BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Multimedia Sebelum membahas tentang watermarking sebagai perlindungan terhadap hak cipta, ada baiknya terlebih dahulu dibicarakan tentang pengertian multimedia. Multimedia memiliki beberapa pengertian, multimedia berarti informasi dari komputer yang ditampilkan melalui suara, video, dan animasi yang ditambahkan ke dalam media tradisional (contoh: teks, hasil lukisan, dan foto)[1]. Secara umum pengertian multimedia adalah bidang yang fokus pada penyatuan teks, grafik, hasil gambar/lukisan, gambar diam ataupun bergerak (video), animasi, suara, dan media lainnya melalui kendali computer dimana setiap bentuk informasi dapat ditampilkan, disimpan, didistribusikan dan diproses secara dijital[1]. Video merupakan salah satu bentuk data multimedia, memiliki format analog dan dijital. Bentuk dasar video terdiri dari sekumpulan gambar-gambar tunggal, biasanya ditampilkan 25, 30 atau 35 frames (gambar) per-second atau fps. II.2 Perlindungan Hak Cipta Hak cipta lebih dari sekedar hukum properti intelektual yang melarang duplikasi dan distribusi hasil karya secara illegal, tetapi juga membuka kesempatan-kesempatan untuk menghasilkan karya yang lebih kreatif. Perlindungan dalam penyebaran hak cipta dapat menggunakan metoda kriptografi (enkripsi dan dekripsi). Akan tetapi, metoda ini memiliki kelemahan yaitu ketika konten telah didekripsi, maka konten dapat disebarluaskan secara ilegal. Untuk itulah digunakan metode dijital watermarking. 4

2 II.3 Teknik Video Watermarking Teknik digital watermarking adalah menyisipkan tanda tangan dijital (digital signature) atau digital watermark, yang menyatakan kepemilikan atau Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dari pencipta ataupun pemilik media seperti teks, suara, gambar dan video. Untuk itu watermark yang disisipkan ke dalam media dijital dapat diambil dari media ter-watermark untuk mengidentifikasikan pencipta atau distributor dari media tersebut[4]. Agar efektif sebagai pengendali hak cipta, teknik dijital watermarking harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut[2,3,4]: a. robustness (kekokohan) robustness merupakan karakteristik watermark, yang sifatnya kokoh terhadap berbagai serangan yang biasa dilakukan untuk menggagalkan pengungkapan atau pendeteksian watermark. Kekokohan dari sebuah watermark dapat ditentukan dengan melihat hasil pendeteksian watermark akan tetapi sulit untuk menilai kualitas. Watermark dikatakan kokoh, pada saat informasi yang terkandung di dalam watermark tidak dapat dihapus atau diubah isinya, kecuali dengan merusak informasi media yang disisipkan watermark; b. perceptual transparency (tidak tampak) watermark yang disisipkan tidak boleh mempengaruhi kualitas tampilan dari media host pada berbagai jenis penampakan. Hal ini didukung dengan sistem penglihatan manusia yang terbatas sehingga tidak dapat membedakan media host asli dengan media ter-watermark. Beberapa teknik watermarking telah diterapkan pada citra tunggal, baik yang berjalan di ranah spatial ataupun di ranah frekuensi. Berbeda dari citra tunggal, pada video dijital memiliki properti dimensi waktu dan ruang. Teknik video watermark yang pernah dikembangkan dapat dibagi menjadi dua, yaitu teknik video watermark yang langsung menyisipkan watermark pada video dijital yang telah dikompresi dengan metoda seperti MPEG-2, 3GPP, WMV, dan lain sebagainya. Teknik lain, meyisipkan watermark pada video dijital yang belum dimampatkan[5]. 5

3 Kedua teknik tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan dilihat dari sisi kompleksitas dan rentan terhadap serangan atau tidak. Pada video yang dimampatkan perancangan dari encoder dan decoder perlu diperhatikan agar dapat diimplementasikan dengan skema video watermark tertentu yang sesuai[3]. Namun teknik ini memiliki kendala-kendala seperti, watermark dapat dengan mudah dihilangkan oleh attacker dengan melakukan encode pada video dengan algoritma kompresinya. Sedangkan pada video tanpa kompresi, teknik yang biasa digunakan untuk menyisipkan watermark dengan melakukan modifikasi data spatial, seperti menyebarkan bit-bit watermark ke dalam video dijital pada setiap pixel,cara ini dikenal dengan spread spectrum watermark[5]. Namun yang perlu diperhatikan adalah robustness dan transparency dari watermark. II.3.1 Penyisipan Watermark Penyisipan watermark pada konten video dijital perlu memperhatikan beberapa aspek penting, antara lain: a. ketidaknampakan watermark dalam citra diam dalam hal ini sebuah frame dari konten video dijital; b. ketidaknampakan watermark dalam frame yang berhenti, watermark harus tidak terlihat jika konten video dijital yang disisipkan watermark dihentikan; c. penyisipan watermark yang sama secara berulang pada frame-frame, mengakibatkan mudah diserang; d. penyisipan watermark yang berbeda-beda dalam frame yang berurutan sangat tidak aman. Untuk memenuhi kriteria tersebut penyisipan watermark dilakukan dengan cara, watermark disisipkan dalam komponen luminance dan domain frekuensi DCT pada komponen DC (Direct Current). II YCbCr YCbCr merupakan standar internasional untuk pengkodean gambar dijital pada televisi yang didefinisikan pada CCIR Recommendation 601[7]. Y merupakan komponen luminance, Cb dan Cr adalah komponen chrominance. Secara psikologis komponen luminance mewakili intensitas sebuah warna RGB yang diterima oleh mata. Chrominance merepresentasikan corak warna dan kejenuhan (saturation). Nilai 6

4 komponen ini mengindikasikan banyaknya komponen warna biru dan merah pada warna[8]. Retina mata mempunyai dua macam sel yang berfungsi sebagai analis visual, yaitu: sel yang digunakan untuk melihat di waktu malam dan sel yang dipakai untuk melihat di siang hari. Jenis sel yang pertama hanya menerima corak keabuan mulai dari warna putih terang sampai dengan hitam pekat. Dan jenis kedua menerima corak warna. Jika sebuah warna RGB diberikan, sel jenis yang pertama mendeteksi tingkat keabuan (gray level) yang serupa dengan nilai luminance-nya, sedangkan sel jenis kedua yang bertanggungjawab terhadap pemerimaan corak warna, mendeteksi nilai sesuai dengan nilai chrominance-nya[8]. Gambar II.1 menunjukkan dekomposisi citra RGB kedalam komponen luminance dan chrominance-nya. Gambar II.1 Dekomposisi citra RGB ke dalam komponen luminance dan chrominance-nya. Searah jarum jam dari kiri atas adalah citra RGB, komponen luminance (Y), komponen Chrominance Blue (Cb) dan komponen Chrominance Red (Cr). 7

5 II Domain Frekuensi DCT Pada frequency domain (transform domain) ini penyisipan watermark dilakukan pada koefisien frekuensi hasil transformasi frame asalnya. Beberapa transformasi yang umum digunakan, yaitu: Discrete Cosine Transform (DCT), Discrete Fourier Transform (DFT) dan Discrete Wavelet Transform (DWT). DCT digunakan untuk mengubah sebuah sinyal menjadi komponen frekuensi dasarnya. DCT dimensi dua dipilih karena frame merupakan dua dimensi sama halnya dengan gambar[9]. Untuk matriks M x N, 2-D DCT dapat dihitung dengan cara 1-D DCT diterapkan pada setiap baris dari A dan kemudian hasilnya dihitung DCT untuk setiap kolomnya. Rumus transformasi 2-D DCT untuk A adalah sebagai berikut[11]. B = αα M 1 N 1 pq p q mn m= 0 n= 0 A ( 2 + 1) π( 2 + 1) π cos m p cos n q 0 p M 1, 2M 2N 0 q N 1 α p = 1 p = 0 M, 2 M,1 p M 1 α q = 1 N, q = 0 2 N, 1 q N 1.. (2.1) Setiap baris matriks dikarakterisasikan oleh frekuensi spasial horizontal dan vertikal. Frekuensi horizontal meningkat dari kiri ke kanan, dan dari atas ke bawah secara vertikal. Dalam konteks citra, hal ini menunjukkan tingkat perceptual, memiliki arti basis fungsi dengan frekuensi rendah memiliki nilai yang lebih besar bagi perubahan penampakan citra dibandingkan basis fungsi yang memiliki frekuensi tinggi. Nilai konstanta basis fungsi yang terletak dibagian kiri atas sering disebut sebagai basis fungsi DC (Direct Current), dan DCT koefisien yang bersesuaian dengannya yang disebut dengan koefisien DC (DC coefficient). Invers Discrete Cosine Transform (IDCT) dimensi 2-D IDCT dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut[11] 8

6 A = M 1 N 1 mn p q pq p= 0 q= 0 α α B ( 2 + 1) π ( 2 + 1) π m p n q 0 m M 1 cos cos, 2M 2N 0 n N 1 α p = 1 M, p = 0 2 M, 1 p M 1 α q = 1 N, q = 0 2 N, 1 q N 1.. (2.2) II Kuantisasi Kuantisasi dilakukan terhadap koefisien hasil DCT. Kuantisasi digunakan untuk menentukan jumlah bit yang digunakan untuk menyimpan informasi koefisien tersebut, kuantisasi menentukan kualitas hasil kompresi. Dalam proses kuantisasi, keofisien DCT dibagi dengan matriks kuantisasi. Setelah proses tersebut dilakukan pembulatan hasil kuantisasi, pada saat pembulatan ini terjadi error yang sebenarnya merupakan bagian lossy. Berikut merupakan rumus kuantisasi (, ) (, ) ˆ F u v F ( u, v) = round Q u v (2.3) F( u, v ) merupakan koefisien DCT, Q( u, v ) adalah matriks kuantisasi dan Fˆ ( u, v ) adalah kuantisasi koefisien DCT dengan matriks kuantisasi. Gambar berikut[12] menunjukkan matriks kuantisasi Q( u, v ) berdasarkan hasil pembelajaran psychophysical yang bertujuan untuk memaksimalkan rasio kompresi dengan meminimalkan perceptual losses pada gambar yang dikompresi. Gambar II.2 menunjukkan Q( u, v ), untuk kuantisasi pada komponen luminance dan komponen chrominance. 9

7 (a) (b) Gambar II.2 (a) Luminance Quantization (b) Chrominance Quantization. II Komponen DC (Direct Current) Komponen DC (Direct Current) merupakan elemen pada sudut kiri atas, sedangkan yang lainnya merupakan koefisien yang mengandung informasi frekuensi yang dikenal dengan komponen AC (Alternating Current)[13]. Komponen DC (Direct Current) sebanding dengan nilai rata-rata pixel dari blok asal[13]. Definisi diatas dapat dilihat pada Gambar II.3 [13] DC DC Komponen DC Komponen AC Gambar II.3 Definisi komponen DC/AC untuk blok DCT 8x8. 10

8 Pemilihan komponen DC (Direct Current) sebagai tempat untuk menyisipkan watermark, didasarkan pada 2 hal berikut[14]: 1. mata manusia sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada koefisien frekuensi rendah. 2. komponen-komponen frekuensi tinggi sangat tidak sesuai untuk menyisipkan watermark dikarenakan kuantisasi. Berdasarkan kriteria tersebut komponen DC (Direct Current) dipilih sebagai tempat melekatkan pada watermark dengan tujuan meningkatkan robustness dari watermark, hal ini dikarenakan perubahan pada komponen DC (Direct Current) akan terlihat perbedaannya. II.3.2 Komponen AC (Alternating Current) Komponen AC (Alternating Current) merupakan salah satu bagian dari blok suatu gambar yang mencerminkan prediksi koefisien frekuensi dari komponen DC (Direct Current) terhadap blok-blok disekitarnya. Komponen AC (Alternating Current) merupakan komponen dengan frekuensi tinggi dan menengah, sehingga perubahan yang terjadi pada komponen AC (Alternating Current) tidak akan terlihat oleh mata manusia, hal ini dikarenakan mata manusia kurang sensitif terhadap frekuensi tinggi[5]. Berikut akan dipaparkan beberapa makalah yang menggunakan komponen AC (Alternating Current) untuk menyisipkan watermark. Pada umumnya watermark disisipkan pada frekuensi tengah komponen AC (Alternating Current) dengan tujun agar watermark lebih robust terhadap gangguan noise (derau). II Embedding Robust Labels into Images for Copyright Protection Pada makalah ini dipaparkan metoda menyisipkan watermark ke dalam data berupa gambar dengan tujuan mengenali pemilik hak cipta dan pihak-pihak yang menjadi distributor resmi[23]. Watermark yang disisipkan tidak dapat dihilangkan, dideteksi keberadaannya oleh indera penglihatan manusia dan yang terpenting proses penyisipan watermark tidak memberikan efek yang besar pada kualitas gambar. 11

9 Proses penyisipan dilakukan pada gambar yang terdiri dari 3 komponen warna yaitu: Luminance (Y), 2 Chrominance ( I dan Q). Setiap pixel direpresentasikan dengan 3 dimensi (Y, I, Q) dimana setiap dimensi terdiri atas 8 bit. Setiap blok dibagi menjadi blok-blok. Kompresi JPEG memiliki 6 tahapan yaitu: normalisasi, transformasi DCT, kuantisasi, zig-zag scan, run-length encoding dan huffman coding. Karena metoda yang digunakan diterapkan setelah proses kuantisasi, maka 3 tahapan pertama yang akan digunakan untuk menyisipkan watermark. Pada proses normalisasi nilai komponen warna (pixel) dari suatu gambar berada pada rentang nilai tertentu, sebagai contoh antara -128 sampai dengan 127 untuk gambar dengan 24-bit. Sedangkan tahapan selanjutnya adalah transformasi DCT, pada transformasi DCT gambar dibagi menjadi blok berukuran 8 8 sehingga menghasilkan blok baru ( (, )) DCT sebagai berikut dengan (, ) = A( k) C i k ( i+ ) cos Y k l dengan kl, 0..7 berukuran 8 8. Persamaan 1 Y k l C i k C j l y i j (, ) = (, ) (, ) [, ] kπ 4 i j. (3.1) 1 A( k ) = untuk k = 0, A( k ) = 1 untuk k 0 2 Kemudian setiap elemen dari blok baru dikuantisasi dengan persamaan berikut [, ] [, ] [, ] Y k l = YQ k l round qkl Persamaan 3.2 memberikan gambaran kompresi JPEG dengan proses yang bersifat lossy. Pemilihan tabel kuantisasi ( [, ])... (3.2) qkl menentukan jumlah yang dimampatkan dan kualitas gambar yang tidak dimampatkan. Standar JPEG merekomendasikan tabel kuantisasi luminance dan chrominance seperti pada Gambar II.2. yang didapatkan dari pembelajaran terhadap kemampuan penglihatan manusia. Untuk menentukan kualitas pemampatan, digunakan faktor kualitas untuk membuat skala dari tabel kuantisasi. 12

10 Pada proses pembalikan pemampatan, setiap elemen Y (, ) ( qkl [, ]) untuk mendapatkan perkiraan nilai ( Y( k, l )) Q k l dikalikan dengan. Proses terakhir, blok gambar y( i, j ) dikembalikan ke bentuk asal dengan melakukan invers 2D-DCT(IDCT): 1 y i j C i k C j l Y k l (, ) = (, ) (, ) [, ] 4 k l... (3.3) Prinsip dasar proses penyisipan dengan JPEG memiliki nilai kuantisasi yang bervariasi pada area koefisien frekuensi tengah, sehingga perubahan yang terjadi pada data gambar tidak akan tampak. Frekuensi pada area frekuensi tengah digunakan untuk menyisipkan watermark agar data gambar tampak seperti asli. Watermark disisipkan dengan menggunakan tiga elemen hasil kuantisasi dari blok yang saling berkaitan. Keterkaitan diantara ketiganya tersusun atas 8 pola (kombinasi) yang dibagi menjadi 3 kelompok: dua diantaranya untuk menyisipkan '1' atau '0' (pola yang valid) dan yang lain untuk pola yang tidak valid. Kriteria untuk menentukan valid atau tidak berdasarkan parameter MD sebagai contoh: beda nilai maksimum antara dua elemen dari lokasi yang dipilih dibuat sedemikian sehingga memenuhi nilai yang diharapkan (valid). Gambar III.1 dan Tabel III.1 memperlihatkan kemungkinan posisi terbaik penyisipan watermark. Tabel II.2 memperlihatkan kelompok 1, 0 dan pola yang tidak valid. Gambar II.4 Lokasi-lokasi yang mungkin untuk menyisipkan watermark. 13

11 Tabel II.1 Kemungkinan posisi penyisipan watermark. Tabel II.2 1, 0 dan pola yang tidak valid(invalid pattern). 14

12 II Digital Watermarking: from Concept to Real-Time Video Applications Algoritma Koch-Zhao sebenarnya merupakan algoritma yang diterapkan pada media dijital dalam bentuk citra diam. Algoritma ini bekerja secara blok per-blok dengan ukuran 8 x 8 dalam domain Discrete Cosine Transform (DCT). Dengan melihat domain kerja algoritma ini, berarti algoritma Koch-Zhao ini memiliki kemiripan dengan metoda kompresi JPEG untuk citra diam. Hasil perbaikan algoritma Koch-Zhao ini diterapkan dalam video oleh[24] berdasarkan kemiripan setiap frame dari video seolah-olah merupakan sebuah citra diam. Penerapan algoritma watermarking ini pada stream video yang belum dilakukan kompresi. Setiap frame video dianggap sebagai sebuah citra diam. Komponen luminance dari frame/citra dibagi atas blok-blok dengan ukuran 8 x 8. Algoritma akan memilih sederetan blok-blok tergantung banyaknya bit informasi yang akan ditanamkan, kemudian dilakukan transformasi DCT pada setiap blok yang terpilih. Hasil transformasi berupa koefisien-koefisien DCT kemudian dilakukan kuantisasi untuk mengantisipasi kompresi terhadap stream video yakni MPEG-2 yang juga menerapkan prinsip yang hampir sama. Tahapan kuantisasi tersebut membagi koefisien DCT dengan sebuah bilangan bulat dalam sebuah matriks kuantisasi dibawah ini. Kemudian hasil kuantisasi dilakukan pengubahan beberapa koefisien untuk mengkodekan sebuah bit informasi. Kemudian dilakukan sebaliknya inverse DCT. 15

13 Tabel II.3 kuantisasi standard JPEG Dua komponen penting dalam algoritma ini adalah 1. posisi atau blok mana yang akan dilakukan watermark embedding. Pemilihan blok citra yang akan di-watermark dilakukan dengan sebuah kunci inisial untuk menghasilkan sederetan pseudo-random sehingga dapat ditentukan blok-blok mana yang dipilih; 2. pelaksanaan watermark itu sendiri. Pelaksanan watermark terhadap blok yang terpilih dengan mengubah sepasang koefisien DCT dari blok tersebut. Pemilihan koefisien dapat dilihat pada Gambar III.2 sesuai dengan tingkatannya yang dibagi atas beberapa sub-band. 16

14 Level 1 Level 2 Level 3 Public Gambar II.5 Pemilihan blok-blok untuk disisipkan watermark. Dengan adanya pembagian atas 4 sub-band tersebut maka algoritma ini dapat menanamkan paling banyak 4 buah watermark yang berbeda tanpa mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembagian ini menyediakan satu sub-band sebagai public watermark sisanya merupakan secret watermark. Seperti yang dikatakan sebelumnya, setiap blok yang terpilih akan dikodekan sebuah bit watermark ke dalamnya, dengan algoritma sebagai berikut. 1. nilai-nilai pixel dalam sebuah blok ditransformasi dengan DCT 2. mekanisme pendeteksian tepian (edge) diterapkan untuk menghindari distorsi pada host data yang di-watermark 3. sepasang koefisien DCT (a,b) dipilih berdasarkan sub-band yang diinginkan 4. koefisien yang terpilih dilakukan kuantisasi 5. menggunakan koefisien tersebut untuk menentukan daerah-daerah yang cocok untuk penanaman watermark. 6. tergantung pada nilai bit yang akan ditanamkan, bila ingin meng-encode bit 1 maka a b + d, sebaliknya encoding bit 0 maka a + d b. Dimana d merupakan tingkat noise atau noise margin yang dapat diatur-atur untuk menghindari efek degradasi kualitas pada sinyal aslinya dan juga meningkatkan robustness 7. koefisien yang telah diganti dikalikan dengan nilai kuantisasi sebelumnya, kemudian blok tersebut dilakuan inverse DCT. Demikian seterusnya sampai seluruh blok yang terpilih dilakukan hal yang serupa dari

15 Perbedaan algoritma Koch-Zhao terutama terletak pada 2 dan 5 dalam menentukan apakah blok tersebut layak digunakan untuk watermark ataupun jika layak, maka berapa noise margin yang perlu untuk menghindari degradasi yang sangat kelihatan. Implementasi watermarking pada video dibagi menjadi 4 bagian perancangan yaitu: penyisipan watermark ke dalam frame-frame video, pembangkitan watermark yang diubah kedalam bentuk biner dengan algoritma Block Truncation Coding (BTC), pengungkapan watermark. Untuk file video yang digunakan merupakan video berformat.avi tanpa pemampatan. II.3.3 Pembangkitan Watermark Pembangkitan watermark merupakan proses dimana watermark yang akan disisipkan diubah ke dalam bentuk biner dengan menggunakan algoritma Block Truncation Coding (BTC). BTC sebenarnya merupakan salah satu teknik kompresi pada gambar grayscale dengan prinsip lossy[15]. Dalam pembangkitan watermark biner, gambar yang digunakan sebagai watermark dibagi menjadi blok-blok, di mana setiap blok terdiri dari m pixel dan setiap bloknya diproses secara terpisah[16]. Mean( μ ) dan standar deviasi( σ ) dihitung untuk setiap bloknya. Blok asal dikodekan kedalam bit( B ), dimana pixel dengan nilai lebih kecil dari mean diberi nilai '0' sedangkan pixel dengan nilai lebih besar diberi nilai '1' [16]. Blok-blok di-dekompresi berdasarkan 3 parameter μ, σ,b. Bit '0' dari B diberi nilai a dan bit '1' diberi nilai b, nilai a dan b ditentukan dengan persamaan berikut[16]: a = μ σ. b = μ + σ. q m q m q q. (2.4). (2.5) 18

16 q merupakan jumlah bit 1 pada B. Sebagai contoh penerapan BTC dapat dilihat pada Gambar II.4 berikut[16] μ = 7.94 σ = 4.91 (a) q = 9 (b) a = 2.3 b = 12.3 (c) Gambar II.6 Contoh penerapan BTC ( μσ,,b) (a) asli (b) Bidang bit( B )(Rekonstruksi. II.3.4 Pengurutan Zig-Zag Pada proses watermarking yaitu penyisipan dan pengungkapan memerlukan pengurutan zig-zag sebagaimana yang dipergunakan dalam algoritma kompresi JPEG[12]. Pengurutan secara zig-zag bertujuan untuk membuat sebuah vektor yang menyatakan urutan koefisien DCT mulai dari koefisien DCT dengan frekuensi rendah sampai dengan koefisien DCT dengan frekuensi tinggi. Pengurutan zig-zag yang digunakan dapat dilihat pada Gambar II.5. Indeks pengurutan berjalan mulai dari koefisien paling kiri atas dan bergerak sesuai dengan arah anak panah pada Gambar II.5, sampai kemudian berakhir pada bagian paling kanan bawah dari matriks koefisien DCT. 19

17 Gambar II.7 Pengurutan secara zig-zag. II.3.5 Pengungkapan Watermark Pada proses pengungkapan watermark, hasil yang diperoleh tidak selalu sama dengan watermark yang disisipkan. Ketidaksamaan antara watermark yang diungkap dengan watermark yang disisipkan dipengaruhi oleh sederetan frame-frame dari video yang diberi watermark. Di mana nilai komponen warna pada frame berubah seiring dengan dilakukannya berbagai macam proses seperti: pengubahan komponen warna dari RGB ke komponen luminansi (YCbCr) serta pemampatan. Untuk mengatasi hal tersebut dan meningkatkan robustness dari watermark, maka digunakanlah perbaikan kesalahan (error correction), dalam tesis ini deteksi kesalahan diberlakukan atau digunakan hanya pada saat total bit yang tidak sama kurang dari 50% dari total bit keseluruhan. 20

BAB III IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA VIDEO

BAB III IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA VIDEO BAB III IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA VIDEO Pada Tesis ini implementasi watermarking pada video mengujicobakan prosedur penyisipan watermark yang berbeda yaitu watermark disisipkan pada komponen DC dalam

Lebih terperinci

TEKNIK VIDEO DIGITAL WATERMARKING SEBAGAI PROTEKSI HAK CIPTA PADA DISTRIBUSI KONTEN MULTIMEDIA TESIS

TEKNIK VIDEO DIGITAL WATERMARKING SEBAGAI PROTEKSI HAK CIPTA PADA DISTRIBUSI KONTEN MULTIMEDIA TESIS TEKNIK VIDEO DIGITAL WATERMARKING SEBAGAI PROTEKSI HAK CIPTA PADA DISTRIBUSI KONTEN MULTIMEDIA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia digital, terutama dengan berkembangnya internet, menyebabkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Perancangan aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan prototyping model. Metode ini memiliki 3 tahapan seperti yang sudah ditulis di dalam Bab 2, yaitu pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi terutama pada dunia digital pada saat ini memungkinkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa batas ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi internet dalam beberapa tahun terakhir ini, telah membawa perubahan besar bagi distribusi media digital. Media digital yang dapat berupa

Lebih terperinci

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL Jurnal Informatika Polinema ISSN: 407-070X PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL Reza Agustina, Rosa Andrie Asmara Teknik Informatika, Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH Fahmi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pertama dari laporan Tugas Akhir yang berisi pendahuluan. Bab pendahuluan diuraikan menjadi sub bab latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra (image) adalah kombinasi antara titik, garis, bidang, dan warna untuk menciptakan suatu imitasi dari suatu obyek, biasanya obyek fisik atau manusia. Citra dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meluasnya jaringan multimedia, maka proses pengiriman dan pengaksesan citra digital juga semakin mudah. Kemudahan

Lebih terperinci

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah DIGITAL IMAGE CODING Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah KOMPRESI LOSSLESS Teknik kompresi lossless adalah teknik kompresi yang tidak menyebabkan kehilangan data. Biasanya digunakan jika

Lebih terperinci

TUGAS SEKURITI KOMPUTER

TUGAS SEKURITI KOMPUTER TUGAS SEKURITI KOMPUTER DIGITAL WATERMARK Disusun Oleh : Nama : Fauzan Bekti Nugroho NIM : 3085113013 Dosen : IKRIMACH, S.Kom PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Pada bab empat laporan Tugas Akhir ini akan diuraikan mengenai analisis dan perancangan perangkat lunak untuk watermarking pada citra digital yang berformat

Lebih terperinci

Penyembunyian Pesan Rahasia Dalam Gambar dengan Metoda JPEG - JSTEG Hendry Hermawan / ABSTRAK

Penyembunyian Pesan Rahasia Dalam Gambar dengan Metoda JPEG - JSTEG Hendry Hermawan / ABSTRAK Penyembunyian Pesan Rahasia Dalam Gambar dengan Metoda JPEG - JSTEG Hendry Hermawan / 0622097 Email : e3n_17@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jalan Prof. drg. Suria Sumantri, MPH 65,

Lebih terperinci

OPTIMASI AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN TEKNIK SINGULAR VALUE DECOMPOSITON MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN TEKNIK SINGULAR VALUE DECOMPOSITON MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN TEKNIK SINGULAR VALUE DECOMPOSITON MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Beatrix Sitompul 1), Fadliana Raekania 2) ), Gelar Budiman 3) 1),2),3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi digital serta internet yang cukup pesat telah memberi kemudahan dalam mengakses dan mendistribusikan berbagai informasi dalam format digital,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer digital dan perangkat perangkat lainnya yang serba digital, ada beberapa faktor yang membuat data digital seperti audio, citra, dan video

Lebih terperinci

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p = tulisan. Secara umum, steganografi dapat diartikan sebagai salah satu cara menyembunyikan suatu pesan rahasia (message hiding) dalam data atau pesan lain yang tampak tidak mengandung apa-apa sehingga keberadaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

Watermarking Citra Digital Berwarna Dalam Domain Discrete Cosine Transform (DCT) Menggunakan Teknik Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

Watermarking Citra Digital Berwarna Dalam Domain Discrete Cosine Transform (DCT) Menggunakan Teknik Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) Watermarking Citra Digital Berwarna Dalam Domain Discrete Cosine Transform (DCT) Menggunakan Teknik Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) Sesto Sumurung (0722077) Email: sesto.sianturi@gmail.com Jurusan

Lebih terperinci

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT Tulus Sepdianto 1206100002 PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan internet secara global Distribusi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB II. DASAR TEORI 2.1 CITRA DIGITAL

BAB II. DASAR TEORI 2.1 CITRA DIGITAL BAB II. DASAR TEORI Bab dasar teori ini menguraikan mengenai beberapa pengetahuan dan hal mendasar yang melatarbelakangi watermarking pada citra digital. Dasar teori ini dibagi menjadi empat bagian utama,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis, BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT )

TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT ) TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT ) Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 MODUL V KOMPRESI CITRA DAN VIDEO Tiga tipe dari informasi yang berlebihan (redundancy) yang dapat dihilangkan atau direduksi : Spasial : Di dalam frame yang sama Sering kali menggunakan metode yang sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang perlunya penyisipan watermark di dalam citra digital, perumusan masalah secara sistematis, serta metodologi yang digunakan untuk memecahkan masalah yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra adalah suatu representasi, kemiripan atau imitasi dari suatu objek atau benda, misal: foto seseorang mewakili entitas dirinya sendiri di depan kamera. Sedangkan

Lebih terperinci

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE Muhamad Sofwan & Dadang Gunawan Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia ABSTRAK Teknik watermarking dibagi menjadi dua, yaitu

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking

Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking Shofi Nur Fathiya - 13508084 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar yang berada pada bidang dua dimensi. Agar dapat diproses lebih lanjut, sebuah citra disimpan di dalam bentuk digital. Ukuran citra digital

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra merupakan representasi (gambaran) dari sebuah objek nyata yang dihasilkan oleh alat digital. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Terdapat dua metode dalam menampilkan atau melakukan scan pada video digital, yaitu progressive dan interlace [MED05].

BAB II DASAR TEORI. Terdapat dua metode dalam menampilkan atau melakukan scan pada video digital, yaitu progressive dan interlace [MED05]. BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini diuraikan dasar-dasar teori yang mendukung pelaksanaan Tugas Akhir, yaitu mengenai video, pengukuran kualitas antar video, steganografi, serta pembangkitan bilangan acak.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEKNIK PENYEMBUNYIAN DATA DALAM DOMAIN SPASIAL DAN DOMAIN FREKUENSI PADA IMAGE WATERMARKING

PERBANDINGAN TEKNIK PENYEMBUNYIAN DATA DALAM DOMAIN SPASIAL DAN DOMAIN FREKUENSI PADA IMAGE WATERMARKING PERBANDINGAN TEKNIK PENYEMBUNYIAN DATA DALAM DOMAIN SPASIAL DAN DOMAIN FREKUENSI PADA IMAGE WATERMARKING Bayu Adi Persada NIM : 13505043 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

Digital Watermarking

Digital Watermarking Digital Watermarking Data dan informasi disajikan dalam bentuk format : digital, teks, citra, audio, maupun video. Produk digital lainnya, mempunyai beberapa karakteristik, antara lain: Penggandaan (Copy)

Lebih terperinci

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT.

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT. Kompresi Citra dan Video Muhtadin, ST. MT. Outline Motivasi Redundancy & Irrelevancy Spatial Processing JPEG Temporal Processing Frame differencing Motion Estimation dan Motion Compensation Prediction

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA. Pertemuan 12 Mata Pengolahan Citra

KOMPRESI CITRA. Pertemuan 12 Mata Pengolahan Citra KOMPRESI CITRA Pertemuan 12 Mata Pengolahan Citra PEMAMPATAN CITRA Semakin besar ukuran citra semakin besar memori yang dibutuhkan. Namun kebanyakan citra mengandung duplikasi data, yaitu : Suatu piksel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengguna komputer semakin meningkat. Peningkatan jumlah pengguna komputer mengakibatkan penggunaan data digital juga semakin meningkat. Salah satu media

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI NON BLIND WATERMARKING DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM

STUDI DAN IMPLEMENTASI NON BLIND WATERMARKING DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM STUDI DAN IMPLEMENTASI NON BLIND WATERMARKING DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM Bayu Adi Persada NIM : 13505043 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Kompresi Video Menggunakan Discrete Cosine Transform

Kompresi Video Menggunakan Discrete Cosine Transform Kompresi Video Menggunakan Discrete Cosine Transform Hananto Edy Wibowo 1, Indra Sakti Wijayanto 2, Nugroho Herucahyono 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut

Lebih terperinci

* Kriptografi, Week 13

* Kriptografi, Week 13 * Kriptografi, Week 13 Sejarah Watermarking Watermarking sudah ada sejak 700 tahun yang lalu. Pada akhir abad 13, pabrik kertas di Fabriano, Italia, membuat kertas yang diberi watermark atau tanda-air

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. perancangan dan pembuatan akan dibahas dalam bab 3 ini, sedangkan tahap

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. perancangan dan pembuatan akan dibahas dalam bab 3 ini, sedangkan tahap BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini menggunakan beberapa tahapan yaitu analisis, perancangan, pengkodean/pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori ilmiah untuk mendukung penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, kompresi citra, algoritma dan jenisnya,

Lebih terperinci

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam.

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam. BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi penjelasan mengenai seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Dasar dasar teori yang akan dijelaskan adalah penjelasan mengenai citra, penjelasan

Lebih terperinci

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015 STEGANOGRAPHY 1211501075 - CHRISTIAN YONATHAN S. 1211503394 ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015 FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JULI 2015 ~ 1 ~ 1.1 Definisi Steganografi Steganografi adalah

Lebih terperinci

Pemampatan Citra. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Pemampatan Citra. Esther Wibowo Erick Kurniawan Pemampatan Citra Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Mengapa? MEMORI Citra memerlukan memori besar. Mis. Citra 512x512 pixel 256 warna perlu 32 KB (1 pixel =

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab analisa dan perancangan ini akan mengulas tentang tahap yang digunakan dalam penelitian pembuatan aplikasi implementasi kompresi gambar menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III. ANALISIS MASALAH

BAB III. ANALISIS MASALAH BAB III. ANALISIS MASALAH Pada bab tiga laporan Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai analisis pemecahan masalah untuk pengubahan logo biner menjadi deretan bilangan real dan proses watermarking pada citra.

Lebih terperinci

Analisis dan Implementasi Watermark untuk Copyright Image Labelling

Analisis dan Implementasi Watermark untuk Copyright Image Labelling Analisis dan Implementasi Watermark untuk Copyright Image Labelling Abstrak Muhammad Luthfi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

2

2 SISTEM WATERMARKING UNTUK DETEKSI DAN RECOVERY CITRA MEDIS TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) DAN ABSOLUTE MOMENT BLOCK TRUNCATION CODING (AMBTC) Nida Mujahidah Azzahra 1, Adiwijaya

Lebih terperinci

Stenografi dan Watermarking. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Stenografi dan Watermarking. Esther Wibowo Erick Kurniawan Stenografi dan Watermarking Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Stenografi Teknik menyembunyikan data rahasia di dalam media digital. Memerlukan : Wadah penampung

Lebih terperinci

Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi. Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi. Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB PengenalanWatermarking Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Fakta Jutaan gambar/citra digital bertebaran di internet

Lebih terperinci

METODE BLIND IMAGE-WATERMARKING BERBASIS CHAOS DALAM RANAH DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT)

METODE BLIND IMAGE-WATERMARKING BERBASIS CHAOS DALAM RANAH DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) METODE BLIND IMAGE-WATERMARKING BERBASIS CHAOS DALAM RANAH DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) Rinaldi Munir 1, Bambang Riyanto 2, Sarwono Sutikno 3, Wiseto P. Agung 4 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika,

Lebih terperinci

Image Watermarking untuk Citra Berwarna dengan Metode Berbasis Korelasi dalam Ranah DCT

Image Watermarking untuk Citra Berwarna dengan Metode Berbasis Korelasi dalam Ranah DCT Image Watermarking untuk Citra Berwarna dengan Metode Berbasis Korelasi dalam Ranah DCT Rinaldi Munir Program Studi Teknik Informatika ITB Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Jl. Ganesha Bandung

Lebih terperinci

DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM

DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM Prosiding Seminar Informatika Aplikatif Polinema 2015 (SIAP~2015) ISSN: 2460-1160 DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM Mohamad Sulthon Fitriansyah 1, Cahya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Beberapa teori tentang citra digital dipaparkan sebagai berikut. 2.1.1 Definisi citra digital Menurut Sachs (1999, hal:1), citra digital merupakan suatu gambar yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu dan semakin meluasnya jaringan multimedia, maka proses pengiriman dan pengaksesan dari media digital (seperti citra digital, video digital,

Lebih terperinci

Perbandingan Penggunaan Mean Lokal, Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien DCT dalam Perancangan Image Hashing

Perbandingan Penggunaan Mean Lokal, Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien DCT dalam Perancangan Image Hashing Perbandingan Penggunaan Mean Lokal, Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien DCT dalam Perancangan Image Hashing Kuntadi Widiyoko 1, Iwan Setyawan 2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Perlindungan Hak Cipta Gambar dengan Watermarking berbasis MVQ

Perlindungan Hak Cipta Gambar dengan Watermarking berbasis MVQ Perlindungan Hak Cipta Gambar dengan ing berbasis MVQ Gressia Melissa NIM : 13506017 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha no.10 Bandung E-mail : if16017@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Pendahuluan Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

Lebih terperinci

Penerapan Pohon Biner Huffman Pada Kompresi Citra

Penerapan Pohon Biner Huffman Pada Kompresi Citra Penerapan Pohon Biner Huffman Pada Kompresi Citra Alvin Andhika Zulen (3507037) Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No 0 Bandung,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kompresi File Pada dasarnya semua data itu merupakan rangkaian bit 0 dan 1. Yang membedakan antara suatu data tertentu dengan data yang lain adalah ukuran dari rangkaian bit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan internet yang semakin canggih sangat membawa kemajuan yang semakin berarti dalam berbagai aspek terutama bagi negara yang berkembang. Perkembangan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM Ahmad Adil Faruqi 1, Imam Fahrur Rozi 2 1,2 Teknik Informatika, Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang 1 ahmadadilf@gmail.com,

Lebih terperinci

Digital Audio Watermarking dengan Fast Fourier Transform

Digital Audio Watermarking dengan Fast Fourier Transform Digital Audio Watermarking dengan Fast Fourier Transform Otniel 13508108 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS WATERMARKING DALAM CHANNEL GREEN DENGAN CHANNEL BLUE UNTUK CITRA RGB PADA DOMAIN FREKUENSI ABSTRAK

PERBANDINGAN KUALITAS WATERMARKING DALAM CHANNEL GREEN DENGAN CHANNEL BLUE UNTUK CITRA RGB PADA DOMAIN FREKUENSI ABSTRAK PERBANDINGAN KUALITAS WATERMARKING DALAM CHANNEL GREEN DENGAN CHANNEL BLUE UNTUK CITRA RGB PADA DOMAIN FREKUENSI Lucky David Tando ( 0522025 ) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jln. Prof. Drg. Suria

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIJITAL DENGAN PENDEKATAN DISCRETE COSINE TRANSFORM

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIJITAL DENGAN PENDEKATAN DISCRETE COSINE TRANSFORM STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIJITAL DENGAN PENDEKATAN DISCRETE COSINE TRANSFORM SKRIPSI Oleh Lie Albert Januar Linarco 0900791995 PROGRAM GANDA MATEMATIKA DAN TEKNIK INFORMATIKA BINUS UNIVERSITY

Lebih terperinci

ANALISIS DIGITAL AUDIO WATERMARKING BERBASIS LIFTING WAVELET TRANSFORM PADA DOMAIN FREKUENSI DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM

ANALISIS DIGITAL AUDIO WATERMARKING BERBASIS LIFTING WAVELET TRANSFORM PADA DOMAIN FREKUENSI DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM ANALISIS DIGITAL AUDIO WATERMARKING BERBASIS LIFTING WAVELET TRANSFORM PADA DOMAIN FREKUENSI DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM Agung Satrio Wibowo 1), Agung Suryahadiningrat Kusumanegara 2) Gelar Budiman 3)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

APLIKASI PENYEMBUNYIAN PESAN PADA CITRA JPEG DENGAN ALGORITMA F5 DALAM PERANGKAT MOBILE BERBASIS ANDROID

APLIKASI PENYEMBUNYIAN PESAN PADA CITRA JPEG DENGAN ALGORITMA F5 DALAM PERANGKAT MOBILE BERBASIS ANDROID APLIKASI PENYEMBUNYIAN PESAN PADA CITRA JPEG DENGAN ALGORITMA F5 DALAM PERANGKAT MOBILE BERBASIS ANDROID Derwin Suhartono 1, Afan Galih Salman, Rojali 3, Christian Octavianus 4 1,,3,4 Computer Science

Lebih terperinci

VIDEO MPEG-1. JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 49-56, ISSN

VIDEO MPEG-1. JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 49-56, ISSN JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 49-56, ISSN 1412-0372 VIDEO MPEG-1 Henry Candra Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract MPEG-1 is one of the standards to encode

Lebih terperinci

Studi analisis dan perbandingan teknik steganografi citra pada domain spasial, domain frekuensi, dan domain kompresi

Studi analisis dan perbandingan teknik steganografi citra pada domain spasial, domain frekuensi, dan domain kompresi Studi analisis dan perbandingan teknik steganografi citra pada domain spasial, domain frekuensi, dan domain kompresi Fadhil Muhtadin - 13517 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

Oleh : Page 1

Oleh : Page 1 MODUL II PRINSIP TEKNIK KOMPRESI 2.1. Mengapa Kompresi Motivasi kompresi sinyal : Dunia digital mengalami pertumbuhan yang sangat cepat : Sinyal diperoleh secara digital Sinyal analog dikonversi ke digital

Lebih terperinci

PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT

PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT TUGAS AKHIR PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT Oleh : Hendra Dani Dewaji 1205 100 068 Pembimbing:

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA ADAPTIVE WATERMARKING PADA PELABELAN IDENTITAS FILE CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI ALGORITMA ADAPTIVE WATERMARKING PADA PELABELAN IDENTITAS FILE CITRA DIGITAL IMPLEMENTASI ALGORITMA ADAPTIVE WATERMARKING PADA PELABELAN IDENTITAS FILE CITRA DIGITAL Darwis Robinson Manalu Fakultas Ilmu Komputer Universitas Methodist Indonesia manaludarwis@gmail.com Abstract Watermarking

Lebih terperinci

Implementasi Boosted Steganography Scheme dengan Praproses Citra Menggunakan Histogram Equalization

Implementasi Boosted Steganography Scheme dengan Praproses Citra Menggunakan Histogram Equalization JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Implementasi Boosted Steganography Scheme dengan Praproses Citra Menggunakan Histogram Equalization Fitra Arifiansyah, Nanik Suciati, Arya Yudhi Wijaya

Lebih terperinci

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital Latifatul Machbubah, Drs. Soetrisno, MI.Komp Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Steganografi Berbasis JPEG dengan Tabel Kuantisasi yang Dimodifikasi Kris Reinhard /

Aplikasi Metode Steganografi Berbasis JPEG dengan Tabel Kuantisasi yang Dimodifikasi Kris Reinhard / Aplikasi Metode Steganografi Berbasis JPEG dengan Tabel Kuantisasi yang Dimodifikasi Kris Reinhard / 0522094 Email : kris_putih05@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jalan Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

Blind Watermarking Citra Digital Pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform) Irfan Hilmy Asshidiqi ( )

Blind Watermarking Citra Digital Pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform) Irfan Hilmy Asshidiqi ( ) Blind Watermarking Citra Digital Pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform) Irfan Hilmy Asshidiqi (0822048) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Di bab ini akan dibahas teori-teori dasar dan langkah-langkah yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, seperti langkah untuk melakukan penyisipan dan langkah untuk melakukan pengekstraksian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Digital Watermarking. Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi. Oleh: Rinaldi Munir

Digital Watermarking. Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi. Oleh: Rinaldi Munir Digital Watermarking Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi Oleh: Rinaldi Munir 1 Pengantar 2 Citra (image) atau Gambar Sebuah gambar bermakna lebih dari seribu kata (A picture is more than a thousand words)

Lebih terperinci

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Evan 13506089 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16089@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

STMIK MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2011/2012

STMIK MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2011/2012 STMIK MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2011/2012 RANCANG BANGUN APLIKASI WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) Muhammad

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DFT 2 DIMENSI

IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DFT 2 DIMENSI IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DFT 2 DIMENSI Hidayatulloh, Rosa Andrie Asmara Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Malang hidayatulloh.malang@gmail,

Lebih terperinci

Tabel 6 Skenario pengujian 4

Tabel 6 Skenario pengujian 4 7 Tabel 6 Skenario pengujian 4 Cover Rhinos.avi & Vipmen.avi bit 1-8 bit Berkas pesan karakter Test.txt 197 Daftar.txt 15.384 TestCase.txt 33.792 5 Pengujian kualitas stegovideo secara objektif menggunakan

Lebih terperinci

BAB II. Decoder H.264/AVC

BAB II. Decoder H.264/AVC BAB II Decoder H.64/AVC Pada bab ini akan dibahas tentang teori dasar dari sistem H.64, modul dan algoritma dari Inverse Block Transform, Deblocking Filter dan Motion Compensator. II. Sistem H.64 H.64

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Analog

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Analog BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Analog Citra analog adalah citra yang terdiri dari sinyal sinyal frekuensi elektromagnetis yang belum dibedakan sehingga pada umumnya tidak dapat ditentukan ukurannya. Analog

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan citra yang berbentuk array dua dimensi yang terdiri dari blok-blok kecil yang disebut dengan pixel. Pixel merupakan elemen pembentuk warna

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA. lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat,

KOMPRESI CITRA. lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat, KOMPRESI CITRA Dalam kesempatan ini saya mencoba untuk menjelaskan apa itu kompresi citra dan bagaimana cara-cara format citra dengan menggunakan BMP, PNG, JPEG, GIF, dan TIFF. Kompresi citra itu adalah

Lebih terperinci

Watermark pada Game I. PENDAHULUAN II. TEKNIK WATERMARKING PADA CITRA

Watermark pada Game I. PENDAHULUAN II. TEKNIK WATERMARKING PADA CITRA Watermark pada Game Ahmad Fauzan/13510004 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13510004@std.stei.itb.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS Efriawan Safa (12110754) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja No. 338 Simpang Limun www.inti-budidarma.com

Lebih terperinci

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) BERBASIS ALGORITMA GENETIKA

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) BERBASIS ALGORITMA GENETIKA BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) BERBASIS ALGORITMA GENETIKA Disusun oleh : Nama : Aryanto M Nrp : 0722066 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Teknik Kompresi Citra Menggunakan Metode Huffman

Teknik Kompresi Citra Menggunakan Metode Huffman SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 26 A-5 Teknik Kompresi Citra Menggunakan Metode Huffman Tri Rahmah Silviani, Ayu Arfiana Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Email:

Lebih terperinci