1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. Pelita Sejahtera Abadi didirikan pada tanggal 14 Januari 2002 berdasar akta notaris No: 16 dari notaris Ny. O. Hartati, SH. Akta Notaris tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia No.C.03855.HT.0101 Th.2002 Tanggal 8 Maret 2002 dan telah dicatatkan pada lembaran Berita Negara No. 48/2002 tanggal 14 Juni 2002 dan Tambahan berita negara No. 5772/2002. Perubahan Akta Notaris berdasar perubahan anggaran dasar dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka (Tbk), yaitu berdasar Akta Notaris Edi Priyono, SH (Notaris di Jakarta) No. 15 tanggal 25 April 2002 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia No. C-08270 HT.01.04 Th 2002 tanggal 14 Mei 2002. Perubahan Akta Notaris terakhir berdasar perubahan anggaran dasar Perseroan sesuai Undang undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 sebagai pengganti Undang-undang No.1 Tahun 1995, dengan Akta Notaris No. 50 tanggal 18 Juni 2008 dari notaris Ny. O.Hartati, SH dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia No. AHU-82938.AH.01.02 Tahun 2008 Tanggal 06 November 2008. Tempat dan kedudukan perusahaan di Jalan Raya Soekarno Hatta KM-32, Desa Harjosari, Bawen 50661 Kabupaten Semarang. 1.1 Latar Belakang didirikannya PT. Pelita Sejahtera Abadi Tbk PT. Pelita Sejahtera Abadi Tbk ( Perusahaan ) bergerak dalam bidang-bidang usaha jasa boga, toko serba ada, jasa pelayanan transportasi kontainer (trucking), wartel dan perumahan. Semua bidang usaha tersebut kecuali perumahan diperoleh melalui pembelian Aset dan hutang dari Koperasi Karyawan Apacinti Pelita Sejahtera ( Kopkar Apacinti ) berdasarkan Akta No. 1,2,3,4, 6 yang dibuat dihadapan Ende Yahara, SH, Notaris di Bawen tanggal 1 Mei 2002. Dalam bidang pelayanan pengangkutan barang Perusahaan bekerja sama dengan PT. Apacinti Corpora yaitu berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama tanggal 31 Januari 2008 yang telah diperpanjang dan berlaku dari tanggal 31 Januari 2010 hingga 31 Januari 2012, sedang untuk pelayanan jasa boga berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama dengan PT. Apacinti Corpora dengan nomor 04/AIC-Pers/II/2008 tanggal 01 Februari 2008 yang telah diperpanjang dan berlaku dari tanggal 01 Februari 2010 sampai dengan 31 Januari 2012. 5
1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pendirian PT. Pelita Sejahtera Abadi Tbk berdasar Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan adalah melakukan usaha dalam bidang tekstil, pengangkutan, pembangunan, real estate, perdagangan, pengadaan barang, angkutan, jasa boga, industri, pertanian, perkebunan, perhutanan, pertambangan, peternakan, perikanan, pertambakan, perbengkelan, konsultan dan bidang jasa lainnya dalam arti yang seluas-luasnya. PT. Pelita Sejahtera Abadi Tbk memulai kegiatan operasionalnya sejak 1 Mei 2002 1.3. Struktur Organisasi Perusahaan (PT. Pelita Sejahtera Abadi Tbk) Jumlah karyawan tetap perusahaan adalah sebanyak 133 orang. Adapun Struktur organisasi perusahaan berdasarkan perubahan terakhir Akta Notaris Ny. O. Hartati, S. H. No. 50 tertanggal 18 Juli 2008 adalah sebagai berikut: Tahun 2009: Dewan Komisaris: Komisaris Utama : Joseph Natal Sontenes Nababan Komisaris : Djulian Azwari Imron Komisaris Independen : Ade Prima Syarif Direksi: Direktur Utama Direktur : Rakiyo Wibowo : Jusca Fariedz Tahun 2010: Dewan Komisaris: Komisaris Utama : Joseph Natal Sontenes Nababan Komisaris : Djulian Azwari Imron Komisaris Independen : Ade Prima Syarif Direksi: Direktur Utama Direktur : Rakiyo Wibowo : Jusca Fariedz 6
2. KEBIJAKAN AKUNTANSI Berikut ini kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dengan menggunakan dasar harga perolehan dan nilai wajar sebagaimana tercermin dalam PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang diberlakukan 1 Januari 2010. Dan catatan PSAK 50 (Revisi 2006) paragraf 84 menyatakan bahwa instrument keuangan seperti piutang dagang dan utang jangka pendek tidak perlu diungkapkan pada nilai wajar, jika nilai tercatatnya sudah dianggap memadai. Laporan arus kas disusun menggunakan metode langsung (direct method) dan arus kas dikelompokkan atas dasar kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas mencakup kas, bank dan investasi jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang, setelah dikurangi cerukan. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang rupiah (Rp). b. Kas dan Setara Kas Kas dan setara kas terdiri dari kas, bank, dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya. c. Pengakuan Pendapatan dan Beban Pendapatan diakui berdasar metode accrual, yaitu diakui pada saat terjadi penyerahan barang, sedang beban diakui pada saat terjadinya sesuai dengan masa manfaatnya. Pengakuan pendapatan yang diterima dari transaksi pembiayaan bagi hasil adalah berdasar jumlah nominal tetap yang besarnya ditetapkan sesuai kesepakatan. Pendapatan komisi konsinyasi diakui pada saat barang konsinyasi terjual. Pendapatan jasa trucking didasarkan pada komisi bersih yang diterima perusahaan bila menggunakan armada pihak lain. 7
d. Piutang Usaha dan Cadangan Penurunan Nilai Piutang usaha disajikan berdasar nilai wajarnya dengan menggunakan tarip bunga efektif 6.75% per tahun gross atau 5.4% per tahun net. Penurunan nilai wajar diakui langsung dalam laporan laba rugi dimana penurunan nilai terjadi dan bersamaan penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006) perusahaan mulai tahun buku 2010 perusahaan membentuk cadangan penurunan nilai yang disajikan sebagai contra account dan diberlakukan prospektif. Nilai wajar akhir tahun buku 2010 dijadikan sebagai nilai pengakuan awal. e. PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 14 menyatakan: Pengakuan Awal: Entitas mengakui asset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca, jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrument tersebut (lihat paragraph 38) yang berkaitan pembelian asset keuangan yang lazim (reguler) f. Paragraf 38: Pembelian atau penjualan asset keuangan yang lazim (reguler): jika pembelian atau penjualan asset keuangan yang lazim (reguler) diakui dan dihentikan pengakuannya menggunakan salah satu diantara akuntansi tanggal perdagangan atau akuntansi tanggal penyelesaian g. PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 43 menyatakan: Pengukuran Awal Aset Keuangan dan Kewajiban Keuangan Pada saat pengakuan awal asset keuangan atau kewajiban keuangan, entitas mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal asset keuangan atau kewajiban keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan asset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut. h. PSAK 55 (Revisi 2006) paragraph 59: Penurunan NIlai dan Tidak tertagihnya Aset Keuangan Pada setiap tanggal neraca entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa asset keuangan atau kelompok ast keuangan mengalami penurunan nilai. Jika terdapat bukti tersebut, maka entitas harus menerapkan paragraph 64 (untuk asset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi), paragraph 67 (untuk asset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan), atau paragraph 68 (untuk asset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual) untuk menentukan jumlah kerugian dari penurunan tersebut. 8
i Paragraf 64: Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan Diamortisasi Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat asset dengan dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit dimasa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari asset tersebut (yaitu suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat asset tersebut dikurangi, baik secara langsung maupun menggunakan pos cadangan. Jumlah kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba rugi. j. Paragraf 67: Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrument ekuitas yang tidak memiliki kuotasi dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, atau ats asset derivative yang terkait dan harus diselesaikan dengan penyerahan instrument akuitas yang tidak memiliki kuotasi tersebut, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat asset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk asset keuangan serupa (lihat paragraph 46 dan pedoman Aplikasi paragraph PA 96 dan PA 97. Kerugian penurunan nilai tersebut tidak dapat dipulihkan. k. Paragraf 68: Aset Keuangan yang Tersedia untuk Dijual Ketika penurunan nilai wajar atas asset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual telah diakui secara langsung dalam ekuitas dan terdapat bukti obyektif bahwa aset tersebut mengalami penurunan nilai (lihat paragraph 60), maka kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui secara langsung dalam ekuitas harus dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi meskipun asset keuangan tersebut belum dihentikan pengakuannya. 9
l. Persediaan Perusahaan mengadopsi PSAK 14 (Revisi tahun 2008). Persediaan barang dagangan dinilai berdasar harga beli atau nilai realisasi bersih mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan berdasar harga beli terakhir. Perusahaan tidak membentuk penyisihan persediaan yang rusak atau usang dikarenakan perputaran (turnover) persediaan sangat tinggi khususnya pada barang jasa boga. Barang-barang konsinyasi (titipan) dikeluarkan dari persediaan. Persediaan Tanah dan Bangunan (Rumah) didasarkan pada harga perolehan dan semua biaya-biaya yang telah dan akan dikeluarkan sehingga tanah dan bangunan siap pakai (jual). m. Aset Tetap dan Penyusutan Semua Aset tetap diakui sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai (PSAK No. 16 (Revisi 2007) Aset Tetap yang menggantikan PSAK 16 (1994), Aset Tetap dan Aset Lain-Lain dan PSAK 17 (1994), Akuntansi Penyusutan. Semua Aset tetap kecuali tanah, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) selama masa manfaatnya: Jenis Aset Tetap % Penyusutan Bangunan 10 % Inventaris (Peralatan) 12.5 % & 25% Kendaraan 12.5% Biaya pemeliharaan dan perbaikan diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat Aset atau yang memberikan manfaat ekonomis berupa peningkatan kapasitas, dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan tarip penyusutan yang sesuai. Apabila nilai tercatat Aset lebih besar dari nilai yang dapat diperoleh kembali, nilai tercatat Aset harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, yang ditentukan sebagai nilai tertinggi antara harga jual neto dan nilai pakai. Apabila Aset tetap tidak digunakan lagi atau dijual, maka nilai tercatat dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari laporan keuangan, dan keuntungan dan kerugian yang dihasilkan diakui dalam laporan laba-rugi. 10
n. Pajak Penghasilan Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarip pajak yang berlaku. Pelaporan pajak penghasilan didasarkan pada PSAK No.46 tentang akuntansi pajak penghasilan (lihat catatan 26) Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat Aset dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak Aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan Aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang. Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarip pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian Aset dan kewajiban pajak kini, kecuali Aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda. o. Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah (PSAK No.7): i. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan, atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries); ii. iii. perusahaan asosiasi (associated company); perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksud dengan keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor); 11
iv. karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat dari orang-orang tersebut; v. perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam (iii) atau (iv), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini meliputi perusahaanperusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaanperusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor. p. Biaya Tangguhan Biaya tangguhan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka emisi saham termasuk semua biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka penawaran umum perdana (IPO). Biaya emisi saham ini tidak diamortisasi melainkan akan dikurangkan pada hasil emisi saham, bila proses penawaran umum perdana menjadi efektif. Adapun biaya perijinan pendirian perusahaan dibiayakan pada saat terjadinya. q. Informasi Segmen Informasi segmen perusahaan disajikan menurut pengelompokkan (segmen) usaha. Segmen usaha adalah komponen yang dapat dibedakan (distinguishable components) dan menghasilkan suatu produk atau jasa. r. Laba per saham Laba usaha dan laba bersih per saham tahun 2010 dan 2009 dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang. 12
s. Imbalan Pasca Kerja Tahun buku 2009 dan 2010 perusahaan telah memperhitungkan imbalan pasca kerja untuk karyawan dalam rangka memenuhi Undang-Undang ketenaga kerjaan No. 13 tahun 2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan perusahaan sehubungan dengan imbalan pasca kerja tersebut. Perhitungan imbalan pasca kerja dengan menggunakan metode Projected Unit Credit yang dilakukan oleh Aktuaris Indepenen PT. Konsul Penata Manfaat Sejahtera dengan nomor laporan: 0438/IX/KPMS/2011 untuk tahun buku 2009 dan laporan No. 0439/IX/KPMS/2011 untuk tahun buku 2010 keduanya tertanggal... Dengan metode tersebut diatas, biaya jasa lampau dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak (vested), dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi hak (vested). Mulai tahun buku 2009 dan 2010 perusahaan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2004) tentang imbalan kerja secara retrospektif. Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca merupakan nilai tunai kewajiban imbalan manfaat pasti diseuaikan dengan biaya jasa lampau yang belum diakui. t. Koreksi Laba Tahun Lalu Koreksi atas laba tahun lalu adalah berkaitan kesalahan mendasar (PSAK No. 25) yang dilakukan perusahaan yaitu berkaitan penundaan pembebanan biaya yang sudah semestinya dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya dan penundaan tersebut tertampung dalam rekening uang muka (catatan 9) serta koreksi kesalahan-kesalahan lainnya. 13