Sumiati¹, Siswati² 1,2 Universitas Esa Unggul, Jakarta. Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSD KOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi. rawat jalan pasien lama dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

SKRIPSI HUBUNGAN KELENGKAPAN RESUME MEDIS RAWAT INAP DAN KECEPATAN PENAGIHAN KLAIM ASURANSI DI RUMAH SAKIT PRIKASIH JAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Indonesia mempunyai Sistem Kesehatan Nasional yang. merupakan pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya. jaminan perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan

TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAGA ASPEK KERAHASIAN REKAM MEDIS DI RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN

Tinjauan Ketidaklengkapan Pengisian Resume Medis Di RS. X, Mei - Juni 2013

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan lengkap. Indikator

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan

[Internet]. Tersedia dalam [Diakses pada tanggal 24 Maret 2014].

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

HUBUNGAN PERILAKU DOKTER TERHADAP KELENGKAPAN RESUME MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bedasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 Bab I Pasal I tentang Rekam Medis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah asuransi kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyelenggarakan rekam medis. 2. mengandung isian yang lengkap tentang identitas pasien, kepastian

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit tersebut, maka terkena kewajiban menyelenggarakan. pelayanan rekam medis sesuai dengan PERMENKES RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN DAN KOMITMEN PIMPINAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDISDI RUMAH SAKIT UMUM M

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN BPJS DAN NON BPJS TERHADAP PENAGIHAN BIAYA DI RSUD KABUPATEN KARIMUN KEPULAUAN RIAU Sumiati¹, Siswati² 1,2 Universitas Esa Unggul, Jakarta Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 miasumiati56@gmail.com Abstrak Kelengkapan resume medis merupakan salah satu syarat pemberkasan administrasi penagihan biaya. Jenis jaminan pembayaran pasien yang terdapat di RSUD Kabupaten Karimun Kepulauan Riau terdiri dari jaminan BPJS dan non BPJS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dan non BPJS terhadap penagihan biaya. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi analitik, menggunakan rancangan cross sectional study. Populasi adalah seluruh resume medis pasien jaminan periode Juli sampai September 2014. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 61resume medis untuk jaminan BPJS dan 59 resume medis untuk jaminan non BPJS. Analisa data menggunakan uji chi square dan uji t independent. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase kelengkapan pengisian resume medis pasien BPJS 86.31%, standar deviasi 7.79% sedang rata-rata kelengkapan pengisian resume medis pasien jaminan non BPJS 83.45%,standar deviasi 7,36%. Dimana diperoleh hasil bahwa ada perbedaan antara kelengkapan pengisian BPJS dengan non BPJS, dari ada perbedaan proporsi penagihan antara jaminan BPJS dan non BPJS Kata kunci : Kelengkapan pengisian resume medis, jaminan, penagihan biaya Pendahuluan Untuk menunjang kesehatan dalam masyarakat dibutuhkan sarana pelayanan kesehatan, baik berupa praktek dokter klinik, puskesmas maupun rumah sakit.sarana pelayanan kesehatan di rumah sakit memiliki berbagai pelayanan kesehatan yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Semua kegiatan dilakukan guna mencapai tujuan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang lebih variatif pelayanannya, rumah sakit merupakan pilihan yang tepat. Berbagai pilihan pelayanan kesehatan yang diharapkan selalu berhubungan dengan pembiayaan. Pembiayaan kesehatan tersebut dapat diterjemahkan sebagai dana yang harus dikeluarkan oleh pasien untuk mendapat pelayanan kesehatan yang diharapkan. Biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat dari tahun ke tahun karena adanya tuntutan dan teknologi. Berbagai pihak berupaya untuk melakukan pengendalian biaya pelayanan kesehatan dengan berbagai cara pembayaran. Secara umum pembayaran di rumah sakit dapat dibagi dua yaitu dengan cara sistem pembayaran retrospektif dan sistem pembayaran prospektif. Sistem pembayaran retrospektif artinya besaran biaya dan jumlah biaya yang harus dibayar oleh pasien ditetapkan setelah pelayanan diberikan. Sedangkan sistem pembayaran prospektif artinya pembayaran yang jumlahnya sudah disepakati di awal, meskipun pembayarannya dilakukan setelah pelayanan diberikan. Dan system inilah yang saat ini sedang dilaksanakan di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia baik pemerintah maupun di beberapa rumah sakit swasta yang dikenal dengan program BPJS. Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia No. 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan, BPJS kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Peserta BPJS adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pelaksanaan BPJS Kesehatan dimulai sejak 01 Januari 2014 di rumah sakit pemerintah dan secara bertahap di rumah sakit swasta. RSUD Kabupaten Karimun Kepulauan Riau adalah rumah sakit tipe C dengan kapasitas 164 tempat tidur. Berdasarkan data 2013, persentasi rasio tempat tidur terisi (BOR) 47.14% dan lama rawat (LOS) 4 hari. Rumah sakit ini telah RSUD Kabupaten Karimun telah melaksanakan Program BPJS sejak 01 Januari 2014. Jenis pembayaran Jurnal INOHIM Volume 3 Nomor 1, Juni 2015 30

dan jaminan kesehatan pasien yang digunakan saat mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari: BPJS (PBI dan Non PBI), Jamkesda Karimun, Jamkesda Luar Karimun, Asuransi, Perusahaan, Dinas Sosial, dan Karyawan RSUD. Untuk pelayanan pasien BPJS, rumah sakit telah memiliki alur dan prosedur penerimaan pasien yang ditetapkan oleh Direktur. Begitu juga untuk proses penagihan biaya. Menurut Munawir, S (2002), bahwa piutang adalah klaim kepada pelanggan atau pihak lain berupa uang, barang atau jasa. Untuk tujuan pelaporan digolongkan dalam piutang usaha dan piutang non usaha, dilaporkan pada neraca sebagai aktiva lancar (jangka pendek) atau aktiva (jangka panjang). Piutang lancar diperkirakan akan dapat diterima dalam satu tahun atau selama siklus operasi mana yang lebih lama. Untuk proses penagihan biaya jaminan BPJS maupun non BPJS, kelengkapan resume medis merupakan salah satu syarat dalam pemberkasan klaim verifikasi rawat inap pasien jaminan, khususnya BPJS. Resume medis yang mencantumkan diagnosa dan prosedur serta ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien. Ketidaklengkapan resume medis adalah bagian dari ketidaklengkapan rekam medis, selain mempengaruhi penagihan biaya juga sangat mempengaruhi kegiatan pengelolaan rekam medis antara lain klasifikasi kodefikasi, pembuatan statistik kesehatan dan laporan baik internal maupun eksternal rumah sakit. Rekam medis adalah kumpulan dari fakta-fakta yang berhubungan dengan keadaan kesehatan pasien, termasuk riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini, yang ditulis oleh profesi kesehatan yang berkontribusi pada pelayanan pasien tersebut (Edna K. Huffman, 1994).Satu diantara kegunaan rekam medis adalah suatu rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. Resume medis merupakan isi rekam medis pasien rawat inap. Menurut Hatta, Gemala R (2013) resume medis merupakan ringkasan dari seluruh masa perawatan dan pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga kesehatan dan pihak terkait. Lembar ini harus ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien.lazimnya informasi yang terdapat di dalamnya adalah mengenai jenis perawatan yang diterima pasien, reaksi tubuh terhadap pengobatan, kondisi saat pulang serta tindak lanjut pengobatan setelah pulang perawatan. Untuk mengetahui persentase kelengkapan resume medis pasien rawat inap perlu dilakukan analisis kuantitatif. Saat ini RSUD Kabupaten Karimun belum melakukan analisis kuantitatif terhadap rekam medis khususnya pada lembar resume. Analisis kuantitatif adalah telaah/review bagian tertentu dari isi rekam medis dengan maksud menemukan kekurangan, khususnya yang berkaitan dengan pencatatan rekam medis. (Widjaya, lily 2012). Berdasarkan Permenkes No. 269/MenKes/Per/III/2008, bab II pasal 4 ayat (2) isi ringkasan pulang sekurangkurangnya memuat: (1) identitas pasien; (2) diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat; (3) ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnose akhir, pengobatan dan tindak lanjut; (4) nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberi pelayanan kesehatan. Tujuan dibuatnya resume adalah (1) menjamin kontinuitas pelayanan medis dengan kualitas yang tinggi serta sebagai bahan referensi yang berguna bagi dokter yang menerima, apabila pasien tersebut dirawat kembali di rumah sakit. (2) bahan penilaian staff medis rumah sakit (3) memenuhi permintaan dari badan-badan resmi atau perorangan tentang perawatan seorang pasien, misalnya dari perusahaan asuransi (dengan persetujuan pimpinan), (4) untuk memberikan tembusan kepada system ahli yang memerlukan catatan tentang pasien yang pernah mereka rawat (Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia, Revisi II tahun 2006). Ketidaklengkapan pengisian resume medis pasien di RSUD Kabupaten Karimun menjadi salah satu masalah dalam penagihan biaya yang perlu melampirkan resume medis pasien. Dari hasil penelitian Desi Safitri (2013) diketahui bahwa ada hubungan antara kelengkapan resume medis rawat inap dan kecepatan penagihan klaim asuransi di Rumah Sakit Prikasi, Jakarta. Peneliti Imelda Retna Weningsih (2013) menambahkan ada hubungan antara kelengkapan resume medis dengan ketepatan pembayaran asuransi kesehatan di Rumah Sakit Santo Yusuf Baandung. Dengan adanya program BPJS diharapkan kelengkapan resume medis Jurnal INOHIM Volume 3 Nomor 1, Juni 2015 31

menjadi lebih baik karena resume digunakan sebagai salah satu syarat administrasi pemberkasan klaim tagihan. Menurut penelitian Tuty Suryanie (2013) bahwa ada perbedaan kelengkapan pengisian resume medis sebelum dan sesudah menggunakan INA-CBGs di RSU Kabupaten Belitung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara kelengkapan pengisian resume pasien rawat inap jaminan BPJS dan non BPJS terhadap penagihan biaya di RSUD Kabupaten Karimun Kepulauan Riau.. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di Unit Kerja Rekam Medis dan Unit Keuangan RSUD Kabupaten Karimun Kepulauan Riau pada 23 Desember 2014 sampai 02 Januari 2015. Sampel penelitian merupakan resume medis pasien rawat inap dengan jaminan, periode Juli - September 2014. Jumlah sampel sebanyak 120 resume medis yang terdiri dari 61 sampel resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dan 59 resume medis pasien rawat inap jaminan non BPJS. Sampel diambil secara acak sistematis (systematic random sampling). Variabel penelitian terdiri dari variabel independen kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dan non BPJS dan variabel dependen adalah penagihan biaya. Analisa bivariate dilakukan untuk mengetahui perbedaan kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dan non BPJS dengan uji beda dua mean independen yaitu uji t independen. Sedangkan untuk mengetahui hubungan kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dan non BPJS terhadap penagihan biaya dengan menggunakan uji chi square. Hasil dan Pembahasan Dari hasil penelitian diperoleh gambaran penagihan biaya pelayanan pasien dari 61 sampel dengan jaminan BPJS sebanyak 31 tagihan (51%) yang sudah ditagih dan 30 tagihan (49%) yang belum ditagih. Sedangkan gambaran penagihan biaya pelayanan pasien dari 59 sampel dengan jaminan non BPJS sebanyak 44 tagihan (74,6%) yang sudah ditagih dan 15 tagihan (25,6%) yang belum ditagih. Dari hasil analisis kuantitatif pada 27 dan 29 Desember 2014 terhadap resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS diperoleh rata-rata kelengkapan 86,31%, median 88,24%, standar deviasi 7,79%, persentasi kelengkapan terendah 71% dan tertinggi 100%. Sedangkan hasil analisis kuantitatif terhadap resume medis pasien rawat inap jaminan non BPJS diperoleh ratarata kelengkapan 83,45%, median 82,35%, standar deviasi 7,36%, persentasi kelengkapan terendah 59% dan tertinggi 100%. Sebelum melakukan analisis perbandingan kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dan non BPJS, peneliti melakukan uji analisis hubungan kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dan non BPJS terhadap penagihan biaya. Adapun hasil analisis tersebut adalah: 1. Analisis Hubungan Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Rawat Inap Jaminan BPJS terhadap Penagihan Biaya Dari hasil analisis diperoleh persentase kelengkapan pengisian BPJS yang lengkap lebih banyak yang sudah ditagih yaitu 53,1% (17 tagihan) dibandingkan yang lengkap dan belum ditagih yaitu 46,9% (15 tagihan). Resume medis yang tidak lengkap lebih banyak yang belum ditagih yaitu 51,7% (15 tagihan) dibandingkan resume tidak lengkap yang sudah ditagih yaitu 48,3% (14 tagihan). Hasil uji statistic dengan chi square diperoleh nilai p=0.903 (p>0.05), artinya Ho gagal ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dengan penagihan biaya. nilai OR=1.214 artinya penagihan biaya yang sudah ditagih mempunyai peluang 1,21 kali untuk lengkap dibandingkan penagihan biaya yang belum ditagih 2. Analisis Hubungan Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Rawat Inap Jaminan Non BPJS terhadap Penagihan Biaya Dari hasil analisis diperoleh persentase kelengkapan pengisian non BPJS yang lengkap lebih banyak yang sudah ditagih yaitu 90.9% (20 tagihan) dibandingkan yang lengkap dan belum ditagih yaitu 9.1% (2 tagihan). Jurnal INOHIM Volume 3 Nomor 1, Juni 2015 32

Resume medis yang tidak lengkap lebih banyak yang sudah ditagih yaitu 64,9% (24 tagihan) dibandingkan resume tidak lengkap yang belum ditagih yaitu 35,1% (13 tagihan). Hasil uji statistic dengan chi square diperoleh nilai p=0.056 dan OR=5,417 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kelengkapan pengisian non BPJS dengan penagihan biaya. nilai OR=5,417 artinya penagihan biaya yang sudah ditagih mempunyai peluang 5,4 kali untuk lengkap dibandingkan penagihan biaya yang belum ditagih Perbandingan Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Rawat Inap Jaminan Non BPJS dan Non BPJS Rata-rata kelengkapan pengisian BPJS 86,31% dengan standar deviasi 7,79%. Sedangkan rata-rata kelengkapan pengisian non BPJS 83,45% dengan standar deviasi 7,36%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,041 artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelengkapan pengisian BPJS dengan non BPJS. Hubungan Jaminan Pembayaran Pasien dengan Penagihan Biaya Dari hasil analisis diperoleh persentase tagihan jaminan BPJS yang sudah ditagih lebih banyak 50,8% (31 tagihan) dibandingkan yang belum ditagih 49,2% (30 tagihan). tagihan jaminan non BPJS yang sudah ditagih lebih banyak 74,6% (44 tagihan) dibandingkan dengan yang belum ditagih 25,4% (15 tagihan) hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,012 dan OR=2,839 artinya ada perbedaan proporsi kejadian penagihan biaya antara jaminan BPJS dan non BPJS. Penagihan biaya yang sudah ditagih mempunyai peluang 2,8 kali untuk jaminan Non BPJS dibandingkan jaminan BPJS. 1. Hubungan Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Rawat Inap Jaminan BPJS terhadap Penagihan Biaya Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,903 (p-value>0,05) artinya Ho gagal ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dengan penagihan biaya. Nilai OR=1.214 artinya penagihan biaya yang sudah ditagih mempunyai peluang 1,21 kali untuk lengkap dibandingkan penagihan biaya yang belum ditagih. Berdasarkan Buku Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim BPJS Kesehatan (2014), syarat verifikasi administrasi untuk penagihan biaya pasien rawat inap adalah : 1) surat perintah rawat inap, 2) Surat Eligibilitas Peserta (SEP), 3) resume medis yang mencantumkan diagnose dan prosedur serta ditandatangani oleh dokter penanggung jawab pasien, 4) pada kasus tertentu bila ada pembayaran klaim di luar INA-CBG diperlukan tambahan bukti pendukung. Dapat disimpulkan sudah ditagih atau belum ditagih biaya pelayanan kesehatan pasien dengan jaminan BPJS tidak selalu karena resume medis belum lengkap, tetapi bisa disebabkan faktor lain. Penagihan biaya untuk jaminan BPJS di RSUD Kabupaten Karimun dilakukan secara bertahap, yaitu dilakukan pada resume yang sudah lengkap. Resume yang lengkap tetapi belum ditagih karena terlambat dilengkapi. Kebanyakan resume medis diselesaikan pada beberapa hari berikutnya, bahkan beberapa minggu ataupun bulan kemudian. Resume medis menjadi bagian dari lembar rekam medis yang tidak lengkap pada saat dikembalikan ke Unit Kerja Rekam Medis. Perlu kerja sama antara perawat dan petugas rekam medis untuk saling mengingatkan dokter dalam melengkapi resume medis < 24 jam setelah pasien rawat inap dinyatakan boleh pulang. 2. Hubungan Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Rawat Inap Jaminan Non BPJS terhadap Penagihan Biaya Hasil uji statistic dengan chi square diperoleh nilai p=0.056 dan OR=5,417, dapat disimpulkan bahwa ada hubunganantara kelengkapan pengisian non BPJS dengan penagihan biaya. nilai OR=5,417 artinya penagihan biaya yang sudah ditagih mempunyai peluang 5,4 kali untuk lengkap dibandingkan penagihan biaya yang belum ditagih. Berdasarkan Buku Pedoman Penye-lenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia, revisi Jurnal INOHIM Volume 3 Nomor 1, Juni 2015 33

II tahun 2006, tujuan dibuatnya resume medis diantaranya adalah untuk memenuhi permintaan dari badan-badan resmi atau perorangan tentang perawatan seorang pasien, misalnya dari perusahaan asuransi (dengan persetujuan pimpinan). Menurut penelitian Imelda Retna Weningsih (2013) bahwa ada hubungan antara kelengkapan resume medis dengan ketepatan pembayaran asuransi kesehatan. begitu juga menurut Desi Safitri (2013) ada hubungan kelengkapan resume medis rawat inap dengan kecepatan penagihan klaim asuransi. Penagihan biaya untuk jaminan non BPJS dilakukan setiap periode pelayanan kesehatan pada bulan berikut. Untuk penagihan yang menggunakan resume medis pasien sebagai dokumen pendu-kung harus melengkapi resume medis pasien, sedangkan bagi tagihan yang tidak membutuhkan resume cukup dengan faktur tagihan dan dokumen pendukung lainnya. Perbandingan Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Rawat Inap Jaminan Non BPJS dan Non BPJS Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,041 (p-value>0,05) artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelengkapan pengisian resume pasien rawat inap jaminan BPJS dengan non BPJS. Menurut penelitian Tuty Suryanie (2013) bahwa ada perbedaan kelengkapan pengisian resume medis pasien sebelum dan sesudah menggunakan INA-CBGs. Kelengkapan dan mutu dokumen rekam medis akan sangat berpengaruh pada koding, grouping dan tarif INA-CBGs. Sehingga rumah sakit perlu memperbaiki mutu rekam medis karena output pelayanan akan tergambar pada diagnosis akhir (baik itu diagnosis utama maupun diagnosis sekunder). Hubungan Jaminan Pembayaran Pasien dengan Penagihan Biaya Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,012 dan OR=2,839 artinya ada perbedaan proporsi kejadian penagihan biaya antara jaminan BPJS dan non BPJS. Penagihan biaya yang sudah ditagih mempunyai peluang 2,8 kali untuk jaminan Non BPJS dibandingkan jaminan BPJS. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, pasal 38 bahwa BPJS wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Pasal 39 ayat (3) BPJS melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan rujuakan tingkat lanjutan berdasarkan cara Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs). Tertundanya penagihan biaya jaminan BPJS di RSUD Kabupaten Karimun disebabkan oleh beberapa kendala antara lain; aktifasi kartu peserta, ketepatan kodefikasi penyakit dan tindakan, kelengkapan resume medis, tidak sinkronnya istilah medis pada faktur tagihan dengan lembar resume, dan kurang dokumen pendukung lainnya serta tidak adanya verifikasi internal. Sedangkan tertundanya penagihan biaya jaminan non BPJS karena longgarnya tenggang waktu pembayaran oleh pihak penjaminan.tidak adanya penalty atau ancaman bagi perusahaan penjaminan atau pihak asuransi yang terlambat membayar. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, (1) tidak ada hubungan antara kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS terhadap penagihan biaya, (2) ada hubungan kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan non BPJS terhadap penagihan biaya, (3) ada perbedaan antara kelengkapan pengisian resume medis pasien rawat inap jaminan BPJS dan non BPJS, (4) ada perbedaan proporsi penagihan biaya antara jaminan BPJS dan non BPJS. Perlu dibuat standar prosedur operasional (SPO) kelengkapan pengisian resume medis 24 jam setelah selesai pelayanan, perlu melakukan koordinasi antara bagian keuangan dengan unit kerja rekam medis untuk melakukan pemeriksaan silang terhadap jumlah kunjungan pasien setiap hari (rawat jalan maupun rawat inap), perlu melakukan review tagihan yang sudah ditagih secara berkala untuk dianalisa, guna membantu pihak manajemen dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian biaya dan mutu pelayanan yang diberikan Jurnal INOHIM Volume 3 Nomor 1, Juni 2015 34

Daftar Pustaka Abdelhak, M. (2001). Health information: Management of a strategic resource, (Second Edition). USA: Saunders. Amir, A. (1997). Bunga rampai hukum kesehatan. Jakarta: Widya Media. BPJS Kesehatan. (2014). Petunjuk teknis verifikasi klaim. Budiman. (2011). Penelitian kesehatan, (Buku Pertama). Refika Aditama. Badudu, J. S., & Zain, S. M. (2011). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan. Depkes RI, Dirjen Yanmed. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Revisi II. Hatta, G. R. (2013). Pedoman manajemen informasi kesehatan di sarana pelayanan kesehatan, (edisi Revisi 2). Penerbit Universitas Indonesia. Hufman, E. K. (1994). Health information management, (tenth edition). Berwin Illionis: Physician Record Company. Indar, I. (2013, ). Faktor yang berhubungan dengan kelengkapan rekam medis di RSUD H. Padjonga Dg.Ngalle Takalar. Journal AKK, 2(2), hal: 10-18. Kieso., Donald, R., Jerry, J., Weygandt, D., & Warfield. (2002). Akuntansi intermediate. (edisi kesepuluh). Jakarta: Erlangga. Munawir, S. (2002). Akuntansi keuangan dan manajemen, (edisi Pertama). Yogyakarta: BPFE. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Permenkes RI No. 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem INA-CBGs Permenkes RI No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional. Soemarso. (2004). Akuntansi suatu pengantar, (buku 1, edisi 5, revisi). Jakarta: Salemba Empat. Safitri, S. (2013). Hubungan kelengkapan resume medis rawat inap dengan kecepatan penagihan klaim asuransi di RS Prikasi Jakarta. [Skripsi]. Universitas Esa Unggul. Jakarta. Skurka, M. K. (2003). Health information management, principles and organization for health information service, (Fifth Edition). Jossey-Bass, A Wiley Imprint. Jurnal INOHIM Volume 3 Nomor 1, Juni 2015 35