BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan, yaitu lembaga keuangan bank dan non bank. Lembaga keuangan bank

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. atas asas kekeluargaan. (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179) dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mulai bermunculan di Indonesia yaitu Baitul Ma>l wat. BMT adalah singkatan dari Baitul Ma>l wat Tamwi>l yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada zaman

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai lembaga keuangan. Kegiatan-kegiatan dunia usaha, baik di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada ajaran agama terutama dalam bidang keuangan, ini terbukti

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian penulis yang berjudul Evaluasi Manajemen Risiko. Bina Sejahtera maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara maju dan berkembang di Indonesia, sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank merupakan lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan antara lain penyimpanan dan penyaluran dana. 1 Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Semakin baik kondisi perbankan suatu negara. Apalagi dalam suatu Negara berkembang dengan masyarakatnya yang relatif tergolong masyarakat menengah kebawah, sangat perlu untuk didirikan sebuah lembaga keuangan atau bank yang bisa membantu memberikan pembiayaan modal kepada masyarakatnya tersebut. Fungsi utama BMT sebagai perantara antara masyarakat kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka usaha pokok yang dilakukan bank adalah kegiatan-kegiatan pada sector pembiayaan atau penyaluran dana. Pelayanan perbankan menunjukkan manfaat terhadap masyarakat yang dapat mencapai kemajuan yang pesat, karena setiap transaksi masyarakat pasti selalu berhubungan dengan bank terutama penyaluran dana pada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dalam penelitian ini membahas tentang penyelamatan terhadap pembiayaan bermasalah dilakukan dengan cara antara lain dengan rescheduling dan reconditioning. Penyelamatan dengan cara rescheduling yaitu dengan cara penjadwalan kembali. Hal yang dilakukan yaitu dengan misalnya memperpanjang jangka waktu pembiayaan dan jangka waktu angsuran kepada nasabah pembiayaan. Hal ini dilakukan agar nasabah mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikan pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran karena waktunya diperpanjang. Sedangkan dengan cara reconditioning yaitu dengan cara mengubah berbagai persyaratan 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30 1

2 yang ada seperti penurunan bagi hasil, serta penundaan pembayaran bagi hasil. Hal ini dilakukan agar dapat membantu meringankan beban nasabah. 2 BMT mempunyai fungsi yaitu menampung zakat, infak, shodaqoh, dan fungsi yang terpenting adalah simpanan dan pembiayaan. Fungsi BMT sebagai sarana pembiayaan inilah yang sangat membantu masyarakat kalangan bawah yang sangat membutuhkan dana. Seiring tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan syariah, BMT pun semakin bertambah banyak dan tidak sedikit pula yang terpaksa ditutup. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal dan salah satunya adalah terjadinya pembiayaan yang bermasalah. Karena akibat dari pembiayaan yang bermasalah tersebut akan menimbulkan kerugian yang nantinya akan berdampak luas apabila tidak segera ditangani atau diselamatkan. Pembiayaan bermasalah tersebut bisa disebabkan banyak faktor, sehingga pihak BMT harus mampu menanganinya secara serius agar proses pendanaan dalam BMT tersebut berjalan dengan lancar. Pembiayaan bermasalah selalu ada dalam hal pembiayaan, hal tersebut tidak mungkin bisa dihindari, pihak BMT hanya bisa berusaha menekan seminimal mungkin besarnya pembiayaan bermasalah. BMT akan mengalami kerugian jika ternyata kualitas pembiayaan yang telah disalurkan kurang baik. Karena pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan bagi BMT. Pembiayaan sendiri merupakan penyediaan dana kepada mudharib berdasarkan akad yang sesuai dengan pembiayaan yang dilakukan. Untuk mengantisipasi hal itu BMT harus menerapkan prinsip kehatihatian dalam memberikan pembiayaan, dalam memberikan pembiayaan BMT wajib memberikan keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau i tikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan sesuai dengan perjanjian. 3 Dimana sikap hatihati merupakan prinsip yang harus diterapkan dalam setiap pemberian pembiayaan. Tujuannya adalah untuk mencegah resiko yang mungkin terjadi. 2 Kasmir, Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm 103-104 3 Sulhan, M., Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, UIN Malang Press Malang.

3 Pembiayaan dengan bagi hasil pada umumnya menimbulkan sanksi bagi hasil tambahan jika pembiayaan tidak dilunasi pada saat jatuh tempo, nasabah bisa membayar atau tidak. Dalam hal BMT nasabah harus diberi waktu toleransi untuk melunasi jika tidak mampu membayar. Sesuai dengan perintah al-qur an Surat al-baqarah ayat 280. Artinya : Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 4 (QS. Al-Baqarah : 280) Dalam rangka menangani pembiayaan bermasalah, BMT melakukan upaya untuk mengatasi pembiayaan bermasalah tersebut dengan cara Khusus yaitu dengan cara Rescheduling dan Reconditioning dalam upaya menangani atau menyelesaiakan pembiayaan bermasalah tersebut. BMT As-salam Demak adalah salah satu jenis koperasi syariah simpan pinjam yang memanfaatkan dana dari masyarakat yang berupa tabungan atau simpanan yang disebut wadiah. Kemudian menyalurkan dana kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. BMT As-salam didirikan agar dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar untuk meningkatkan kualitas hidup. Data laporan keuangan BMT As-salam Demak menunjukkan bahwa pembiayaan mengalami permasalahan dalam proses pengembalian, yaitu adanya nasabah pembiayaan yang terlambat dalam membayar angsuran pembiayaan sampai tanggal jatuh tempo. Adapun data yang penulis peroleh dari pihak koperasi adalah sebagai berikut: 4 Al-Qur an al-karim dan Terjemahnya, hlm 37

4 Tabel 1.1 data global pembiayaan BMT As-salam Demak Tahun Pembiayaan disalurkan Pembiayaan bermasalah 2014 Rp. 11.254.399.000.00 Rp. 198.057.875.00 2015 Rp. 12.663.479.000.00 Rp. 138.323.000.00 2016 Rp. 15.099.363.800.00 Rp. 305.800.625.00 Sumber: data diperoleh dari BMT As-salam Demak pada tahun 2017 Dengan adanya keterlambatan atau ketidakmampuan anggota untuk mengangsur kepada BMT pada waktu jatuh tempo inilah yang menyebabkan BMT harus menanggung risiko, yaitu dalam hal ini adalah resiko pembiayaan. Dalam mengatasi masalah tersebut, BMT menerapkan cara-cara untuk menanggulangi risiko pembiayaan diantaranya dengan melaksanakan recheduling dan reconditioning. Rescheduling adalah penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlahnya, guna memecahkan masalah anggota yang berkaitan dengan macetnya angsuran pembiayaan. Rescheduling adalah perubahan sebagian atau seluruh pembiayaan yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan persyaratan lainnya, guna agar lebih meringankan beban nasabah. Dari masalah diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimanakah penanganan yang dilaksanakan dalam mengatasi pembiayaan bermasalah serta pelaksanaan rescheduling dan reconditioning yang dilaksanakan di BMT tersebut dalam menangani pembiayaan bermasalah. Di BMT As-salam Demak, terjadi pembiayaan bermasalah, pembiayaan bermasalah di tangani dengan dua cara yaitu, rescheduling dan reconditioning. Penanganan pembiayaan bermasalah dengan cara rescheduling dan reconditioning bertujuan untuk menjaga kolektabilitas pembiayaan, meminimalisasi pembiayaan yang bermasalah serta membantu nasabah yang mengalami kesulitan dalam membayar. Dengan langkah tersebut maka meningkatkan tingkat pengembalian angsuran pembiayaan.

5 Penelitian yang dilakukan oleh Amalia, dkk. Dengan judul analisis Rescheduling dan Reconditioning Piutang Mitra Binaan untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan PKBL di Perum Jasa Tirta 1. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Rescheduling dan Reconditioning untuk pemulihan pinjaman merupakan langkah yang tepat guna meminimalisasi resiko tidak terbayarnya piutang. 5 Penelitian yang dilakukan oleh Taufiqul Hulam dan Muhammad Azani. Dengan judul Penjadwalan Kembali (Rescheduling) Tagihan Murabahah di Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) Kota Pekanbaru Berdasarkan Hukum Islam. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penjadwalan kembali tagihan murabahah pada kredit pemilikan rumah (KPR) di BRIS Cabang Kota Pekanbaru adalah pembuatan akad baru penjadwalan kembali, sedangkan akad yang sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. 6 Penelitian yang dilakukan oleh Stefani Poetri Anggraini, dkk. Dengan judul analisis Internal Kontrol Dalam Rangka Menangani Penundaan Pembayaran Kredit Nasabah Pada Perusahaan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan melakukan Rescheduling, Reconditioning, dan Restructuring. 7 Berdasarkan penelitian awal yang peneliti lakukan, terdapat permasalahan dalam pengembalian pembiayaan. Penyebab pembiayaan bermasalah tidak hanya datang dari nasabah melainkan pihak internal yang kurang teliti dalam analisa awal dan survei sebelum pemberian pembiayaan. Pembiayaan bermasalah yang terjadi masih bisa ditangani sehingga dapat terselesaikan dengan teguran, kunjungan lapangan, rescheduling dan reconditioning serta pihak BMT tidak pernah melakukan penyitaan jaminan karena BMT menerapkan syariah serta menerapkan sistim kekeluargaan. 5 Amalia Dewi, dkk, Analisis Rescheduling dan Reconditioning Piutang Mitra Binaan Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan PKBL di Perum Jasa Tirta 1, Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi 6 Taufiqul Hulam, dan Muhammad Azani, Penjadwalan Kembali (Rescheduling) Tagihan Murabahah Di Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) Kota pekanbaru Berdasarkan Hukum Islam, Perspektif Hukum, Vol 16 No 1, 2016 7 Stefani Poetri Anggraini, Analisis Internal Control Dalam Rangka Menangani Penundaan Pembiayaan Kredit Nasabah Pada Perusahaan, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 15 No 2, 2014

6 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengadakan suatu penelitian ilmiah yang berjudul Peran Rescheduling Dan Reconditioning Dalam Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Assalam Demak. B. Penegasan Istilah a. Rescheduling (Penjadwalan Kembali) Perubahan syarat pembiayaan yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran pembiayaan. b. Reconditioning (Persyaratan Kembali) Mengubah sebagian atau seluruh persyaratan yang semula disepakati antara BMT dengan nasabah yang dituangkan dalam perjanjian pembiayaan. c. Pembiayaan Bermasalah Suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit. d. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana danpenyaluran dana non profit, seperti: zakat, infaq dan sedekah. Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. C. Fokus Penelitian Agar lebih terfokus dalam penelitian maka perlu adanya pembatasan. Penelitian ini lebih memfokuskan pada Peran Rescheduling dan Reconditioning Dalam Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada BMT As-salam Demak.

7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Sejauh mana pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BMT As-salam Demak? 2. Bagaimana peran Rescheduling dan Reconditioning dalam upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada BMT As-salam Demak? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BMT Assalam Demak. 2. Untuk mengetahui dan memahami peran Rescheduling dan Reconditioning dalam mengatasi pembiayaan bermasalah pada BMT As-salam Demak. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam lingkup penelitian ekonomi syariah. b. Dapat mengetahui bagaimana penanganan pembiayaan bermasalah dengan cara rescheduling dan reconditioning pada BMT As-salam Demak. 2. Manfaat praktis a. Bagi karyawan Penelitian ini diharapkan dapat membantu karyawan mengetahui bagaimana analisis penanganan Pembiayaan bermasalah. b. Bagi perusahaan Penelitian ini mampu melancarkan administrasi keuangan perusahaan terutama melancarkan pembiayaan nasabah yang bermasalah. c. Bagi peneliti selanjutnya

8 Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi, informasi, dan pengetahuan khususnya yang berhubungan pembiayaan bermasalah. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi dimaksudkan untuk memberikan gambaraan tentang dari msing-masing bagian atau yang saling berhubungan, sehingga nantinya akan diperoleh penelitian yang sistematis dan ilmiah. Adapun sistematika penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagian Muka Bagian muka ini, terdiri dari : halaman sampul, nota persetujuan pembimbing, nota pengesahan, pernyataan asli, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar abstrak daftar isi dan daftar tabel. 2. Bagian Isi Pada bagian isi terdapat lima bab yang saling terkait, antara bab satu dengan bab lain saling berhubungan karena merupakan satu kesatuan yang utuh, kelima bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, maanfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : KAJIAN TEORITIS Pada bab ini membahas tentang teori kinerja karyawan dan metode Human Resources Scorecard, penelitian terdahulu, serta kerangka berfikir. Bab III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, dan analisis data.

9 Bab IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, penyajian data, analisis data dan pembahasan. Bab V : PENUTUP Bab ini berisi tentang sasaran-sasaran, dan penutup. 3. Bagian Akhir Pada bagian ini berisi tentang daftar pustaka, daftar riwayat hidup, dan lampiran-lampiran.