AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari dua makna. Sebagian besar orang salah mengartikan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ISSN : KETAKSAAN MAKNA DALAM KAJIAN LOGIKA (Dra. Restiasih, M.Pd.) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketaksaan muncul bila kita sebagai pendengar atau pembaca sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

AMBIGUITAS DALAM PSIKOLINGUISTIK

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB II KAJIAN TEORI. Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide atau gagasan pada orang lain, baik secara lisan maupun

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

Memahami Lafal Baku/Tidak Baku

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sekian banyak majalah remaja ternama di Indonesia, ada sebuah majalah yang

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA RUBRIK INDIKATOR HARIAN REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2009

LARAS dan RAGAM BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan, kita sebenarnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

Transkripsi:

AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA Trismanto 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jl. Seteran Dalam 9 Semarang, Jawa Tengah 50134 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id ABSTRAK Komunikasi merupakan kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Setiap orang tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Media yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa. Penggunaan bahasa sebagai sarana interaksi sosial ditentukan oleh faktor-faktor linguistik maupun nonlinguistik. Berkomunikasi berarti menyampaikan isi pikiran, ggasan, perasaan, dan kemauan kita kepada orang lain dengan menggunakan bahasa. Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva); sifat atau hal yang berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; ketidaktentuan; ketidakjelasan; kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat. Kata Kunci: Ambiguitas, komunikasi, linguistik, lisan, tulisan. PENDAHULUAN Komunikasi merupakan kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Setiap orang tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Media yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa. Dalam penggunaannya, bahasa dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tertulis. Kedua ragam bahasa itu digunakan dalam komunikasi seharihari. Menurut Abdul Chaer (2010:7) Penggunaan bahasa sebagai sarana interaksi sosial ditentukan oleh faktor - faktor linguistik maupun non linguistik. Faktor - faktor linguistik antara lain kata - kata, frase - frase, dan kalimat - kalimat yang tentu saja tidak cukup untuk melancarkan komunikasi. Dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis, faktor non linguistik juga sangat menentukan. Faktor pendidikan, tingkat sosial, jenis kelamin turut menentukan penggunaan bahasa. Setiap orang yang berkomunikasi ingin agar semua yang disampaikan dapat dipahami secara penuh oleh pendengar atau pembacanya. Dalam berkomunikasi lisan, terkadang apa yang diucapkan seseorang tidak persis sama dengan apa yang diartikan si pendengar. Bahkan sering terjadi pengertian si pendengar menyimpang jauh dari maksud si pembicara. Berkomunikasi berarti menyampaikan isi pikiran, gagasan, perasaan, dan kemauan kita kepada orang lain dengan menggunakan bahasa. Simbol - simbol yang kita pakai sering tidak cukup jelas bagi si pendengar sehingga apa yang kita inginkan tidak diketahui, tidak dilakukan oleh si pendengar. Terkadang kita memerlukan simbol - simbol yang lebih banyak untuk memahami pembicaraan orang lain. Banyak hal atau kendala yang menyebabkan apa yang kita sampaikan tidak atau kurang dipahami 100% oleh si pendengar. Bahkan mungkin saja si pendengar Bangun Rekaprima Vol.04/1/April/2018 40

sama sekali tidak paham apa yang kita katakan. Kendala - kendala itu ada yang bersifat intern dan ada pula yang bersifat ekstern. Yang bersifat interen adalah sesuatu yang terdapat dalam bahasa itu sendiri dan yang ekstern adalah sesuatu yang berada di luar bahasa itu sendiri. Yang bersifat intern misalnya penggunaan kata (simbol) atau struktur kalimat, sedangkan yang ekstern mungkin karena kondisi maupun situasi di sekitar komunikasi itu terjadi.semua itu menjadi kendala bagi pemahaman informasi. Salah satu kendala yang menyebabkan komunikasi tidak tercapai atau tidak dipahami oleh lawan bicara kita adalah ambiguitas (ketaksaan). AMBIGUITAS (KETAKSAAN) Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva); 1 sifat atau hal yang berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2 ketidaktentuan; ketidakjelasan; 3 kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; 4 kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: hlm.27). Ambiguitas berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut ketaksaan (Alwi, 2002:36). Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Ambiguitas dalam komunikasi dapat terjadi baik menggunakan bahasa lisan maupun tertulis.keambiguan (ketaksaan) adalah kegandaan arti kalimat yang diucapkan si pembicara sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami si pendengar. Ambiguitas muncul bila kita sebagai pendengar atau pembaca sulit menangkap penertian yang kita baca atau yang kita dengar. Bahasa lisan sering menimbulkan ambiguitas dikarenakan apa yang kita dengar belum tentu tepat benar dengan yang dimaksud oleh si pembicara atausi penulis. Ada beberapa sebab ambiguitas terjadi. Kegandaan arti dapat disebabkan oleh ucapanucapan yang tidak tepat intonasinya ataupun jedanya. Dapat juga karena penggunaan kata yang bersifat polisemi ataupun karena struktur kalimatnya. Ambiguitas dapat timbul dalam berbagai variasi tulisan atau tuturan. Kempson (1977: 38) menyebutkan tiga bentuk utama ambiguitas (ketaksaan), yaitu yang berhubungan dengan fonetik, gramatikal, dan leksikal. Ambiguitas Fonetik Ambiguitas pada tataran fonetik muncul akibat berbaurnya bunyi - bunyi bahasa yang dilafalkan. Kata - kata yang membentuk kalimat jika dilafalkan terlalu cepat dapat mengakibatkan keraguan maknanya. Misalnya kata beruang yang berarti mempunyai uang atau nama binatang ; mengukur yang berarti mengukur panjang atau memarut kelapa. Ambiguitas fonetik terjadi pada waktu pembicara melafalkan ujarannya. Oleh karena itu, untuk menghindari munculnya ambiguitas, si pendengar bisa memohon kepada Bangun Rekaprima Vol.04/1/April/2018 41

pembicara untuk mengulangi apa yang diujarkannya. Ambiguitas Gramatikal Ambiguitas gramatikal muncul pada tataran morfologi dan sintaksis. Pada tataran ini, ambiguitas dapat dilihat dari dua alternatif. Alternatif pertama adalah ambiguitas yang disebabkan oleh peristiwa pembentukan kata secara gramatikal. Pada tataran morfologi (profes morfemis) yang mengakibatkan perubahan makna. Misalnya pada kata pemukul dapat bermakna ganda orang yang memukul atau alat untuk memukul. Demikian pulakata penidur bisa bermakna obat yang menyebabkan tidur atau sifat. Alternatif kedua adalah ambiguitas pada frase yang mirip. Setiap kata yang membentuk frase sebenarnya jelas tetapi kombinasinya mengakibatkan maknanya dapat diartikan lebih dari satu pengertian. Dalam bahasa Indonesia, frase orang tua dan lampu hijau dapat bermakna ganda orang yang tua atau ibu bapak.sedangkan pada frase lampu hijau bisa diartikan diijinkan / disetujui atau lampu yang berwarna hijau. Demikian pula pada kalimat Rudi anak Arman sakit keras dapat menimbulkan ambiguitas sehingga dapat memiliki makna alternatif: 1. Rudi, anak Arman, sakit (Rudi yang sakit) 2. Rudi, anak, Arman, sakit (tiga orang yang sakit). Kita melihat bahwa sifat bahasa Indonesia memungkinkan terjadinya keambiguan. Lihatlah dalam afiksasi, seperti prefiks ter-, se-, serta sufiks -an, dan -kan. Dengan demikian kita sebagai pemakai bahasa haruslah berhat-hati dan cermat memakai dan memilih kata - kata supaya keambiguitasan tidak terdapat dalam kalimat yang kita ucapkan atau tuliskan. Dalam kalimat : 1. Kopi itu terminum oleh saya. 2. Tas itu terbawa oleh saya. Pada kalimat (1) dan (2) dapat berarti dapat diminum dan dapat dibawa atau mungkin berarti tak sengaja diminum atau tak sengaja dibawa. Begitu juga kata - kata seperti termakan, terangkat, tertulis, tergambar, dan lain-lain dapat menghasilkan ambiguitas. Prefiks ber - mempunyai arti menghasilkan, mempunyai, mengucapkan, dan melakukan. Oleh karena itu kata - kata beranak, beribu, berayah, berbapak kalau dipakai dalam kalimat mungkin akan menimbulkan ambiguitas. 1. Mereka berdua beradik, berkakak. 2. Orang itu beranak. 3. Dia tidak berbapak lagi tetapi berabang. Beradik, berkakak dapat berarti kedua bersaudara tetapi dapat juga berarti mereka mempunyai adik dan mempunyai kakak. Beranak dapat berarti mempunyai anak atau melahirkan. Sedang berbapak dan berabang dapat berarti mempunyai bapak dan mempunyai abang, dapat juga berarti memanggil bapak dan memanggil abang. Ambiguitas dapat juga terjadi pada kata - kata tertentu yang fonem Bangun Rekaprima Vol.04/1/April/2018 42

awalnya dibuang tetapi mempunyai arti, seperti : 1. ruang uang 2. revolusi evolusi 3. rangka angka Bila kata - kata di atas digunakan dengan menambahkan afiks ber - jelas akan menimbulkan ambiguitas dalam kalimat. Kata - kata berprefiks peseperti pemukul, pelempar, penarik, pencukur, pencuci dapat berarti alat dan juga orangnya, sehingga bila dipakai dalam kalimat dapat menimbulkan ambiguitas. Contoh: 1. Ini dia pemukulnya, besar bukan? 2. Di mana penariknya? 3. Kau lihat pencukur rambutnya? Penggunaan preposisi ke- dan kata - kata yang bersuku awal kedapat menimbulkan ambiguitas dalam kalimat. Contohnya: 1. Bawa ke meja itu dan letakkan di sana! 2. Anak-anak, kalian bermain ke lereng saja! Jelas, kalimat - kalimat di atas akan menimbulkan ambiguitas kalau diucapkan, sedang kalau ditulis jelas bedanya. Antonim Penggunaan antonim akan menimbulkan ambiguitas bila dalam pemakaiannya dinegatifkan karena tidak lagi berlawanan dengan kata asalnya. Sebenarnya lawan kata muda adalah tua, lawan tinggi adalah rendah, lawan jauh adalah dekat, tetapi bila dinegatifkan akan menimbulkan ambiguitas. 1. Dia tidak muda lagi (belum tentu tua) 2. Dia datang tidak hari Senin (mungkin selasa, Rabu, Kamis, dan seterusnya) 3. Tidak begitu jauh dari sini (belum tentu dekat) Ambiguitas terjadi karena kata yang dicetak miring adalah kata - kata yang mempunyai multi taksonomi dengan lawan kata lebih dari satu, sehingga kata - kata : 1. Tidak muda belum tentu berarti sudah tua 2. Tidak hari Senin belum berarti Selasa, Rabu, Kamis, dan seterusnya. 3. Tidak begitu jauh belum tentu dekat. Akronim dan Kependekan Dalam bahasa Indonesia, banyak kita jumpai akronim dan kependekan. Semua itu dapat menimbulkan ambiguitas kalau penggunaannya tidak tepat. Kadangkadang kita tidak mengetahui maksudnya kalau kita berada di bidang yang menggunakannya. Contoh: 1. Jatim menghancurkan tuan rumah. 2. Jabar dapat giliran pertama 3. Uda menang atas Uma. Jatim dan Jabar dapat berarti nama pribadi sedang Uda dan Uma berarti abang dan emak. Lebih - lebih kependekan yang dinamakan akronim sangat berpotensi untuk menimbulkan ambiguitas. Contoh : 1. WTS dapat berarti wanita tunasusila atau warga tetangga sebelah Bangun Rekaprima Vol.04/1/April/2018 43

2. Kutilang berarti kurus tinggi langsing. 3. Botol berarti bodoh dan tolol 4. dan masih banyak lagi contoh seperti di atas. Ambiguitas Leksikal Setiap kata dapat bermakna lebih dari satu, dapat mengacu pada benda yang berbeda sesuai dengan lingkungan pemakainya. Dalam tataran leksikal, ambiguitas dapat dilihat dari dua sisi. Segi pertama adanya gejala polisemi. Misalnya kata haram dalam bahasa Indonesia dapat bermakna: 1. Terlarang, tidak halal Haram hukumnya apabila makan daging babi. 2. Suci, tidak boleh dibuat sembarangan Tanah haram atau Masjidilharam itu adalah semulia-mulia tempat di bumi. 3. Sama sekali tidak, sungguhsunguh tidak Selangkah haram aku surut. 4. Terlarang oleh undang-undang, tidak sa PKI dinyatakan haram oleh pemerintah. Segi kedua adalah homonim yaitu kata - kata yang sama bunyinya. Dalam bahasa Indonesia, bisa berarti dapat atau racun. Pukul berarti jam atau ketuk. Segi kedua ini tidak menimbulkan ambiguitas apabila dilihat penggunaannya dalam konteks. Ambiguitas Sintaksis Seperti pada bidang morfologi, pada bidang sintaksis pun banyak ditemukan ambiguitas, baik dari segi komposisi, idiomatik, maupun strukturnya. Komposisi dan Idiomatik Dalam bahasa Indonesia, komposisi dan idiomatikbanyak kita temukan. Komposisi dibuat dengan menggunakan kata - kata sehingga kemungkinan terjadi ambiguitas sangat besar, seperti penggunaan komposisi dan idiomatik di bawah ini. 1. Mereka angkat topi kepadanya. 2. Dia sudah gulung tikar. 3. Merekalah yang bermain di belakang layar. Secara lugas makna angkat topi, gulung tikar, bermain di belakang layar adalah arti biasa tetapi juga dapat berarti memberikan pujian, bangkrut, dan tidak diketahui umum. Inilah sebagian kecil komposisi yang membawa arti ganda sehingga menimbulkan ambiguitas. Dalam bahasa tulis pun kerap kita jumpai kalimat - kalimat yang menimbulkan ambiguitas. Contoh : 1. Dia baru saja membeli lukisan Yuni Sara. 2. Istri kapolres yang barus itu cantik sekali. Pada contoh pertama dapat dipertanyakan, yang dibeli lukisan artis Yuni Sara ataukah lukisan hasil karya Yuni Sara. Sedangkan pada kalimat kedua dapat dipertanyakan yang baru kapolresnya ataukah istri kapolres itu? Di dalam bahasa lisan atau percakapan, penafsiran ganda semacam itu agaknya bisa diatasi dengan mudah, karena (1) struktur gramatikal sebuah kalimat yang ambigu biasanya langsung teratasi oleh unsur intonasi; (2) si penutur kalimat yang ambigu itu berada di Bangun Rekaprima Vol.04/1/April/2018 44

hadapan kita sehingga jika kita tidak bisa menangkap maksudnya, ia bisa kita tanyai berulang-ulang. Lain halnya jika kita menghadapi ambiguitas di dalam bahasa tulis. Tidak mustahil, kita sebagai pembaca akan kebingungan terhadap maksud tulisan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan dalam menyusun sebuah tulisan, apapun bentuknya asal bukan fiksi hendaknya menghindari kemungkinan munculnya ambiguitas. Tujuannya agar pembaca tulisan kita tidak kebingungan. Menurut Wahyu Wibowo (2001:44) ambiguitas atau kemaknagandaan di dalam bahasa tulisan apapun ragamnya kecuali fiksi hendaknya patut diharamkan, mengingat lapisan pembaca yang heterogen (bermacam-macam latar belakang). Dalam bahasa tulisan yang kita gunakan lebih berfungsi deskriptif-informatif sehingga kita berharap pembaca mampu menangkap makna utama tulisan kita. Hal ini berkebalikan dengan ragam bahasa tulisan untuk ragam fiksi. Puisi misalnya, diciptakan penyairnya dalam kaitan dengan egoekspresifnya. Ia menulis puisi semata-mata bukan karena ingin menginformasikan sesuatu kepada pembacanya melainkan ia ingin melakukan penyucian batin (katarsis) biasanya bertalian dengan pengalaman subyektif pribadinya. Katarsis, dalam wacana literer bukan sesuatu yang diharamkan sebab katarsis sangat bertalian dengan salah satu fungsi bahasa, yakni fungsi emotif. Coba kita renungkan puisipuisi Chairil Anwar yang tidak pernah basi, lestari sepanjang masa, dan hingga kini masih tetap dibaca orang. Hal ini berbeda dengan eksistensi berita di koran, yang langsung terasa basi beberapa jam setelah dikonsumsi. Begitulah si penyair dianggap sah-sah saja mengabaikan aspek komunikatif terhadap pembacanya. Itulah sebabnya, pemakaian majas atau kiasan atau penyusunan kalimat yang metaforis di dalam sebuah puisi acapkali menimbulkan ambiguitas. KESIMPULAN 1. Ambiguitas adalah kegandaan arti kalimat yang diucapkan oleh si pembicara sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami oleh si pendengar (bahasa lisan). Begitupun dalam bahasa tulisan. 2. Ambiguitas dapat timbul dalam berbagai variasi tulisan atau tuturan. Tiga bentuk ambiguitas antara lain yang berhubungan dengan fonetik, gramatikal, dan leksikal. 3. Ambiguitas dalam bahasa tulisan apapun ragamnya diharamkan, kecuali fiksi karena fiksi ditulis oleh penyairnya dengan egoekspresinya. Tulisan fiksi tidak semata-mata menginformasikan sesuatu kepada pembacanya melainkan bertujuan menyucikan batin (katarsis). Katarsis dalam wacana literer bukan sesuatu yang diharamkan sebab katarsis bertalian erat dengan salah satu fungsi bahasa yaitu fungsi emotof. Bangun Rekaprima Vol.04/1/April/2018 45

DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2002. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Jakarta: Rineka Cipta. Kempson, Ruth M. 1977. Semantics Theory. London: Cambridge University Press. PPPB. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bangun Rekaprima Vol.04/1/April/2018 46