FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I LATAR BELAKANG

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Fajarina Lathu INTISARI

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Rezki Putri, 1 Zaira Naftassa. 1. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI KELURAHAN KARANG MEKAR CIMAHI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

ABSTRAK. Feti Andriani, Pembimbing : Donny Pangemanan, Drg., SKM.

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

Public Health Perspective Journal. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik PSN-DBD Keluarga di Kelurahan Mulyoharjo

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN PEKANBARU KOTA, RIAU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1 Juni Hubungan pengendalian jentik berkala dengan kejadian kasus DBD di puskesmas Kebun Handil Kota Jambi

Hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan tindakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue di Kelurahan Tuminting

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

MARI BERANTISIPASI DBD MENGGUNAKAN KELAMBU AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

PENYULUHAN KESEHATAN RUTIN PUSKESMAS UNTUK MENCEGAH SEKOLAH DASAR DENGAN KEJADIAN DBD DI KOTA MADIUN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012

Mahaza, Awaluddin (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN TINDAKAN 3M PLUS TERHADAP KEJADIAN DBD

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

Lesly Joclin Efruan * ), dr.zaenal Sugiyanto, M.Kes ** ) Jl. Nakula 1 No Semarang.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 3) Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Denpasar *)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG Istiqomah, Syamsulhuda BM, Besar Tirto Husodo Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email : istiqomah633@gmail.com Abstract : Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-based diseases are a public health problem in Indonesia. DHF cases in district Tembalang reached 343 cases and most cases (13 cases) occured in Kramas area in 2015. Community behavior is very important for DHF. This study aims to determine the factors associated with the practice in the prevention of dengue fever in Kramas area City. Type of this research is analytical descriptive with cross-sectional study. The population are 800 housewife. The sample are 90 housewife were taken using random sampling technique. Data analysis using univariate and bivariat analysis with Chi Square test (significance level 0,05). The result showed that most of respondents is good knowledge (55,6%), supporting attitude (56,7), high perceptions (72,2%), abilibity rules (86,7), facilities and infrastructure available well (74,4%) good support from health workers (82,2%) good support from community leaders (74,4%), good support from family (68,9%). Variable are associated with preventive behaviour of DHF is attitude (p=0,005) facilities and infrastructure (0,003) and support from community leaders (0,002). Keywords : DHF, dengue preventive behaviour PENDAHULUAN Menurut World Health Organization (WHO) Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan lebih dari 2,5 milyar atau 2/5 populasi di dunia beresiko terinfeksi virus dengue. [1] Penyakit infeksi ini masih menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia. [2] Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke-2 setelah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah kasus per tahunnya sebanyak 11.075 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 159 orang. Provinsi Jawa Tengah memiliki 35 kabupaten yang terjangkit demam berdarah dengue. [5] Angka kesakitan tertinggi di Jawa Tengah yaitu sebesar 97,31/100.000 penduduk. [4] Kota terletak pada ketinggian 0,75-348 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara berkisar 25-30 C dan kelembaban udara berada di antara 62-84%. Dengan kondisi wilayah tersebut, Kota mempunyai tingkat risiko penyakit DBD yang tinggi sehingga termasuk daerah endemis 510

penyakit DBD. Pada tahun 2014, kota menduduki peringkat pertama kasus demam berdarah di Provinsi Jawa Tengah. [7] Kelurahan Kramas memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.449 jiwa. Luas wilayah kelurahan Kramas adalah 116,69km 2. Kondisi Demam Berdarah Dengue (DBD) di kelurahan Kramas selama 3 tahun terakhir ini mengalami trend naik. Pada tahun 2013 angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) mencapai 238,24 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014 angka kesakitan berada pada 86,98 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan 4x lipat dari tahun sebelumnya yakni mencapai 376,92 per 100.000 penduduk. [6] Berdasarkan penelitian Widjonarko, dkk mengenai pola keruangan penyakit menular (DBD) di menunjukkan bahwa sebaran lokasi angka kejadian penyakit DBD cenderung random, dan tidak memiliki satu bentuk pengelompokan yang tetap. Korelasi keruangan antar kejadian penyakit DBD pada tahun 2006-2012 terdapat beberapa bentuk korelasi spasial yang mengindikasikan bahwa kelurahan dengan angka kejadian tinggi cenderung mempengaruhi kelurahan sekitarnya. [8] Efektivitas PSN diukur dengan pemeriksaan jentik berkala (PJB). Kegiatan pemeriksaan jentik berkala (PJB) menghasilkan gambaran kepadatan jentik. [10] Capaian angka bebas jentik (ABJ) sampai tahun 2014 secara nasional belum mencapai target program 95%. jentik secara nasional. Sebagian besar puskesmas tidak melaksanakan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) secara rutin, disamping itu kegiatan kader Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK) tidak berjalan di sebagian besar wilayah dikarenakan keterbatasan alokasi anggaran di daerah untuk kedua kegiatan tersebut. [7] Salah satu faktor belum efektifnya pencegahan DBD di Indonesia adalah masih lemahnya sistem kewaspadaan dini. [9] Tujuan penelitian ini adalah menganalisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Upaya pencegahan DBD pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Kramas Kota. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan penelitian kuantiatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah 800 ibu rumah tangga dengan kriteria yang tercatat pada petugas surveilans kesehatan (gasurkes). Dengan menggunakan random sampling didapatkan jumlah responden sebanyak 90 ibu rumah tangga. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden menggunakan panduan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi pustaka dari buku, jurnal, internet, wawancara dengan pihak lain diluar responden, dan dari instansi terkait (Dinas Kesehatan Kota ), serta referensi-referensi lain. Analisis data dilakukan dengan 3 jenis analisis. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan tabel ditribusi frekuensi. Analisis bivariat menggunakan Chi Square test dengan level of significant (α) 5% untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas. Apabila ρ value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas (H 0 511

diterima), apabila ρ value 0,05 maka ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas (H 0 ditolak). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Responden berjumlah 90 orang terdiri dari beberapa RW. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa kategori usia responden > 42 tahun sebesar 53,3% dan kategori usia 42 tahun. Kategori pendidikan lanjut sebesar 54,4% dan kategori pendidikan dasar sebesar 45,6%. Kategori pekerjaan bekerja sebesar 28,9% dan kategori pekerjaan tidak bekerja sebesar 71,1%. Kategori pengetuan yang baik sebesar 55,6% dan yang kurang baik sebesar 44,4%. Kategori sikap yang mendukung sebesar 56,7% dan sikap yang kurang mendukung sebesar 43,3%. Kategori persepsi tinggi sebesar 72,2% dan persepsi rendah sebesar 27,8%. Kategori kebijakan mendukung sebesar 86,7% dan kebijakan yang kurang mendukung13,3%. Kategori sarana prasarana yang tersedia dengan baik sebesar 74,4% dan sarana prasarana yang kurang tersedia dengan baik sebesar 25,6%. Kategori dukungan petugas surveilans kesehatan yang mendukung sebesar 82,2% dan dukungan petugas surveilans kesehatan yang kurang mendukung sebesar 17,8%. Kategori dukungan kader yang mendukung sebesar 74,4% dan kategori dukungan kader yang kurang mendukung sebesar 25,6%. Kategori dukungan keluarga yang mendukung sebesar 68,9% dan kategori dukungan keluarga yang kurang mendukung sebesar 31,1%. Analisis univariat menunjukkan bahwa kategori baik pada semua variabel diatas 50%. Namun yang menjadi masalah adalah ketika faktor-faktor yang sudah baik namun tidak mampu mempengaruhi perilaku responden. 2. Analisis Bivariat Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat No 1. 2. 3.. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Variabel Hubungan antara usia Hubungan antar pendidikan Hubungan antara pekerjaan Hubungan antar pengthuan Hubungan antara sikap Hubungan antara persepsi Hubungan antara adanya kebijakan dengan pencegahan DBD Hubungan antara sarana prasarana dengan pencegahan DBD Hubungan antara dukungan gasurkes dengan pencegahan DBD Hubungan dukungan kader Hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan DBD Analisis bivariat adalah untuk menguji hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Apabila ρ> 0,05 maka H o ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas, begitu sebaliknya. Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel yang memiliki ρ 0,05 dan berhubungan dengan pencegahan DBD adalah sikap (p=0,005), sarana prasarana (p=0,003), dan dukungan kader ρ value 0,197 0,453 0,766 1,000 0,005 0,929 0,726 0,003 1,000 0,002 1,000 512

(p=0,002). Variabel bebas lainnya memiliki p 0,005 yang berarti tidak memiliki hubungan dengan terikat. Hubungan antara usia responden terhadap upaya pencegahan DBD pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Kramas Kota pencegahan DBD responden yang kurang baik lebih banyak dijumpai pada kelompok usia IRT > 42 tahun (33,3%), dibandingkan dengan kelompok usia IRT 42 tahun (19,0%). Dengan ρ value 0,197 maka tidak ada hubungan antara usia dengan upaya pencegahan DBD pada IRT di Kelurahan Kramas Kota. bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan perilaku responden. Menurut L. Green, karakteristik yang ada dalam diri responden seperti usia adalah faktor yang dapat mendorong terciptanya suatu perilaku kesehatan. [69] Namun pada dasarnya usia tidak menjamin kedewasaa dan kematangan berpikir seseorang. Hubungan antara Pendidikan terhadap Upaya Pencegahan DBD pendidikan dasar (31,7%), dengan kategori pendidikan lanjut (22,4%). Dengan ρ value 0,453 maka tidak ada hubungan antara pendidikan dengan upaya Kelurahan Kramas Kota. tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku responden. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor yang berperan dalam mengubah perilaku. Hal ini dapat terjadi karena untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan faktor lain. Hubungan antara pekerjaan responden terhadap upaya pencegahan DBD pada Ibu Rumah bekerja (30,8%), dibandingkan dengan kelompok IRT dengan kategori tidak bekerja (25%). Dengan ρ value 0,766 maka tidak ada hubungan antara pekerjaan pada IRT di Kelurahan Kramas Kota. Menurut L. Green, karakteristik (pekerjaan) responden adalah faktor yang dapat mendorong terciptanya perilaku kesehatan. [9] Namun pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku responden. Setelah peneliti melakukan wawancara ternyata responden yang tidak bekerja banyak menghabiskan waktu untuk tidur, bermain ke rumah tetangga sehingga tidak mempunyai rencana kerja yang rutin per harinya. 513

Hubungan antara pengetahuan responden terhadap upaya pencegahan DBD pada Ibu Rumah menggunakan chi square test menunjukkan bahwa upaya pencegahan DBD yang kurang baik lebih banyak dijumpai pada pengetahuan kurang baik (27,5%), dengan kategori pengetahuan baik (26%). Dengan ρ value 1,000 maka tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya Kelurahan Kramas Kota. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku responden. Hal ini tidak sejalan dengan teori L.Green yang menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposing yang menyebabkan suatu perilaku seseorang terjadi. Hal ini dikarenakan orang yang berpengetahuan baik juga dapat melakukan perilaku yang bertentangan dengan pengetahuannya sendiri Hubungan antara Sikap Responden terhadap Upaya menggunakan chi square test menunjukkan bahwa upaya pencegahan DBD yang kurang baik lebih banyak dijumpai pada sikap mendukung (39,2), dengan kategori sikap tidak mendukung (10,3%). Dengan ρ value 0,005 maka ada hubungan antara sikap dengan upaya Kelurahan Kramas Kota. bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku responden. Hal ini sesuai dengan teori L. Green sikap merupakan faktor yang ada pada diri seseorang untuk berperilaku. Sikap berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok dalam melakukan sesuatu. Jadi semakin baik sikap atau pandangan seseorang terhadap suatu hal maka semakin baik pula tindakan yang dilakukan terhadap hal tersebut. Hubungan antara Persepsi Responden terhadap Upaya persepsi tinggi (27,7%), dengan kategori persepsi rendah (24%). Dengan ρ value 0,929 maka tidak ada hubungan antara persepsi pada IRT di Kelurahan Kramas Kota. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi dengan perilaku responden. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori L.Green mungkin disebabkan karena responden yang memiliki peresepsi tinggi mengenai pencegahan DBD belum mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap keampuhan upaya pencegahan DBD. 514

Hubungan antara Adanya Kebijakan terhadap Upaya kurang mendukung (33,3%), dengan kategori mendukung (25,6%). Dengan ρ value 0,726 maka tidak ada hubungan antara kebijakan dengan upaya Kelurahan Kramas Kota. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi dengan perilaku responden. Hal ini tidak sejalan dengan teori L.Green, mungkin disebabkan karena responden mengaku jika sanksi hanya diberlakukan apabila responden terdeteksi positif jentik selama 3x berturut-turut. Jika pada kesempatan pertama responden terdeteksi positif jentik maka pada kesempatan selanjutnya akan menguras bak mandinya Hubungan antara Sarana Prasarana terhadap Upaya sarana prasarana kurang tersedia (52,2%), dibandingkan dengan sarana prasarana tersedia dengan baik (17,9%). Dengan ρ value 0,003 maka ada hubungan antara sarana prasarana dengan upaya Kelurahan Kramas Kota. bahwa terdapat hubungan antara sarana prasarana dengan perilaku responden. Hal ini sejalan dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor pemungkin yaitu ketersediaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini adalah sarana dan prasarana yang menunjang perilaku pencegahan DBD. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian responden menyatakan memiliki sarana prasarana yang tersedia dengan baik. Namun sebagian lainnya ditemukan bahwa masih banyak responden yang tidak memiliki lahan kosong yang digunakan untuk mengubur barang bekas, ketidaktersediaan abate di juga menjadi kendala masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan DBD. Hubungan antara Dukungan Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes) terhadap Upaya mendukung (27%), dibandingkan dengan kelompok IRT dengan kategori kurang mendukung (25%). Dengan ρ value 1,000 maka tidak ada hubungan antara dukungan petugas surveilans kesehatan pada IRT di Kelurahan Kramas Kota. 515

bahwa tidak ada hubungan antara dukungan petugas surveilans kesehatan dengan perilaku responden. Hal ini tidak sejalan dengan teori L.Green mungkin disebabkan karena gasurkes menyampaikan materi yang sudah diketahui oleh banyak masyarakat dan tidak memberikan inovasi baru sehingga masyarakat merasa bosan karena sudah sering mendengarnya Hubungan antara Dukungan Kader Responden terhadap Upaya kurang mendukung (52,2%), dengan kategori sarana prasarana tersedia dengan baik (17,9%). Dengan ρ value 0,002 maka ada hubungan antara dukungan kader pada IRT di Kelurahan Kramas Kota. bahwa ada hubungan antara dukungan kader terhadap perilaku responden. Hal ini dengan teori L.Green yang menyebutkan bahwa dukungan kader merupakan salah satu faktor reinforcing yang mempengaruhi perilaku seseorang. Pada penelitian ini kader di Kelurahan Kramas berperan aktif dalam menjalankan tugasnya seperti mengigatkan untuk datang ke sosialisasi, melakukan survey jentik rutin dalam jangka waktu tertentu Hubungan antara Dukungan Keluarga Responden terhadap Upaya Pencegahan DBD pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Kramas Kota mendukung (27,4%), dibandingkan dengan kelompok IRT dengan kategori kurang mendukung (25%). Dengan ρ value 1,000 maka tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan upaya pencegahan DBD pada IRT di Kelurahan Kramas Kota. tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap perilaku responden. Hal ini tidak sejalan dengan teori L.Green mungkin dapat disebabkan oleh anggota keluarga yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga tidak memiliki waktu untuk mengingatkan ibu untuk malakukan upaya pencegahan DBD. Seperti halnya suami ibu rumah tangga sibuk mencari nafkah setiap hari, sedangkan anaknya masih dalam usia sekolah, dan ada juga yang bekerja di perantauan. A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada sejumlah ibu rumah tangga di Kelurahan Kramas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar upaya pencegahan DBD pada responden baik sebesar (73,3%) namun perilaku yang kurang baik terdapat pada menutup tempat penampungan air, mengubur 516

barang bekas, memelihara ikan dalam bak mandi, menggunakan abate,dll. 2. Karakteristik responden dalam penelitian ini, sebagian besar responden berusia 42 tahun sebesar 53,3%. Responden lebih banyak memiliki tingkat pendidikan lanjut yaitu sebesar 54,4%. Lebih dari setengah jumlah responden mempunyai status pekerjaan tidak bekerja sebesar 71,1%. 3. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang upaya pencegahan DBD (55,6%). Namun sebagian responden masih kurang mengetahui tentang tempat perkembangbiakan nyamuk seperti : tempayan air minum, ben bekas, tempat minum hewan peliharaan, kaleng bekas dan saluran air. 4. Sebagian besar responden memiliki sikap setuju terhadap upaya pencegahan DBD (56,7%). Responden akan menguras bak mandi 2x dalam 1minggu, menggunakan bubuk abate, dan menerima kunjungan survei jentik dari kader atau petugas kesehatan. 5. Sebagian besar responden memiliki persepsi yang tinggi terhadap manfaat upaya pencegahan DBD (72,2%). Responden merasakan manfaat dari upaya menguras bak mandi, memelihara ikan pemakan jentik, dan penggunaan kelambu pada saat tidur. 6. Sebagian besar responden merasakan adanya dukungan dari kebijakan yang ada tentang upaya pencegahan DBD (86,7%). Responden menyatakan bahwa kebijakan tersebut dapat memberikan motivasi. 7. Sebagian besar responden memiliki sarana prasarana yang tersedia dengan baik untuk melakukan upaya pencegahan DBD (74,4%). Sebagian besar responden mengaku meskipun tidak memiliki lahan kosong untuk mengubur, namun responden meloakkan barang bekas tersebut. 8. Sebagian besar responden menyatakan adanya dukungan dari gasurkes (82,2%). Responden menyatakan bahwa gasurkes rutin melakukan survei jentik dalam kurun waktu tertentu. 9. Sebagian besar responden menyatakan adanya dukungan dari kader (74,4%). Responden menyatakan kader menghadiri sosialisasi, kader juga memberi sanksi tambahan jika melanggar kebijakan. 10.Sebagian besar responden menyatakan ada dukungan keluarga (68,9%). Responden menyatakan bahwa ada anggota keluarganya yang menguras bak mandi. 10. Variabel yang berhubungan yaitu Sikap (p= 0,005), Ketersediaan sarana prasarana (p= 0,003), dan dukungan kader (p= 0,002) 11. Variabel yang tidak berhubungan yaitu : Usia (p=0,197), Pendidikan (p=0,453), Pekerjaan (p=0,766), Pengetahuan (p= 1,000), Persepsi (p= 0,929), Adanya kebijakan (p= 0,726), Dukungan gasurkes (p= 1,000), Dukungan keluarga (p= 1,000) B. Saran 1. Bagi Masyarakat Kelurahan Kramas Kota : a. Perlunya peningkatan sikap / antusiasme dari 517

masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan DBD seperti : kesadaran dalam diri untuk menghadiri sosialisasi. b. Kader dapat melakukan optimalisasi penyuluhan / sosialiasasi mengenai upaya pencegahan DBD seperti : tempat perkembangbiakan nyamuk seperti : tempayan, ban bekas dan kaleng bekas, dll. 2. Bagi DKK Melakukan pembinaan kader mengenai penyakit DBD agar kader dapat menerapkan dan menyampaikan ke masyarakat. 3. Bagi Puskesmas Wilayah Cakupan Kerja Kelurahan Kramas Perlunya penyediaan bubuk abate supaya masyarakat dapat menjangkau dengan mudah. 5. Kementrian Kesehatan RI. Data dan Informasi tahun 2014. 6. Dinas Kesehatan Kota. Profil Kesehatan Kota. 2014. 7. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI.Buletin Jendela Epidemiologi.2010) 8. Pratamawati, D. A. Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal Ilmiah. Salatiga. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. 2012. 9. Epriyanti, W. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes. Universitas Negei.2010. DAFTAR PUSTAKA 1. WHO.Int. Comprehensive Guidelines for Revised and expanded edition Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. 2012. 2. Sigarlaki, H. J. O. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap Ibu Terhadap Penyakit DBD. 2007 3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. 2014. 4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2014. 518