38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif-kualitatif. Menurut Bogdan dan Bilken dalam Subroto, penelitian kualitatif merupakan istilah yang dipakai untuk memayungi atau melingkupi berbagai strategi penelitian sesuai dengan disiplin ilmunya atau sesuai dengan karakteristik aspek substansi masalah yang diteliti (2007:5). Istilah deskriptif digunakan untuk menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup di kalangan penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang memang biasa digunakan penutur-penuturnya yang dapat dikatakan bersifat seperti potret: paparan dari yang sebenarnya terjadi (Sudaryanto, 1992:62). Tujuan dari penelitian kualitatif adalah berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena dan kaitannya dengan orang-orang atau masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan. Data dalam penelitian kualitatif adalah data lunak, yaitu data yang kaya akan deskripsi objek yang diteliti. Jenis penelitian ini menganalisis data secara induksi (Subroto, 2007:6). Artinya, peneliti tidak mencari data untuk membuktikan suatu hipotesis melainkan untuk membuat generalisasi atau abstraksi dari masalah yang sedang diteliti. Penelitian ini bersifat terpusat pada deskripsi. Menurut Sutopo, penelitian yang terpusat pada deskripsi merupakan penelitian yang datanya berupa kata-kata, 38
39 kalimat, yang memiliki arti lebih dibandingkan angka atau frekuensi, menekankan catatan yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna mendukug penyajian data. Penelitian kualitatif juga bertujuan mencari pemahaman dan cenderung tidak memotong cerita situasi (konteks) dan data lain dengan simbol-simbol angka (2002:35). Dalam penelitian ini, peneliti menuliskan data-data yang berupa tuturan yang dituturkan oleh trainer outbound kota Surakarta selama memandu kegiatan outbound. Tidak hanya tuturan saja, melainkan peneliti jua menyertakan menuliskan konteks-konteks yang meliputi tuturan. Tuturan-tuturan yang dicatat adalah tuturan-tuturan yang mengandung tindak tutur dan atau prinsip kesantunan, baik yang berupa pematuhan maupun yang berupa pelanggaran. Dengan demikian, hasil analisis dalam penelitian ini juga akan berwujud deskripsi atas fenomena tindak tutur dan penerapan prinsip kesantunan, baik yang berupa pematuhan maupun pelanggaran yang terjadi pada saat trainer outbound kota Surakarta memandu kegiatan outbound. B. Data dan Sumber Data 1. Data Data merupakan bahan dalam penelitian dan bukanlah sebagai bahan mentah melainkan bahan jadi, yang diperoleh melalui proses pemilihan dan pemilahan tuturan (Sudaryanto, 1990:3). Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung tindak tutur dan atau pematuhan serta pelanggaran prinsip kesantunan yang disampaikan oleh trainer outbound kota Surakarta saat memandu kegiatan outbound pada bulan Mei s.d. Agustus 2016, akan
40 tetapi pada 6 Juni s.d. 1 Agustus pengumpulan data terpaksa dihentikan sejenak dikarenakan ketiga penyedia jasa outbound tidak menerima klien pada tanggal-tanggal tersebut. 2. Sumber Data Data lingual tidak muncul dari suatu ketiadaan. Data mempunyai sumber, ada asalnya (Sudaryanto, 1990: 33-34). Sebagai sumber data adalah trainer outbound dari ketiga lembaga penyedia jasa atau penyelanggara kegiatan outbound yang berlokasi di wilayah kota Surakarta, ketiga lembaga tersebut yaitu PT Jendela Nusantara, Hamda Consulting, dan Lembaga Psikologi Anava. Ketiga lembaga tersebut dipilih karena dinilai dapat mewakili trainer-trainer dari lembaga-lembaga penyelenggara outbound yang ada di Surakarta. Selain itu ketiganya juga telah memiliki kualitas dan jam terbang yang tinggi dan telah melayani berbagai klien dari instansi-instansi di daerah-daerah karesidenan Surakarta dan di luar karesidenan Surakarta, bahkan hingga dari luar provinsi. C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak: yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Sementara itu, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai lanjutan dari metode simak adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat.
41 1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) Peneliti tidak terlibat langsung dalam peristiwa tutur yang sedang diteliti. Peneliti hanya sebagai pemerhati, memperhatikan penggunaan bahasa atau dialog yang terjadi (Sudaryanto, 1993:134). Teknik ini digunakan untuk menyimak tuturan trainer outbound dan peserta sat berkegiatan. 2. Teknik Rekam Teknik rekam merupakan teknik lanjutan setelah teknik simak. Peneliti melakukan perekaman terhadap tuturan. Alat perekam menjadi alat utama yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian dengan teknik rekam (Sudaryanto, 1993:135). Dalam hal ini, peneliti menggunakan telepon seluler sebagai alat perekam. 3. Teknik Catat Setelah melakukan perekaman kemudian dilakukan pencatatan sehinga data yang semula berwujud lisan menjadi berwujud tertulis. Pencatatan dilakukan setelah proses perekaman dilakukan. Peneliti melakukan pencatatan terhadap terhadap data relevan yang sesuai sasaran tujuan penelitian. Pencatatan ini dilakukan pada kartu data yang akan dilanjutkan dengan proses klasifikasi data. Pencatatan juga dilakukan untuk memperoleh data dalam bentuk tulis melalui proses transkripsi (Sudaryanto, 1993:135-136). Dalam hal ini, peneliti melakukan pencatatan dalam proses transkripsi dengan menggunakan bantuan alat buku tulis dan juga bolpoin. Adapun bentuk transkripsi yang
digunakan peneliti adalah transkripsi ortografis. Setelah dilakukan proses transkripsi diperoleh data yang berbentuk tulis. 42 D. Metode Klasifikasi Data Pengklasifikasian data merupakan masalah pengaturan data menurut asasasas tertentu, hal ini mempunyai kepentingan yang cukup strategis di dalam penelitian (Subroto, 2007:51). Klasifikasi data dilakukan setelah semua data penelitian terkumpul. Data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasi berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang digunakan. Tujuan dari dilakukannya pengklasifikasian data tersebut adalah untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat sehingga mempermudah proses analisis selanjutnya (Rahardi, 2005:16). Adapun klasifikasi data pada penelitian ini akan dilakukan dengan cara penyimakan terhadap aspek-apek yang dirumuskan yang mengandung tindak tutur direktif dan prinsip kesantunan. Setelah diklasifikasikan, selanjutnya dilakukan penomoran data. Penomoran data dilakukan berdasarkan pada urutan data terkait dengan tuturantuturan yang mengandung tindak tutur direktif dan prinsip kesantunan. Penomoran tersebut meliputi nomor urut data, lembaga penyelenggara outbound, instansi peserta outbound, piranti klasifikasi, dan waktu terlaksananya kegiatan. Adapun contoh klasifikasi data dalam penelitian ini sebagai berikut.
(3) Konteks Tuturan : Trainer Heri membuka kegiatan outbound dengan peserta anggota baru KSR PMI Karanganyar yang diselenggarakan Rabu malam 3 Agustus 2016. Trainer Heri membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. Bentuk Tuturan : Heri (Al) : Selamat malam semuanya, saya belum mendapatkan energi semangat positif dari jawaban teman-teman sekalian malam ini. Peserta : Malam! Heri (Al) : Saya masih ingin mendapatkan energi yang lebih semangat lagi? Selamat malam? Peserta : Malam! (55/HC/KSRK/TT/Fts/02 Agustus 2016) Keterangan : 55 : Nomor urutan data 43 HC KSRK TT Fts : Hamda Consulting : Korps Sukarela (KSR) Karanganyar : Tindak Tutur : Fatis 02 Agustus 2016 : Tanggal, bulan, dan tahun (waktu terjadinya tuturan) Tuturan bercetak tebal pada data (3) tersebut merupakan tindak tutur menyapa yang disampaikan penutur yaitu trainer outbound bernama Heri kepada peserta outbound yaitu anggota KSR Karanganyar. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur menyapa karena di dalam tuturan tersebut terkandung maksud penutur untuk memulai percakapan dengan mitra tutur. Penutur menuturkan tuturan Selamat malam! sesuai dengan latar belakang waktu terjadinya peristiwa tutur malam pagi hari. Pada tuturan tersebut ditemukan adanya penanda lingual berupa kata selamat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tuturan tersebut sebagai tindak tutur menyapa.
44 Melalui tuturan, Selamat malam! penutur bermaksud mencoba memulai percakapan dengan mitra tutur. Penutur memberikan sapaan tersebut sesuai dengan latar waktu saat peristiwa tutur, yaitu pada malam hari. Tuturan tersebut sekaligus menjadi pengantar atau awalan dari percakapan yang lebih panjang dan intensif antara penutur dan mitra tutur. E. Metode Analisis Data Menganalisis berarti mengurai atau memilah membedakan unsur-unsur yang membentuk satu satuan lingual dan biasa juga mengandung pengertian sebagai usaha penentuan identitas (Subroto, 2007:59). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kontekstual. Metode analisis kontekstual, yaitu cara-cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada. Konteks merupakan segala latar belakang yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur (Rahardi, 2005:16-17). Dalam hal ini, konteks-konteks yang meliputi tuturan seorang trainer akan turut dianalisis untuk diperoleh hasil analisis yang maksimal. Selain menggunakan metode analisis kontekstual, analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik analisis cara-tujuan (means-end). Menurut Leech (dalam terjemahan Oka, 2011:55) strategi pemecahan masalah oleh penutur dapat dilihat sebagai bentuk analisis cara-tujuan (means-ends). Dalam menuturkan suatu tuturan, umumnya seorang penutur mempunyai suatu tujuan. Menurut Searle (dalam Leech, terjemahan Oka, 2011:57) suatu
45 tindak ujar tidak langsung dapat dianggap sebagai salah satu cara untuk melakukan suatu tindak ujar langsung untuk mencapai suatu tujuan akhir yang diarahkan ke tujuan sekunder terlebih dahulu. Oleh karena itu, ilokusi-ilokusi tak langsung merupakan ilokusi yang lebih tidak langsung dibandingkan ilokusiilokusi langsung. Langsung atau tidaknya suatu ilokusi hanyalah sebatas permasalahan drajat atau tingkat saja. Dalam analisis cara-tujuan skala ketaklangsungan sebuah ilokusi digambarkan dengan panjang rantai cara-tujuan yang menguhubungkan tindak ujar dengan tujuannya. Untuk rantai cara-tujuan digambarkan melalui keadaan-keadaan tengahan (yang meliputi sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan sekunder, dan kondisi-kondisi untuk mencapai tujuan akhir) digunakan model-model perluasan yang lebih lanjut dapat menggambarkan tujuan ganda, keadaan-keadaan yang simultan, tujuan-tujuan negatif, dan sebagainya. Leech (terjemahan Oka, 2011:61) menambahkan penjelasan Searle, analisis cara-tujuan harus dapat diterapkan pula pada ujaran-ujaran fatis atau ujaran-ujaran basa-basi, pada penghindaran kata-kata tabu, dan penggunaan bahasa lainnya yang tujuan-tujuannya tidak disengaja atau disadari oleh penuturnya, walaupun pola bahasa yang digunakan tergolong jelas. Pada intinya, istilah tujuan pada cara-tujuan mengacu pada keadaan yang mengatur perilaku individu sehingga memudahkan tercapainya suatu hasil tujuan tertentu. Selain menggunakan metode analisis cara tujuan (means-end) peneliti juga menggunakan metode analisis heuristik. Menurut Leech (terjemahan Oka, 2011:61) analisis heuristik digunakan untuk pemecahan masalah dari sudut pandang mitra tutur dalam menginterpretasikan tuturan penutur. Strategi yang digunakan dalam analisis heuristik adalah dengan mengidentifikasi daya
46 pragmatik dari tuturan penutur melalaui hipotesis-hipotesis yang selanjutnya akan diuji berdasarkan data-data yang tersedia. Namun, apabila hipotesis tidak teruji, maka akan dibuat hipotesis yang baru hingga tercapai suatu pemecahan berupa hipotesis yang dapat teruji. F. Metode Penyajian Hasil Data Teknik penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik penyajian informal. Sudaryanto (1993:145) mendefinisikan teknik penyajian informal adalah hasil analisis disajikan dengan cara mendeskripsikan data dalam bentuk kata-kata atau kalimat biasa.