1>SIAPAKAH TENAGA KERJA ASING ITU?? Berdasarkan Undang-undang Pasal 1 ayat (13) Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003: Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia 2>APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN VISA DENGAN MAKSUD BEKERJA?? Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-undang Keimigrasian Nomor 6 Tahun 2011 Pasal 102 (1) Visa tinggal terbatas diberikan untuk melakukan kegiatan: a. dalam rangka bekerja; dan b. tidak dalam rangka bekerja. (2) Kegiatan dalam rangka bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. sebagai tenaga ahli; b. bergabung untuk bekerja di atas kapal, alat apung, atau instalasi yang beroperasi di wilayah perairan nusantara, laut teritorial, atau landas kontinen, serta Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; c. melaksanakan tugas sebagai rohaniawan; d. melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi dengan menerima bayaran; e. melakukan kegiatan dalam rangka pembuatan film yang bersifat komersial dan telah mendapat izin dari instansi yang berwenang; f. melakukan pengawasan kualitas barang atau produksi; g. melakukan inspeksi atau audit pada cabang perusahaan di Indonesia; h. melayani purnajual; i. memasang dan mereparasi mesin; j. melakukan pekerjaan nonpermanen dalam rangka konstruksi; k. mengadakan pertunjukan kesenian, musik, dan olah raga; l. mengadakan kegiatan olahraga profesional; m. melakukan kegiatan pengobatan; dan n. calon tenaga kerja asing yang akan bekerja dalam rangka uji coba keahlian.
3>BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN VISA TINGGAL TERBATAS UNTUK BEKERJA?? Peraturan Pemerintah N0 31 Tahun 20113 Pasal 103 (1) Permohonan Visa tinggal terbatas diajukan oleh Orang Asing atau Penjamin kepada Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk dengan mengisi aplikasi data dan melampirkan persyaratan: a. surat penjaminan dari Penjamin; b. fotokopi Paspor Kebangsaan yang sah dan masih berlaku: 1. paling singkat 12 (dua belas) bulan bagi yang akan melakukan pekerjaan di Wilayah Indonesia untuk waktu paling lama 6 (enam) bulan; 2. paling singkat 18 (delapan belas) bulan bagi yang akan melakukan pekerjaan atau tinggal di Wilayah Indonesia untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun; atau 3. paling singkat 30 (tiga puluh) bulan bagi yang akan melakukan pekerjaan atau tinggal di Wilayah Indonesia untuk waktu paling lama 2 (dua) tahun. c. bukti memiliki biaya hidup bagi dirinya dan/atau keluarganya selama berada di Wilayah Indonesia; dan d. pasfoto berwarna. (2) Selain melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi: a. Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (2) dan ayat (3) huruf a dan huruf b, juga harus melampirkan surat rekomendasi dari instansi dan/atau lembaga pemerintahan terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing : Pasal 1 ayat (5) Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing atau yang selanjutnya disingkat IMTA, adalah izin tertulis yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja TKA Pasal 39 (3) IMTA sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) akan menjadi dasar untuk pengajuan : a. penerbitan persetujuan visa ; b. pemberian dan perpanjangan izin tinggal terbatas (ITAS); c. alih status izin tinggal kunjungan (ITK) menjadi ITAS; d. alih status ITAS menjadi Izin Tinggal Tetap (ITAP),dan; e. perpanjangan ITAP.
IMTA VISA UNTUK BEKERJA ITAS Catatan Penting : TKA Legal adalah TKA yang memiliki Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) untuk bekerja, yang melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh IMTA yang sah dan berlaku yang dimiliki oleh Pemberi Kerja Tenaga Kerja. IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing) ADALAH IZIN BERBENTUK DOKUMEN YANG WAJIB DIMILIKI OLEH PEMBERI KERJA TKA VISA KERJA ADALAH VISA TINGGAL TERBATAS BERBENTUK STIKER PADA HALAMAN PASPOR YANG MEMILIKI KODE C312 KITAS ADALAH KARTU IZIN TINGGAL TERBATAS YANG WAJIB DIMILIKI OLEH TKA 4>APA SAJA BENTUK TINDAK PIDANA TERKAIT DENGAN TKA?? BENTUK PELANGGARAN TERKAIT DENGAN TKA PELANGGARAN KETENAGAKERJAAN UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 1. Pemberi Kerja Tidak memiliki IMTA (pasal 185 jo 42 ayat 1) 2. Pemberi kerja Perseorangan mempekerjakan TKA (pasal 185 jo 42ayat 2) 3. Pemberi kerja tenaga kerja asing tidak menaati ketentuan mengenai jabatan danstandar kompetensi yang berlaku. (pasal 187 jo 44 ayat 1) 4. Pemberi kerja tidak menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan PELANGGARAN KEIMIGRASIAN UU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian 1. Orang Asing berkerja tanpa Ijin Tinggal Terbatas untuk bekerja. (pasal 122 huruf a) 2. Tenaga Kerja Asing melakukan kegiatan bekerja tidak sesuai dengan rekomendasi instansi terkait yang menjadi dasar pengajuan visa, dan atau pengajuan Izin Tinggal Terbatas untuk bekerja. (pasal 122 huruf b) 3. setiap orang yang menyuruh atau memberikan kesempatan kepada Orang Asing menyalahgunakan atau melakukan kegiatan (bekerja) yang tidak sesuai dengan maksud atau tujuan pemberian Izin Tinggal yang diberikan kepadanya. (pasal 122 huruf b) pemberi kerja tidak melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing. (pasal 187 jo 45 ayat1)
UU no 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 185 (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 100.000.00,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.400.000.000,00 (empat ratus juta rupah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan. Pasal 42 (1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2) Pemberi kerja perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing. Pasal 187 (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), Pasal 44 ayat(1), Pasal 45 ayata (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat (2), Pasal 76 ayat (2), Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3), dan Pasal 144, dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp, 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. Pasal 44 (1) (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku. Pasal 45 (1) (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib : a. menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan b. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing.
UU no 6 Tahun 2011 Tentang Kemigrasian Pasal 122 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah): a. setiap Orang Asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian Izin Tinggal yang diberikan kepadanya; b. setiap orang yang menyuruh atau memberikan kesempatan kepada Orang Asing menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud atau tujuan pemberian Izin Tinggal yang diberikan kepadanya. Bagaimana cara penanganan Tidak Pidana terkait dengan keberadaan dan kegiatan TKA?? Sebelum membahas penanganan Tindak Pidana terkait TKA ada hal-hal penting yang harus diketahui yaitu : Subjek tindak pidana ketenagakerjaan adalah pemberi kerja Subjek tindak pidana keimigrasian adalah orang asing (TKA) dan setiap orang (perorangan maupun koorporasi) Tidak sanksi pidana terhadap TKA dalam Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. IMTA adalah dasar pengajuan Visa Tinggal Terbatas, Ijin Tinggal Terbatas dan alih status izin tinggal TKA
kolerasi tindak pidana keimigrasian dengan tindak pidana ketenagakerjaan HTKA bekerja tanpa Visa/ITAS untuk bekerja (contoh memakai visa kunjungan wisata) PASTI Pemberi kerja telah mempekerjakan TKA tanpa IMTA PASAL 122 (a) UU no 6 Tahun 2011 PASAL 185 Jo42(1) UU no 13 Tahun 2003 KEMUNGKINAN BESAR Ada yg menyuruh, memberikan kesempatan kepada OA utk salahgunakan,melakukan giat tdk sesuai dg intal PASAL 122 (b) UU no 6 Tahun 2011
TKA rangkap jabatan Sponsor fiktif Bekerja pada sponsor,lokasi,jabatan berbeda (dll, tidk sesuai dengan PASTI IMTA) *pasal 39 ayat(3) Permenaker no 16 Tahun 2015 PASTI Pemberi kerja tidak mentaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku. PASAL 122 (a) UU no 6 Tahun 2011 PASAL 187 Jo44(1) UU no 13 Tahun 2003 KEMUNGKINAN BESAR Ada yg menyuruh, memberikan kesempatan kepada OA utk salahgunakan,melakukan giat tdk sesuai dg intal PASAL 122 (b) UU no 6 Tahun 2011 *) Pasal 39 (3) IMTA sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) akan menjadi dasar untuk pengajuan : f. penerbitan persetujuan visa ; g. pemberian dan perpanjangan izin tinggal terbatas (ITAS); h. alih status izin tinggal kunjungan (ITK) menjadi ITAS; i. alih status ITAS menjadi Izin Tinggal Tetap (ITAP),dan; j. perpanjangan ITAP.
Catatan penting : akan terjadi suatu kondisi kelucuan hukum ketika ada keputusan bersalah dalam suatu perkara pelanggaran penyalahgunaan izin tinggal oleh TKA namun tidak ada proses hukum terhadap pemberi kerjanya, ataupun sebaliknya 5>APAKAH DEPORTASI ITU? Pasal 1 ayat (36) UU No 6 tahun 2011 Tentang Keimigrasian Deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan Orang Asing dari Wilayah Indonesia Deportasi adalah bentuk tindakan administrasi keimigrasian yang dilakukan oleh pejabat imigrasi berwenang. Pasal 75 ayat (1) dan (2) (1) Pejabat Imigrasi berwenang melakukan Tindakan Administratif Keimigrasian terhadap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia yang melakukan kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundang-undangan. (2) Tindakan Administratif Keimigrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. pencantuman dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan; b. pembatasan, perubahan, atau pembatalan Izin Tinggal; c. larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di Wilayah Indonesia; d. keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia; e. pengenaan biaya beban; dan/atau f. Deportasi dari Wilayah Indonesia. 6>Apakah TKA ilegal dapat dideportasi? Sebelumnya mari kita cermati unsur-unsur dalam terpenuhinya teindakan terhadapa orang asing yang berada di wilayah Indonesia hingga dapat dideportasi oleh Pejabat Imigrasi Berwenang : 1. Melakukan kegiatan berbahaya dan ; 2. Patut diduga membahayakan keamanan dan; 3. ketertiban umum atau; 4. Tidak menghormati atau; 5. Tidak menaati peraturan perundang-undangan.
Dari lima unsur diatas unsur yang terdapat pada nomor 1 s/d 3 adalah yang umum berlaku pada setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia, dalam kaitan khusus dengan kegiatan sebagai TKA maka akan mempunyai kolerasi dengan poin unsur nomor 4 dan 5. Berdasarkan ketentuan pasal 75 UU no 6 Tahun 2011 tersebut diatas TKA yang tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundangan-undangan yang berlaku di Indonesia khususnya peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Pejabat Imigrasi yang berwenang dapat melakukan pendeportasian terhadap TKA Ilegal setelah memenuhi kepatutan bahwa TKA yang bersangkutan dengan bukti-bukti awal yang cukup diduga telah tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7> Bagaimana seorang Pejabat Imigrasi melakukan pendeportasian terhadap TKA berdasarkan dugaan pelanggaran (tidak menghormati atau tidak menaati) peraturan perundang-undangan ketenagarjaan?? Ada hal-hal yang wajib diketahui sebelum Sebelum membahas penanganan Tindak Pidana maupin Tindakan Administrsi terkait TKA ada hal-hal penting yang harus diketahui yaitu Subjek tindak pidana dalam Undang-undang ketenagakerjaan adalah hanya pemberi kerja Subjek tindak pidana dalam Undang-undang Keimigrasian adalah orang asing (TKA) dan setiap orang (perorangan maupun koorporasi) Tidak sanksi pidana terhadap TKA dalam Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. IMTA adalah dasar pengajuan Visa Tinggal Terbatas, Ijin Tinggal Terbatas dan alih status izin tinggal TKA Asumsi dari hal-hal tersebut diatas bahwa Pejabat Imigrasi Berwenang dapat mendeportasi TKA ketika telah mendapatkan bukti-bukti dugaan yang cukup dan patut menjadi dasar pertimbangan deportasi. Namun apabila pelaksanaan deportasi selalu dilaksanakan pada saat kesempatan pertama setelah dianggap patut diduga melakukan pelanggaran ketenagakerjaan, hal ini akan mengakibatkan pengabaian terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pemberi tenaga kerja ataupun pihak-pihak yang menyuruh, memberi kesempatan untuk menyalahgunakan izin tinggal : Laporan /Temuan dugaan TKA Ilegal Hasil Pemantuan / Pemeriksaan Memenuhi unsur dugaan Keputusan Pejabat Imigrasi berrwenang *DEPORTASI
*jika TKA ilegal langsung dideportasi pada kesempatan pertama, maka TKA tersebut tidak bisa diperiksa sebagai saksi memberatkan kepada pemberi kerja. >7BAGAIMANA PROSES HUKUM YANG IDEAL BAGI TINDAK PIDANA MAUPUN TINDAKAN ADMINISTRATIF TERKAIT KEGIATAN TKA ILEGAL?? Sebelumnya mari kita cermati dulu jika proses hukum dilakukan secara sektoral tanpa koordinasi dalam satu perbuatan melanggar hukum : Contoh kasus : 15 Orang Asing masuk wilayah Indonesia dengan Bebas Visa Kunjungan Wisata tertangkap tangan berkat laporan masyarakat, mereka tertangkap ketika sedang melakukan pengecoran pondasi gedung lengkap menggunakan helm dan baju proyek PENANGANAN PROSES HUKUM SECARA SEKTORAL Penanganan Proses Hukum Keimigrasian / UU no 6 Tahun 2011 Proses tipe I SIDIK TKA pasal 122(a) Tertangkap Tangan Sidik Pemberik Kerja pasal122(b) Jaksa Penuntut Umum P21/P19/SP3 PN Proses tipe II Proses TKA Tindakan Administratif Memenuhi unsur patut diduga *pasal 75(1) Ditempatkan pada Rudenim/ atau tempat lain *pasal 72(2)d DEPORTASI Tertangkap Tangan Menjadi saksi
Sidik Pemberi Kerja pasal122(b) Jaksa Penuntut Umum P21/P19/SP3 PN Putusan Proses tipe III Tertangkap Tangan Proses TKA Tindakan Administratif Memenuhi unsur patut diduga *pasal DEPORTASI Apabila lebih dari 30 hari ditempatkan pada Rudenim DEPORTASI Penanganan Proses Hukum Ketenagakerjaan/UU No 13 Tahun 2003 Tertangkap Tangan Sidik Pemberi Kerja pasal 185jo 42(1) Jaksa Penuntut Umum P21/P19/SP3 PN Proses Secara Komfrehensif Tertangkap Tangan Proses TKA Tindakan Administratif Memenuhi unsur patut diduga *pasal 75(1) Ditempatkan pada Rudenim/ atau tempat lain *pasal 72(2)d Menjadi saksi DEPORTASI Sidik Pemberi Kerja pasal122(b) (Imigrasi) Jaksa Penuntut Umum P21/P19/SP3 PN Putusan
Proses Hukum secara komfrehensif diatas sangat berat tantangannya, namun adalah sangat ideal, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Lebih memberikan efek jera karena dapat memberikan pidana maksimal kepada pemberi kerja. 2. Lebih memprioritaskan penanganan tindak pidana yang dilakukan oleh pemberi kerja, karena pemberi kerja bertanggung jawab penuh atas tenaga kerja yang dipekerjakannya. 3. Kemungkinan besar mayoritas TKA Ilegal tidak memahami peraturan terkait ketenagakerjaan dan keimigrasian Indonesia, terlebih jika TKA Ilegal tersebut adalah tenaga kasar atau nonskill, apakah mungkin mereka datang sendiri, keliling-keliling cari kerjaaan??, karena itu deportasi adalah tindakan yang tepat bagi mereka mengingat segi efisiensi dan dana. 4. Keberadaaan TKA nonskill di Indonesia karena adanya permintaan, perekrutan, mobilisasi dan penggunanya, tanpa sanksi yang tegas kepada pengguna atau pemberi kerja,maka jika ada 100 TKA ilegal yang dideportasi dalam 1 hari, kemungkingan datang kembali 200 orang sehari setelahnya. Contoh penanganan secara komfrehensif yang ideal dapat kita lihat dalam contoh kasus: http://news.liputan6.com/read/2411998/selain-randall-pemilik-chiropractic-juga-ditetapkan-tersangka Selain Randall, Pemilik Chiropractic Juga Ditetapkan Tersangka 14 Jan 2016, 16:20 WIB Ditreskrimum Polda Metro Jaya mendatangi klinik Chiropractic First di FX Senayan, Jakarta, Kamis (7/1). Dinkes DKI bersama Polda Metro Jaya menyegel sejumlah cabang klinik Chiropractic First yang diduga melakukan malapraktik. (Liputan6.com/Gempur M Surya) Liputan6.com, Jakarta - Polisi telah menetapkan dokter Randall Cafferty sebagai tersangka kasus malapraktik terapi chiropractic dengan korban anak mantan pejabat BUMN Allya Sisca Nadya. Selain Randall, polisi juga menetapkan pemilik klinikchiropractic First, Khan Wain Min sebagai tersangka. "Selain Randall, kami tadi malam juga menetapkan tersangka kepada Kan Wain Min, warga Malaysia kelahiran Selangor. Ini yang bersangkutan adalah pemilik Chiropractic First," kata Krisna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (14/1/2016). Khan Wain Min dijerat Pasal 122(b) Nomor 6 Tahun 2011 Undang-undang (UU) Republik Indonesia (RI) tentang Keimigrasian dengan ancaman maksimal 5 tahun penjara. Dan Pasal 185 juncto Pasal 42 ayat 1 dan 2 Undangundang Nomon 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dengan ancaman penjara maksimal 4 tahun dan atau denda Rp 400 juta.
"Dikenakan Pasal 122 huruf (b) Undang-undang RI tentang Keimigrasian. Itu ancamannya 5 tahun. Dan juga Pasal 185 juncto Pasal 42 ayat 1 dan ayat 2 Undang- undang 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan," pungkas Krishna. Mengapa Khan Wain Min tidak berlaku sebaga tenaga terapis tetapi terjerat pelanggaran ketenagakerjaan? Karena, jelas Krishna, Khan Wain Min telah mempekerjakan para warga negara asing (WNA) tanpa seizin pemerintah, dalam hal ini Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. "Jadi kita kaitkan dengan ketenagakerjaan karena yang bersangkutan mempekerjakan orang tanpa izin. Ini ancamannya 4 tahun, masuk dalam kategori pidana serta Pasal 42 ayat 1 dan 2 tentang Undang-undang Nomor 13 tentang Tenaga Kerja," terang dia. "Jadi tadi malam ditetapkan 2 tersangka, dokter Randall dan Khan Wain Min tadi selaku yang memiliki usaha chiropractic," imbuh Krishna. Sementara itu untuk para terapis chiropractic lainnya yang bekerja di klinik milik Khan, Krishna menuturkan mereka hanya terkena pelanggaran ketenagakerjaan karena tak berizin praktik dan imigrasi lantaran tak memiliki visa kerja. "Jadi kalau untuk menetapkan dokter tersebut, sementara belum ada korbannya maka ada pelanggaran ketenagakerjaan, pelanggaran imigrasi. Yang ini harus dikomunikasikan," ucap Krishna. Krishna pun mengaku penyidikan tak berhenti sampai pada tahap peningkatan status Randall dan Khan. Polisi akan mengembangkan kasus terapi Chiropractic First dengan mendalami metodenya, pemiliknya, struktur organisasinya dan asal muasal para tenaga medisnya. "Sekarang prioritas kita malapraktik dulu. Nanti dari situ baru kita elaborasi pada yang lain-lain." ujar Krishna. Lampiran