I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak kelinci mempunyai beberapa keunggulan sebagai hewan percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan penghasil daging. Selain itu kelinci mempunyai beberapa keunggulan lainnya yaitu kemampuan reproduksi yang tinggi, kemampuan memanfaatkan hijauan dan produk limbah dengan efisien serta dagingnya mengandung protein yang tinggi dengan kolesterol yang rendah. Kelinci lokal merupakan salah satu jenis kelinci yang mempunyai potensi penghasil daging. Bila kelinci tersebut diberi pakan yang berkualitas dan kuantitas yang cukup maka bobot badan kelinci tersebut dapat meningkat dengan baik pula. Kelinci lokal mengalami perkawinan silang dengan kelinci lainnya yang kurang atau tidak jelas secara recording. Namun kelinci lokal ini biasa dipelihara oleh masyarakat untuk tujuan sebagai hewan peliharaan atau usaha di bidang peternakan kelinci. Kelinci bisa hidup baik di daerah dingin seperti di daerah Lembang atau Tangkuban Perahu dengan suhu 10 C, bisa juga hidup di daerah yang panas seperti Surabaya dan Jakarta dengan suhu 37 C. Maka dengan kata lain, berternak kelinci di seluruh Indonesia kelinci bisa hidup dan tumbuh dengan baik selama diperlakukan dengan manajemen pemeliharaan yang baik dan benar. Pada pemeliharaan ternak kelinci lepas sapih untuk pembesaran biasanya para peternak melakukan penempatan kandang berupa tipe individu atau koloni.
2 Penempatan ternak kelinci pada kandang tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pada tipe kandang koloni adalah efisiensi lahan akan tinggi karena luasan lahan yang digunakan akan semakin berkurang, sedangkan kekurangannya adalah terjadi saling berebut makanan pada ternak. Kelebihan pada tipe kandang individu adalah memudahkan dalam perawatan ternak dan terhindar dari peck order, sedangkan kekurangannya adalah biaya investasi kandang akan lebih besar dan lahan yang digunakan akan lebih luas, sehingga berbagai pertimbangan perlu dilakukan untuk menentukan tipe kandang yang digunakan. Model pemeliharaan dengan tingkat kepadatan tertentu dapat mempengaruhi performa kelinci antara lain faktor stres dapat menyebabkan nafsu makan berkurang akibatnya bobot badan menurun, faktor suhu yang terlalu panas karena terjadinya kepadatan kandang akan mengakibatkan haus yang berlebih dan selain itu faktor tempat tinggal kelinci yang sempit membuat kelinci yang saling berdesakan dapat terjadi saling terinjak-injak, patah tulang, keseleo dan kemungkinan terburuk dapat terjadi kematian terutama bagi kelinci yang secara genetik atau mempunyai sifat lincah dan energik. Pemeliharaan individu dengan koloni perlu dilakukan untuk melihat perbandingan kepadatan kandang dengan penempatan kelinci dengan luas kandang yang tidak jauh berbeda dan pengaruhnya terhadap performa produksi kelinci. Adapun ukuran kandang yang dikonversi dari penelitian sebelumnya mengenai kepadatan kandang ini untuk melihat yang paling efisien antara kandang koloni dan kandang individu dalam pemeliharaan kelinci tersebut dari performa produksinya.
3 Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Perbandingan Pemeliharaan Individu dengan Koloni Terhadap Performa Produksi Kelinci Lokal. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan pemeliharaan ternak kelinci secara individu dan koloni terhadap performa produksi (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum) pada kelinci lokal. 2. Pada pemeliharaan yang mana performan produksi (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum) terbaik pada kelinci lokal yang dipelihara secara koloni dan individu. 1.3 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui besarnya perbedaan performa produksi (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum) pada kelinci lokal yang dipelihara secara koloni dan individu. 2. Mendapatkan performa produksi (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum) terbaik pada kelinci lokal yang dipelihara secara koloni dan individu. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah maupun petunjuk praktis yang dapat digunakan untuk pembuatan kandang bagi peternak dan masyarakat yang berkecimpung di dunia peternakan khususnya ternak kelinci.
4 1.5 Kerangka Pemikiran Kelinci lokal tipe pedaging merupakan kelinci yang sudah didomestikasi dari kelinci ras lain. Kelinci lokal merupakan persilangan antara berbagai jenis kelinci, yang kemudian membentuk suatu adaptasi lingkungan sekitarnya (Trisunuwati, 1989). Meski memiliki ukuran tubuh lebih kecil dan laju pertumbuhan lebih lambat dari kelinci impor, namun kelinci lokal berguna dalam penyilangan dengan bangsa lain untuk mengembangkan kelinci yang tahan penyakit dan mempunyai toleransi panas (Sarwono, 2002). Sistem perkandangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kelinci. Sistem perkandangan berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam kandang tersebut sehingga mempengaruhi stres panas pada kelinci (Finzi dkk., 1992). Kondisi demikian menyebabkan konsumsi ransum menurun dan meningkatnya konsumsi air, sehingga zat-zat makanan yang diserap oleh tubuh juga lebih sedikit yang kemudian menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat. Faktor lainnya yang mempengaruhi laju pertumbuhan adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi kepadatan kandang, ransum, tatalaksana pemeliharaan, cuaca dan iklim. Kepadatan kandang memiliki peranan penting dalam pemeliharaan kelinci, tingginya kepadatan kandang akan mempengaruhi pertambahan bobot badan dan menambah jumlah kematian. Hal ini tergantung pada jumlah ternaknya per kandang (Prawirodigdo dkk., 1985). Pada pemeliharaan ternak kelinci lepas sapih untuk pembesaran biasanya para peternak melakukan penempatan kandang berupa tipe individu atau koloni. Penempatan ternak kelinci pada kandang tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pada tipe kandang koloni adalah efisiensi lahan akan tinggi karena luasan lahan yang digunakan akan semakin berkurang.
5 Sedangkan kekurangannya adalah terjadi saling berebut makanan pada ternak. Kelebihan pada tipe kandang individu adalah memudahkan dalam perawatan ternak dan terhindar dari peck order. Sedangkan kekurangannya adalah biaya investasi kandang akan lebih besar dan lahan yang digunakan akan lebih luas. Sehingga berbagai pertimbangan digunakan untuk menentukan tipe kandang yang digunakan. Perbedaan kandang pemeliharaan individu dibandingkan dengan kandang koloni diantaranya yaitu, ternak dipisahkan dan tiap ekor ternak mengisi satu kandang yang dilengkapi tempat ransum dan minum. Kandang individu bila ditinjau dari segi efisiensi dan efektivitasnya lebih baik dibandingkan dengan kandang koloni karena kemudahan dalam tata laksana, pengobatan ataupun pencegahan penyakit, tidak terjadi persaingan dalam mengambil ransum dan minum, mengurangi stres dan peningkatan suhu di dalam kandang, terhindar dari memakan bulu temannya, serta biaya pemanfaatannya yang ekonomis. Penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh kepadatan kandang terhadap ternak kelinci sebagaimana yang diungkapkan oleh Henrieke (2010) menunjukkan bahwa kepadatan kandang 1-3 ekor/0,5 m² tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan kepadatan kandang 1-3 ekor/0,5 m² masih efektif dalam pencapaian performan produksi kelinci Rex lepas sapih. Walaupun sistem kepadatan kandang tersebut diperuntukkan untuk kelinci Rex namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada kelinci lainnya yang hampir sama untuk kelinci ukuran medium dan besar. Begitu juga menurut Manshur (2006), sistem kandang yang dipakai oleh peternak pada umumnya untuk kelinci Rex adalah ukuran kandang 70 x 60 cm atau 2,2 ekor/m² dengan tinggi 50 cm.
6 Hasil penelitian lainnya bahwa kepadatan kandang yang maksimum untuk kelinci penghasil daging ialah 6 ekor untuk tiap m², dimana bobot hidup kelinci 2,5-3 kg/ekor dengan lama pemeliharaan 8 minggu. Ukuran tersebut dapat dikonversi dengan satuan bobot badan menjadi 16,5 kg/m² atau 0,166 m²/ekor (Maertens dan De Groote, 1984). Jika kepadatan kandang ditambah tanpa mengurangi performa dan menambah angka mortalitas, maka peternak mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Ukuran kandang berdasarkan penelitian Maertens dan De Groote tersebut dapat dikonversi untuk kandang koloni yaitu ukuran 65 cm x 77 cm (luas 5.005 cm 2 ) untuk 6 ekor kelinci dan kandang individu dengan ukuran 45 cm x 37 cm (luas 1665 cm 2 ). Ukuran tersebut digunakan dalam penentuan ukuran kandang berdasarkan acuan yang sama namun begitu keuntungan dan kerugian dari penggunaan kedua sistem perkandangan tersebut memungkinkan adanya perbedaan pengaruh kepadatan kandang dalam menghasilkan produktivitas ternak kelinci yang dipelihara. Pada model pemeliharaan individu menurut Gunawan (2010) bahwa model pemeliharaan individu dapat menurunkan tingkat konsumsi dibandingkan model koloni namun berpengaruh meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi ransum. Dengan perlakuan kandang individu berukuran 45 cm x 37 cm x 45 cm (luas 1667 cm²) dan kandang koloni berukuran 77 cm x 65 cm x 45 cm (luas 5005 cm²). Hal tersebut menunjukkan bahwa kepadatan kandang dengan pemeliharaan koloni lebih baik daripada pemeliharaan individu. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat ditarik hipotesis bahwa pemeliharaan kelinci dengan model pemeliharaan 3 ekor/0,50 m 2 dapat
7 memberikan hasil yang lebih baik dalam performa produksi (pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan konversi ransum) kelinci lokal. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Jl. Cijeungjing Utara RT 01 RW 15 No. 27 Desa Kertamulya Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dimulai dari tanggal 22 Maret sampai dengan 26 Mei 2015.