saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA VIRTUAL LABORATORY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. proses aktualisasi siswa melalui berbagai pengalaman belajar yang mereka dapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

I. PENDAHULUAN. yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi seperti saat ini memungkinkan terjadinya arus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang ada saat ini seperti Course Builder, Visual Basic, atau Dream weaver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUA N A.

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Argarani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tri Suci Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal. Keberadaan buku ajar memberikan kemudahan bagi guru dan. siswa untuk dapat memahami konsep secara menyeluruh.

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. yang memadai. Biologi adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam. Biologi

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan disiplin ilmu yang erat kaitannya kegiatan eksperimen. Puskur (2009:4) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses. Selama ini, pembelajaran IPA cenderung hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian menyebabkan IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran (Trianto, 2010:5). Dalam pembelajaran IPA siswa juga dituntut untuk memahami berbagai konsep dasar pada materi IPA yang diajarkan di kelas. Akan tetapi tidak semua siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang ada. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya adalah faktor dari diri siswa itu sendiri ataupun faktor dari luar seperti guru, lingkungan dan fasilitas. Faktor yang ada pada diri siswa sendiri antara lain kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir siswa sangat erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa menggunakan kemampuan 1

berpikirnya terutama kemampuan berpikir analisis untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dari data temuan hasil tes Programme for International Student Assessment ( PISA ) tahun 2015 hasil survey mengenai kemampuan siswa di Indonesia dalam pembelajaran IPA masih kurang. Dari 69 negara yang disurvey oleh PISA, Indonesia menduduki peringkat ke-62 untuk IPA (The Organisation for Economic Co-operation and Development, 2016:83). Peringkat tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil tes dan survey PISA terdahulu tahun 2012 yang juga berada pada kelompok yang rendah. Menurut survey PISA, siswa Indonesia hanya mampu memecahkan masalah sederhana dan tidak bisa memecahkan masalah-masalah yang lebih rumit. Hal ini menandakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi IPA siswa seperti berpikir analisis masih kurang. Salah satu pendekatan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir analisis adalah pendekatan inkuiri. Pada proses-proses inkuiri menuntut peserta didik untuk dapat berpikir analisis. Hal ini senada dengan Depdiknas (2006: 2) yang menyatakan bahwa perlunya melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah, serta berkomunikasi. Kegiatan inkuiri dalam pembelajaran IPA dilakukan dalam bentuk kegiatan eksperimen di laboratorium, akan tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa kendala yang dialami guru sehingga guru kurang 2

memaksimalkan kegiatan pembelajaran di laboratorium diantaranya ruangan laboratorium yang kurang mendukung. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP I Al- Azhar 26 Yogyakarta permasalahan yang ditemui menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA belum sepenuhnya dilakukan dengan proses penemuan dan penyelidikan. Pembelajaran IPA masih dilaksanakan didalam kelas dan dalam kegiatan pembelajaran cara berpikir analisis siswa masih kurang yang terlihat ketika guru menyajikan masalah dan meminta siswa memikirkan penyelesaian masalah tersebut, siswa menjawab pertanyaan dari guru tanpa dilandasi dengan teori. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan teori untuk menjelaskan peristiwa yang ada kehidupan sehari-hari dan kesulitan memberikan contoh nyata dari aplikasi teori dengan kehidupan nyata. Kendala lainnya adalah apabila guru dalam menyampaikan materi kurang menarik terutama pada materi yang abstrak dan sulit dipahami siswa akan lebih cenderung mengabaikan pembelajaran dan asyik sendiri. Oleh sebab itu diperlukan adanya media alternatif yang dapat menarik minat siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA khususnya pada materi yang abstrak dan sulit dipahami sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran IPA yang sudah ditetapkan. Di abad 21, sudah waktunya pendidikan mengintegrasikan Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam kegiatan pembelajaran. 3

Guru dan siswa harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Yuniarti (2012:87) mendefinisikan Virtual laboratory sebagai suatu produk inovasi media pembelajaran berbasis komputer dan teknologi dapat diterapkan di sekolah dengan teknologi informasi dalam proses pembelajarannya. Pengembangan virtual laboratory IPA dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis dan sekaligus meningkatkan kemampuan siswa dan guru di bidang ICT. Keberadaan virtual laboratory diharapkan dapat menjadi solusi bagi kendala-kendala yang dihadapi untuk melakukan praktikum di sekolah. Virtual laboratory bukan untuk menggantikan laboratorium riil akan tetapi sebagai media untuk mendukung. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMP I Al-Azhar 26 Yogyakarta telah difasilitasi laboratorium komputer yang luas serta jaringan wifi yang cepat dan sebagian besar siswa memiliki dan membawa laptop untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas. Akan tetapi fasilitas yang diberikan sekolah dan potensi siswa dalam menggunakan IT belum diintegrasikan pada pembelajaran IPA. Guru IPA di SMP I Al-Azhar 26 Yogyakarta belum ada yang menggunakan media pembelajaran virtual laboratory untuk mempermudah siswa dalam mempelajari materi yang abstrak dan sulit dipahami. Dalam pembelajaran IPA penggunaan laptop hanya sebatas untuk membuka materi untuk ditayangkan didepan kelas oleh guru. 4

Materi yang dipilih dalam pengembangan virtual laboratory ini adalah materi Alat Optik. Materi Alat Optik merupakan materi abstrak terutama jalannya sinar pada instrumenasi optik dan proses terjadinya bayangan pada mata. Kegiatan yang dilakukan untuk membelajarkan materi tersebut adalah dengan eksperimen. Akan tetapi situasi pada laboratorium riil kurang mendukung dikarenakan ruangan laboratorium terlalu terang karena ketidaktersediaan tirai untuk menutup jendela sehingga menyulitkan siswa untuk melakukan pengamatan terhadap bayangan yang terbentuk, alat optik mata sukar untuk di eksperimenkan secara langsung karena merupakan organ hidup. Fakta lain hasil observasi adalah dalam melaksanakan kegiatan eksperimen siswa melakukannya secara berkelompok, dikarenakan jumlah kit Alat Optik tidak sebanyak jumlah siswa sehingga siswa kurang memahami materi yang di eksperimenkan yang berdampak adanya siswa yang tidak aktif selama melakukan kegiatan eksperimen. Dengan adanya perkembangan teknologi,solusi untuk mengatasi masalah tersebut berupa media pembelajaran virtual laboratory pada materi alat optik yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mensimulasikan kegiatan di laboratorium riil. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti mengembangkan media pembelajaran IPA virtual laboratory pada materi alat optik dengan berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa dengan fitur pembelajaran yang lebih lengkap dan 5

menarik. Siswa dituntut untuk merumuskan, mencari atau menggali, menguji serta menyimpulkan sesuai langkah pembelajaran inkuiri didukung dengan virtual laboratory yang dapat diakses oleh siswa dimana saja dan kapan saja yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Kegiatan Pembelajaran IPA belum sepenuhnya dilakukan dengan proses penemuan. Meskipun fasilitas yang terdapat pada laboratorium sudah lengkap dan memadai. 2. Rendahnya kemampuan menganalisis masalah siswa terhadap pembelajaran IPA terutama pada materi yang abstrak, yang sulit dipahami, dan tidak bisa dilihat dengan alat bantu indera. Ditandai dengan banyak siswa yang mengabaikan pembelajaran, tidak mendengarkan dan tidak memperhatikan penjelasan guru. 3. Kurangnya pemanfaatan penggunaan komputer dan laptop yang diintegrasikan pada mata pelajaran IPA 4. Belum adanya media pembelajaran virtual Laboratory pada materi alat optik. 5. Guru IPA di sekolah belum ada yang memiliki media pembeajaran berupa virtual Laboratory. Guru beranggapan bahwa pembuatan media pembelajaran virtual Laboratory rumit dan memakan 6

banyak waktu sehingga guru tidak sempat untuk membuat media tersebut. 6. Beberapa guru belum memiliki media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran IPA. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan maka untuk lebih memfokuskan penelitian, penelitian ini hanya akan dibatasi dalam pengembangan produk virtual Laboratory pada materi alat optik berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMP kelas VIII. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan virtual Laboratory pada materi alat optik berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMP kelas VIII ditinjau berdasarkan aspek pembelajaran, aspek materi, aspek rekayasa lunak dan aspek komunikasi visual? 2. Bagaimana peningkatam kemampuan analisis siswa setelah menggunakan virtual Laboratory pada materi alat optik berpendekatan inkuiri? 3. Bagaimana respon siswa terhadap produk virtual Laboratory pada materi alat optik berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan 7

kemampuan berpikir analisis siswa SMP kelas VIII ditinjau berdasarkan kelayakan isi,kegrafisan, tampilan dan bahasa? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan agar: 1. Mengetahui kelayakan virtual Laboratory pada materi alat optik berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMP kelas VIII berdasarkan aspek pembelajaran, aspek materi, aspek rekayasa lunak dan aspek komunikasi visual 2. Mengetahui peningkatan kemampuan analisis siswa setelah menggunakan virtual Laboratory pada materi alat optik berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMP kelas VIII. 3. Mengetahui respon siswa terhadap produk virtual Laboratory pada materi alat optik berpendekatan inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa SMP kelas VIII. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari pembuatan media pembelajaran ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Siswa a) Memfasilitasi siswa untuk belajar aktif. b) Memotivasi siswa untuk lebih meningkatkan keinginan siswa dalam belajar IPA. 8

c) Meningkatkan efisisensi waktu dalam proses pembelajaran IPA. d) Sebagai media pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena/gejala alam yang sulit dilihat secara langsung. 2. Bagi Guru a. Hasil pengembangan ini dapat dijadikan referensi dalam menyusun media pembelajaran IPA, sehingga dapat memotivasi guru untuk membuat media pembelajaran IPA yang lebih baik. b. Sebagai media pembelajaran 3. Bagi Peneliti a. Melatih kemampuan mengembangkan media pembelajaran IPA dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa b. Memberikan inspirasi untuk penelitian lebih lanjut tentang pengembangan media pembelajaran IPA. G. Definisi Operasional 1. Pendekatan Inkuiri Pendekatan inkuiri merupakan serangkaian proses untuk menemukan kebenaran suatu konsep ilmiah dengan cara penyelidikan yang difasilitasi dengan petunjuk maupun bimbingan, melalui proses penyajian masalah, verifikasi, eksperimen, 9

pengorganisasian atau pengolahan data dan analisis proses inkuiri untuk meningkatkan ketrampilan berpikir analisis. 2. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan salah satu alat bantu pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran sebagai alat interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas. 3. Virtual Laboratory Virtual Laboratory merupakan program komputer yang dapat memvisualisasikan fenomena yang abstrak atau percobaan yang rumit dilakukan di dunia nyata sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir analisis yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah. 4. Kemampuan Berpikir Analisis Suatu proses memecahkan masalah atau gagasan menjadi bagianyang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan antara bagian-bagian tersebut. Membedakan hal relevan dan tidak relevan, mengorganisasikan penyelesaian masalah, menghubungkan antar gejala/fakta untuk pemecahan masalah. 10