POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE Arifuddin Kasim dan Syafruddin Kadir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua (BPTP) Jalan Yahim No. 49 Sentani Fax: (0967) 591235 e-mail: titania_kasim@yahoo.co.id ABSTRAK Kajian adaptasi varietas unggul kacang tanah di lahan kering Kabupaten Nabire, Papua bertujuan untuk mendapatkan varietas yang mempunyai produktivitas tertinggi dan berpotensi dikembangkan di daerah ini. Pengkajian dilaksanakan di Distrik Makimi, Kabupaten Nabire, pada Mei Agustus 2013. menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan (petani koperator). Perlakuan adalah lima varietas kacang tanah, yaitu Bison, Kancil, Domba, Jerapah, dan Lokal (petani). Pengamatan dilakukan terhadap 40 contoh tanaman per petak perlakuan. Tanaman contoh ditetapkan secara diagonal, masing-masing 20 tanaman setiap garis diagonal. Data dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji lanjutan Duncan Multiple Range Test (DMRT 5%). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi dihasilkan oleh varietas Domba (2,04 t/ha) disusul oleh Bison (1,74 t/ha) dan Kancil (1,53 t/ha). Hasil terendah diberikan oleh varietas lokal (0,67 t/ha). Berdasarkan tingkat produktivitas, varietas Domba dan Bison dapat menjadi pilihan pengembangan kacang tanah, khususnya di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Kata kunci: kacang tanah, varietas unggul, adaptasi, produktivitas, lahan kering ABSTRACT Production Potential of New Peanut Variety in Nabire Development Areas. Adaptation of peanut new varieties in dryland was studied at Nabire. The aims to obtain new varieties of peanuts that have the highest level of productivity and the potential to be developed in Nabire. The assessment was conducted in District Makimi Regency Nabire in May August 2013. Spent a randomized block design with four replications (farmer cooperator). The treatments studied were five peanut varieties, namel: Bison, Kancil, Domba, Jerapah and local variety (farmers). Observations were made on 40 plants per plot sample treatment. Plants are set diagonally example, each of the 20 plants each diagonal line. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan's Multiple Range Test Advanced Test (DMRT 5 %). The results showed that the highest productivity of varieties produced in Domba (2.04 t/ha) followed by varieties Bison (1.74 t/ha ) and Kancil 1.53 t/ha. Lokal variety is being produced the lowest (0.67 t/ha). Domba and Bison varieties can be an option in the development of peanut at Nabire. Keywords: peanuts, improved varieties, adaptation, productivity, drylands PENDAHULUAN Kacang tanah termasuk komoditas pangan penting karena merupakan sumber protein nabati dan bahan baku industri pangan. Produksi kacang tanah sampai saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga sebagian harus diimpor. Menurut Kasno et al. (2006), kacang-kacangan mempunyai kandungan protein 23,7 40,0 g, energi Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 663
355 410 kkal, dan lemak 1,3 40 g. Kandungan protein tertinggi dijumpai pada kacang tanah (40 g). Produksi kacang tanah dapat ditingkatkan melalui perluasan area tanam, baik pada lahan kering maupun lahan sawah setelah padi. Produktivitas kacang tanah masih berpeluang ditingkatkan karena masih adanya senjang hasil yang diperoleh petani dengan ditingkat penelitian. Produktivitas kacang tanah di tingkat petani 1,07 1,09 t/ha, sedangkan ditingkat penelitian 2,5 3 t/ha (Hilman et al. 2004). Peningkatan produksi kacang tanah juga dapat dilakukan melalui perluasan areal tanam. Sentra pengembangan kacang tanah di Papua difokuskan pada lahan kering yang tersebar di beberapa daerah, antara lain Kabupaten Keerom, Sarmi, Jayapura, Merauke, dan Nabire. Kabupaten Nabire merupakan salah satu sentra tanaman kacang tanah dengan luas lahan 976 ha dengan rata-rata produktivitas 1,03 t/ha (BPS Papua 2011). Produktivitas tersebut lebih rendah dibanding dengan yang dicapai ditingkat penelitian dengan menggunakan varietas unggul baru (2,5 3,50 t/ha). Rendahnya produktivitas antara lain karena petani menanam varietas lokal yang tidak jelas asalnya dan tanaman rentan terhadap hama dan penyakit. Menurut Kasno (2004), varietas kacang tanah yang ditanam di Indonesia umumnya varietas lokal dan varietas unggul lama yang peka terhadap Aspergillus flavus. Demikian pula intensitas serangan hama dan penyakit pada kacang tanah ditentukan oleh dua factor, yaitu jenis varietas dan lingkungan (Saleh 2003). Balitkabi selama 16 tahun terakhir telah menghasilkan 15 varietas unggul kacang tanah, antara lain varietas Domba, Bison, Singa, dan Jerapah yang berpotensi hasil 2,0 3,6 t/ha dan tahan terhadap penyakit, terutama karat dan bercak daun (Balitkabi 2005). Di samping varietas tersebut, Balitkabi juga telah menghasilkan beberapa varietas yang toleran terhadap kekeringan, antara lain Panter, Singa, Jerapah, Sima, Turangga, dan Tuban (Harsono 2007). Salah satu penyebab rendahnya produksi kacang tanah di Papua adalah tidak tersedianya benih bermutu, dan petani tidak menguasai sepenuhnya teknologi budidaya. Dalam upaya peningkatan produksi dan penyebarluasan varietas unggul maka dilakukan kajian adaptasi varietas unggul baru kacang tanah yang bertujuan untuk melihat varietas unggul baru yang mampu beradaptasi secara spesifik lokasi di Papua, khususnya di Kabupaten Nabire. BAHAN DAN METODE Pengujian dilaksanakan pada lahan petani di Distrik Makimi, Kabupaten Nabire, pada bulan Mei Agustus 2013, dengan melibatkan empat petani koperator. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima varietas kacang tanah sebagai perlakuan. Varietas yang dikaji adalah Jerapah, Kancil, Bison, Domba, dan varitas lokal. Penanaman dengan cara tugal, jarak tanam 40 cm x 15 cm, satu biji per lubang tanam. Pupuk yang digunakan adalah Urea 50 kg + SP36 100 kg + KCl 75 kg/ha. Pemupukan pertama menggunakan seluruh bagian pupuk SP36 dan KCl, dan 50% pupuk Urea, diaplikasikan pada umur tanaman 7 HST, sedangkan pemupukan kedua menggunakan 50% Urea pada 35 HST. Aplikasi pupuk dengan cara larikan di antara baris tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian gulma pada umur 15 25 HST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida sesuai kebutuhan. Pengamatan pertumbuhan dan komponen hasil dilakukan terhadap 40 tanaman contoh yang dipilih secara diagonal, masing-masing 20 tanaman setiap garis diagonal pada 664 Kasim dan Kadir: Potensi Produksi Varietas Unggul baru Kacang Tanah pada Wilayah Kabupaten Nabire
setiap petak perlakuan. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang per rumpun tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah biji per polong, hasil polong kering/petak pengamatan (2 x 2,5 m), yang kemudian dikonversi ke t/ha. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang per Rumpun Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi tanaman berbeda nyata untuk semua varietas yang diuji. Varietas Bison memperlihatkan pertumbuhan tertinggi (58,2 cm), disusul oleh varietas Kancil, Domba, Jerapah, dan terendah pada varietas lokal yaitu 42,8 cm (Tabel 1). Tabel 1. Pertumbuhan VUB kacang tanah di lahan kering kabupaten Nabire, 2013. Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang per tanaman Jerapah 44,30 b 6,40 b Kancil 56,27 d 6,23 a Bison 58,20 e 5,97 a Domba 46,43 c 6,73 c Local 42,80 a 6,30 ab Nilai yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT. Namun tanaman yang tumbuh tinggi tidak selalu diikuti oleh cabang yang banyak. Jumlah cabang per rumpun terbanyak dihasilkan oleh varietas Domba (6,73) dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Sebaliknya, jumlah cabang/tan paling sedikit dihasilkan oleh varietas Bison (5,97), namun tidak berbeda nyata dengan varietas Kancil dan varietas lokal. Tinggi tanaman varietas Bison diduga disebabkan faktor genetik yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara vertikal lebih tinggi dibanding membentuk cabang ke samping. Hasil penelitian Balitkabi (2005) menunjukkan bahwa varietas Bison mempunyai tipe pertumbuhan yang tegak dengan tinggi tanaman rata-rata 51 cm. Jumlah Polong Isi dan Hasil Kering Polong Jumlah polong isi per tanaman terbanyak dihasilkan oleh varietas Domba. Sebaliknya, jumlah polong isi paling sedikit dihasilkan oleh varietas Lokal. Varietas Domba mampu mengasilkan rata-rata 20,9 polong isi per tanaman dan berbeda nyata dengan varietas Kancil (17,23) dan lokal (15,40). Namun jumlah polong isi varietas Domba tidak berbeda nyata dengan varietas Bison (19,57) dan Jerapah (19,35) (Tabel 2). Nurhartanto et al. (2008) menjelaskan bahwa kacang tanah dengan tipe Virginia mempunyai tipe tumbuh menjalar sehingga memudahkan ginofor untuk masuk ke dalam tanah membentuk polong yang lebih banyak. Terbentuknya polong yang banyak diikuti oleh produktivitas yang tinggi. Jumlah polong isi terbanyak dihasilkan oleh varietas Domba (2,04 t/ha) dan berbeda nyata dengan varietas lain. Sebaliknya, jumlah polong dan produktivitas terendah (0,67 t/ha) dihasilkan oleh varietas lokal. Hasil polong kering tertinggi varietas Domba yang dicapai dalam penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Purnomo et al. (2007) yang menggunakan Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 665
varietas Domba dengan hasil polong kering 1,8 t/ha. Varietas Bison yang dilepas pada tahun 2004 menghasilkan polong kering 1,74 t/ha, tidak berbeda dengan Kancil dan Jerapah. Hasil tersebut lebih tinggi dari hasil penelitian Soedarjo dan Sucahyono (2007) yang hanya menghasilkan 1,3 t/ha pada varietas yang sama. Varietas lokal yang ditanam petani memberikan jumlah dan hasil polong paling rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purnomo et al. (2007) yang menyatakan rendahnya hasil polong disebabkan oleh jumlah polong yang terbentuk sedikit dan ukuran polong lebih kecil akibat kekeringan. Kondisi ini menggambarkan bahwa varietas unggul kacang tanah mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan tumbuh di Kabupaten Nabire. Tabel 2. Jumlah polong isi dan hasil polong VUB kacang tanah di lahan kering Kab Nabire, 2013. Varietas Jumlah polong isi Hasil polong kering (t/ha) Jerapah 19,35 c 1,64 b Kancil 17,23 b 1,53 b Bison 19,57 c 1,74 b Domba 20,94 c 2,04 c Lokal 15,40 a 0,67 a Nilai yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT. Faktor lain yang memungkinkan tingginya produktivitas varietas unggul adalah kualitas fisik dan genetik bahan tanam yang digunakan. Benih yang digunakan pada pengkajian berasal dari kelas fondation seed (FS) dari Balitkabi, dimana tingkat kemurnian genetik dan kualitas fisik benih masih terjaga, sehingga kualitas dan kuantitas hasil mampu mendekati potensi hasil dari varietas yang diintroduksi. Sebaliknya, benih lokal merupakan benih asalan yang tidak dipersiapkan sebagai benih dan tidak terjamin mutu genetiknya. Berdasarkan diskripsi varietas kacang-kacangan dan umbi-umbian (2005), hasil rata-rata yang mampu dicapai varietas Domba adalah 2,1 t/ha polong kering, sementara potensi hasilnya 3,6 t/ha polong kering. KESIMPULAN 1. Produktivitas polong kering tertinggi (2,04 t/ha) dihasilkan oleh Varietas Domba kemudian disusul oleh varietas Bison 1,74 t/ha, Jerapah 1,64 t/ha, Kancil 1,53 t/ha, dan terendah varietas lokal 0,67 t/ha. 2. Berdasarkan tingkat produktivitas yang dicapai, varietas Domba dan Bison dapat menjadi pilihan pengembangan kacang tanah di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Kacang-Kacang dan Umbi-Umbian. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi- Umbian. Malang. Badan Pusat Statistik Papua, 2011. Papua Dalam Angka Provinsi Papua,Jayapura. Harsono, A. 2007. Kekeringan kacang tanah di lahan kering dan penanggulangannya. Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 347 357. Hilman, Y., A, Kasno dan N.Saleh, 2004. Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian. Kontribusi Terhadap Ketahanan Pangan dan Teknologinya. Dalam Inovasi Pertanian Tanaman 666 Kasim dan Kadir: Potensi Produksi Varietas Unggul baru Kacang Tanah pada Wilayah Kabupaten Nabire
Pangan. Puslitbang Tanaman Pangan. 95 132. Kasno, A. 2004. Pencegahan infeksi Aspergillus flavus dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 23 (3): 75 81 Kasno, A., Nasir Saleh, dan E. Ginting. 2006. Pengembangan pangan berbasis kacang-kacangan dan umbi-umbian guna pemantapan pangan nasional. Buletin Palawija. No.12. Hal 43 51. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Malang. Pusal Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Nurhartanto A, S D Utomo, dan T R Basoeki. 2008. Evaluasi Karakter Agronomi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Famili F5 Keturunan Persilangan Kelinci dan Florigiant. Jurnal Penelitian. Purnomo, J., Trustinah, dan N. Nugrahaeni. 2007. Tingkat kehilangan hasil kacang tanah akibat kekeringan. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 26(2): 127 131 Saleh, N. 2003. Ekobiologi dan optimalisasi pengendalian penyakit virus belang pada kacang tanah melalui pengelolaan tanaman secara terpadu. J. Penelitian Tanaman Pangan 22(2): 41 48. Soedarjo, M. dan D. Sucahyono. 2007. Efektifitas alam dan inokulum rhisobium komersial pada kacang tanah. Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Bogor. 276 285. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 667