memasuki urutan penyakit sepuluh besar terbanyak dan menduduki urutan kelima pasien rawat jalan di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari Desember 2013. Faringitis akut merupakan salah satu klasifikasi dalam faringitis. Faringitis akut adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang bersifat mendadak dan cepat memberat. Faringitis akut dapat menyerang semua umur. Faringitis akut dapat disebabkan oleh viral, bakteri, fungal dan gonorea. Penyebab terbanyak radang ini adalah kuman golongan Streptococcus β hemoliticus, Streptococcus viridians dan Streptococcus piogenes. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus influenza dan adenovirus. Faringitis akut dapat menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita faringitis (Rusmarjono dan hermani, 2007). Faktor risiko penyebab faringitis biasanya karena udara dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebih, gejala predormal dari

3 penyakit scarlet fever dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam (Gore, 2013). Tanda dan gejala dari faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus β hemoliticus group A serupa dengan faringitis yang bukan disebabkan oleh Streptococcus β hemoliticus group A (Dipiro, 2008), oleh sebab itu penting untuk menentukan penyebab terjadinya faringitis untuk penentuan terapi yang akan digunakan. Penentuan penyebab faringitis yang paling akurat (gold standard) adalah dengan menggunakan kultur apusan tenggorokan. Kelemahan dari metode ini antara lain biaya yang mahal dan perlu waktu untuk mengetahui hasilnya sekitar 1 2 hari (Aalbers, 2011). Dalam pengobatan faringitis sangat penting untuk memastikan penyebab dalam menentukan pengobatan yang tepat. Antibiotika diberikan pada pasien dengan faringitis yang disebabkan oleh bakteri (Dipiro, 2008). Penggunaan antibiotika yang kurang tepat dalam pengobatan faringitis juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi (Wierzbanowska, 2009). Masalah yang sering ditemui adalah banyak hasil penelitian yang menunjukan ketidaktepatan peresepan yang terjadi di banyak negara terutama negara-negara berkembang seperti Indonesia (Horgerzeil et al., 1993). Ketidaktepatan peresepan dapat mengakibatkan masalah seperti tidak tercapainya tujuan terapi, meningkatnya kejadian efek samping obat, meningkatnya resistensi antibiotik, penyebaran infeksi melalui injeksi yang tidak steril dan pemborosan sumber daya kesehatan yang langka (World Health Organization, 2009).

4 Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007 mengeluarkan standar pelayanan di fasilitas kesehatan yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai beberapa macam penyakit termasuk penyakit faringitis akut. Standar tersebut meliputi definisi, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi, penegakan diagnostik, komplikasi serta penatalaksanaan faringitis akut. Dari latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian untuk melihat kesesuaian peresepan obat faringitis akut terhadap standar pengobatan faringitis akut di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari Desember 2013. 1.2 Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil adalah apakah peresepan obat untuk penyakit faringitis akut di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari Desember 2013 telah sesuai dengan standar pengobatan penyakit faringitis akut? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui kesesuaian peresepan obat faringitis akut terhadap standar pengobatan faringitis akut di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari Desember 2013.

5 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kesesuaian jenis obat dalam resep faringitis akut terhadap standar pengobatan faringitis akut di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari Desember 2013. 2. Mengetahui kesesuaian dosis obat dalam resep faringitis akut terhadap standar pengobatan faringitis akut di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari Desember 2013. 3. Mengetahui kesesuaian lama pemberian obat dalam resep faringitis akut terhadap standar pengobatan faringitis akut di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari Desember 2013. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian. 2. Bagi puskesmas sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan program pemerintah serta lebih menambah pengetahuan tentang perbedaan dari setiap etiologi dan gejala faringitis akut agar pengobatan dapat lebih baik. 3. Bagi peneliti lain sebagai acuan atau bahan pustaka untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, khususnya tentang bidang farmasi, yaitu kesesuaian peresepan dengan standar pengobatannya.

6 1.5 Kerangka teori Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise (Vincent, 2004). Terapi pada penderita faringitis viral dapat diberikan aspirin atau asetaminofen untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan. Penderita dianjurkan untuk beristirahat di rumah dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Terapi untuk faringitis bakterial diberikan antibiotik terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini Streptococcus β hemoliticus group A. Dapat juga diberikan penicillin G banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgbb dosis dibagi 3 kali/hari selama sepuluh hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6 10 hari, jika pasien alergi terhadap penicillin maka diberikan eritromisin 4x500 mg/hari. Kumur dengan air hangat atau antiseptik beberapa kali sehari. Faringitis yang disebabkan oleh candida dapat diberikan nystasin 100.000 400.000 2 kali/hari dan faringitis yang disebabkan Gonorea dapat diberikan sefalosporin generasi ke-tiga, ceftriakson 250 mg secara injeksi intramuskular (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)

7 Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi bakteri Streptococcus β hemoliticus group A dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraselular yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup jantung dan glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulonefritis terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi (Rusmarjono dan hermani, 2007). Pengobatan merupakan proses yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Kriteria pengobatan rasional, antara lain: sesuai dengan indikasi penyakit, diberikan dengan dosis yang tepat, cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat, lama pemberian yang tepat, obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin, tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau, meminimalkan efek samping dan alergi obat (Yusmaninita, 2009). Peresepan yang tidak rasional akan menimbulkan kegagalan terapi pada pasien (World Health Organization, 2010). Peresepan yang rasional seharusnya terdapat identitas pembuat resep, jenis dan bentuk sediaan obat, tanggal pembuatan resep, dosis dan jumlah obat, label, identitas pasien,

8 serta tanda tangan pembuat resep (de Vries et al., 2000). Dari resep yang tertulis diatas akan di bandingkan resep tersebut dengan standar pengobatan yang di keluarkan oleh Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas 2007. ETIOLOGI FAKTOR RESIKO Virus Bakteri Alergi Trauma iritan dan lainlain. Udara dingin turunnya daya tahan tubuh konsumsi makanan kurang gizi alkohol FARINGITIS AKUT Penatalaksanaan Faringitis akut : Viral : metisoprinol (isoprenosine) Bakteri (Streptococcus β hemoliticus) : Penicilin G Benzatin,amoksisilin,eritromisin, kortikosteroid (deksametason). Fungal : nystatin Gonorea : sefalosporin generasi ke-tiga Peresepan obat rasional Benar dan Jelas Sesuai dengan kebutuhan pasien Mempertimbangkan jenis obat, lama pemberian dan dosis yang sesuai. Peresepan obat tidak rasional Menyimpang Pembiayaan yang terlalu banyak Resistensi obat serta kekambuhan berulang. Gambar 1. Kerangka Teori

9 1.6 Kerangka konsep Resep Obat Faringitis Akut Rasional Tidak Rasional - Jenis Obat - Dosis Obat - Lama Pemberian - Jenis Obat - Dosis Obat - Lama Pemberian Gambar 2. Kerangka Konsep 1.7 Hipotesis Terdapat kesesuaian peresepan penyakit faringitis akut terhadap standar pengobatan penyakit faringitis akut di Puskesmas Rawat Inap Simpur Bandar Lampung periode Januari Desember 2013.