BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Lingkungan yang buruk dapat berperan dalam penyebaran penyakit menular. Demam tifoid atau typhoid fever merupakan salah satu penyakit menular yang berkaitan erat dengan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan [1]. Infeksi oleh Salmonella sp, hampir selalu melalui jalan oral, yaitu melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi, masuk ke mulut, melalui saluran pencernaan, melalui dinding usus halus, masuk ke system limpa, beredar melalui aliran darah, menyerang liver, kantung empedu, limpa, ginjal, dan sumsum tulang, kemudian bakteri berkembang biak dan melakukan penyerangan ke berbagai organ [2]. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella typh [1, 3]. Bakteri ini termasuk kuman gram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang,berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi [1, 4]. Demam dan sakit kepala merupakan keluhan dan gejala klinis yang timbul pada semua penderita demam tifoid ini [5]. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus [6]. Insidensi di Indonesia rata-rata 900.000 kasus/tahun dengan angka kematian > 20.000 dan 77% kasus terjadi pada umur 3-19 tahun [3]. Menurut data Hasil Riset Dasar Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2007, demam tifoid menyebabkan 1,6% kematian penduduk Indonesia untuk semua umur [7]. Insidensi demam tifoid berbeda pada tiap daerah. Sedangkan pada 1
tahun 2009 kasus demam tifoid diindonesia meningkat menjadi 80.850 dengan angka kematian 1.013 kasus [8]. Kasus demam tifoid tinggi di kota pada tahun 2009, mencapai 7.965 kasus [9]. Dalam penegakkan diagnosis pasti dari penyakit demam tipoid ini diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan adalah uji serologis. Tes serologis yang sering digunakan, seperti tes Widal, kultur Gal, TubekRTF, Metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan tes IgM Salmonella typhi [10]. Pada pemeriksaan hematologi pasien mengalami penurunan sel darah putih, dan terjadi peningkatan titer Widal. Titer Widal meningkat bila melebihi dari 1/160, tetapi pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lemah [11]. Tes Widal merupakan metode serologi baku rutin yang sering digunakan. Penelitian pada anak pernah dilakukan dengan meneliti uji diagnostik tes serologi widal dibandingkan dengan kultur darah, masingmasing mendapatkan hasil 61,2% pada kultur kuman Salmonella typhi sedangkan pada pemeriksaan Widal didapatkan hasil uji positif sebesar 97,737% [12]. Tetapi pada penelitian lain meneliti peranan uji Widal sebagai alat diagnostik penyakit demam tifoid, didapatkan hasil sensitifitas pada minggu pertama sebasar 37% dan spesifisitas sebesar 97% [13]. Uji IgM Salmonella typhi merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat untuk mendeteksi Salmonella thypi dalam darah, serum dan plasma manusia. Uji IgM tersebut menggunakan partikel tes berwarna yang tersusun secara horizontal yaitu pita tes antigen (bawah), mengandung antigen reaktif yang spesifik dan pita internal control (atas), mengandung anti-human IgM antibodi. Uji didasarkan atas ikatan antibodi IgM spesifik Salmonella typhi terhadap antigen Salmonella typhi. Ikatan antibodi IgM secara spesifik dideteksi dengan konjugat IgM antihuman [14]. Metode pemeriksaan IgM Salmonella typhi ini mempunyai sensitivisitas sebesar 63% bila dibandingkan dengan kultur darah (13.7%) dan 2
uji Widal (35.6%). Dari presentase tersebut maka uji IgM Salmonella typi lebih sensitif dibandingkan dengan uji Widal [15]. RSUD Ungaran adalah salah satu sentra pelayanan kesehatan bagi masyarakat Ungaran. Data pasien rawat inap usia > 14 tahun selama satu tahun 2011 rata-rata jumlah pasien rawat inap dengan diagnosa tipoid dengan Widal positif dan pemeriksaan TubexRTF perbulan ialah 112 pasien. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosa demam tifoid di RSUD Ungaran dengan menggunakan pemeriksaan Widal dan TubexRTF, sedangkan pemeriksaan yang menggunakan dipstik IgM Salmonella typhi belum dilakukan. Berdasarkan uraian diatas perlu diteliti uji ketepatan diagnosa Salmonella typhi pada penderita demam tifoid dengan menggunakan kombinasi Widal dan IgM Salmonella typhi untuk membantu dalam menegakkan diagnosa demam tifoid dengan tepat dan memberi pengobatan dengan tepat pula sehingga angka kejadian demam tifoid dan kematian dapat diturunkan. B. Rumusan Masalah Hasil pemeriksaan Widal memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang rendah, sehingga dalam menegakkan diagnosis demam tifoid perlu dilakukan uji penunjang lain yang memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang lebih tinggi seperti pemeriksaan IgM Salmonella typhi. Dari uraian latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana diagnosis Salmonella typhi pada pasien tifoid dengan menggunakan tes Widal dan tes IgM Salmonella typhi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui diagnosis Salmonella typhi pada pasien usia > 14 tahun dengan suspek demam tifoid menggunakan tes widal dan IgM Salmonella typhi di RSUD Ungaran. 3
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Mendiskripsikan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur. b. Mendiskripsikan hasil uji Widal pada pasien (umur >14 tahun) suspek demam tifoid di RSUD Ungaran. c. Mendiskripsikan hasil uji IgM Salmonella typhi pada pasien usia >14 tahun dengan suspek demam tifoid di RSUD Ungaran. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Sebagai informasi bagi instansi kesehatan dalam mendiagnosa demam tifoid. b. Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan berbagai teori perkuliahan dalam bentuk penelitian. 2. Manfaat Teoritis a. Menambah referensi yang menunjang bagi llmu pengetahuan khususnya pada pemeriksaan laboratorium. b. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah Widal sebagai alat diagnostik demam tifoid. Penelitian terdahulu, peneliti menggunakan Uji diagnostik tes Serologi Widal dibandingkan dengan Kultur darah sebagai diagnostik demam tifoid. Sedangkan pada penelitian ini akan mengetahui ketepatan diagnosis Salmonella typhi pada pasien usia > 14 tahun dengan suspek demam tifoid menggunakan kombinasi tes widal dan tes IgM Salmonella typhi. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Desain Var bebas & Hasil 4
study Var terikat 1 Sylvia Y.Muliawan dan Julius E. Surjawidjaja (1999) [13] 2 A.Fatmawati Rachman Nahwa Arkhaesi Hardian (2011) [12] Peranan uji Widal Sebagai Alat Diagnostik Penyakit Demam Tifoid Di RS. Dr. Soetomo Surabaya Uji diagnostik tes Serologi Widal dibandingk an dengan Kultur darah sebagai baku emas untuk diagnostik demam tifoid pada anak di RSUP Dr. deskriptif Deskriptif lokasi Pengambilan Sampel Di RS Dr. Soetomo Surabaya Uji Widal sebagai Alat Diagnostik Penyakit Demam Tifoid uji diagnostik tes Serologi Widal pada anak penderita demam tifoid di RSUP Dr. Kultur darah pada anak penderita demam tifoid di RSUP Dr. Berdasarkan Waktu pengambilan Sampel Pada Minggu pertama Didapatkan hasil uji sensitivitas Sebesar 37% dan spesifitas 97% berdasarkan hasil kultur kuman Salmonella typhi didapatkan hasil positif sebesar 61.2% sedangkan pada uji widal didapatkan hasil uji positif sebesar 97.737% 5