BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas adalah suatu pengukuran untuk menentukan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu instrumen dapat menjalankan fungsinya (24). Uji validitas berkaitan dengan ketepatan atau kesesuaian alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga alat ukur benar-benar dapat mengukur apa yang perlu diukur. Uji reliabilitas adalah uji untuk menunjukkan sejauh mana tingkat konsisten pengukuran dari suatu responden atau sejauhmana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interprestrasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Pada uji reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha (24). Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas sebanyak 2 kali dan memodifikasi pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Kuesioner pertama dari 28 soal pertanyaan yang terdiri dari 19 pertanyaan pengetahuan dan 9 pertanyaan sikap penggunaan yang terdapat dalam kuesioner, setelah di uji validasi terdapat 5 pertanyaan yang tidak valid dari 19 pertanyaan pengetahuan dan 2 pertanyaan yang tidak valid dari 9 pertanyaan sikap penggunan yang nilai P > 0,10. Peneliti menyusun kembali kuesioner dengan memodifikasi pertanyaan dalam kuesioner dengan menggunakan kalimat yang lebih dimengerti oleh masyarakat yang kemudian di lakukan lagi terhadap 30 responden yang berbeda. Pada uji validitas dan reliabilitas yang kedua diperoleh semua pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner valid, dengan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,721 di mana dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,6 (22). Dengan demikian jumlah item tentang pengetahuan sebanyak 19 pertanyaan dan 9 pertanyaan tentang penggunaan yang akan digunakan dalam penelitian ini. 29

2 30 Tabel 4.1 Uji Validitasi Pertanyaan Sikap Penggunaan Antibiotik Dengan α=10% No pertanyaan Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) Keterangan 1 0,469 0,009 Valid 2 0,383 0,036 Valid 3 0,608 0,000 Valid 4 0,608 0,000 Valid 5 0,707 0,000 Valid 6 0,514 0,004 Valid 7 0,690 0,000 Valid 8 0,404 0,027 Valid 9 0,529 0,003 Valid Tabel 4.2Uji Validitasi Pertanyaan Pengetahuan Antibiotik Dengan α=10% No Pertanyaan Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) Keterangan 1 0,590 0,001 Valid 2 0,445 0,014 Valid 3 0,317 0,088 Valid 4 0,319 0,085 Valid 5 0,605 0,000 Valid 6 0,394 0,031 Valid 7 0,357 0,053 Valid 8 0,626 0,000 Valid 9 0,343 0,064 Valid 10 0,336 0,069 Valid 11 0,566 0,001 Valid 12 0,467 0,009 Valid 13 0,380 0,038 Valid 14 0,320 0,084 Valid 15 0,452 0,012 Valid 16 0,637 0,000 Valid 17 0,416 0,022 Valid 18 0,342 0,064 Valid 19 0,357 0,053 Valid

3 Gambaran Karakteristik Responden, Tingkat Pengetahuan dan Sikap penggunaan Antibiotik Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan di Ngancar Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman sebanyak 85 responden dan Sanggrahan Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman sebanyak 100 orang. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 185 responden. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.3 No Karakteristik Responden Tabel 4.3 Data Karakteristik Responden Ngancar Sanggrahan 1 Jenis Kelamin Laki Laki ,16% Perempuan ,84% 2 Usia (Tahun) % ,46% ,70% ,84% 3 Pendidikan Terakhir Pendidikan Rendah ,56% Pendidikan Sedang ,78% Pendidikan Tinggi ,44% 4 Pekerjaan Bekerja ,70% Tidak Bekerja / Ibu ,30% Rumah Tangga Berdasarkan data karakteristik responden yang terdapat pada tabel 4.3 akan dijelaskan setiap data karakteristik responden yang diperoleh responden, sebagai berikut : 1. Jenis kelamin Pada tabel 4.3 tampak sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan baik di Ngancar maupun di Sanggrahan dengan jumlah 107 responden (57,84%), sedangkan untuk responden laki-laki hanya terdapat 78 responden (42,16%). Hal ini sesuai dengan data kependudukan di Ngancar, Desa Glagaharjo dan Sanggrahan,Desa Condong Catur bahwa jumlah %

4 32 penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Responden wanita yang banyak disebabkan karena penelitian dilaksanakan di pagi hari hingga siang hari yang menyebabkan sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga (IRT) yang sehari-hari berada dirumah. 2. Usia Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Sanggrahan berada pada rentang usia tahun dengan jumlah 51 responden, sedangkan di Ngancar responden paling banyak adalah usia dengan rentang tahun. Rentang usia dengan jumlah responden yang paling sedikit adalah rentang usia tahun dengan jumlah 33 responden (17,84%). Banyaknya responden di Ngancar dengan usia tahun disebabkan penelitian yang dilakukan dari pagi hari hingga sore hari dengan sebagian besar responden Ibu Rumah Tangga yang memiliki rentang usia tahun. Di Sanggrahan yang sebagian besar penduduknya adalah mahasiswa dan karyawan swata dengan rentang usia tahun. Responden dengan rentang usia tahun jarang ditemui karena usia tersebut sudah memasuki lanjut usia yang kebanyakan di usia tahun daya tangkap seseorang akan menurun dan kebanyakan di usia tersebut responden sudah tidak dapat membaca. 3. Pendidikan Sebagian besar responden di memiliki tingkat pendidikan rendah (60%) dan sebagian besar responden di Sanggrahan memiliki tingkat pendidikan sedang (57%). Perolehan data mengenai pendidikan responden dalam penelitian ini sesuai dengan data kependudukan di Desa Glagaharjopada tahun 2015 tingkat pendidikan terakhir terbanyak adalah SD dan Desa Condong Catur, pada tahun 2015 tingkat pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA/SLTA. Berdasarkan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi bahwa program wajib belajar minimal sembilan tahun merupakan pendidikan minimal atau pendidikan dasar yang meliputi SD sampai dengan SMP. Tingkat pendidikan SMA/SLTA merupakan tingkat pendidikan lanjut. Pendidikan diperlukan untuk memperoleh infomasi yang berkaitan dengan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan. Pendidikan dapat mempengaruhi sikap seseorang individu akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk hidup sehat (27).

5 33 4. Pekerjaan Pekerjaan sangat berkaitan dengan status ekonomi, masyarakat dengan jenis pekerjaan yang memiliki penghasilan tinggi lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Jenis pekerjaan sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah bekerja (62,70%), sedangkan responden yang tidak bekerja (37,30%), karena sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). Hal ini disebabkan penelitian dilakukan pada hari aktif kerja yakni pagi hari hingga sore hari Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Antibiotik Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang antibiotik. Hasil jawaban responden mengenai pengetahuan tentang antibiotik, dapat kelompokkan dalam tiga tingkat pengetahuan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan sedang dan pengetahuan rendah. Tingkat pengetahuan tinggi dapat dikatakan responden telah memahami dengan baik tentang antibiotik, tingkat pengetahuan sedang dapat dikatakan responden cukup memahami tentang antibiotik, sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan rendah dapat dikatakan bahwa responden kurang memahami antibiotik. Gambaran tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Data Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Tingkat Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Ngancar* 37 43, , ,88 85 Sanggrahan Keterangan (*) adalah daerah pedesaan Berdasarkan tabel 4.4 Diketahui sebagian besar responden di Ngancar (43,53%) memiliki tingkat pengetahuan rendah, sedangkan di Sanggrahan (49%) memiliki tingkat pengetahuan sedang. Sebagian besar responden di Ngancar yang memiliki tingkat pengetahuan rendah adalah responden dengan pendidikan SD, sedangkan di Sanggrahan (22%)

6 34 sebagian responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah adalah responden dengan pendidikan SMA. Hal ini disebabkan responden terbanyak pada penelitian di Sanggrahan adalah tingkat pendidikan terakhir SMA. Tingkat pengetahuan sedang di Ngancar (30,59%) yang sebagian besar respondennya dengan pendidikan terakhir SMP dan di Sanggrahan (49%) yang sebagian besar respondennya dengan pendidikan terakhir SMA. Tingkat pengetahuan tinggi di Ngancar (25,88%) yang sebagian besar respondennya dengan pendidikan terakhir SMA dan di Sanggrahan (29%) yang sebagian besar respondennya dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi. Pendidikan mempengaruhi perilaku, pola hidup, terutama sikap berperan dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang, maka semakin tinggi informasi yang diperoleh seseorang sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang tinggi pula, namun sebagian besar responden di Sanggrahan yang memiliki pengetahuan rendah adalah responden yang pendidikan terakhirnya SMA. Menurut teori pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, karena Pendidikan mempengaruhi cara berfikir serta dalam pngambilan keputusan dan dalam membuat kebijakan di mana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang tinggi, namun tidak semua orang yang memiliki pendidikan rendah akan memiliki pengetahuan yang rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal (9).

7 35 Tabel 4.5. Item Penilaian Pengetahuan Antibiotik Responden Berdasarkan Jawaban Yang Benar (%) Responden yang Benar Soal Pengetahuan Jawaban Benar Ngancar 92,94 Sanggrahan 1. Antibiotik adalah obat yang dapat membunuh bakteri Benar Antibiotik dapat digunakan untuk mengobati infeksi karena virus Salah 18, Antibiotik dapat menyembuhkan semua infeksi Salah 35, Antibiotik dapat mengurangi nyeri pada tubuh Salah 29, Antibiotik dapat menyembuhkan demam Salah 49, Paracetamol adalah antibiotik Salah 54, Amoksisilin adalah antibiotik Benar 74, Antasida adalah antibiotik Salah 64, Aspirin adalah generasi baru antibiotik 10. Resistensi antibiotik artinya bakteri tidak dapat dibunuh oleh antibiotik 11. Penggunaan antibiotik yang berlebih dapat menyebabkan resisten antibiotik / bakteri menjadi kebal 12. Antibiotik dapat menyebabkan alergi 13. Semua antibiotik tidak memiliki efek samping 14. Antibiotik masih tetap efektif meskipun resep antibiotik tidak dihabiskan 15. Anda dapat menghentikan konsumsi antibiotik ketikasudah sembuh 16. Antibiotik dapat digunakan untuk mengobati batuk dan demam biasa 17. Antibiotik tidak dapat membunuh bakteri yang biasa hidup di kulit dan usus 18. Jika antibiotik dikonsumsi dibawah dosis yang dianjurkan maka terjadi resistensi antibiotik 19. Jika antibiotik dikonsumsi dua kali lipat dari dosis yang dianjurkan, efek antibiotik akan menjadi semakin kuat Salah 45,88 46 Benar 52,94 68 Benar 75,29 87 Benar 50,59 68 Salah 68,24 78 Salah 65,88 65 Salah 30,59 62 Salah 43,53 46 Salah 52,94 65 Salah 30,59 30 Salah 60 72

8 36 Pada tabel 4.5 Menunjukkan seberapa besar pengetahuan responden mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang antibiotik. Pada jumlah persentase setiap jawaban di mana Sanggrahan lebih baik pengetahuannya dibandingkan Ngancar. Hal tersebut karena Sanggrahan merupakan daerah perkotaan yang dapat dengan mudah menerima informasi terkait antibiotik dibandingkan Ngancar dan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Lithuania bahwa responden yang bertempat tinggal di pedesaan memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya pengetahuan tentang antibiotik, sedangkan responden yang bertempat tinggal di perkotaan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta lebih mengetahui antibiotik dan telah menggunakan antibiotik secara rasional. Pada pertanyaan pertanyaan yang sebagian besar responden kurang mengetahui tentang antibiotikakan dibahas dibawah ini. Pengetahuan responden di Ngancar maupun Sanggrahan masih memiliki pengetahuan yang kurang terkait antibiotik dapat digunakan untuk infeksi karena virus. Hal tersebut sebanding dengan penelitian yang dilakukan di New Jersey (70%) dan Malaysia (67,2%) bahwa responden mengira antibiotik dapat digunakan sebagai pengobatan infeksi karena virus. Alasan lain yang menyebabkan masyarakat masih banyak mengira antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan akibat virus karena selama konseling dokter biasa menggunakan istilah kuman bukan dengan istilah mikrobiologi seperti bakteri atau virus (28,29). Kemudian pertanyaan terkait penyakit yang memerlukan antibiotik, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden di Ngancar (29,41%) dan Sanggrahan (31%) menjawab antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada tubuh, sedangkan sebagian besar sisanya menjawab antibiotik mampu mengurangi nyeri pada tubuh. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan, bahwa sebagian besar responden menjawab antibiotik dapat menghilangkan nyeri pada tubuh (23,28,30,31). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman yang berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri dapat diobati dengan analgetika yaitu obat penghilang rasa sakit yang dapat mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (12). Dapat disimpulkan bahwa antibiotik bukanlah obat untuk

9 37 menghilangi rasa nyeri pada tubuh, namun kebanyakan reponden mengira antibiotik adalah obat yang mampu menyembuhan segala jenis penyakit. Sebagian besar responden di Ngancar (69,41%) dan responden di Sanggrahan (51%) menggunakan antibiotik untuk menyembuhkan demam. Hasil penelitian ini sejalan dengan beebrapa penelitian yang telah dilakukan, bahwa sebagian besar responden menggunakan antibiotik untuk menyembuhkan demam (23,28). Demam merupakan gejala bukan penyakit, yang merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi karena mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri, parasit maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi virus atau bisa juga dikarenakan dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun. Responden yang mengira antibiotik dapat digunakan untuk demam kemungkinan karena kurangnya edukasi yang diberikan oleh dokter kepada pasien tentang penggunaan antibiotik secara benar (28). Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mampu menjawab dengan benar bahwa amoxicillin adalah antibiotik, sedangkan paracetamol, antasida dan aspirin bukanlah antibiotik, dengan demikian responden di Sanggrahan dan Ngancar sebagian besar sudah dapat membedakan mana antibiotik dan mana yang bukan antibiotik. Penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan bahwa sebagian besar responden mengetahui contoh obat antibiotik (23,28). Namun masih terdapat sebagian kecil responden yang tidak dapat membedakan mana antibiotik, mana obat yang bukan termasuk antibiotik. Hal ini disebabkan bahwa responden pada umumnya tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk membedakan antara antibiotik dengan obat-obatan lainnya yang umum digunakan. Masyarakat lebih akrab dengan nama dagang bukan nama generik, dan jarang mencatat namanama obat yang mereka gunakan, atau tidak mendapatkan informasi yang cukup dari penyedia layanan kesehatan (28). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian responden menjawab dengan benar bahwa penggunaan antibiotik yang berlebih dapat menyebabkan bakteri menjadi lebih kebal. Menurut WHO 2012, ketidaktepatan atau ketidakrasionalan penggunaan antibiotik merupakan penyebab paling utama

10 38 menyebarnya mikroorganisme resisten. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang dilakukan bahwa sebagian besar responden mengetahui penggunaan antibiotik yang berlebih dapat menyebabkan resistensi antibiotik (23,28,32). Sebagian besar responden di Ngancar menjawab bahwa mereka akan berhenti mengkonsumsi antibiotik ketika sembuh. Kebanyakan responden mengetahui bahwa ketika sudah merasa baikan tidak perlu mengkonsumsi antibiotik lagi. Hal ini akan menyebabkan resistensi antibiotik, dimana seharusnya penggunaan antibiotik harus diminum sampai habis walaupun sudah merasa baikan. Penggunaan antibiotik yang tidak habis akan membunuh bakteri yang sensitif dan meninggalkan bakteri yang masih kuat, selanjutnya bakteri yang masih hidup akan menjadi resisten/kebal dan berkembang biak, dan memerlukan antibiotik yang lebih kuat ketika mengalami infeksi berikutnya (34) Sikap Responden terhadap penggunaan antibiotik Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran sikap masyarakat selama penggunaan antibiotik. Hasil jawaban responden mengenai sikap dalam penggunaan antibiotik dapat kelompokkan berdasarkan dua tingkatan yaitu sikap positif dan sikap negatif. Responden dapat dikatakan memiliki sikap positif apabila responden menggunakan antibiotik secara rasional selama penggunaan antibiotik, sedangkan responden dikatakan memiliki sikap yang negatif apabila selama penggunaan antibiotik tidak menggunakan antibiotik secara rasional. Gambaran tingkat sikap responden dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Data Persentase Sikap Responden Terhadap Penggunaan Antibiotik Sikap Terhadap Penggunaan Antibiotik Desa Negatif Positif n % N % Ngancar* 53 62, ,65 Sanggrahan Keterangan (*) adalah daerah pedesaan

11 39 Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek dan sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku (101). Pada tabel 4.6 Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden di Ngancar (62,35%) memiliki sikap yang buruk dalam penggunaan antibiotik, sedangkan di Sanggrahan (51%) memiliki sikap yang positif dalam penggunaan antibiotik. Sebagian besar responden di Ngancar yang memiliki sikap negatif dalam penggunaan antibiotik adalah responden dengan tingkat pendidikan rendah, sedangkan responden di Sanggrahan yang memiliki sikap yang negatif adalah responden dengan tingkat pendidikan sedang. Responden di Ngancar yang memiliki sikap yang positif adalah responden dengan tingkat pendidikan rendah, sedangkan responden di Sanggrahan yang memiliki sikap yang positif adalah responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Seseorang akan melakukan tindakan karena adanya pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Salah satu yang diperlukan agar dapat berbuat sesuatu adalah mempunyai pengetahuan. Sikap yang dilandasi dengan pengetahuan akan lebih baik dibandingkan sikap tanpa pengetahuan yang baik tentang antibiotik. Responden dengan sikap yang positif harus dipertahankan agar tidak terjadi peningkatan resistensi antibiotik yang dikarenakan penggunaan obat yang salah sedangkan, responden dengan sikap yang negatif dalam penggunaan antibiotik perlu diberikan informasi yang baik tentang penggunaan antibiotik yang rasional (10). Tabel 4.7 Item Penilaian Sikap Responden Terhadap Penggunaan Antibiotik Ngancar Sanggrahan Pernyataan Sikap Tidak Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju 1. Ketika demam, saya mengkonsumsi anibiotik 59 (69,41) 26 (30,59)* 51 (51) 49 (49)* agar cepat sembuh 2. Saya harap dokter dapat meresepkan antibiotik untuk penyakit demam biasa 54 (63,53) 31 (36,47)* 46 (46) 54 (54)*

12 40 Lanjutan tabel Pernyataan Sikap 3. Saya akan berhenti mengkonsumsi antibiotik ketika merasa lebih baik. 4. Jika anggota keluarga saya sakit yang penyakitnya sama dengan saya, saya akan memberikan antibiotik yang saya punya 5. Biasanya saya menyimpan antibiotik dirumah sebagai persediaan jika ada yang sakit 6. Saya akan menggunakan antibiotik sisa ketika saya sakit 7. Saya tidak perlu ke dokter untuk mendapatkan resep jika saya sudah mengetahui antibiotik yang sesuai dengan penyakit saya 8. Saya akan mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan instruksi penggunaan obat yang ada di label 9. Biasanya saya akan melihat tanggal kadaluarsa dari antibiotik sebelum mengkonsumsinya Keterangan (*) adalah sikap yang positif. Ngancar Setuju Tidak Setuju Sanggrahan Setuju Tidak Setuju 46 (54,12) 39 (45,88)* 49 (49) 51 (51)* 38 (44,71) 47 (55,29)* 30 (30) 70 (70)* 38 (44,71) 47 (55,29)* 48 (48) 52 (52)* 14 (16,47) 71 (83,53)* 23 (23) 77 (77)* 23 (27,06) 62 (72,94)* 16 (16) 84 (84)* 73(85,88)* 12 (14,12) 85 (100)* - 97 (97)* 97 (97)* 3 (3) 3 (3) Pada tabel 4.7 Menunjukkan sikap masyarakat yang tepat mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang sikap dalam penggunaan antibiotik. Sikap responden dalam penggunaan antibiotik di Sanggrahan lebih baik dibandingkan sikap di Ngancar. Hal tersebut karena Sanggrahan merupakan daerah perkotaan yang sebagian besar responden telah menggunakan antibiotik secara rasional. Pada pertanyaan yang sebagian responden menunjukkan sikap yang kurang tepat akan dibahas di bawah ini.

13 41 Responden di Ngancar dan di Sanggrahan menunjukkan sikap yang buruk terkait penggunaan antibiotik ketika demam dengan tujuan agar cepat sembuh. Tetapi beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa sebagian besar responden tidak menggunakan antibiotik ketika demam (7,28,30). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pentingnya pendidikan masyarakat yang ditujukan kepada sikap masyarakat dalam penggunaan antibiotik untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak tepat (35). Hal ini karena kebanyakan reponden mengira antibiotik adalah obat yang mampu menyembuhan segala penyakit. Oleh karena itu, pentingnya pasien di edukasi mengenai perbedaan antara infeksi virus dan bakteri dan memberikan nasehat untuk tidak menggunakan antibiotik sebagai pengobatan penyakit karena virus (23). Sebagian besar responden di Ngancar (63,53%) dan responden di Sanggrahan (46%) setuju menggunakan antibiotik untuk menyembuhkan demam. Demam merupakan gejala bukan penyakit, yang merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi karena mikroorganisme masuk kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri, parasit maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi virus atau bisa juga dikarenakan dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun. Responden yang mengira antibiotik dapat digunakan untuk demam kemungkinan karena kurangnya edukasi yang diberikan oleh dokter kepada pasien tentang penggunaan antibiotik secara benar (28). Sebagian besar responden di Ngancar (55,29%) dan responden di Sanggrahan (70%) tidak setuju memberikan antibiotik yang mereka punya ketika ada keluarga mereka yang penyakitnya sama dengan mereka. Namun masih ada sebagian kecil responden setuju memberikan antibiotik yang mereka punya untuk keluarga yang penyakitnya sama dengan mereka. Alasan responden tidak membeli lagi antibiotik dengan resep dokter dan langsung memberikan kepada keluarga yang penyakitnya sama adalah karena mereka dapat menghemat waktu dan uang. Pada pertanyaan tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter meskipun mengetahui antibiotik untuk penyakitnya, sebagian besar responden di Ngancar (72,94%) dan di Sanggrahan (84%) menjawab tidak setuju

14 42 menggunakan antibiotik tanpa resep dokter meskipun mengetahui antibiotik untuk penyakitnya, namun masih terdapat sebagian kecil masyarakat yang menggunakan antibiotik tanpa resep dokter meskipun mengetahu antibiotik untuk penyakitnya. Masyarakat tidak seharusnya menjadi dokter atas dirinya sendiri, karena diagnosa masyarakat terhadap dirinya sendiri belum tentu benar dan dosis serta jenis antibiotik yang dipilih juga belum tentu benar, seperti penggunaan antibiotik untuk penyembuhan gejala flu seharusnya tidak perlu karena flu bersifat self limiting (36). Dalam penelitian ini responden di Ngancar (100%) dan responden di Sanggrahan (97%) menunjukkan sikap yang positif untuk melihat tanggal kadaluarsa dari obat tersebut sebelum menggunakannya, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Malaysia (92,2%), di Nigeria (93,3%) bahwa mereka akan melihat tanggalkadaluarsa dari antibiotik sebelum menggunakanya (23,28). Informasi masa kadaluarsa suatu obat sangat penting untuk menjamin obat hingga tanggal yang tertera pada kemasan, obat masih terjaga potensi dan keamanannya bila digunakan dan dikonsumsi sehingga hasil yang diperoleh tetap optimal. 4.3 Hubungan Karakteristik Responden terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap penggunaan Antibiotik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat dan sikap penggunaan antibiotik terhadap variabel-variabel yang diteliti. Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 dengan analisis uji Chi- Square. Hasil uji tersebut untuk melihat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan. Gambaran variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan dapat dilihat pada tabel 4.8.

15 43 Tabel 4.8 Hubungan Karakteristik Rsponden Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Dalam Penggunaan Antibiotik No Variabel yang diukur Sikap Pengetahuan Masyarakat P Penggunaan Value Antibiotik Tinggi Sedang Rendah Positif Negatif 1 Jenis Kelamin Laki laki ,526 Perempuan Usia (tahun) , Pendidikan Terakhir Pendidikan Tinggi Pendidikan Sedang Pendidikan Rendah 4 Pekerjaan ,031* Bekerja Tidak Bekerja/ Ibu Rumah Tangga 5 Sumber Informasi , Dokter Apotek Keluarga Teman ,012* 5 3 TV Dll (Internet, Bidan) Keterangan (*) adalah hasil yang signifikan pada α=10% P Value 0,950 0,349 0,002* 0,484 0,108* Pada faktor pendidikan terdapat hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan masyarakat tentang antibiotik dan sikap penggunaan antibiotik. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat terhadap pengetahuan tentang antibiotik (p=0,031) dan sikap dalam penggunaan

16 44 antibiotik (p=0,004). Hal ini terbukti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pengetahuan seseorang tentang antibiotik dan semakin baik pula sikap seseorang tersebut dalam penggunaan antibiotik. Pada pendidikan tinggi sedang sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sedang terkait antibiotik, hal ini mungkin dikarenakan karena kurangnya informasi antibiotik yang didapat di masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pengetahuan (7,23,28,30,33). Hal ini sesuai dengan teori bahwa Pendidikan mempengaruhi perilaku, pola hidup, terutama sikap berperan dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang, maka semakin banyak informasi yang diperoleh sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang (27). Sumber informasi berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat tentang antibiotik (p=0,012), namun tidak berpengaruh terhadap sikap seseorang dalam menggunakan antibiotik (p=0,108). Sumber informasi yang biasa diperoleh masyarakat biasanya terkait tentang pengetahuan umum tentang antibiotik dan sedikit informasi terkait hal-hal yang perlu diperhatikan selama penggunaan antibiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memilih dokter sebagai sumber informasi terpercaya untuk mengetahui informasi tentang antibiotik, hal ini mungkin setiap masyarakat yang memeriksakan diri ke dokter dan mendapat resep tentang antibiotik akan mendapatkan informasi tentang cara penggunaan antibiotik dari dokter. Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru (9), di mana dalam penelitian ini sumber informasi yang dimaksud adalah bagaimana cara memperoleh antibiotik, cara penggunaan antibiotik, antibiotik yang sesuai jenis penyakit, dan lain lain. Penggunaan antibiotik harus memenuhi tepat dosis, tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat dan lama pemberian obat, di mana ketika menjalani pengobatan menggunakan antibiotik (dosis dan aturan pakainya) harus dengan resep dokter dan juga penjelasan dari apoteker. Dalam pengobatan penyakit infeksi, pemberian antibiotik perlu diperhatikan dengan serius karena tidak semua penyakit infeksi memerlukan antibiotik. Informasi yang kurang akurat dapat berdampak pada

17 45 pengobatan, seperti informasi tentang konsumsi obat, durasi yang kurang tepat dapat menyebabkan resistensi. 4.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap Penggunaan Antibiotik Di Masyarakat Ngancar Dan Sanggrahan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sikap penggunaan antibiotik. Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 dengan analisis Chi-Square. Hasil uji tersebut untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap penggunaan antibiotik. Gambaran hubungan tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan dapat dilihat pada tabel 4.9 dan tabel Tabel 4.9 Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap Sikap Penggunaan Antibiotik Di Masyarakat Ngancar. Variabel Sikap P Value Positif Negatif Tingkat Pengetahuan Tinggi 18 (21,18%) 4 (4,71%) 0,000* Sedang 10 (11,76%) 16(18,82%) Rendah 4 (4,71%) 33 (38,82%) Keterangan (*) adalah hasil yang signifikan pada α=10% Pada tabel 4.9 terdapat terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sikap dalam penggunaan antibiotik di Masyarakat Ngancar (p=0,000). Sebagian besar responden (21,18%) dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki sikap yang positif dalam penggunaan antibiotik, sedangkan sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki sikap yang negatif dalam penggunaan antibiotik (38,82%). Pada responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebagian besar memiliki sikap yang negatif dalam penggunaan antibiotik, hal ini mungkin dikarenakan masih kurangnya kesadaran responden terhadap kesehatan dan juga mungkin dikarenakan karena masih kurangnya informasi terkait penggunaan antibiotik yang baik dan benar.

18 46 Tabel 4.10 Hubungan Antara Pengetahuan terhadap Sikap Penggunaan Antibiotik di Masyarakat Sanggrahan Variabel Sikap P Value Positif Negatif Tingkat Pengetahuan Tinggi 23 (23%) 6 (6%) 0,001* Sedang 20 (20%) 29 (29%) Rendah 8 (8%) 14 (14%) Keterangan (*) adalah hasil yang signifikan pada α=10% Pada tabel 4.10 terdapat terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sikap dalam penggunaan antibiotik di masyarakat Sanggrahan (p=0,001), sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki sikap yang positif dalam penggunaan antibiotik (23%) dan responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebagian besar memiliki sikap yang negatif dalam penggunaan antibiotik (14%). Pada responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebagian besar memiliki sikap yang negatif dalam penggunaan antibiotik, hal ini mungkin dikarenakan masih kurangnya kesadaran responden terhadap kesehatan dan juga mungkin dikarenakan karena masih kurangnya informasi terkait penggunaan antibiotik yang baik dan benar. Beradasarkan analisis data terkait hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat di Ngancar dan Sanggrahan didapatkan bahwa hasil pengetahuan yang terdapat di Ngancar berpengaruh signifikan terhadap sikap responden dalam penggunaan antibiotik, begitupun juga pada Sanggrahan bahwa pengetahuan masyarakat berpengaruh signifikan terhadap sikap dalam penggunaan antibiotik. Pengetahuan sangat penting dalam membentuk sikap atau tindakan seseorang. Seseorang akan melakukan tindakan karena adanya pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Salah satu yang diperlukan agar dapat berbuat sesuatu adalah mempunyai pengetahuan. Sikap yang dilandasi dengan pengetahuan akan lebih baik dibandingkan sikap tanpa pengetahuan yang baik tentang antibiotik (8). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi pasti memiliki sikap yang baik dalam penggunaan antibiotik, namun tidak semua responden yang memiliki pengetahuan tinggiakan memiliki sikap yang positif

19 47 dalam penggunaan antibiotik, hal ini mungkin responden tidak memperdulikan kesehatannya. WHO juga sudah menyampaikan cara pengendalian dan pencegahan agar tidak meningkatkan resistensi antibiotik, di mana penyebab utama dalam resistensi antibiotik adalah penyalahgunaan dan terlalu sering menggunakan antibiotik. Beberapa langkah yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi dan membatasi penyebaran resistensi, seperti menghabiskan antibiotik yang diresepkan, tidak berbagi antibiotik dengan orang lain, hanya menggunakan antibiotik yang diresepkan oleh professional kesehatan (dokter), tidak menggunakan sisa antibiotik dan lain lain (37). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak responden yang menggunakan antibiotik yang tidak rasional yang dikarenakan karena kurangnya pengetahuan tentang antibiotik, sehingga dapat menyebabkan peningkatan resistensi antibiotik yang dapat membahayakan tubuh. 4.5 Perbedaan antara pengetahuan dan sikap dalam penggunaan antibiotik di Ngancar dan di Sanggrahan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara tingkat pengetahuan masyarakat dan sikap penggunaan antibiotik di Ngancar dan Sanggrahan. Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 dengan analisis Mann Whitney. Hasil uji tersebut untuk mengetahui perbedaan antara tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan antibiotik di Ngancar dan Sanggrahan. Gambaran perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan antibiotik di Ngancar dan Sanggrahan dapat dilihat pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 Tabel 4.11 Perbedaan tingkat pengetahuan responden di Ngancar dan di Sanggrahan Variabel Ngancar* Sanggrahan Rendah Keterangan (*) adalah daerah pedesaan Pengetahuan Sedang Tinggi 37(43,53) 26(30,59) 22(25,88) 22(22) 49(49) 29(29) P Value 0,027

20 48 Pada Tabel 4.11 Terdapat terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan antibiotik di Masyarakat Ngancar dan Sanggrahan (p=0,027), di mana pengetahuan masyarakat di Sanggrahan lebih baik dibandingkan pengetahuan masyarakat di Ngancar, hal ini karena sebagian besar responden Sanggrahan memiliki pengetahuan yang sedang terkait antibiotik, sedangkan sebagian besar responden Ngancar memiliki tingkat pengetahuan yang rendah terkait antibiotik. Tabel 4.12 Perbedaan Sikap Dalam Penggunaan Antibiotik Responden Di Ngancar Dan Sanggrahan Variabel Ngancar* Sikap Negatif Positif 53 (62,35%) 32 (37,65) 49 (49) 51 (51) Sanggrahan Keterangan (*) adalah daerah pedesaan P Value 0,070 Pada Tabel 14. Terdapat perbedaan yang bermakna antara sikap dalam penggunaan antibiotik di masyarakat Sanggrahan dan masyarakat di Ngancar (p=0,070), di mana sikap penggunaan antibiotik di Sanggrahan lebih baik dibandingkan Ngancar. Beradasarkan analisis uji Mann Whitney diperoleh perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan antibiotik di Ngancar dan Sanggrahan dengan nilai P<0,10 sehinggan H1 diterima. Responden dari Ngancar memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah dan sebagian besar responden memiliki sikap yang negatif, karena dusun ini berada di pedesaan yang lebih susah untuk mendapatkan fasilitas kesehatan, dengan fasilitas kesehatan hanya berupa puskesmas, sedangkan Sanggrahan memiliki tingkat pengetahuan tentang antibiotik yang lebih tinggi dan sikap penggunaan antibiotik yang positif, karena dusun ini merupakan daerah perkotaan yang dapat dengan mudah memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Lithuania bahwa responden yang bertempat tinggal di pedesaan memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta

21 49 kurangnya pengetahuan tentang antibiotik. Sedangkan responden yang bertempat tinggal di perkotaan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta lebih mengetahui antibiotik dan telah menggunakan antibiotik secara rasional (8). 4.6 Keterbatasan Penelitian 1. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti hanya diukur dengan nilai benar dan salah sehingga dapat memungkinkan timbulnya bias karena responden dapat menebak jawaban namun belum tentu paham jawaban yang sebenarnya. 2. Kurangnya data jenis penggunaan antibiotik yang sering digunakan di masing-masing dusun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sikap penggunaan antibiotik.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI HALAMA JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 30 Mei-29 Juni tahun 2013. Dengan menggunakan tehnik accidental sampling,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran sudah semestinya manusia menjaga kesehatan. Kesehatan adalah suatu kondisi yang stabil dalam sistem badan dan jiwa raga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa selama ± 1 minggu. Sampel dihitung dengan menggunakan tabel penentuan besarnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat selama ± 2 minggu dari tanggal 12-25 Juni tahun 2013. Dengan jumlah sampel

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode cross

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode cross BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode cross sectionalyang didukung oleh data primer berupa data yang diperoleh langsung melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Antibiotik merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri (NHS, 2012). Antibiotik dan obat-obat sejenisnya yang disebut agen antimikrobial,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 30 orang responden non sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA Novia Ariani * dan Aditya Maulana Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan sebagai swamedikasi. Tindakan swamedikasi telah menjadi pilihan alternatif masyarakat

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014 TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014 Dewi Rashati 1, Avia Indriaweni 1 1. Akademi Farmasi Jember Korespondensi :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang mempunyai efek mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman sedangkan toksisitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Swamedikasi adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan tanpa resep atau intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Di Indonesia obat yang dapat digunakan

Lebih terperinci

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor- 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor- Faktor Strategi Bauran Pemasaran Jasa yang Memengaruhi Mahasiswa Memilih Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Hipotesis yang akan diuji dalam uji validitas ini adalah:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Hipotesis yang akan diuji dalam uji validitas ini adalah: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Kuesioner ini diuji coba terhadap 30 mahasiswa program studi non kesehatan jenjang Strata 1 (S1) angkatan 2015 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin berkembang ini semakin banyak pula penyakit yang menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Padukuhan Geblagan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit (Werner et al., 2010). Saat ini, penyakit infeksi masih menjadi masalah di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mengarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015 LAMPIRAN Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015 Tabel 20. Jumlah Mahasiswa Aktif S1 Fakultas Non Kesehatan Angkatan 2015 Fakultas Program Studi Jumlah Fakultas Teknik Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Moahudu Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo selama ± 2 minggu. Jumlah sampel sebanyak 68 responden yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas atas merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas Pada penelitian kali ini dilakukan uji validasi dengan dilanjutkan uji realibilitas pada instrumen penelitian. Instrumen penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri 1. Definisi dan Peran Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak akan menjadi penerus bangsa, dengan punya anak yang sehat dan cerdas maka akan kuatlah bangsa tersebut. Selain itu kesehatan anak merupakan masalah besar yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta untuk menghindari kesalahn intepretasi. Instrumen diuji kepada 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta untuk menghindari kesalahn intepretasi. Instrumen diuji kepada 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reabilitas Uji validitas dan Reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner dapat dipahami dan dimengerti oleh responden,

Lebih terperinci

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang memahami Antibiotik efek di Apotek terapi obat Purnama yang dikonsumsi Pada Bulan April Tahun (Tjay dan 2016 Rahardja, 2002). Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar kuesioner penelitian yang sudah valid

Lampiran 1. Lembar kuesioner penelitian yang sudah valid Lampiran 1. Lembar kuesioner penelitian yang sudah valid KUESIONER EVALUASI TINGKAT KESALAHAN DALAM UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Karakteristik Responden Nama

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum penelitian dimulai. Kuisioner divalidasi dengan cara diuji coba pada 30 orang yang mana 20

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA KUTA MBELIN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA KUTA MBELIN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA KUTA MBELIN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO Rini Andarwati Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan Abstrak Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini merupakan Explanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel pengetahuan pencegahan penyakit, sikap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan siswa perempuan kelas IX SMP Negeri 3 Salatiga. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. dan siswa perempuan kelas IX SMP Negeri 3 Salatiga. Dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi kontinum yang bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan secara signifikan empati antar siswa lakilaki dan

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Muh, Saud *), Taufiq **), Ishak Abdul Jalil ***) *) Poltekes Kemenkes Makassar **) Akademi Farmasi Yamasi Makassar ***)

Lebih terperinci

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian Lampiran 1. Kuesioner penelitian 1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian I. IDENTITAS APOTEKER PENANGGUNGJAWAB APOTEK (APA) 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2. Pengalaman sebagai Apoteker

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instagram. Instagram kini menjadi market place

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah... ABSTRAK Penelitian ini berjudul suatu penelitian mengenai perbandingan kecerdasan emosional antara siswa program umum dengan siswa program khusus di SMA X Bandung. Tujuan penelitian ini yaitu memperoleh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang berdomisili di kelurahan Perumnas Way Halim yang berjumlah 96 orang. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum PKU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum PKU 25 BAB IV A. Karateristik Pasien HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum PKU Bantul periode Desember 2016 - Februari 2017 terhadap 30 pasien TB Paru,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang letaknya disepanjang pantai utara Laut Jawa, memanjang ke selatan berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden dijabarkan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan. Dari hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3. 2 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Umur Responden A. Demografi Responden Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Dalam Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan sendiri Pengobatan sendiri merupakan upaya masyarakat untuk menjaga kesehatan sendiri dan merupakan cara yang mudah, murah praktis untuk mengatasi gejala yang masih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing dan siswa kelas XI di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing dan siswa kelas XI di SMA 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Juni tahun 2014 yang dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1 Kampar Kiri pada saat semester

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER Nur Hayati Fajrin, Nurlaela Widyarini nurlaelawidyarini@unmuhjember.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2

BAB III METODE PENELITIAN. adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif. Faktor resiko yang diteliti adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen semu dengan desain control group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden, serta menghindari kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia penyakit infeksi menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, sebab penyakit ini mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi menyerang masyarakat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Pada penelitian ini, telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner nyeri leher aksial. Pengujian dilakukan dengan uji Cronbach s

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. I. Data Pribadi : Tami Fediani Tempat/ Tanggal Lahir : Pekanbaru/ 15 Februari 1991

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. I. Data Pribadi : Tami Fediani Tempat/ Tanggal Lahir : Pekanbaru/ 15 Februari 1991 Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Data Pribadi Nama : Tami Fediani Tempat/ Tanggal Lahir : Pekanbaru/ 15 Februari 1991 Agama : Islam Alamat : Kompleks Villa Setia Budi Garden No B-25 Pasar 2 Telepon :

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik 1 Nita Ayu Toraya, 2 Miranti Kania Dewi, 3 Yuli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan adalah ilmu dan seni penyembuhan dalam bidang keilmuan ini mencakup berbagai praktek perawatan kesehatan yang secara kontinu terus berubah untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner penelitian

Lebih terperinci

!"#!$%&"'$( Kata kunci : Pengobatan sendiri, Indonesia Sehat

!#!$%&'$( Kata kunci : Pengobatan sendiri, Indonesia Sehat EVALUASI PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI TERHADAP PENCAPAIAN PROGRAM INDONESIA SEHAT 2010 Maya Dian Rakhmawatie Merry Tiyas Anggraini Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Dalam arti kata luas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS CURUG TANGERANG Pengantar : Dengan hormat, nama saya Ade Atik, mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obat merupakan komponen pelayanan kesehatan yang sangat mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul. Disisi lain, kesalahan pemberian

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA TANGERANG.

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA TANGERANG. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA TANGERANG. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1) Perkembangan dalam pelayanan kesehatan pada zaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang mencari ada tidaknya hubungan dua variabel penelitian. Pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Data 1. Uji Kualitas Instrumen a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang diukur

Lebih terperinci

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk mengupayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi

BAB III METODE PENELITIAN. pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Karakteristik Individu : a. Umur b. Jenis Kelamin c. Semester d. Fakultas e. Latar belakang pekerjaan orang tua f. Skala Sosial g. Uang saku h. Pekerjaan sampingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swamedikasi 1. Definisi Swamedikasi Pelayanan sendiri didefinisikan sebagai suatu sumber kesehatan masyarakat yang utama di dalam sistem pelayanan kesehatan. Termasuk di dalam

Lebih terperinci

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 - Dalam keseharian hidup kita, kita sangat dekat dengan obat-obatan, apakah karena suatu sakit menahun yang diderita atau yang membantu meringankan rasa sakit saat kita sedang dalam keadaan tidak fit. Tidak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Jumlah tenaga teknis kefarmasian dan kualifikasi : Jumlah Apoteker : Orang Jumlah tenaga teknis kefarmasian (TTK) : Orang Jumlah tenaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki 23 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan penyakit berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1 Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana pengukuran variabel-variabel baik bebas maupun terikat dilakukan dalam satu waktu. 34 3.2 Tempat

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA BASAWANG KECAMATAN TELUK SAMPIT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBAGAI PENGOBATAN INFEKSI

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA BASAWANG KECAMATAN TELUK SAMPIT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBAGAI PENGOBATAN INFEKSI TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA BASAWANG KECAMATAN TELUK SAMPIT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBAGAI PENGOBATAN INFEKSI Syahrida Dian Ardhany *, Ridha Oktavia Anugrah, dan Yurnida Harum Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Al-azhar 3

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Al-azhar 3 III. METDE PENELITIAN A. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pasien waktu pelayanan diloket Praktik Petugas Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. hubungan antara pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotika merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri (NHS, 2012). Setelah digunakan pertama kali tahun 1940an, antibiotika membawa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Responden dalam penelitian ini adalah pasien LBP yang sebagian besar berjenis kelamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berjumlah 60 orang, untuk karyawan divisi keuangan berjumlah 20 orang dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berjumlah 60 orang, untuk karyawan divisi keuangan berjumlah 20 orang dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Peneitian ini bertujuan untuk mencari perbedaan tingkat kecemasan antara karyawan divisi keuangan dan karyawan divisi produksi

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji validitas dan reliabilitas. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden, serta menghindari kesalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji validasi dan reliabilitas 1. Hasil Uji Validasi Uji validasi pada penelitian dilakukan dengan uji korelasi yaitu melalui korelasi setiap item pernyataan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan

III.METODE PENELITIAN. atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan III.METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif dengan format eksplanasi. Format eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat correlational dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menghubungkan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENJELASAN PENELITIAN KEPADA IBU YANG MEMILIKI ANAK USIA 5-11 TAHUN DI DUSUN TLOGO TAMANTIRTO KASIHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti meliputi: a) merumuskan masalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesehatan. Subjek penelitian ini adalah konsumen produk hijau. Pemilihan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesehatan. Subjek penelitian ini adalah konsumen produk hijau. Pemilihan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian Seting penelitian ini adalah pembelian produk hijau. Produk hijau sendiri memiliki konsep produk yang tidak merusak lingkungan,

Lebih terperinci