Gambar Singkapan batulempung I (gambar kiri) dengan sisipan batupasir yang tersingkap pada dinding Sungai Cipaku (gambar kanan).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.12 Lokasi Singkapan batulempung B (DRM 3)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

SKRIPSI. Diajukan oleh : Andhika Eky Saputra NIM

Ciri Litologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

batupasir batulempung Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten.

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

// - Nikol X - Nikol 1mm

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Affan Arif Nurfarhan /

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Batulempung (Gambar 3.20), abu abu kehijauan, lapuk, karbonan, setempat terdapat sisipan karbon yang berwarna hitam, tebal ± 5 30 cm.

Transkripsi:

Gambar 3.20. Singkapan batulempung I (gambar kiri) dengan sisipan batupasir yang tersingkap pada dinding Sungai Cipaku (gambar kanan). Gambar 3.21. Struktur sedimen laminasi sejajar pada sisipan batupasir (gambar kiri) dan adanya slump (gambar kanan) mencirikan mekanisme aliran gravitasi berupa arus turbidit. 3.2.2 Satuan Breksi Satuan Breksi hanya terdiri dari satu litologi saja yaitu breksi. Satuan ini menunjukkan breksi dengan matriks berupa pasir dengan fragmen andesit dan batugamping (Gambar 3.22). Satuan breksi menempati 8% daerah penelitian, terletak di bagian barat seperti yang terlihat pada peta geologi (Lampiran D.9), dan tersingkap baik di Sungai Ciburial, Sungai Citengah dan Bukit Pasir Paseban. Secara umum, satuan breksi ini tersingkap pada daerah yang tinggi dengan ketinggian 550-700 m di atas permukaan laut dan membentuk lerenglereng yang terjal. Kondisi singkapan pada satuan breksi umunya sangat segar dan terdapat kontak dengan satuan batupasir yang berada di atas satuan ini. Kedudukan batuan pada satuan 38

ini tidak terlihat begitu baik. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini sekitar 250 m. Secara megaskopis, breksi berwarna abu-abu, polimik, berukuran butir kerikil-bongkah, bentuk buitr menyudut tanggung, matriks berupa pasir, terpilah buruk, kemas terbuka terdiri dari fragmen andesit yang dominan dan sedikit batugamping. Fragmen breksi berupa andesit, memiliki ciri-ciri megaskopis batuan andesit warna abu-abu, masif, tekstur afanitik, holokristalin, bentuk butir subhedral-anhedral, terdiri dari mineral piroksen, plagioklas, dan kuarsa. Secara mikroskopis, sayatan tipis pada breksi terbagi dua yaitu pada matriks (massa dasar) dan fragmen. Massa dasar breksi ini bertekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran 60 % terdiri dari butiran plagioklas 30%, felspar 10%, kuarsa 10%, opak 3%, fragmen batuan 7% (lihat Lampiran A.2). Sedangkan pada fragmen merupakan andesit bertekstur holokristalin, porfriitik, fenokris 40%, terdiri dari plagioklas 15%, piroksen 7%, kuarsa 8%, gelas 5%, dan mineral opak 5%, ukuran kristal 0,1-1 mm, massa dasar 60%, intergranular, terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa, gelas, dan mineral opak (Lampiran A.3). Pada satuan breksi ini tidak ditemukan fosil petunjuk umur dan penciri lingkungan pengendapan. Berdasarkan ciri litologi yang ada, diperkirakan satuan ini berumur Miosen Atas dan diendapkan pada lingkungan submarine fan dengan mekanisme pengendapan aliran gravitasi berupa arus turbidit dan merupakan bagian supra fan yang berada di atas outer fan(martodjojo, 1984). Hubungan satuan breksi dengan satuan batuan di bawahnya adalah selaras, walaupun tidak ditemukan kontak di antaranya. Akan tetapi, satuan breksi ini memperlihatkan kesamaan penyebaran dan kedudukan batuan dengan satuan batuan di bawahnya. Satuan ini disetarakan dengan breksi Formasi Cantayan (Martodjojo, 1984). Fragmen Matriks Gambar 3.22. Singkapan breksi (gambar kiri) terlihat matriks berupa pasir dan fragmen andesit (gambar kanan). 39

3.2.3 Satuan Batupasir Satuan batupasir terdiri dua litologi yaitu batupasir dan batulempung. Satuan batupasir menempati 15% daerah penelitian, terletak pada bagian barat seperti yang terlihat pada peta geologi (lihat Lampiran D.9), dan tersingkap baik di Sungai Ciburial, Sungai Citengah dan Sungai Cihanjuang. Secara umum satuan ini berada pada morfologi lembah dan perbukitan pada ketinggian 450-600 m di atas permukaan laut. Kondisi singkapan pada umumnya cukup baik-agak lapuk, terdapat sisipan tipis batulempung, kedudukan batuan N240 E/33 NW pada bagian baratlaut daerah penelitian dan N68 E/27 SE pada bagian baratdaya daerah penelitian. Terdapat kontak dengan satuan breksi dengan kedudukan N240 E/35 NW pada sungai Citengah. Terdapat. Gejala sesar terdapat pada satuan ini dengan adanya kekar-kekar dan beberapa perlapisan yang tegak di Sungai Ciburial (Gambar 3.23). Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini sekitar 150 m. Secara megaskopis, batupasir ini berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halussedang, bentuk butir membulat tanggung, terpilah sedang, kemas terbuka, terdapat struktur sedimen laminasi sejajar dan gradded bedding, mineral terdiri dari plagioklas dan kuarsa. Struktur sedimen yang dijumpai hanya di beberapa tempat yang memiliki singkapan di dinding sungai, sedangkan yang tersingkap di tengah sungai, struktur sedimen sangat sulit dikenali. Secara mikroskopis batupasir ini bertekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran 60%, terdiri dari butiran felspar 20%, kuarsa 15%, plagioklas 10%, klorit 10%, dan opak 5%. Matriks 30% terdiri dari lempung, semen 5% berupa kalsit, dan Porositas 5% (lihat Lampiran A.4). Gambar 3.23. Singkapan batupasir, terlihat kekar-kekar (gambar kiri) dan perlapisan yang relatif tegak (gambar kanan). Hal ini mengindikasikan adanya gejala sesar yang melewati singkapan ini. 40

Pada satuan batupasir ini, tidak ditemukan fosil petunjuk umur dan penciri lingkungan pengendapan. Berdasarkan ciri litologi yang ada, satuan ini berumur Miosen Atas dan diendapkan pada lingkungan submarine fan dengan mekanisme pengendapan arus turbidit (Martodjojo, 1984). Hal ini ditunjukkan dengan struktur sedimen laminasi sejajar dan gradded bedding yang mencirikan mekanisme pengendapan arus turbidit (Gambar 3.24). Hubungan satuan batupasir dengan satuan di bawahnya adalah selaras. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya kontak yang selaras serta kesamaan penyebaran dan kedudukan batuan (Gambar 3.25). Satuan ini disetarakan dengan batupasir Formasi Cantayan (Martodjojo, 1984). Sisipan lempung Laminasi sejajar Gambar 3.24. Satuan batupasir, terlihat struktur sedimen gradded bedding (gambar kanan) dan laminasi sejajar serta sisipan lempung (gambar kiri) yang mengindikasikan mekanisme arus turbidit. Batupasir Breksi Gambar 3.25. Kontak antara satuan breksi dan satuan batupasir. 41

3.2.4 Satuan Batulempung II Satuan batulempung II hanya terdapat satu litologi saja yaitu batulempung. Satuan batupasir menempati 8% daerah penelitian, terletak pada bagian baratdaya seperti yang terlihat pada peta geologi (lihat Lampiran D.9), dan tersingkap baik di Sungai Cipicung, Sungai Cimangsud dan Sungai Pasir Lembang pada bagian baratdaya daerah penelitian. Pada satuan ini terdapat sumbu sinklin yang relatif berarah barat-timur Secara umum satuan ini berada pada morfologi lembah dengan ketinggian 400-500 m di atas permukaan laut. Kondisi singkapan pada umunya cukup baik, tetapi di beberapa tempat telah tererosi dan mengalami longsoran. Kedudukan batuan N 57 E/27 SE pada pada bagian utara Sungai Cipicung dan N238 E/25 NW pada selatan Sungai Cipicung yang menunjukkan adanya lipatan sinklin. Pada satuan ini terdapat gejala hancuran dan kekar yang diinterpretasikan akibat pengaruh sesar pada daerah penelitian (Gambar 3.26). Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini mencapai lebih dari 300 m. Secara megaskopis, batulempung ini berwarna abu-abu, karbonatan, dan getas. Berdasarkan hasil analisis keterdapatan fosil foraminifera plankton, fosil petunjuk yang ditemukan pada satuan ini adalah Globorotalia plesiotumida (klasifikasi Blow, 1969 op cit. Postuma, 1971) yang menunjukkan satuan ini berumur Miosen Atas (N17-N18). Lingkungan pengendapan pada satuan ini didasarkan pada fosil foraminifera bentos yang ditemukan yaitu Uvigerina dan Pullenia sp menunjukkan lingkungan pengendapan berupa submarine fan pada zona upper bathyal dengan kedalaman 200-500 m (lihat Lampiran B.3, Lampiran B.4, dan Lampiran B.5). Mekanisme pengendapan pada satuan ini berupa arus turbidit (Martodjojo, 1984). Gambar 3.26. Singkapan batulempung II, terlihat adanya kekar dan hancuran pada singkapan yang mengindikasikan adanya gejala sesar yang melewati singkapan ini. 42

Hubungan dengan satuan batuan di bawahnya adalah selaras, walaupun tidak ditemukan kontak dengan satuan di bawahnya. Akan tetapi, satuan ini menunjukkan kesamaan penyebaran dan kedudukan batuan dengan satuan di bawahnya. Satuan ini disetarakan dengan batulempung Formasi Cantayan (Martodjojo, 1984). 3.2.5 Satuan Breksi Piroklastik Satuan ini merupakan breksi yang berasal dari hasil kegiatan vulkanisme dari Gunung Pra-Sunda (Kartadinata, 2009) yang diendapkan pada lingkungan daratan setelah terjadinya pengangkatan. Satuan ini menempati 40% daerah penelitian, terletak pada bagian timurlaut hingga baratdaya seperti yang terlihat pada peta geologi (lihat Lampiran D.9), dan tersingkap baik di Sungai Cimeta dan Sungai Cikubang yang merupakan sungai utama pada daerah penelitian. Secara umum satuan ini berada pada morfologi lembah dan tekuk lereng pada ketinggian 375-550 m di atas permukaan laut. Hal ini dikarenakan mekanisme pengendapan satuan ini berupa aliran piroklastik yang mengalir sepanjang lembah dan membawa aliran massa berupa material-material vulkanik dan rombakan batuan sepanjang lembah. Kondisi singkapan yang berada pada lembah sungai umumnya agak lapuk karena telah mengalami erosi, sedangkan kondisi singkapan pada daerah tekuk lereng dijumpai cukup segar. Struktur batuan yang terlihat pada singkapan ini berupa struktur gradded bedding dan initial dip dengan kemiringan yang relatif kecil atau kurang dari 15 (Gambar 3.27). Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini lebih dari 200 m. Secara megaskopis, breksi piroklastik berwarna abu-abu, monomik, berukuran butir kerikil-bongkah, bentuk butir menyudut tanggung, matriks berupa debu vulkanik berukuran pasir, terpilah buruk, kemas terbuka, terdiri dari fragmen andesit (berdasarkan klasifikasi Schmid op cit. Yuwono, 2004). Fragmen breksi piroklastik, memiliki ciri-ciri megaskopis batuan andesit warna abu-abu, masif, tekstur afanitik, holokristalin, bentuk butir subhedralanhedral, terdiri dari mineral piroksen, plagioklas, dan kuarsa. Secara mikroskopis matriks breksi bertekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran 60% terdiri dari kristal kuarsa 15%, plagioklas 10%, opak 8%, gelas 7%, dan fragmen batuan 20%, berukuran 0,1 1,5 mm, menyudut tanggung, matriks 40% berupa gelas (lihat Lampiran A.5). Fragmen breksi yang beupa andesit secara mikroskopis bertesktur hipokristalin, porfiritik, fenokris 50%, butiran terdiri dari plagioklas 20%, piroksen 7%, kuarsa 8%, gelas 10%, dan mineral opak 5%, 43

subhedral-anhedral, ukuran kristal 0,1-1 mm, massadasar 50% intergranular, terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa, gelas, dan mineral opak (lihat Lampiran A.6). Satuan ini diendapkan pada lingkungan darat setelah terjadinya pengangkatan dan merupakan produk gunungapi tua (Martodjojo, 1984). Satuan ini merupakan hasil kegiatan vulkanisme dari Gunung Pra-Sunda (Kartadinata, 2009) dengan mekanisme pengendapan berupa aliran piroklastik. Kegiatan vulkanisme Gunung Pra-Sunda menghasilkan suatu mekanisme pengendapan berupa aliran piroklastik yang membawa aliran massa dan mengendapkan material-material vulkanik dan rombakan-rombakan batuan di sepanjang lembah Sungai Cikubang dan Sungai Cimeta. Hal tersebut dicirikan dengan adanya fragmen batuan yang mengambang pada massa dasar dan rongga-rongga yang terbentuk akibat keluarnya gas pada saat pengendapan. (Gambar 3.28) Adanya breksi piroklastik dengan mekanisme aliran dengan massa dasar debu vulkanik berukuran pasir mengindikasikan lingkugan fasies menengah (medial) hingga proksimal menurut Model Fasies Fuego (Vessel dan Davis, 1981 op cit. Cas dan Wright, 1987). Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada Sunardi (1996) yang memperoleh umur 560.000 tahun yang lalu (Plistosen Akhir). Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan di bawahnya tidak selaras. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan lingkungan pengendapan dengan satuan di bawahnya yang diendapkan pada lingkugan laut dalam. Satuan ini disetarakan dengan produk dari Endapan Vulkanik Kuarter Tua (Sudjatmiko, 1972). Gambar 3.27. Perlapisan pada breksi piroklastik yang memperlihatkan initial dip dengan kemiringan kurang dari 15 (gambar kiri) dan struktur batuan berupa gradded bedding (gambar kanan). 44

Gambar 3.28. Singkapan breksi piroklastik yang memperlihatkan fragmen andesit yang mengambang pada massa dasar debu vulkanik (gambar kiri) dan adanya ronggarongga (gambar kanan). Hal ini mengindikasikan mekanisme pengendapan aliran piroklastik. 3.2.6 Satuan Lava Andesit Satuan ini merupakan lava yang berkomposisi andesit berdasarkan ciri-ciri megaskopisnya. Satuan ini dihasilkan erupsi Gunung Pra-Sunda (Kartadinata, 2009) yang menghasilkan lava yang mengalir di permukaan Satuan ini menempati 8% daerah penelitian, terletak pada bagian timur daerah penelitian seperti yang terlihat pada peta geologi (lihat Lampiaran D.9), dan tersingkap baik di Sungai Cipada dan Bukit Tangkil pada bagian timur daerah penelitian. Satuan Satuan ini berada pada morfologi berupa punggungan dan berada pada ketinggian 600-725 m di atas permukaan laut. Kondisi singkapan sangat baik karena andesit merupakan batuan yang keras dan resisten terhadap erosi. Singkapan andesit ini banyak dijumpai di atas bukit dan di tepi rel kereta api. Terdapat struktur kekar kolom dan kekar berlembar (sheeting joint) yang mencirikan lava yang baru membeku didesak oleh aliran lava baru yang mengalir di atasnya atau adanya pembebanan sehingga membentuk struktur tersebut (Gambar 3.29). Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini sekitar 60 m. Secara megaskopis, andesit berwarna abu-abu kehitaman, struktur vesikuler, tekstur afanitik, holokristalin, bentuk butir subhedral-anhedral, terdiri dari mineral piroksen, plagioklas dan kuarsa. Secara mikroskopis andesit ini memiliki ciri tesktur holokristalin, intergranular, fenokris 40% butiran terdiri dari plagioklas 15%, piroksen 10%, kuarsa 8%, gelas 5%, dan opak 2%, subhedral, ukuran kristal 0,1-1 mm, massadasar 60% intergranular, terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa, gelas, dan opak (lihat Lampiran A.7). 45

Satuan ini diendapkan pada lingkungan darat dan merupakan produk hasil kegiatan vulkanisme Gunung Pra-Sunda (Kartadinata, 2009) berupa erupsi yang secara efusif menghasilkan magma yang mencapai permukaan, dan kemudian meghasilkan aliran lava. Lava seperti halnya air, mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, akan tetapi lava memilki viskositas yang lebih tinggi daripada air. Aliran lava kemudian mengalir melalui melalui lembah sungai atau celah-celah pada bukit, kemudian membeku dan terendapkan. Lava yang mengalir akan mengeluarkan gas yang pada saat membeku, sisa lubang gas akan membentuk rongga-rongga atau struktur vesikuler (Gambar 3.30). Satuan ini diendapkan pada topografi yang lebih tinggi dari satuan breksi piroklastik dan mengikuti topografi yang ada, hal ini didasarkan pada hasil produk vulkanik yang terbentuk akan menutupi lapisan batuan yang telah diendapkan sebelumnya (Yuwono, 2004). Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada Sunardi (1996) yang memperoleh umur 560.000 tahun yang lalu (Plistosen Akhir). Hubungan satuan ini dengan satuan di bawahnya adalah selaras, dan terdapat kontak di antara keduanya (Gambar 3.31). Dari hasil rekonstruksi penampang geologi terlihat, bahwa hubungan satuan lava dan satuan breski piroklastik adalah selaras. Satuan ini disetarakan dengan produk dari Endapan Vulkanikr Kuarter Tua, Qob (Sudjatmiko, 1972). Gambar 3.29. Singkapan lava andesit yang tersingkap di Bukit Tangkil memperlihatkan struktur berupa kekar berlembar (gambar kiri) dan kekar kolom (gambar kanan). 46

Gambar 3.30. Singkapan lava andesit yang memperlihatkan struktur vesikuler (gambar kiri) dan kekar berlembar (gambar kanan). Hal ini mengindikasikan bahwa satuan ini terbentuk di permukaan sebagai aliran lava. Lava andesit Breksi Gambar 3.31. Kontak antara breksi piroklastik dan lava andesit di Kali Lebakleungsir. 47

3.2.7 Satuan Tuf Satuan tuf merupakan satuan termuda di daerah penelitian, dan merupakan hasil kegiatan vulkanisme Gunung Pra-Sunda (Kartadinata, 2009). Satuan ini menempati 17% daerah penelitian, terletak pada bagian selatan dan timurlaut seperti yang terlihat pada geologi (lihat Lampiran D.9), dan tersingkap baik di Sungai Cipadakati, Pasir Tonjong, dan Cibarengkok pada bagian selatan dan utara daerah penelitian. Secara umum satuan ini menempati morfologi perbukitan pada bagian selatan daerah penelitian dan berada pada ketinggian 550-725 m di atas permukaan laut. Kondisi singkapan umumnya agak lapuk-cukup segar karena tuf merupakan batuan yang lunak dan rentan terhadap erosi. Struktur batuan yang terlihat pada satuan tuf adalah gradded bedding (Gambar 3.32). Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini lebih dari 120 m. Secara megaskopis, tuf lapili berwarna abu-abu terang, ukuran butir berupa debu lapili (<2mm-64mm), matriks berupa debu vulkanik berukuran pasir, terpilah buruk, kemas terbuka, struktur berupa rongga-ronga atau vesikuler, terdapat fragmen skoria dan fragmen andesit yang terdiri dari mineral kuarsa, piroksen, dan plagioklas. Secara mikroskopis tuf ini memiliki ciri tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran 40% terdiri dari kristal kuarsa 15%, plagioklas 10%, gelas 8%, dan opak 7%, berukuran 0,1 1 mm, menyudut tanggung, matriks 60% berupa gelas (lihat Lampiran A.8). Satuan ini diendapkan pada lingkungan darat dan merupakan produk hasil kegiatan vulkanisme Gunung Pra-Sunda (Kartadinata, 2009). Pengendapan satuan ini mengikuti morfologi asal karena diendapkan dengan mekanisme jatuhan piroklastik dan sebagian dengan mekanisme aliran piroklastik. Pengendapan satuan ini diawali dari erupsi gunungapi yang menghempaskan material piroklastik ke atmosfer. Pengendapan dengan mekanisme jatuhan piroklastik ditunjukkan dengan adanya struktur gradded bedding, sedangkan adanya fragmen skoria dan rongga pada tuf lapili mengindikasikan mekanisme pengendapan aliran piroklastik (Gambar 3.33). Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada Sunardi (1996) yang memperoleh umur 560.000 tahun yang lalu (Plistosen Akhir). Hubungan Stratigrafi antara satuan tuf dengan satuan dibawahnya adalah selaras, walaupun tidak terdapat kontak dengan satuan lava. Dari hasil rekonstruksi penampang geologi terlihat, bahwa hubungan satuan lava dan satuan breski piroklastik adalah selaras. Satuan ini disetarakan dengan produk dari Endapan Vulkanik Kuarter Tua, Qob (Sudjatmiko, 1972). 48

Gambar 3.32. Tuf berlapis yang memperlihatkan struktur gradded bedding Rongga Fragmen skoria Gambar 3.33. Singkapan tuf yang memperlihatkan rongga (gambar kiri) dan fragmen skoria (gambar kanan). Hal ini mengindikasikan adanya gas yang keluar saat satuan ini terendapkan dengan mekanisme aliran piroklastik. 3.3 Struktur Geologi Identifikasi unsur struktur di daerah penelitian didasari pada penafsiran citra radar, citra DEM, peta topografi, dan pengamatan lapangan. Untuk memudahkan identifikasi unsur struktur di lapangan, maka penafsiran awal dilakukan yaitu berupa analisis citra radar, citra DEM, dan peta topografi. 3.3.1 Analisis Citra Radar dan DEM Untuk mendapatkan pola-pola umum struktur geologi daerah penelitian, dilakukan interpretasi dan analisis kelurusan berdasarkan data citra DEM yang diolah dari peta topografi digital dengan menggunakan ArcGIS 9.3. Berdasarkan hasil analisis diagram Roset 49

(Gambar 3.5), terdapat dua arah utama yaitu dan baratlaut-tenggara. Pola yang berarah timurlaut-baratdaya mencerminkan arah perlapisan batuan dan sumbu lipatan, sedangkan arah baratlaut-tenggara mencerminkan arah sesar di daerah penelitian. Citra DEM dan Citra radar digunakan untuk menginterpretasikan pergeseran-pergeseran kelurusan bukit yang mengindikasikan gejala sesar. 3.3.2 Struktur Lipatan Terdapat dua struktur lipatan yang ada pada daerah penelitian yang membentuk bentang alam berupa perbukitan lipatan yang secara regional menerus hingga ke utara daerah penelitian. Arah sumbu lipatan relatif berarah barat timur yang searah dengan Pola Jawa. Sumbu lipatan yang timurlaut-baratdaya ditafsirkan akibat adanya tegasan kompresi berarah relatif utara-selatan. 3.3.2.1 Lipatan Antiklin Pada daerah penelitian, lipatan antiklin ditandai dengan adanya perubahan jurus dan kemiringan yang ditemukan pada Sungai Cipaku (lihat Gambar 3.10). Kedudukan lapisan batulempung I pada hulu Sungai Cipaku adalah N245 E/33 NW, sedangkan pada bagian hilir Sungai Cipaku memiliki kedudukan lapisan N85 E/35 SE. Lipatan ini merupakan lipatan simetris, karena memilki kemiringan yang relatif sama pada kedua sayap lipatan, selain itu kedua sayap lipatan memilki ketebalan batuan yang sama (lihat penampang geologi). Arah sumbu lipatan memiliki arah timurlaut-baratdaya. Perlipatan diperkirakan terjadi pada kala Plio-Plistosen setelah diendapkan Formasi Cantayan (Martodjojo, 1984). 3.3.2.2 Lipatan Sinklin Pada daerah penelitian, lipatan sinklin ditandai dengan adanya perubahan jurus dan kemiringan yang ditemukan pada Sungai Cipicung (lihat Gambar 3.13.). Kedudukan pada hulu Sungai Cipicung adalah N57 E/27 SE, sedangkan kedudukan lapisan pada bagian hilir Sungai Cipicung atau bagian selatan adalah N238 E/25 NW. Seperti lipatan antiklin, lipatan ini juga merupakan lipatan simetris, karena memilki kemiringan yang sama pada kedua sayap lipatan, selain itu kedua sayap lipatan memilki ketebalan batuan yang sama (lihat penampang geologi). Arah sumbu lipatan memilki arah timurlaut-baratdaya. Perlipatan diperkirakan terjadi pada kala Plio-Plistosen setelah diendapkan Formasi Cantayan (Martodjojo, 1984). 50

3.3.3 Struktur Sesar Gejala struktur sesar yang ditemukan di lapangan adanya kekar gerus, gash fracture, breksiasi dan offset litologi yang memperlihatkan gejala sesar mendatar dengan pergerakan menganan (Gambar 3.34). Gejala-gejala tersebut didukung dengan analisis citra DEM yang memperlihatkan adanya pergeseran pada kelurusan punggungan dan lembah. Berdasarkan analisis kinematik (lihat lampiran C.1) yang dilakukan dari data perpotongan gash fracutre dan kekar gerus serta arah breksiasi didapat sesar mengananturun dengan bidang sesar N160 E/60 SW dengan pitch 20. Sesar ini ditafsirkan terbentuk setelah terjadinya lipatan dan masih pada fase kompresi Plio-Plistosen yang kemudian memotong sumbu lipatan yang telah ada. Gambar 3.34. Bukti-bukti gejala sesar, terlihat dari citra DEM (kiri bawah) pergeseran dari kelurusan bukit, serta adanya gejala hancuran berupa breksiasi (kiri atas), kekar gerus(kanan atas) dan gash fracture (kanan bawah) pada breksi dan batupasir di Sungai Ciburial. 51

3.4 Sejarah Geologi Sejarah geologi dimulai pada kala Miosen Atas dengan diendapkannya satuan batulempung I. Hal tersebut didasarkan pada fosil petunjuk Globorotalia pseudomiocenica yang berumur N16-N17 pada lingkungan submarine fan bagian outer fan. Kemudian secara selaras diendapkan satuan breksi yang ditafsikan sebagai endapan kipas laut dalam bagian atas. Timbulnya breksi juga ditafsirkan timbulnya supra fan baru di atas outer fan dengan mekanisme aliran gravitasi berupa arus turbidit (Martodjojo, 1984). Masih pada kala Miosen Atas, secara selaras diendapkan satuan batupasir pada lingkungan submarine fan bagian supra fan. Pada kala Miosen Atas hingga awal dari Pliosen Bawah diendapkan satuan batulempung II. Hal ini didasarkan pada fosil penunjuk Globorotalia Plesiotumida yang berumur N17-N18 masih pada lingkungan yang sama dengan satuan breksi dan satuan batupasir. Adanya siklus breksi-pasir-lempung membuktikan bahwa setelah supra fan tersebut terbentuk, aktifitas aliran gravitasi mulai mengecil (Martodjojo, 1984). Menurut Martodjojo (1984), pada kala Plio-Plistosen terjadi aktifitas tektonik yang menyebabkan terjadinya pengangkatan sehingga mengakibatkan pembentukan struktur lipatan dan sesar-sesar mendatar yang ada pada satuan batuan di daerah penelitian. Pada kala Plistosen, daerah penelitian telah menjadi daratan dan diendapkan satuan batuan vulkanik yang merupakan bagian dari Cisarua Ignimbrit (Kartadinata, 2009). Pengendapan terjadi akibat kegiatan vulkanisme aktif oleh Gunung Pra-Sunda pada kala Plistosen (Kartadinata, 2009). Produk dari hasil vulkanisme tersebut terendapkan (dari tua ke muda) satuan breksi piroklastik yang terbentuk dengan mekanisme aliran piroklastik, yang kemudian tersebar dan terendapkan di sepanjang lembah Sungai Cikubang dan Sungai Cimeta. Hasil erupsi Gunung Pra-Sunda secara efusif menghasilkan magma yang keluar ke permukaan dan mengalir menjadi aliran lava. Aliran lava tersebut kemudian mengalir mengikuti lembah-lembah sungai ataupun celah-celah bukit dan terendapkan masih pada kala Plistosen atau tidak lama setalah breksi piroklastik terendapkan. Erupsi Gunung Pra-Sunda yang terus aktif pada kala Plistosen membuat gunung tersebut masih menghasilkan produk vulkaniknya, hal ini ditandai adanya aliran massa yang membawa material piroklastik di sepanjang lembah dan pelepasan material atmosfer ke udara yang kemudian jatuh dan mengendapkan satuan tuf di daerah penelitian pada lingkungan medial volcaniclastic (Vessel dan Davis, 1981 op cit. Cas dan Wright, 1987). Gaya-gaya eksogen yang berkembang hingga saat ini adalah pelapukan dan longsoranlongsoran yang banyak terjadi di baratlaut daerah penelitian. 52