HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masalah nasional dari kalangan pengusaha dan para ahli yang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ADVERSITY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

Rena Marliana F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

RETNO SAWITRIAVI F

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMBERIAN TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAN KEDISIPLINAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

PENGARUH PEMBERIAN UPAH, JAMINAN SOSIAL DAN MOTIVASI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PO. ROSALIA INDAH PALUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi pada masa sekarang. Oleh karena itu kualitas dari sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedang membangun, khususnya di bidang industri. Oleh karena itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi oleh perkembangan fisik, kesehatan, karir, dan aktivitas waktu luang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

Niken Kartikasari F

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

PENGARUH UPAH DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA CV. RIMBA SENTOSA DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ummun Wafiah F

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN SIKAP KOOPERATIF KARYAWAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil maka dalam proses perencanaan tujuan tersebut akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan keinginan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi.

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gaji tinggi dan sistem kerja yang mudah, profesi ini dicita-citakan banyak orang.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tengah memang merupakan salah satu sentra tekstil nasional (Agung,2012).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperoleh akan dipetik oleh kedua belah pihak. Bagi pegawai, keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Dan dapat memajukan. perusahaan sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. satunya yaitu proses penuaan. Proses penuaan (aging. proses) adalah norma (Suling dan Palenkahu, 2002). Proses

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang chemical adalah Dow

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

HUBUNGAN ANTARA HARDINESS PERSONALITY DENGAN SELF- EFFICACY PADA WARTAWAN SURAT KABAR HARIAN DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja karyawan. Perusahaan dan karyawan pada hakekatnya saling

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA KARYAWAN PT. TEKNIK MITRA BERSAMA DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Irwan Ariyanto F 100 030 220 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, masalah buruh atau tenaga kerja selalu menjadi bahan pembicaraan yang hangat dan merupakan masalah nasional dari kalangan pengusaha dan para ahli yang berkompeten pada masalah ini. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas perburuhan demi kelancaran dan tercapainya tujuan pembangunan yang sedang digiatkan pelaksanaannya. Namun di sisi lain masalah perburuhan di Indonesia hingga saat ini tetap masih banyak saja. Pemogokan-pemogokan menjadi salah satu cara yang paling ampuh untuk menekan pihak perusahaan dan direksi untuk segera memenuhi tuntutan buruh. Di sisi lain perusahaan melakukan tindakan yang juga merugikan pihak karyawan, dengan berdalih perusahaan merugi ataupun untuk efisiensi maka perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Berdasarkan pemberitaan surat kabar mengenai pemogokan, demonstrasi, maupun PHK karyawan akhir-akhir ini marak kembali seiring dengan kenaikan harga BBM dan kondisi ekonomi negara yang belum stabil. Situasi perekonomian semenjak 1997 tidak menunjukkan gejala membaik bahkan kecenderungannya semakin tidak menentu. Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan problematika yang kompleks di berbagai bidang kehidupan bukan hanya harga barang dan tarif jasa yang semakin naik, tapi juga

semakin banyak pengusaha yang mengurangi produknya, bahkan terpaksa mematikan usaha mereka. Ini berarti semakin panjang barisan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh perusahaan karena tidak mampu lagi membiayai produksi, akibatnya kian menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Dari pemberitaan surat kabar mengenai pemogokan, demonstrasi, maupun PHK karyawan akhir-akhir ini marak kembali seiring dengan kenaikan harga BBM dan kondisi ekonomi negara yang belum stabil. Seperti yang diberitakan pada harian Jawapos (dalam Susanti, 20006) pada bulan September dan November 2006 pihak manajemen perusahaan PT. Tyfountex Indonesia telah memphk lebih dari 400 karyawannya. Begitu pula pabrik Danliris yang memphk lebih dari 200 karyawannya. Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap buruh di Kota dan Kabupaten Semarang tercatat paling besar dibandingkan dengan daerah lain. Di Semarang 85% dari 300 perusahaan milik asing yang mengalami krisis, 60.000 buruh telah di-phk. Sementara di daerah Tulungagung Jawa Timur tahun 2005 sampai 2006 saja tercatat sebanyak 1.546 buruh di-phk. Mereka tidak mendapat uang pesangon dari perusahaan. Hal itu yang tercatat di Disnakertrans dan diperkirakan yang di-phk lebih banyak lagi dari data di atas. Tahun 2008 PHK buruh diprediksikan juga tinggi. Ini dikarenakan kenaikan BBM, inflasi dan kenaikan upah minimum regional (UMR). Sementara penghasilan atau omzet diperkirakan tidak memenuhi target perusahaan bahkan semakin menurun. (Jawapos dalam Susanti, 2006)

Perusahaan seringkali menerapkan suatu kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak sehingga sangat merugikan karyawan dan membawa akibat yang negatif pada kondisi psikologis karyawan oleh misalnya, adanya perasaan cemas pada diri karyawan jika sewaktu-waktu ia mengalami pemutusan hubungan kerja. Kecemasan merupakan sebagian dari dinamika kehidupan yang selalu ada. Freud (Feist dan Feist, 1998) menekankan pengertian kecemasan pada keterlibatan peran tiga sistem kepribadian yang menurutnya sangat berperan dalam munculnya kecemasan, yakni id, ego dan superego. Kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh dorongan id seseorang yang tidak terkontrol, atau sebaliknya, ketakutan seseorang yang berlebihan terhadap hukuman suara hati yang ditekankan oleh superego. Husada (1991), mengemukakan kecemasan merupakan keadaan atau kondisi emosi yang tidak menyenangkan yang dicirikan dengan perasaan tegang, keadaan dan kekhawatiran kerena terbangkitnya sistem syaraf otonom Pemutusan hubungan kerja yang terjadi seringkali dapat berpengaruh pada pada karyawan lain yang sedang bekerja dan berdampak pada konsentrasi karyawan dalam bekerja, karyawan menjadi malas, tidak semangat berkerja sehingga karyawan akan semakin mengalami stres yang berlarut-larut dan berkepanjangan, yang makin memperburuk kondisi fisik maupun psikis karyawan. Kusumawati (1999) pada penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa pemutusan hubungan kerja dapat meningkatkan intensi turn over atau pindah kerja karyawan ke perusahaan yang lain, secara emosional dan mental karyawan

mengalami kecemasan berkepanjangan yang dapat menimbulkan perilaku kerja yang negatif, seperti datang terlambat, membolos, kurang antusias atau kurang memiliki keinginan berusaha dengan baik. Ulasan tersebut nampak bahwa maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat ini menimbulkan berbagai ragam persepsi dari masing-masing karyawan, diantaranya yaitu kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja yang mungkin dialami. Hal ini karena karyawan yang belum diphk merasa harus memiliki alternatif pekerjaan lain jika sewaktu-waktu di PHK. Sebagai upaya mengatasi kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja maka individu atau karyawan harus memiliki karakter kepribadian yang sekiranya mampu dijadikan sebagai salah satu faktor mengatasi kecemasan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut Ambarwati, (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa seseorang harus memiliki keyakinan bahwa dirinya akan mampu melaksanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu tugas. Keyakinan tersebut menentukan seberapa besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama individu akan tetap bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Apabila kesulitan dialami oleh individu individu yang meragukan kemampuannya, maka usaha-usaha untuk mengatasinya akan mengendur atau bahkan dihentikan. Ditambahkan oleh Bandura (1986) efikasi diri merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mampu melaksanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu tugas. Ambarwati (2003) mempertegas dalam hasil penelitiannya bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi tugas

keperawatan, semakin tinggi efikasi diri maka akan semakin rendah kecemasan menghadapi tugas keperawatan. Secara lebih khusus Wanberg dan Banas (2000) mengemukakan konsep change-self efficacy atau efikasi diri dalam perubahan sebagai keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki individu untuk menangani situasi perubahan dan untuk memfungsikan dirinya secara lebih baik terhadap pekerjaan yang dijalankanmeskipun terjadi berbagai tuntutan yang berasal dari perubahan yang terjadi. Conner (dalam Wanberg dan Banas, 2000) berikutnya menyampaikan bahwa individu-individu tidak akan menunjukkan kinerja yang baik dalam situasi perubahan ketika mereka tidak meyakini kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut menurut Bandura (1986) dikarenakan efikasi diri merefleksikan keyakinan individu bahwa tindakan yang dilakukannya dapat diselesaikan dengan baik. Banyaknya tugas dan tanggung jawab menuntut karyawan agar dapat memenuhi dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan yang ada di tempat kerja. Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan dan tuntutan di tempat kerja dapat mengakibatkan kecemasan kerja. Hal ini karena ketidakseimbangan antara tuntutan kerja dengan sumber daya atau kemampuan yang dimiliki karyawan untuk memenuhinya. Oleh karena itu karyawan perlu mendapat dukungan sosial baik dari pimpinan, rekan kerja ataupun keluarga. Armeli (1998) mengungkapkan dukungan sosial yang dirasakan seseorang dapat memprediksi efektivitas perilaku pemecahan masalah serta penyesuaian terhadap situasi baru. Karyawan yang merasakan dukungan dari organisasi akan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap proses

perubahan yang terjadi dan melakukan langkah-langkah untuk menjaga perfomansinya. Menurut Fusiler (Hartanti, 2002) dukungan sosial dapat menimbulkan penyesuaian yang baik dalam perkembangan kepribadian individu. Dukungan sosial memberikan perasaan berguna pada individu karena individu merasa dirinya dicintai dan diterima. Dukungan yang diterima akan memiliki arti bila dukungan itu bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang ada. Dukungan yang diberikan oleh keluarga, teman dan sahabat serta lingkungan sekitar diharapkan akan membantu karyawan mengatasi pemasalahan yang dialami. Penelitian Eisenberger, (2001) menunjukkan bahwa dukungan yang dirasakan karyawan dari organisasi memperkuat komitmen secara afektif dan perfomansi melalui proses timbal balik. Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2002) menyatakan bahwa dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidup. Dukungan sosial sangat diperlukan selama individu sendiri masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh oleh Koentjoro (2003) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya. Orang yang

merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Efikasi diri dan dukungan sosial diharapkan mampu menunjang seseorang melalui tindakan yang bersifat membantu dengan melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan materi dan penilaian positif pada individu atas usaha yang telah dilakukannya. Dukungan yang dirasakan karyawan dari organisasi dapat digunakan sebagai sumber kebutuhan sosioemosional dankeyakinan bagi karyawan untuk mengatasi stress yang ditimbulkan karena perubahan kebijakan perusahaan atau organisasi. Efikasi diri dan dukungan sosial inilah nanti yang diharapkan membantu karyawan agar tidak mengalami kecemasan terhadap kemungkinan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) Pada kenyatannya pada masa sekarang semakin banyak perusahaan yang kurang memperhatikan kondisi psikologis karyawannya atau kurang memberikan dukungan yang optimal, sebaliknya hanya menitikberatkan masalah mutu dalam produksinya. Bagi kalangan pengelola industri, buruh tidak lebih dari alat produksi. Mereka pun diperlakukan layaknya alat produksi lainnya, seperti mesin. Dipaksa terus bekerja dan bekerja demi mengejar target dan ketika kapasitasnya tidak mampu lagi memenuhi tuntutan pekerjaaan, mereka pun disingkirkan untuk digantikan buruh yang baru. Begitu juga dengan persaingan yang ketat di pasar internasional telah memacu perusahaan untuk lebih mengutamakan masalah mutu bagi barang-barang yang diproduksi dari pada kondisi karyawan. Akibatnya banyak dijumpai karyawan terpaksa di PHK oleh perusahaan meskipun sebenarnya karyawan itu masih produktif.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang hendak diangkat dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja pada Karyawan?. Mengacu pada permasalahan tersebut penulis tertarik mengadakan penelitian dengan memilih judul : Hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja. B. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja. 2. Hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja. 3. Hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja. 4. Sumbangan efektif efikasi diri dan dukungan sosial dengan kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja. 5. Sumbangan efikasi diri pada kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja. 6. Sumbangan dukungan sosial pada kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja. 7. Tingkat efikasi diri pada karyawan.

8. Tingkat dukungan sosial pada karyawan. 9. Tingkat kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja pada karyawan. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Pimpinan perusahaan Penelitian dapat memberikan kontribusi dan informasi khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga pimpinan dapat mengambil keputusan bijaksana sebelum melakukan pemutusan hubungan kerja. 2. Bagi karyawan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan informasi khususnya tentang kondisi efikasi diri, dukungan sosial serta kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawan., sehingga dapat mengantispasi dengan melakukan usaha-usaha yang positif untuk meminimalisir dampak negatif dari pemutusan hubungan kerja (PHK) 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wacana pemikiran untuk mengembangkan, memperdalam, dan memperkaya penelitian ilmiah khususnya mengenai hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan kecemasan terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK).