HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI DAN JENIS MAKANAN YANG DIKONSUMSI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Dipublikasikan Pada Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

ABSTRAK. Kata kunci: molar, karies, menyikat gigi, makanan kariogenik. viii

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

Hubungan Kebiasaan Gosok Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS III SDN 1 & 2 SONUO

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

DESTRI MAYA RANI NIM A020

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi Pada Siswa Umur 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri Kota Bukittinggi)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

GAMBARAN MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DI MIN 9 KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah Fakultas. Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

MINUM SUSU DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN TANPA GULA DENGAN JUMLAH KARIES ANAK USIA 3-6 TAHUN

Hana Yuwan Kartikasari, Nuryanto *)

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

EVA DIAN SRIBINTARI J

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK PEMBINA MOJOSONGO SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

STATUS KEBERSIHAN MULUT ANAK USIA 9-11 TAHUN DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI MALAM SEBELUM TIDUR DI SDN MELONGUANE

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

e-issn Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN PELIHARA DIRI KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU DENGAN JUMLAH KARIES PADA ANAK PRA SEKOLAH TK PERTIWI II BANJARNEGARA

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

Resti Anggraeni*), UmiAniroh**), Mona Saparwati***)

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada Vol.7 No.2

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

Transkripsi:

Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 37-43, Maret 2018 ISSN : 2085-1049 (Cetak) ISSN : 2549-8118 (Online) HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI DAN JENIS MAKANAN YANG DIKONSUMSI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI Sunarti Swastikarini 1 1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tengku Maharatu Pekanbaru Email: tika_poo1984@yahoo.com ABSTRAK Karies merupakan penyakit jaringan keras yang disebabkan oleh hasil interaksi bakteri dipermukaan gigi. Karies gigi di anak-anak masih lima kali lebih sering terjadi dibandingkan asma, dan karies gigi tujuh kali lebih umum dibandingkan demam, sehingga ini menjadi masalah yang serius terutama bagi usia sangat muda atau anak-anak.kasus kejadian karies gigi di provinsi riau di pengaruhi oleh aspek makanan dan cara menggosok gigi. Alasan dilakukan penelitian ini dikarenakan lebih dari 50% anak kelas VI SDN 88 mengalami karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cara menggosok gigi dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi pada anak VI SDN 88 Pekanbaru.Jenis penelitian menggunakan teknik observasional deskriptif, dengan desain penelitian cross-sectional untuk mengetahui hubungan cara menggosok gigi dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 45 orang. Alat ukur yang digunakan kuesioner untuk menlihat jenis makanan yang di konsumsi. Hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara cara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak dengan uji statistik p value 0.005 < alpa 0.05 dengan OR.0,162. Ada hubungan yang signifikan antara aspek jenis makanan dengan kejadian karies gigi pada anak dengan uji statistik p value 0.000 < alpa 0.05 dengan OR 3,250. Disarankan kepada tempat penelitian agar lebih mengajarkan kepada anak SD untuk selalu menjaga kebersihan mulut dengan selalu menyikat gigi setiap hari agar terhindar dari karies gigi. Kata kunci : Karies,menggosokgigi, jenis makanan RELATIONSHIP HOW TO GROUND DENTAL AND TYPES OF FOOD CONSUMPTED WITH DENTAL CARIES GENERATION ABSTRACT Caries is a severe tissue disease caused by the interaction of bacteria on the surface of the tooth. Dental caries in children is still five times more common than asthma, and dental caries is seven times more common than fever, so this becomes a serious problem especially for very young ages or children. The case of dental caries incidence in riau province is influenced by food aspect and tooth brushing. The reason for this research is because more than 50% of grade 6 SDN 88 children have dental caries. This study aims to determine the relationship of how to brush your teeth and the type of food consumed with the incidence of dental caries in children VI SDN 88 Pekanbaru. Type of research using descriptive observational techniques, with cross-sectional research design to determine the relationship of how to brush your teeth and types of food consumed with incidence of dental caries. In this research the sampling technique that is using total sampling technique with the number of sample counted 45 people. Measurement tool used by the questionnaire to see the type of food consumed. The results of the study there is a significant relationship between how to brush your teeth with the incidence of dental caries in children with statistical test p value 0.005 <alpa 0.05 with OR.0,162. There was a significant correlation between food type aspect and dental caries incidence in children with p value 0.000 <alpa 0.05 with OR 3,250. Suggested to the place of research to more to teach to elementary school children to always keep mouth hygiene by always brushing your teeth every day to avoid dental caries. Keywords: Caries, brushing teeth, type of food 37

PENDAHULUAN Karies adalah penyakit jaringan keras yang disebabkan oleh hasil interaksi bakteri dipermukaan gigi, plak atau biofilm dan diet khusus komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat (Amaliah, 2014). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses karies adalah biofilm, diet dan saliva (Kidd & Bechal, 2008). Menurut Amaliah (2014), ada 3 faktor yang harus ada secara bersama-sama untuk terjadinya karies. Ketiga faktor tersebut adalah bakteri kariogenik, permukanan gigi yang rentan, dan tersedianya bahan nutrisi untuk perkembangan bakteri. Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya yang sangatluas sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat (Ahmad, 2014) Prevalensi karies masih cukup tinggi di seluruh dunia, ini berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2012 mengemukakan bahwa didunia sekitar 60-90% dari anak usia sekolah mengalami karies gigi. Berdasarkan data Riskesdas (2013), penduduk Indonesia masih mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut sebanyak 25,9%. Kelompok umur anak usia 5-9 tahun dan 10-14 tahun dalam 12 tahun terakhir ini mengalami permasalahan gigi dan mulut sebesar 28,9% dan 25,2%, dari persentase tersebut masingmasing hanya 35,1% dan 28,3% yang mendapat perawatan dari tenaga medis gigi. Di Provinsi Riau, prevalensi masalah gigimulut adalah 22,8% dan terdapat 2,2% telah kehilangan gigi aslinya. Enam kabupaten dengan prevalensi masalah gigi dan mulut tertinggi, yaitu Indragiri Hilir (32,2%), Ro kan Hilir (28,5%), Pelalawan (27,9%), Kuantan Singingi (26,2%), Kampar (25,6%) dan Kota Pekanbaru (23,1%). Penduduk provinsi Riau mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari (94,6%), lebih tinggi dari angka nasional (91,1%) (Riskesdas, 2013). Dari merek a yang menggosok gigi setiap hari, sebagian besar dilakukan pada saat mandi pagi atau sore (90,8%). Hanya sedikit yang melakukannya pada saat setelah makan pagi (9,7%) dan sebelum tidur malam hari (27,2%). Di Provinsi Riau, prevalensi karies adalah 53,3% dan yang pengalaman karies adalah 75,4%. Terdapat tiga kabupaten dengan pravelensi pengalaman karies yang cukup tinggi sebanding dengan angka di provinsi Riau, yaitu Pelalawan (64,5%), Bengkalis (62,7%) dan Rokan Hilir (61,6%) (Riskesdas, 2013). Menurut Aditya, dkk (2015), k aries gigi di anak-anak masih lima kali lebih sering terjadi dibandingkan asma, dan karies gigi tujuh kali lebih umum dibandingkan demam, sehingga ini menjadi masalah yang serius terutama bagi usia sangat muda atau anak-anak. Menurut (Kidd, 2008), saliva adalah suatu cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa rongga mulut. Amerongen, dkk, (2014) juga mengemukakan bahwa saliva memiliki peran penting untuk gigi. Fungsi saliva dalam melindungi gigi yaitu dengan menghambat proses demineralisasi enamel yang ada pada gigi dengan kandungan yang ada pada saliva diantaranya pelikel protein, ion kalsium dan fosfat. Menurut Kidd & Bechal (2008), bakteri aerob yang paling banyak ditemui di saliva yaitu bakteri 4 Streptococcus. Anak usia 6-12 tahun pada periode gigi bercampur, gigi molar dan insisivus permanennya yang baru erupsi mempunyai daerah-daerah morfologik yang memudahkan retensi plak dan berkembangnya karies. Daerah tersebut adalah permukaan oklusal molar permanen, pit dan alur-alur pertumbuhan pada permukaan lingual molar permanen atas dan permukaan molar pertama bawah, serta pit lingual insisivus permanen atas terutama insisivus lateral, karena kedalaman dan inklinasi fisur oklusalnya. Karies pada molar pertama bawah lebih sering terjadi dibandingkan molar pertama permanen (Aditya, 2015) Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur didalam mulut. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan terjadinya karies gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa sisa makanan yang melekat disela sela gigi dan pada plak akan ditumbuhi bakteri yang dapat merubah glukosa menjadi asam sehingga ph 38

dirongga mulut menurun sampai 4,5(Amaliah, 2014). Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry, 2005). Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi (Kidd, 2008). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di 3 SD Kelurahan Sukamulia Kec. Sail Pekanbaru, pada bulan Maret 2017, yaitu ada 3 SD yang terdapat dikelurahan Sukamulia. Diantaranya SD N 58 Pekanbaru, dengan jumlah siswa kelas V 52 orang dengan kasus karis 18 orang, kemudian SD Kartika SAIL Pekanbaru, dengan jumlah siswa kelas V 58 orang dengan kasus karies 23 orang. Kemudian SD N 88 Pekanbaru, dengan jumlah siswa kelas V 45 orang dengan kasus karies 28 orang. Setelah observasi kepada 10 orang anak yang mengalami karies selama disekolah ternyata banyak anak-anak yang memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis makanan dan minuman yang mengandung lemak dan tinggi sukrosa seperti jajanan siap saji, gorengan, popice, permen, coklat dan jajanan ringan. Maka beberapa bakteri penyebab karies dirongga mulut akan memulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul tentang Hubungan Cara Menggosok Gigi dan Jenis Makanan Yang Dikonsumsi Dengan Kejadian Karies Pada Anak Kelas VI di SDN 88 Pekanbaru. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif, dengan desain penelitian cross-sectional untuk mengetahui hubungan cara menggosok gigi dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas VI di SDN 88 Pekanbaru. Tempat penelitian di SDN 88 Pekanbaru dan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 30 Agustus 2017. Sampel pada penelitian ini berjumlah 45 responden. Pada penelitian ini tekhnik pengambilan sampel yaitu menggunakan tekhnik total sampling. HASIL A. Analisa Univariat Adapun distribusi frekuensi responden dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Distribusi Responden BerdasarkanUmur Terhadap Kejadian Karies Gigi (n=45) No Klasifikasi Umur Frekuensi (f) Persentase (%) 1 11 Tahun 31 68.9 2 12 Tahun 14 31.1 Total 45 100,0 Berdasarkan tabel 1 responden yang mengalami karies gigi berada pada umur 11 tahun sebanyak 31 responden (68.9%) dan berjenis kelamin laki-laki 23 responden (51.1) dan perempuan 22 responden (48.9%). Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamim Terhadap Kejadian Karies Gigi (n=45) No Klasifikasi Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Laki-laki 23 51.1 2 Perempuan 22 48.9 Berdasarkan tabel 2 responden yang mengalami karies gigi berjenis kelamin laki- Total 45 100,0 laki 23 responden (51.1) dan perempuan 22 responden (48.9%). 39

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Karies Gigi (n=45) No Karies Gigi Frekuensi (f) Persent (%) 1 Ya Karies 27 60.0 2 Tidak Karies 18 40.0 Total 45 100 % Berdasarkan tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami karies gigi, yaitu sebanyak 27 orang (60%). Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Menggosok Gigi (n=45) No Cara Menggosok Gigi Frekuensi (f) Persent (%) 1 Benar 21 46.7 2 Salah 24 53.3 Total 45 100 % Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan responden menggunakan cara yang bahwa mayoritas cara menggosok gigi sebanyak 24 responden (46.7%). salah Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Aspek Jenis Makanan (n=45) No Aspek Jenis Makanan Frekuensi (f) Persent (%) 1 Dominan Manis 19 42.2 2 Tidak Manis 26 57.8 Total 45 100 % Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa Hubungan Cara Menggosok Gigi Dengan responden yang mengkonsumsi makanan Kejadian Karies Gigi Pada Anak yang dominan tidak manis sebanyak 26 Adapun hubungan cara menggosok gigi responden (57.8%) dengan kejadian karies gigi dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Menggosok Gigi Tabel 6. Hubungan Cara Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi (n=45) Karies Karies Gigi Tidak Karies Total Benar 8 (38,1%) 13 (61,9%) 21 Salah 19 (79,2 %) 5 (20,8 %) 24 Total 27 ( 60 %) 18 (40%) 45 Berdasarkan tabel 6 diketahui cara menggosok gigi benar terhadap kejadian karies sebanyak 21 responden (46.7%) dan masih terdapat 8 responden cara menggosok gigi salah. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.005 (p < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan cara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas VI SDN 88 Pekanbaru. Dengan OR 0.162 yang P Value 0,005 OR (95 % CI) 0,162 (0,043-0,607) berarti jika menggosok gigi salah maka resiko terjadinya karies sebanyak 0.162 kali. Hubungan Jenis Makanan Yang Dikonsumsi Dengan Kejadian Karies Gigi Adapun hubungan jenis makanan yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi dapat dilihat pada tabel 7 berikut. 40

Tabel 7. Hubungan Jenis Makanan Yang Dikonsumsi dengan Kejadian Karies Gigi (n=45) Karies Gigi Jenis Makanan Total P Value OR (95 % CI) Karies Tidak Karies Dominan Manis 19 (100%) 0 (0%) 19 Tidak Manis 8 (30,8 %) 18 (69,2 %) 26 Total 27 ( 60 %) 18 (40%) 45 0,000 3,250 (1,826-5,785) Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa aspek makanan dominan manis terhadap kejadian karies sebanyak 19 responden (42.2%) dan makanan tidak manis sebanyak 26 responden (57.8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.000 (p < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan aspek makanan dengan kejadian karies gigi pada anak kelas VI SDN 88 Pekanbaru dengan OR 3.250 yang berarti beresiko 3.250 kali terkena karies gigi jika anak-anak mengkonsumsi makanan yang dominan manis. PEMBAHASAN 1. Hubungan Cara Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies pada anak kelas VI SD. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil cara menggosok gigi benar sebanyak 21 responden (46.7%) dan yang salah sebanyak 24 responden (53.3%). Hasil uji statistik didapatkan hasil p value 0.005 < alpa 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan cara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 6 SDN 88 Pekanbaru. Berdasarkan hasil penelitian Amaliah (2014) dengan judul hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies pada anak usia sekolah kelas IV-VI SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil uji statitik didapatkan menggosok gigi sering (66.7%) kadang kadang (25.9%) jarang (7.4%) pada anak. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies pada anak usia sekolah kelas IV-VI SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan. Hasil penelitian Alhamda (201 1)tentang kebiasaan menyikat gigi menunjukkan sebagian besar murid kelas V dan VI SDN kota Bukittinggi sudah menyikat gigi 2 kali sehari tetapi waktu untuk menyikat gigi belum tepat sesuai dengan anjuran yaitu pagi sesudah sarapandan malam sebelum tidur. Murid-murid masih mempunyai kebiasaan menyikat gigi pada waktu mandi pagi dan mandi sore. Murid-murid kelas V dan VI di SDN kota Bukittinggi berumur sekitar 1114 tahun. Menurut Supartinah15 anak seusia ini sudah terampil menyikat gigi dan sudah mempunyai pengertian tentang kesehatan gigi, meskipun keterlibatan orangtua masih diperlukan. Tanpa pengawasan dan perhatian dari orangtua anak seusia ini masih sering tidak disiplin dalam menerapkan kebiasaan pelihara diri terutama untuk menyikat gigi pada waktu malam sebelum tidur. Kebiasaan ini menyebabkan ketika anak tidur malam mulutnya dalam keadaan tidak bersih karena setelah makan malam tidak menyikat gigi, adanya sisa makanan ini yang bila dibiar terus-menerus akan menyebabkan terjadinya karies. Proses membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang dilakukan secara terus menerus. Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry, 2014). Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi (Kidd, 2008) 41

Menggosok gigi sangat berpengaruh dengan keadaan kebersihan mulut. Cara menggosok yang benar akan menghilangkan factor penyebab karies seperti makanan, plak. Kebersihan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase karies lebih tinggi. Untuk mengukur indeks status kebersihan mulut, digunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari green dan vermillon. Indeks ini merupakan gabungan yang menetukan skor debris dan deposit kalkulus baik untuk semua atau hanya untuk permukaan gigi yang terpilih saja. Debris rongga mulut dan kalkulus dapat diberi skor secara terpisah. Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi. Peningkatan oral hygiene dapat dilakukan dengan teknik flossing untuk membersihkan plak yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi yang teratur, merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan kesehatan gigi. Selain itu penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor dapat mencegah terjadinya karies (Ireland, 2013) 2. Hubungan Jenis Makanan Yang Dikonsumsi Dengan Kejadian Karies Gigi Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan aspek jenis makanan dengan kejadian karies pada gigi anak kelas VI SDN 88 Pekanbaru. Di peroleh hasil makanan yang dominanan manis sebanyak 19 responden (42.2%) dan yang tidak manis sebanyak 26 responden (57.8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.000 (p < alpa 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan aspek makanan dengan kejadian karies gigi pada anak kelas VI SDN 88 Pekanbaru. Berdasarkan hasil penelitian Rahmayani (2016)dengan judul hubungan pola makan dengan angka kejadian penyakit gigi dan stomatitis di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. Hasil uji statistik didapatkan nilai pola makan cukup sebesar 40 responden (49.4%) pola makan kurang 18 responden (22.2%) baik sebanyak 23 responden (28.4%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola makan dengan angka kejadian penyakit karies gigi dan stomatitis di SD Muhamadiyah16 Surakarta. Berdasarkan hasil penelitiankartikasari (2014) ini ditemukan adanya hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi anak yang mengkonsumsi makanan kariogenik, maka akan semakin tinggi indeks karies giginya. Jenis makanan yang sering dikonsumsi dapat mempengaruhi keparahan karies gigi. Salah satu makanan yang dapat menyebabkan karies gigi yaitu makanan yang banyak mengandung gula atau sukrosa. Sukrosa mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan yang menempel pada permukaan gigi jika dibiarkan akan menghasilkan zat asam lebih banyak, sehingga mempertinggi risiko terkena karies gigi. Makanan manis akan dinetralisir oleh air ludah setelah 20 menit, maka apabila setiap 20 menit sekali mengkonsumsi makanan manis akan mengakibatkan gigi lebih cepat rusak. Makanan manis lebih baik dimakan pada saat jam makan utama, seperti sarapan, makan siang, dan makan malam, karena pada waktu jam makan utama biasanya air ludah yang dihasilkan cukup banyak, sehingga dapat membantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel pada gigi. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies menjadi suatu lubang pada gigi sangat bervariasi, diperkirakan antara 6-48 bulan. Golongan anak sering terjadi serangan karies dalam kurun waktu 2-4 tahun sesudah erupsi gigi, yaitu biasanya pada anak usia 4-8 tahun. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel pada gigi tetap lebih banyak mengandung mineral, maka enamel pada gigi tetap semakin padat dibandingkan enamel pada gigi susu. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak (Wong, 2008). Anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis jajanan secara berlebihan, setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat (tinggi sukrosa) maka beberapa bakteri penyebab karies dirongga mulut akan memulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang 42

berlangsung selama 20-30 menit setelah makan (Sondang, 2008). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Ada hubungan yang signifikan cara dalam menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas VI SDN 88 Pekanbaru dengan uji statistik p value 0.005 < alpa 0.05 dengan OR 0.162. 2. Ada hubungan yang signifikan aspek jenis makanan dengan kejadian karies gigi pada anak kelas VI SDN 88 Pekanbaru dengan uji statistik p value 0.000 < alpa 0.05 dengan OR 3.250 Saran 1. Bagi Responden Diharapkan kepada responden agar hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi dan evaluasi mengenai masalah karies pada gigi. 2. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan kepada kepala sekolah SDN 88 Pekanbaru untuk selalu memberikan informasi bahwa penting untuk merawat gigi dari dini agar gigi tetap tahan dan tidak berlubang dan mendemontrasikan secara langsung kepada para siswa dan siswi agar mereka lebih memahami cara menggosok gigi yang benar. Memberikan penyuluhan tentang makanan manis yang bisa menyebabkan kerusakan gigi. 3. Bagi Peneliti Selanjutrnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian yang lebih baik dari ini dan menemukan bagaimana tingkat pemeliharaan gigi dimasa era BPJS dan teknik menggosok gigi yang benar dengan langsung mengobservasi ke anak-anak SD. DAFTAR PUSTAKA Aditya. (2015). Hubungan kadar urea terhadap derajat keasaman (PH) saliva pada anak usia 12-14 tahun. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Ahmad, dkk. (2014). Panduan singkat kesehatan gigi dan mulut. Jakarta: Salemba Medika gigi pada anak usia sekolah kelas 4-6 di sdn ciputat 6 tanggerang selatan provinsi banten tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Kartikasari. (2014). Hubungan kejadian karies gigi dengan konsumsi makanan kariogenik dan status gizi pada anak sekolah dasar. Journal of Nutrition College, 3, 414 421. Hidayat, A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan tehnik analisa data. Jakarta: Salemba Medika. Ireland. (2013). Faktor-faktor internal yang berhubungan dengan status kareis gigi pada anak sekolah dasar kelas 6 di Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Universitas Indonesia. Retrieved from http//eprints.umpo.ac.id/ Kidd. (2008). Dasar-dasar karies: penyakit dan penanggulangannya. Jakarta: EGC. Potter & Perry. (2014). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik (edisi 7). Jakarta: EGC. Rahmayani. (2016). Hubungan pola makan dengan angka kejadian penyakit gigi dan stomatitis di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Riskesdas. Rekapitulasi Data Riskesdas (2013). Sondang. (2008). Pengaruh makanan serba manis dan lengket dengan kejadian karies gigi pada anak usia 9-10 tahun di SDN II Makasar. Jurnal Kedokteran. Syukra Alhamda. (2011). Status kebersihan gigi dan mulut dengan status karies gigi (kajian pada murid kelompok umur 12 tahun di sekolah dasar negeri kota bukittinggi). Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 27 Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (EGC, Ed.). Jakarta. Amaliah, S. (2014). Hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies 43