BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

KOMPRESI CITRA. lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Page 1

PEMAMPATAN CITRA (IMA

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Pohon Biner Huffman Pada Kompresi Citra

TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT )

Pertemuan 2 Representasi Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TI JAUA PUSTAKA

MKB3383 -TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kompresi Citra. Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap, 2016/2017

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Metode Run Length Encoding (RLE) untuk Kompresi Citra

PENGARUH PERUBAHAN RANK MATRIK TERHADAP KUALITAS CITRA PADA KOMPRESI CITRA METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI ALGORITMA METODE HUFFMAN PADA KOMPRESI CITRA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kompresi Citra Irawan Afrianto Sistem Multimedia 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

Tipe dan Jenis Layar Komputer Grafik. By Ocvita Ardhiani.

KOMPRESI CITRA. Multimedia Jurusan Teknik Informatika

BAB 2 LANDASAN TEORI Closed Circuit Television (CCTV)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

artifak / gambar dua dimensi yang memiliki kemiripan tampilan dengan sebuah subjek. - wikipedia

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pemampatan Citra. Esther Wibowo Erick Kurniawan

BAB 2 LANDASAN TEORI

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE HUFFMAN DALAM PEMAMPATAN CITRA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Penerapan Algoritma Huffman dalam Kompresi Gambar Digital

BAB 2 LANDASAN TEORI

NASKAH PUBLIKASI KOMPRESI CITRA DENGAN METODE ARITHMETIC CODING DALAM KAWASAN ENTROPY CODING

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Kompresi Citra. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam.

Kompresi Citra. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Kompresi Video Menggunakan Discrete Cosine Transform

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. (images), suara (audio), maupun video. Situs web (website) yang kita jumpai

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

KOMPRESI IMAGE DALAM SOURCE CODING MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PROSIDING ISBN :

1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Model Citra (bag. 2)

Analisis dan Perancangan Perangkat Lunak Kompresi Citra Menggunakan Algoritma. Fast Fourier Transform (FFT).

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra merupakan representasi (gambaran) dari sebuah objek nyata yang dihasilkan oleh alat digital. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu media penyimpan [9]. Karakteristik dari citra yang tidak dimiliki oleh data teks adalah citra kaya akan informasi karena dapat menyampaikan informasi yang imajinatif (dapat dihayalkan). 2.1.1 Citra Analog Citra analog merupakan citra yang bersifat kontinu. Citra analog ini tidak dapat langsung diproses dalam komputer, sehingga citra analog perlu proses konversi analog ke digital terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena citra analog yang terdiri dari sinyal sinyal elektromagnetik yang tidak dapat dibedakan sehingga citra ini sulit ditentukan ukurannya. Contoh dari citra analog ini seperti citra tampilan pada televisi atau monitor, gambar gambar atau lukisan, foto yang dicetak dikertas, dan lain sebagainya. 2.1.2 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah larik (array) yang berisi nilai nilai real maupun kompleks yang direpresentasikan dengan deretan bit bit tertentu [6]. Sebuah citra digital dihasilkan melalui proses digitalisasi pada citra kontinu. Digitalisasi citra

8 merupakan representasi dari fungsi fungsi kontinu menjadi nilai nilai diskrit, sehingga disebut sebagai citra digital. Citra kontinu dinyatakan dengan presisi angka tak terhingga, sedangkan citra diskrit dinyatakan dengan presisi angka terhingga. Karena komputer bekerja dengan angka-angka presisi terhingga, maka hanya citra dari kelas diskrit (citra digital) saja yang dapat diolah dengan komputer. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi f(x) berukuran MxN dimana M adalah baris dan N adalah kolom, dengan x dan y adalah koordinat spasial, dan amplitudo f di titik koordinat (x,y) dinamakan intensitas atau tingkat keabuan dari citra pada titik tersebut. Citra digital ditulis dalam bentuk matrik sebagai berikut. Contoh dari sebuah citra digital dapat dilihat pada gambar 2.1 Gambar 2.1 Contoh Citra Digital dan Matrik penyusunnya

9 Citra digital terbagi atas 2 jenis, yaitu: 1. Tipe Raster Citra raster merupakan citra yang terdiri atas persegi persegi kecil yang memiliki warna tersendiri. Citra raster sering disebut sebagai bitmap. Tampilan raster mampu menunjukkan kehalusan gradasi warna dan bayangan dari sebuah gambar, oleh sebab itu tipe raster merupakan media elektronik yang paling tepat untuk gambar-gambar dengan perpaduan gradasi warna yang rumit, seperti foto dan lukisan digital. Gambar raster sangat tergantung dengan resolusinya, karena setiap gambar mempunyai jumlah piksel yang pasti. Artinya sebuah gambar akan sangat tergantung dari jumlah piksel yang membentuknya. Apabila dilakukan pembesaran ukuran gambar dengan resolusi kecil, maka gambar akan kehilangan detil dan akan terlihat kotak-kotak piksel yang berundak (jagged). Beberapa format raster antara lain adalah JPEG, GIF, BMP, PNG dan ICO. Contoh tipe raster dilihat pada gambar 2.2 berikut. Gambar 2.2 Contoh Citra Raster 2. Tipe Vektor Citra vektor merupakan citra yang terbentuk dari bangun bangun geometri sederhana seperti titik, garis lurus, garis lengkung, polygon (segi banyak). Gambar vektor menggabungkan titik dan garis untuk menjadi sebuah objek, sehingga gambar tidak menjadi pecah biarpun diperbesar atau diperkecil, tidak seperti gambar Bitmap.

10 Beberapa format gambar vektor antara lain adalah CGM, SVG, SWF. Contoh tipe vektor dilihat pada gambar 2.3 berikut. Gambar 2.3 Contoh Citra Vektor 2.1.3 Jenis Citra Sebuah citra terdiri atas piksel piksel penyusunnya, dimana nilai suatu piksel sebuah citra memiliki nilai dalam suatu rentang tertentu. Yaitu mulai dari nilai rentang minimum hingga rentang nilai maksimum. Tetapi secara umum rentang nilai piksel sebuah citra adalah 0 255. Berikut adalah jenis jenis citra berdasarkan nilai pikselnya[6]. 2.1.3.1 Citra Biner Citra biner merupakan citra digital yang hanya memiliki dua kemungkinan nilai piksel yaitu hitam dan putih. Citra biner juga disebut sebagai citra B&W (black and white) atau citra monokrom. Hanya dibutuhkan 1 bit untuk mewakili nilai setiap piksel dari citra biner. Pada gambar 2.4 berikut adalah contoh dari citra biner. Gambar 2.4 Citra Biner

11 2.1.3.2 Citra Grayscale Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai kanal pada setiap piksel-nya, dengan kata lain nilai bagian RED = GREEN = BLUE. Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna dari hitam, keabuan, dan putih. Tingkatan keabuan di sini merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih. Citra grayscale berikut memiliki kedalaman warna 8 bit (256 kombinasi warna keabuan). Contoh dari citra grayscale dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut. Gambar 2.5 Citra Grayscale 2.1.3.3 Citra Warna (8 bit) Setiap piksel dari citra warna (8 bit) hanya di wakili oleh 8 bit dengan jumlah warna maksimum yang dapat digunakan adalah 256 warna. Ada dua jenis citra warna 8 bit. Pertama, citra warna 8 bit dengan menggunakan palet warna 256 dengan setiap paletnya memiliki pemetaan nilai (colormap) RGB tertentu. Model ini lebih sering digunakan. Kedua, setiap piksel memiliki format 8 bit seperti tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Format bit citra 8 bit Bit-7 Bit-6 Bit-5 Bit-4 Bit-3 Bit-2 Bit-1 Bit-0 R R R G G G B B

12 Contoh dari citra warna 8 bit dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut. Gambar 2.6 Citra 8 bit 2.1.3.4 Citra Warna (16 bit) Citra warna 16 bit (biasanya disebut sebagai citra highcolor ) dengan setiap piksel-nya diwakili dengan 2 byte memory (16 bit).warna 16 Bit memiliki 65.536 warna. Dalam formasi bitnya, nilai merah dan biru mengambil tempat di 5 bit di kanan dan kiri. Komponen hijau memiliki 5 bit ditambah 1 bit ekstra. Pemilihan komponen hijau dengan deret 6 bit dikarenakan penglihatan manusia lebih sensitif terhadap warna hijau. Berikut pada tabel 2.2 formasi bit citra 16 bit. Tabel 2.2 Formasi bit citra 16 bit Bit 15 Bit 14 Bit 13 Bit 12 Bit 11 Bit 10 Bit 9 Bit 8 Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 R R R R R G G G G G G B B B B B

13 Pada gambar 2.7 berikut adalah contoh dari citra warna 16 bit. Gambar 2.7 Citra 16 bit 2.1.3.5 Citra Warna (24 bit) Setiap piksel dari citra warna 24 bit diwakili dengan 24 bit sehingga total 16.777.216 variasi warna. Variasi ini sudah lebih dari cukup untuk memvisualisasikan seluruh warna yang dapat dilihat penglihatan manusia. Penglihatan manusia dipercaya hanya dapat membedakan hingga 10 juta warna saja. Setiap poin informasi piksel (RGB) disimpan ke dalam 1 byte data. 8 bit pertama menyimpan nilai biru, kemudian diikuti dengan nilai Hijau pada 8 bit kedua dan pada 8 bit terakhir merupakan warna merah. Contoh dari citra warna 24 bit dapat kita lihat pada gambar 2.8 berikut. Gambar 2.8 Citra 24 bit 2.1.4 Format File Citra Secara umum format file citra yang standar digunakan terdiri atas beberapa jenis. Format format ini digunakan dalam menyimpan citra dalam sebuah file, dan setiap

14 format memiliki karakteristik masing masing. Beberapa format yang umum digunakan adalah bitmap, tagged image format(.tif), portable network graphics(.png), jpeg, mpeg, graphics interchange format(.gif), dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini jenis file yang akan dibahas adalah bitmap(bmp). 2.1.4.1 Format File Citra Bitmap (BMP) Format file BMP merupakan format penyimpanan standar tanpa kompresi yang umum dapat digunakan untuk menyimpan citra biner hingga citra warna [6]. Pada format BMP, citra disimpan sebagai matrik yang tiap elemennya digunakan untuk menyimpan informasi warna untuk setiap piksel. Susunan bit bit warna pada citra BMP membentuk pola tertentu yang menyajikan informasi yang dapat dipahami sesuai dengan persepsi penglihatan manusia. Citra BMP mampu menyimpan informasi dengan kualitas mulai dari 1 bit hingga 24 bit. Citra dalam format BMP lebih bagus dari pada citra dalam format JPG, karena pada umumnya citra BMP tidak dimampatkan sehingga tidak ada informasi yang hilang. Citra BMP cocok digunakan untuk menyimpan citra digital yang memiliki banyak variasi dalam bentuknya maupun warnanya, seperti foto, lukisan, dan frame video. Citra dalam format BMP mudah untuk dibuka dan disimpan, tetapi ada beberapa hal yang harus dicermati yaitu : 1 Format file BMP menyimpan datanya secara terbalik, yaitu dari bawah keatas. 2 Citra dengan ukuran warna 8 bit, lebar citra harus kelipatan dari 4 bila tidak maka pada saat penyimpanan akan ditambahkan beberapa byte pada data hingga merupakan kelipatan dari 4. 3 Citra dengan ukuran warna 24 bit, urutan penyimpanan 3 wrna dasar adalah red, green, blue (RGB). 4 Ukuran file BMP bisa sangat besar hingga Megabytes.

15 2.2 Noise Noise merupakan gangguan yang disebabkan oleh menyimpangnya data digital yang diterima oleh alat penerima gambar yang dapat mengganggu kualitas citra. Gangguan pada citra umumnya berupa variasi intensitas suatu piksel yang tidak berkorelasi dengan piksel piksel tetangganya [12]. Jenis noise yang dibahas pada penelitian ini adalah salt and pepper noise dan speckle noise. 2.2.1 Salt and Pepper Noise Salt and pepper noise merupakan noise yang terlihat seperti titik titik hitam dan putih pada sebuah citra menyerupai tebaran garam dan merica. Salt and pepper noise disebabkan karena terjadinya error bit dalam pengiriman data, piksel piksel yang tidak berfungsi dan kerusakan pada lokasi memori [8]. Untuk menguji sebuah metode agar dapat mereduksi noise, maka noise dapat dihasilkan dengan cara membangkitkan noise tersebut, hal ini sering disebut dengan noise generator. Gambar 2.9 Citra sebelum terkena salt and pepper noise Gambar 2.10 Citra setelah terkena salt and pepper noise Adapun cara untuk membangkitkan salt and pepper noise adalah dengan cara membangkitkan bilangan 255 (warna putih) pada titik titik yang secara probabilitas noise, dan dirumuskan dengan:

16 f (x,y) = 0 jika p (x,y) <= Prob.Noise/2 f (x,y) = 255 jika p (x,y) >1 Prob.Noise/2 ------------------- 2.1 Dimana : f(x,y) : adalah nilai piksel citra pada titik (x,y) p(x,y) : adalah probabilitas acak 2.2.2 Speckle Noise Speckle noise merupakan jenis noise yang memberikan warna hitam pada titik yang terkena noise. Gambar 2.11 Citra sebelum terkena speckle noise Gambar 2.12 Citra setelah terkena speckle noise Noise ini dibangkitkan dengan cara membangkitkan bilangan 0(warna hitam) pada titik titik yang secara probabilitas lebih kecil dari nilai probabilitas noise, dan dirumuskan dengan : f (x,y) = 0 jika p (x,y) <= Prob.Noise ------------------- 2.2 Dimana : f(x,y) : adalah nilai piksel citra pada titik (x,y) p(x,y) : adalah probabilitas acak

17 2.3 Filtering Filtering adalah salah satu teknik untuk memodifikasi atau meningkatkan mutu citra [4]. Filtering ini bertujuan untuk mereduksi noise pada sebuah citra. Terdapat beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan pada filtering, antara lain: 1. Non-linear filtering, memiliki karakteristik beroperasi secara langsung pada intensitas piksel dari lokal suatu citra, sehingga filter non-linear dapat mengurangi efek noise yang bersifat acak. Jenis filtering yang termasuk dalam filter non-linear adalah mean, median, dan modus filtering. 2. Linier filtering, terbagi menjadi dua yaitu brightness filtering dan darkness filtering. 3. Noise Reduction, terbagi menjadi dua yakni intensity filtering dan frequency filtering. filtering. Pada penelitian kali ini jenis filtering yang akan dibahas adalah median 2.3.1 Median Filtering Salah satu teknik untuk mengurangi / mereduksi noise pada citra digital adalah menggunakan filter median dimana metode yang menitik beratkan pada nilai median atau tengah dari jumlah total nilai keseluruhan piksel yang ada di sekelilingnya [13]. Median filter mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: 1. Mudah untuk dipelajari. 2. Karena nilai median harus merupakan nilai dari salah satu piksel pada neighborhood, median filter tidak akan membuat nilai piksel yang baru. Dalam hal ini median dapat lebih baik mempertahankan ketajaman dan detail citra.

18 3. Median filter sangat baik digunakan untuk mereduksi noise yang memberikan warna hitam ataupun putih pada citra seperti jenis impulse noise yaitu salt and pepper noise. 4. Median filter merupakan salah satu jenis order statistic filter yang terkenal karena untuk jenis noise tertentu median mampu mereduksi noise dengan sangat baik, dengan tingkat kekaburan citra yang sangat kecil daripada linear smoothing filter dari ukuran yang sama. Untuk mencari median dari kumpulan data yang ganjil adalah sebagai berikut : ------------------- 2.3 Keterangan : n = jumlah data x = nilai baru median Untuk filter median, data yang digunakan adalah data dengan jumlah yang ganjil. Disebabkan karena dengan jumlah data yang ganjil maka piksel yang akan diproses dapat berada ditengah. Lalu data tersebut diurutkan serta dimasukkan ke dalam matrik baru yang berukuran 1 baris x (NxN) kolom, dengan tujuan untuk mempermudah menemukan median dari kumpulan data yang telah urut tersebut. Sebagai contoh, misalnya ada sebuah matrik citra berukuran 3x3 yang berisi piksel - piksel penyusunnya sebagai berikut (tabel 2.3): Tabel 2.3 Matrik untuk median filtering 10 7 10 9 11 12 6 14 5

19 Matrik tersebut harus diurut terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam sebuah matrik yang berukuran 1 baris x(3x3) kolom (tabel 2.4): Tabel 2.4 Matrik untuk median filtering setelah diurutkan 5 6 7 9 10 10 11 12 14 Dari gambar matrik yang telah diurutkan dapat dicari nilai piksel yang baru, dari tabel 2.2 nilai mediannya adalah 10. Nilai 10 ini akan menggantikan nilai 11 (pada tabel 2.3) sehingga warna pada piksel utamanya akan berbeda dari yang sebelumnya. Berikut adalah matrik hasil dari median filtering (tabel 2.5). Tabel 2.5 Matrik hasil median filtering 10 7 10 9 10 12 6 14 5 2.4 Kompresi Proses kompresi merupakan proses mereduksi ukuran suatu data untuk menghasilkan representasi digital yang padat atau mampat (compact) namun tetap dapat mewakili kuantitas informasi yang terkandung pada data tersebut [6]. Kompresi bertujuan untuk memperkecil ukuran memori penyimpanan sebuah data serta mempercepat transmisi pengiriman data. Kompresi terbagi menjadi dua bagian, yaitu kompresi yang bersifat loseless dimana informasi yang dimiliki oleh citra hasil kompresi sama dengan informasi pada citra asli. Contoh dari jenis kompresi ini antara lain Run Length Encoding (RLE), Entropy Encoding (Huffman, aritmatik), dan Adaptive Dictionary Based (LZW). Jenis kompresi yang kedua adalah lossy dimana informasi citra hasil kompresi memiliki perbedaan dengan citra asli hal ini terjadi karena sifat pada kompresi ini yang mengijinkan hilangnya sebagian data dari pesan tersebut. Contoh

20 nya adalah color reduction, chroma subsampling, dan transform coding seperti transformasi Wavelet, Fourier, JPEG, dan lain-lain. Jenis kompresi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah jenis kompresi yang bersifat lossy yakni kompresi JPEG (Joint Photographic Experts Group). 2.4.1 Klasifikasi Teknik Kompresi Terdapat beberapa pembagian dari jenis jenis teknik kompresi, antara lain: 1. Entropy Encoding, teknik kompresi ini bersifat loseless, tekniknya tidak berdasarkan pada media dengan tingkat spesifikasi dan karakteristik tertentu namun berdasarkan urutan data. Contohnya Run length coding, Huffman coding, dan Arithmetic coding. 2. Source Coding, teknik ini bersifat lossy berkaitan dengan data semantik (makna kata) dan media. Contohnya transformation (FFT, DCT), layered coding (Bit position, subsampling), vector quantization. 3. Hybrid Coding, teknik merupakan gabungan dari jenis kompresi lossy dan loseless. Contohnya teknik kompresi JPEG, MPEG, dan lain sebagainya. 2.4.2 Rasio Kompresi Citra Rasio kompresi merupakan ukuran presentasi citra yang berhasil dikompres / dimampatkan. Secara matematis rasio pemampatan citra dapat dirumuskan pada rumus 2.4: Rasio Kompresi = -------- 2.4

21 Misalkan hasil rasio kompresi citra bernilai 30%, artinya 30% dari citra semula telah berhasil dimampatkan. Semakin tinggi tingkat rasio maka semakin baik hasil kompresi citra tersebut. 2.4.3 Data Berlebihan (Data Redundancy) Data berlebihan merupakan sebuah isu penting dalam kompresi citra. Data berlebihan ini dapat dinyatakan dalam fungsi matematis. Bila n 1 dan n 2 menyatakan jumlah satuan (unit) informasi data yang membawa masing masing unit dalam gambar asli dan dikompresi, maka data berlebihan relative (relative data redundancy) R D dari gambar asli dapat dinyatakan sebagai berikut [6]. ---------- 2.5 Dengan C R merupakan rasio kompresi (compression ratio) yang dinyatakan sebagai berikut. ---------- 2.6 Terdapat tiga kemungkinan yang ada [3]: 1. Jika n 1 = n 2 maka C R =1 dan R D = 0, berarti gambar asli tidak mengandung redundansi diantara piksel. 2. Jika n 1 >> n 2, maka C R dan R D >1, berarti cukup banyak redundansi dalam gambar asli. 3. Jika n 1 << n 2 maka C R > 0 dan R D menunjukkan bahwa citra dikompresi mengandung data berlebihan sangat tinggi.

22 2.4.4 Kompresi JPEG (Joint Photographic Experts Group) Algoritma kompresi yang telah dikembangkan dan diterapkan pada teknologi informasi dan komunikasi multimedia saat ini adalah algoritma JPEG untuk kompresi citra [7]. Kompresi JPEG termasuk jenis kompresi yang bersifat lossy. Tujuan dari kompresi gambar JPEG sederhana yaitu untuk menyimpan data yang diperlukan guna merekonstruksi citra digital menggunakan ruang sesekecil mungkin dengan tetap menjaga detail visual sehingga menyimpan gambar mendekati sebenarnya [5]. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh JPEG antara lain: 1. JPEG mampu memampatkan citra hingga kedalaman 24 bit (16,7 juta warna) dengan kecepatan yang standar sehingga hasil yang maksimal dari sebuah gambar dapat diperoleh. 2. JPEG memanfaatkan pola pada citra untuk mereduksi informasi pada citra yang tidak memberikan dampak yang mempengaruhi kualitas citra. 3. JPEG mampu memampatkan citra grayscale hingga warna seperti RGB, CMYK. Tahapan kompresi JPEG [1]: 1. Encoding JPEG, Pada proses penyandian terdapat beberapa langkah seperti berikut. a. Konversi warna RGB YCbCr b. Downsampling, merupakan proses pengurangan pada komponen Cb dan Cr. c. Block Splitting, pada proses ini citra dibagi menjadi 8x8 blok setelah proses downsampling. d. Proses DCT, merupakan proses transformasi citra dari domain spasial ke domain frekuensi yang mampu memisahkan informasi mulai pada frekuensi rendah hingga frekuensi tinggi, sehingga hal ini memungkinkan untuk

23 memampatkan jumlah bit dalam setiap piksel melalui pengurangan atau penghilangan detil informasi (frekuensi tinggi). e. Kuantisasi, merupakan proses pembagian setiap nilai piksel hasil DCT dengan setiap nilai konstanta elemen matrik kuantisasi, dimana nilai-nilai setiap elemen matrik tersebut menentukan kualitas hasil kompresi. Pada proses ini dilakukan pembersihan koefisien DCT yang tidak penting untuk pembentukan image baru. Hal ini yang menyebabkan JPEG bersifat lossy. f. Entropy Coding, merupakan proses penggunaan algoritma entropy seperti Huffman Coding untuk mengkodekan koefisien hasil proses DCT yang akan mengeliminasi nilai nilai matrik yang bernilai nol secara zig zag order. 2. Decoding JPEG, proses menguraikan kode untuk menampilkan citra yang dilakukan dengan invers dari proses encoding JPEG yaitu Huffman decoding, dekuantisasi, invers DCT, konversi YCbCr RGB. Diagram kompresi dari metode JPEG dapat dilihat pada gambar 2.13. Quantizer Entropi Encoder Quantizer Table Gambar 2.13 JPEG Encoder Block Diagram Dalam proses penyandian JPEG pada Gambar 2.14, citra masukan dibentuk ke dalam blok 8 8, dan tiap-tiap blok diubah dengan DCT maju (FDCT) menjadi satu set 64 nilai yang disebut koefisien DCT. Satu dari nilai-nilai ini adalah koefisien DC dan selebihnya adalah koefisien AC. Tiap-tiap nilai koefisien DCT kemudian dikuantisasi menggunakan satu dari 64 nilai yang saling berhubungan dari sebuah tabel kuantisasi. Koefisien-koefisien yang telah dikuantisasi kemudian diproses dengan penyandian

24 entropi. Salah satu dari dua prosedur pengkodean entropi yang dapat digunakan yaitu dengan penyandian Huffman atau penyandian Aritmetika. Sebuah data yang telah mengalami proses kompresi/pemampatan tentunya harus dapat dikembalikan lagi kebentuk aslinya, walaupun tidak semua citra hasil kompresi yang didekompresi akan memiliki hasil yang sama persis dengan citra awal/asli, hal itu bergantung pada jenis kompresi yang digunakan. Gambar 2.14 berikut adalah diagram proses decoder JPEG. Entropi Decoder Dequantizer Quantizer Table Gambar 2.14 JPEG Decoder Block Diagram Pada proses rekonstruksi yang ditunjukkan Gambar 2.14, citra yang terkompresi menggunakan standar JPEG yaitu melalui proses terbalik. Jika pada proses kompresi menggunakan DCT maju (FDCT), pada proses rekonstruksi digunakan invers DCT (IDCT) untuk melakukan dekompresi citra sehingga citra dapat ditampilkan. 2.5 Matlab (Matrix Laboratory) Matlab merupakan program yang digunakan untuk analisis dan komputasi numerik dan merupakan suatu bahasa pemrograman matematika lanjutan yang dibentuk dengan dasar pemikiran menggunkan sifat dan bentuk matriks, Matlab sering digunakan untuk melakukan teknik komputasi numerik, yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melibatkan operasi matematika elemen, matrik, optimasi, aproksimasi dan lain lain.

25 Matlab merupakan software yang dikembangkan oleh Mathworks.Inc. dan merupakan software yang paling efisien untuk perhitungan numeric berbasis matriks. Dengan demikian jika di dalam perhitungan kita dapat menformulasikan masalah ke dalam format matriks maka Matlab merupakan software terbaik untuk penyelesaian numericnya. Pada penelitian ini, topik yang diangkat berhubungan dengan pengolahan citra, dimana citra tersusun dari matrik yang terdiri dari piksel piksel penyusunnya. Matlab menyediakan beberapa fungsi yang dapat membantu penulis dalam melakukan pengoperasian pada citra yang perhitungannya sulit diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman. 2.6 Pengukuran Kualitas Citra Terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas sebuah citra. Antara lain adalah Mean Square Error (MSE) dan Peak Signal to Noise Ratio (PSNR). 2.6.1 MSE (Mean Square Error) MSE merupakan rata-rata kuadrat nilai kesalahan antara citra asli dengan citra hasil pengolahan [10]. Semakin besar tingkat penurunan MSE kualitas citra menjadi semakin baik. MSE dirumuskan sebagai berikut: ------------------- 2.7 Dimana : m,n : adalah ukuran matrik citra mxn B 1, B 2 : adalah matrik citra

26 2.6.2 PSNR (Peak Signal to Noise Ratio) PSNR merupakan nilai perbandingan antara harga maksimum warna pada citra hasil filtering dengan kuantitas gangguan (noise) [10], semakin tinggi peningkatan PSNR yang dihasilkan kualitas citra menjadi semakin baik. PSNR dinyatakan dalam satuan desibel (db). PSNR dirumuskan sebagai berikut : ------------------- 2.8