BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Kajian Pelestarian Kota Lama Tangerang dalam Aspek Elemen Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Pengguna Ruang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

III. METODOLOGI. Gambar 10. Lokasi Penelitian. Zona Inti

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN (Kasus: Taman Lesmana dan Taman Pandawa)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan. berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5 elemen yang

BAB II KAJIAN TEORI...

Indikator Konten Kuesioner

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

KARAKTERISTIK KAWASAN KOTA LAMA MANADO DENGAN PENDEKATAN TEORI HAMID SHIRVANI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kampus sebagai Generator Pertumbuhan Kawasan.

BAB III TINJAUAN TEMA

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

PENGEMBANGAN WISATA GOA GONG Di PACITAN

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia. Hal itu juga terjadi di bidang perdagangan antara lain adalah

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1. Daftar Gambar...4. Daftar tabel...7. Kata Pengantar...8. Bab I: Pendahuluan...9

BAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat)

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil survey yang dilakukan, diperoleh data tentang aspek-aspek perancangan kota di Kawasan Kota Lama Tangerang, yang terdiri dari beberapa variabel, yaitu ruko, permukiman, klenteng, museum untuk aspek Building Form And Massing. Taman bermain, ruang terbuka hijau untuk aspek Open Space. Trotoar, gang untuk aspek Pedestrian Ways. Papan iklan ruko, ramburambu, papan informasi untuk aspek Signage. PKL, museum, even-even, pasar tradisional untuk aspek Activity Support. Variabel-variabel aspek perancangan kota yang dipilih tersebut sesuai dengan kondisi eksisting di Kawasan Kota Lama Tangerang. 4.1 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Perancangan Kota Data mengenai persepsi masyarakat ini didapat dari 30 responden. Perhitungan untuk bobot nilai dilakukan dengan menggunakan skala linkert, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Bobot Persepsi Masyarakat (Skala Linkert) Sumbu X Bobot (Persepsi) Sangat Baik (SB) 5 Baik (B) 4 Sedang (S) 3 Buruk (b) 2 Sangat Buruk (sb) 1 72

Langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi untuk setiap variabel. Adapun Langkah selanjutnya dalam analisis persepsi ini adalah: 1. menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi untuk setiap variabel, 2. menghitung rata-rata tingkat persepsi untuk keseluruhan variabel. 4.1.1 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Building Form and Massing Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek building form and massing, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar 4.1. Pada Tabel 4.2 dan gambar 4.1 menunjukkan secara keseluruhan mengenai persepsi masyarakat tentang building form and massing, yang atributnya terdiri dari ruko, permukiman, klenteng, dan museum. Pengambilan penilaian dari persepsi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Dari variabel kondisi ruko yaitu tentang kondisi fisik bangunan dan ciri khas bangunan, responden ratarata menilai kondisi ruko baik. variabel kondisi permukiman yaitu tentang kondisi fisik bangunan, keindahan bangunan dan ciri khas arsitekturnya, responden menilai rata-rata buruk ini dikarenakan kondisi rumah-rumah di permukiman tidak terawat ataupun rusak sebagian responden juga menilai rumah-rumah di kawasan permukiman sangat baik dikarenakan ciri khas arsitektur bergaya Cina yang masih terjaga yang membuat kawasan permukiman masih menunjukkan identitas kawasan pecinannya. Untuk variabel kondisi klenteng rata-rata responden menilai kondisi klenteng sangat baik. Begitu juga variabel kondisi museum responden menilai kondisi bangunan klenteng baik. 73

Tabel 4.2 Bobot Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Building Form and Massing Variabel persepsi Jumlah SB B S B Sb bobot (5) (4) (3) (2) (1) X Ruko 20 40 24 12 2 98 3,3 Permukiman 25 16 15 32 0 88 2,9 Klenteng 65 52 12 0 0 129 4,3 Museum 150 0 0 0 0 150 5,0 Sumber: Analisis Dari tabel di atas jika dikaitkan dengan kondisi eksisting sangat jelas bahwa museum dan klenteng yang mendapatkan bobot nilai paling tinggi memang memiliki daya tarik sendiri bagi masyarakat sebagai identitas kawasan Kota Lama Tangerang. Sedangkan untuk permukiman masyarakat menilai, bangunan memang memiliki gaya arsitektur yang berciri khas Cina, namun kondisi yang tidak terawat membuat ciri khas itu hilang. Untuk bangunan ruko berbeda dengan permukiman yang masih memiliki gaya arsitektur khas Cina, bangunan ruko di Kawasan Kota Lama Tangerang lebih cenderung bergaya modern, bangunan-bangunan ruko yang dahulu bergaya cina kini telah dirubah. Walaupun begitu kondisi bangunan ruko berada dalam kondisi yang terawat dan baik. 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Building Form and Massing Ruko Permukiman Klenteng Museum Gambar 4.1 Bobot Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Building Form and Massing 74

4.1.2 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Open Space Dalam analisis persepsi masyarakat tentang aspek Open Space, diambil sampel sebanyak 30 responden. Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Open Space, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan gambar 4.2 Pada Tabel 4.3 dan gambar 4.2 menunjukkan secara keseluruhan mengenai persepsi masyarakat tentang open space (ruang terbuka), yang variabelnya terdiri dari taman bermain dan ruang terbuka hijau. Pengambilan penilaian dari persepsi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Dari kondisi taman bermain yaitu tentang keberadaan taman, responden menilai buruk dikarenakan keberadaan taman bermain di kawasan Kota Lama kurang. Untuk variabel kondisi ruang terbuka hijau tentang luas area dan fasilitas penunjang RTH, responden ratarata menilai sedang, menandakan bahwa ruang terbuka hijau dikawasan ini sudah mencukupi kebutuhan masyarakat. Tabel 4.3 Bobot Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Open Space Variabel Persepsi Jumlah SB B S B Sb Bobot (5) (4) (3) (2) (1) X Taman Bermain 0 0 12 42 5 59 2,0 Ruang Terbuka Hijau 5 36 33 8 5 87 2,9 Sumber: Analisis Jika dikaitkan dengan kondisi eksisting, aspek open space ini memang bisa dikatakan kurang baik. Taman bermain yang mendapatkan nilai bobot yang rendah menandakan bahwa taman bermain masih sangat kurang di kawasan Kota Lama Tangerang ini. Untuk ruang terbuka hijau juga masih kurang bagi masyarakat. 75

3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Open Space Taman Bermain Ruang Terbuka Hijau Gambar 4.2 Bobot Persepsi Masyarakat tentang Aspek Open Space 4.1.3 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Pedestrian Ways Dalam analisis persepsi masyarakat tentang aspek Pedestrian Ways, diambil sampel sebanyak 30 responden. Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Pedestrian Ways, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.3. Pada Tabel 4.4 dan gambar 4.3 menunjukkan mengenai persepsi masyarakat tentang pedestrian ways (jalur pejalan kaki) yang variabelnya terdiri dari trotoar dan gang. Pengambilan penilaian dari persepsi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Dari variabel trotoar yaitu tentang kondisi fisik dan street furniture, responden menilai buruk dikarenakan kondisi nya yang tidak nyaman bagi pejalan kaki. Untuk variabel gang di permukiman tentang lebar gang, pemandangan bangunan kuno di sepanjang gang dan street furniture, responden menilai baik karena nyaman untuk berjalan kaki, namun ada pula responden yang menilai buruk karena street furniture yang tak tersedia di sepanjang gang. 76

Tabel 4.4 Bobot Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Pedestrian Ways Variabel Persepsi Jumlah SB B S b Sb Bobot (5) (4) (3) (2) (1) X Trotoar 0 4 9 40 6 59 2,0 Gang 20 44 39 4 0 107 3,6 Sumber: Analisis Jika dikaitkan dengan kondisi eksistingnya, aspek pedestrian ways yang berupa trotoar dan gang dinilai masyarakat kurang baik terutama untuk trotoar, kondisi trotoar yang rusak dan tidak adanya street furniture seperti tempat sampah, membuat pejalan kaki membuang sampah di trotoar, sehingga pemandangan trotoar terkesan kotor karena banyaknya tumpukan sampah. Untuk gang masyarakat rata-rata menilai cukup baik, kondisi eksisting gang-gang untuk berjalan kaki menuju permukiman warga ini cukup baik, adanya tanaman-tanaman di sepanjang gang dan pemandangan berupa rumah-rumah kuno di sepanjang, membuat pejalan kaki merasa nyaman ketikan berjalan, walawpun street furniture juga masih menjadi permasalahan untuk gang ini. 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Pedestrian Ways Trotoar Gang di permukiman Gambar 4.3 Bobot Persepsi Masyarakat tentang Aspek Pedestrian Ways 77

4.1.4 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Signage Dalam analisis persepsi masyarakat tentang aspek Signage, diambil sampel sebanyak 30 responden Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Signage, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi untuk keseluruhan variabel. Pada aspek selanjutnya menunjukkan mengenai persepsi masyarakat tentang aspek signage (tata informasi) yang variabelnya terdiri dari papan iklan pertokoan, ramburambu, papan informasi. Pengambilan penilaian dari persepsi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Dari variabel papan iklan pertokoan yaitu tentang penataan papan iklan di ruko-ruko responden menilai buruk karena penataan papan iklan di ruko-ruko yang tidak sedap dipandang. Untuk variabel rambu-rambu tentang jalan responden juga menilai buruk karena kondisi rambu-rambu yang keberadaannya kurang jelas dan ketersediaan rambu yang tidak tersedia. Untuk variabel papan yaitu informasi penjelasan papan informasi tentang kawasan Kota Lama Tangerang, responden menilai sangat buruk, karena tidak adanya papan informasi di kawasan Kota Lama Tangerang. Untuk lebih jelasnya mengenai persepsi masyarakat tentang aspek signage, dapat dilihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.4 Tabel 4.5 Bobot Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Signage Variabel Persepsi Jumlah SB B S b Sb Bobot (5) (4) (3) (2) (1) X Papan iklan ruko 10 16 24 30 1 81 2,7 Rambu-rambu 0 8 30 22 7 67 2,2 Papan Informasi 0 0 0 26 17 43 1,4 Sumber: Analisis 78

Jika dikaitkan dengan kondisi eksisting, aspek signage dinilai buruk oleh masyarakat, dari gambaran persepsi masyarakat tersebut memang jelas, bahwa kondisi eksistingnya pun penataan signage secara keseluruhan tidak baik dan tidak banyak yang mengganggu pandangan. Selain itu rambu-rambu, seperti rambu dilarang membuang sampah, dilarang merokok dan lain-lain tidak ada. Papan informasi yang menandakan bahwa kawasan ini adalah kawasan Kota Lama tidak ada, sehingga tak sedikit masyarakat yang tahu bahwa kawasan Kota Lama Tangerang merupakan kawasan budaya, sesuai dengan apa yang telah di tuliskan Pemerintah Kota Tangerang dalam laporan antara program pendamping revitalisasi Kota Lama Tangerang. 3.0 Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Signage 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Papan iklan di ruko Rambu-rambu Papan Informasi Gambar 4.4 Bobot Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Signage 4.1.5 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Activity Support Dalam analisis persepsi masyarakat tentang aspek Activity Support diambil sampel sebanyak 30 responden. Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Signage, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.5. 79

Pada aspek selanjutnya, menjelaskan mengenai persepsi tentang activity support (aktivitas pendukung) yang variabelnya terdiri dari PKL (Pedagang Kaki Lima), Museum, Even-even dan pasar tradisional. Pengambilan penilaian dari persepsi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Untuk variabel PKL tentang ketertiban PKL responden menilai sedang, karena keberadaan PKL di kawasan Kota Lama Tangerang ini merupakan salah satu penggerak kegiatan ekonomi, begitu pula dengan pasar tradisional yang dinilai sedang. Untuk variabel kondisi museum tentang kelengkapan koleksi museum, keunikan koleksi museumnya sangat baik. Untuk variabel kondisi even-even tentang kegiatan-kegiatan budaya yang di adakan dikota lama dan minat masyarakat terhadap budaya setempat, responden menilai sangat baik karena even-even beragam yang diselenggarakan di Kota Lama Tangerang ini juga minat masyarakat yang besar saat even-even kebudayaan sedang berlangsung. Untuk lebih jelasnya mengenai persepsi masyarakat tentang Aspek Activity Support, dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.5. Tabel 4.6 Bobot Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Activity Support Persepsi Variabel SB (5) B (4) S (3) b (2) Sb (1) Jumlah Bobot X PKL 0 20 24 22 6 72 2,4 Museum 70 40 18 0 0 128 4,3 Even-even 80 12 27 4 0 123 4,1 Pasar Tradisional 25 12 51 10 0 98 3,3 Sumber: Analisis Jika dikaitkan dengan kondisi eksisting, aspek activity support menurut persepsi masyarakat baik. kegiatan-kegiatan kebudayaan yang teratur diadakan di kawasan Kota Lama Tangerang ini sudah mencerminkan bahwa kawasan Kota Lama Tangerang ini merupakan kawasan budaya, kegiatan-kegiatan berupa even-even yang kental dengan pecinan maupun kebudayaan yang telah bercampur antara betawi, 80

sunda dan cina selalu rutin diadakan baik even yang bersifat tahunan ataupun eveneven yang penyelenggaraannya dadakan, even-even tersebut yang dinilai masyarakat sangat baik dalam identitas kawasan Kota Lama Tangerang sebagai kawasan budaya. 5.0 Persepsi Masyarakat Tentang Aspek Activity Support 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 PKL Museum even-even Pasar Tradisional Gambar 4.5 Bobot Persepsi Masyarakat tentang Aspek Activity Support Untuk PKL dengan bobot nilai yang rendah menurut persepsi masyarakat, jika dikaitkan dengan kondisi eksisting di kawasan Kota Lama, PKL mempunyai peranan penting sebagai tempat wisata kuliner yang menjadi khas kawasan Kota Lama Tangerang, namun penataan yang tidak tertata membuat PKL ini terlihat sebagai pengganggu pandangan. Begitu juga dengan pasar tradisional yang tidak tertata keberadaannya, padahal pasar tradisional di kawasan Kota Lama Tangerang ini mempunyai peranan penting sebagai kegiatan perekonomian. Untuk museum masyarakat menilai baik, karena museum ini memiliki bentuk bangunan yang khas dan juga koleksi-koleksi di dalam museum yang sangat bernilai sebagai cikal-bakal berkembangnya Kota Lama Tangerang. 81

4.2 Analisis Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Perancangan Kota Data mengenai preferensi masyarakat ini didapat dari 30 responden. Perhitungan untuk bobot nilai dilakukan dengan menggunakan skala linkert, skala linkert sendiri dapat dilihat di Tabel 4.7. Tabel 4.7 Bobot Preferensi Masyarakat (Skala Linkert) Sumbu Y (Preferensi) Bobot Sangat Penting (SP) 5 Penting (P) 4 Cukup Penting (CP) 3 Kurang Penting (Kp) 2 Tidak Penting (Tp) 1 Adapun Langkah selanjutnya dalam analisis persepsi ini adalah: 1. menghitung jumlah bobot penilaian kepentingan/preferensi untuk setiap variabel, 2. menghitung rata-rata tingkat preferensi untuk keseluruhan variabel. 4.2.1 Analisis Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Building Form and Massing Dalam analisis preferensi masyarakat tentang aspek Building Form and Massing diambil sampel sebanyak 30 responden. Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Building Form and Massing, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kepentingan/preferensi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat preferensi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 dan gambar 4.6. Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.6 menunjukkan secara keseluruhan mengenai building form and massing, Pengambilan penilaian dari preferensi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Dilihat dari variabel ruko-ruko 82

di Kawasan Kota Lama responden menilai kondisi dan bentuk ruko di Kawasan Kota Lama sudah baik walaupun begitu tingkat prioritasnya adalah penting, itu berarti perlu adanya perbaikan pada kondisi bentuk dan massa bangunan ruko di kawasan Kota Lama Tangerang. Untuk variabel permukiman responden menilai kondisi fisik dari permukiman di Kawasan Kota Lama Tangerang sangat buruk, maka dari itu responden menilai sangat penting untuk memperbaiki kawasan permukiman di Kawasan Kota Lama Tangerang. Untuk variabel klenteng kondisi klenteng sudah sangat baik, namun begitu responden menilai sangat penting untuk menjaga keutuhan klenteng ini, karena klenteng di kawasan Kota Lama Tangerang sudah menjadi identitas kawasan ini. Untuk variabel museum responden menilai kondisi bangunan museum sangat baik, walaw begitu rata-rata responden menilai sangat penting untuk menjaga keutuhan museum ini sebagai identitas kawasan. Tabel 4.8 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Building Form And Massing Variabel SP (5) P (4) preferensi Cp Kp (3) (2) Tp (1) jumlah bobot Ruko 0 12 42 20 3 77 2,6 Permukiman 105 36 0 0 0 141 4,7 Klenteng 150 0 0 0 0 150 5,0 Museum 130 12 3 0 0 145 4,8 Sumber: Analisis Y Jika dilihat dari kondisi eksisting, aspek building form and massing, untuk variabel ruko dinilai kurang penting, karena kondisi eksisting ruko di kawasan Kota Lama Tangerang sudah cukup baik, dan juga rata-rata ruko di kawasan Kota Lama Tangerang ini rata-rata berupa perkantoran dan juga mini market yang pemiliknya bukan masyarakat setempat. Untuk permukiman masyarakat menilai penting karena kondisi sebenarnya dari permukiman-permukiman warga memiliki ciri khas pecinan, namun tidak terawatnya bangunan membuat ciri khas permukiman sebagai kawasan budaya tidak terlihat. 83

6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Building Form and Massing Ruko Permukiman Klenteng Museum (fisik) Gambar 4.6 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Building Form and Massing 4.2.2 Analisis Preferenai Masyarakat Tentang Aspek Open Space Dalam analisis preferensi masyarakat tentang aspek Open Space diambil sampel sebanyak 30 responden. Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Open Space, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kepentingan/preferensi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat preferensi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 dan gambar 4.7 Pada aspek ini menjelaskan secara keseluruham tentang aspek open space (ruang terbuka), Pengambilan penilaian dari preferensi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Dari variabel taman bermain responden menilai sangat penting. Untuk variabel ruang terbuka hijau, responden juga menilai sangat penting, ini karena perlunya ruang terbuka hijau untuk tetap ada di Kawasan Kota Lama Tangerang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 dan gambar 4.7 84

Tabel 4.9 Bobot Preferensi Pengunnjung Tentang Aspek Open Space preferensi Variabel SP P Cp Kp Tp Jumlah Bobot Y (5) (4) (3) (2) (1) Taman Bermain 125 20 0 0 0 145 4,8 Ruang Terbuka Hijau 100 28 9 0 0 137 4,6 Sumber: Analisis Jika dikaitkan dengan kondisi eksisting, sangat jelas jika rata-rata masyarakat menilai penting untuk aspek open space, karena memang kondisi eksisting di Kawasan Kota Lama Tangerang ini sangat minim ruang terbuka untuk berkumpulnya publik, baik itu untuk bersosialisasi juga untuk melakukan aktivitas budaya di kawasan Kota Lama Tangerang ini yang merupakan kawasan budaya. 4.9 4.8 4.8 4.7 4.7 4.6 4.6 4.5 4.5 Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Open Space Taman Bermain Ruang Terbuka Hijau Gambar 4.7 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Open Space 4.2.3 Analisis Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Pedestrian Ways Dalam analisis preferensi masyarakat tentang aspek Pedestrian Ways diambil sampel sebanyak 30 responden. Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Pedestrian Ways, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert 85

dan menghitung jumlah bobot penilaian kepentingan/preferensi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat preferensi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10 dan gambar 4.8 Pada aspek ini menjelaskan secara keseluruhan mengenai aspek pedestrian ways (jalur pejalan kaki). Pengambilan penilaian dari preferensi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Variabel dari pedestrian ways adalah trotoar dan gang. Untuk variabel trotoar tentang kondisi fisik dan street furniture, preferensi responden tentang variabel ini sangat penting, ini berarti perlu adanya perbaikan dari variabel trotoar yang dikarenakan kondisi fisik dan keberadaan street furniture. Untuk variabel gang tentang lebar gang dan keberadaan street furniture, responden menilai penting, ini berarti perlu adanya perbaikan dari kondisi gang di kawasan permukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Pedestrian Ways preferensi Variabel SP (5) P (4) Cp (3) Kp (2) Tp (1) Jumlah Bobot Y Trotoar 140 8 0 0 0 148 4,9 Gang 20 80 18 0 0 118 3,9 Sumber: Analisis Jika dikaitkan dengan kondisi eksisting, untuk aspek Pedestrian Ways sangat jelas, terutam untuk variabel trotoar yang digunakan untuk pejalan kaki, rata-rata masyarakat menilai penting, karena sesuai dengan kondisi eksisting dari trotoar yang rusak dan kurangnya street furniture. 86

Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Pedestrian Ways 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 Trotoar Gang di permukiman Gambar 4.8 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Pedestrian Ways 4.2.4 Analisis Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Signage Dalam analisis preferensi masyarakat tentang aspek Signage diambil sampel sebanyak 30 responden. Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Signage, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kepentingan/preferensi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat preferensi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.11 dan gambar 4.9. Pada aspek selanjutnya menunjukkan mengenai preferensi masyarakat tentang aspek signage (tata informasi) yang atributnya terdiri dari papan iklan pertokoan, ramburambu, papan informasi. Pengambilan penilaian dari preferensi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Dari variabel papan iklan pertokoan yaitu tentang penataan papan iklan di ruko-ruko responden menilai kurang penting karena penataan papan iklan di ruko-ruko yang sudah penuh. Untuk variabel rambu-rambu tentang jalan responden menilai cukup penting. Untuk papan informasi tentang penjelasan papan informasi tentang kawasan Kota Lama Tangerang, responden menilai sangat sangat penting, karena papan informasi di kawasan Kota Lama Tangerang sebagai kawasan yang direncanakan menjadi wisata budaya 87

dibutuhkan untuk mengetahui lokasi-lokasi. Untuk lebih jelasnya mengenai preferensi masyarakat terhadap aspek signage, dapat dilihat pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Signage preferensi Variabel SP (5) P (4) Cp (3) Kp (2) Tp (1) Jumlah Bobot Y Papan iklan ruko 0 0 9 34 10 53 1,8 Rambu-rambu 45 8 33 16 0 102 3,4 Papan Informasi 100 8 24 0 0 132 4,4 Sumber: Analisis Jika dikaitkan dengan kondisi eksisting, untuk aspek signage. Untuk atribut papan iklan ruko masyarakat menilai tidak penting padahal jika dilihat dari kondisi eksisting dan persepsi masyarakat, kondis papan iklan ruko ini tidak baik. masyarakat menilai demikian karena kondisi fisik ruko sudah cukup baik, dan ruko-ruko yang ada yang berupa perkantoran dan mini market yang memasang papan iklan bukan milik masyarakat setempat, melainkan pihak swasta. Untuk rambu-rambu dan papan informasi masyarakat menilai penting, hal ini sesuai dengan kondisi eksisting yang menunjukkan kurang nya rambu-rambu untuk menunjukkan tanda dilarang membuang sampah dan papan informasi untuk menunjukkan identitas kawasan Kota Lama Tangerang sebagai kawasan budaya. 88

5.0 Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Signage 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 Papan iklan di ruko Rambu-rambu Papan Informasi Gambar 4.9 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Signage 4.2.5 Analisis Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Activity Support Dalam analisis preferensi masyarakat tentang aspek Activity Support diambil sampel sebanyak 30 responden. Setelah pengambilan sampel sebanyak 30 responden tentang aspek Activity Support, perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala linkert dan menghitung jumlah bobot penilaian kepentingan/preferensi untuk setiap variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat preferensi untuk keseluruhan variabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.12 dan gambar 4.10. Pada aspek selanjutnya, menjelaskan mengenai preferensi masyarakat tentang activity support (aktivitas pendukung) yang variabelnya terdiri dari PKL (Pedagang Kaki Lima), Museum, Even-even dan pasar tradisional. Pengambilan penilaian dari preferensi masyarakat ini adalah dengan membandingkan kondisi pada setiap variabel. Untuk variabel PKL tentang ketertiban PKL responden menilai penting karena keberadaan PKL di kawasan Kota Lama Tangerang sebagai aktivitas ekonomi dan juga menjadi daya tarik tersendiri perlu dibenahi keberadaannya agar meningkatkan nilai estetika kawasan Kota Lama Tangerang, begitu pula dengan pasar tradisional yang dinilai penting, karena keberadaan pasar ditengah permukiman dirasa penting untuk dibenahi. Untuk variabel museum tentang kelengkapan koleksi 89

museum, keunikan koleksi museumnya preferensi responden menilai penting, karena koleksi dan keunikan museum penting untuk dijaga sebagai daya tarik kawasan Kota Lama Tangerang. Untuk variabel even-even tentang kegiatan-kegiatan budaya yang di adakan dikota lama dan minat masyarakat terhadap budaya setempat, responden menilai sangat penting karena even-even beragam yang diselenggarakan di Kota Lama Tangerang ini juga minat masyarakat yang besar saat even-even kebudayaan sedang berlangsung, dan ini sangat penting untuk dipertahankan sebagai daya tarik kawasan. Untuk lebih jelasnya mengenai preferensi masyarakat tentang Aspek Activity Support, dapat dilihat pada tabel 4.12 Tabel 4.12 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Activity Support preferensi Variabel SP (5) P (4) Cp (3) Kp (2) Tp (1) Jumlah Bobot Y PKL 5 96 15 0 0 116 3,9 Museum 0 120 0 0 0 120 5,0 Even-even 150 0 0 0 0 150 5,0 Pasar Tradisional 75 40 15 0 0 130 4,3 Sumber: Analisis Rata-rata masyarakat menilai penting untuk atribut museum, even-even dan pasar tradisional, karena kegiatan-kegiatan tersebut sangat penting untuk menunjukkan kawasan Kota Lama Tangerang sebagai kawasan budaya. Untuk atribut PKL masyarakat menilai bahwa PKL cukup penting, jika dilihat dari kondisi eksisting PKL memiliki peranan penting sebagai daya tarik untuk kulinernya, tapi permasalahan yang ada adalah, tempat untuk PKL yang tidak tertata. 90

Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Activity Support 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 PKL Museum even-even Pasar Tradisional Gambar 4.10 Bobot Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Activity Support 4.3 Bobot Persepsi dan Preferensi Aspek Perancangan Kota di Setiap Variabel Dari analisis persepsi dan preferensi masyarakat tentang setiap aspek perancangan kota dapat disimpulkan secara keseluruhan sangat baik dan sudah sesuai harapan responden, Tabel 4.13 Bobot Persepsi dan Preferensi Perancangan Kota di Setiap Variabel No Atribut Bobot persepsi Bobot preferensi X Y 1 Ruko 98 77 3.3 2.6 2 Permukiman 86 141 2.9 4.7 3 Klenteng 117 150 4.3 5.0 4 Museum 150 145 5.0 4.8 5 Taman Bermain 59 150 2.0 5.0 6 Ruang Terbuka Hijau 87 137 2.9 4.6 7 Trotoar 59 148 2.0 4.9 8 Gang di permukiman 107 118 3.6 3.9 9 Papan iklan di ruko 81 53 2.7 1.8 10 Rambu-rambu 67 102 2.2 3.4 11 Papan Informasi 43 132 1.4 4.4 12 PKL 72 116 2.4 3.9 13 Museum 128 150 4.3 4.0 14 even-even 123 150 4.1 5.0 91

No Atribut Bobot persepsi Bobot preferensi X Y 15 Pasar Tradisional 98 130 3.3 4.3 Rata-rata (X,Y) 3.1 4.2 namun masih perlu adanya perbaikan dari setiap aspek yang dinilai responden sangat penting. Untuk lebih jelasnya tentang bobot persepsi dan preferensi aspek perancangan kota pada setiap variabel dapat dilihat pada tabel 4.13. Untuk lebih memperjelas analisis persepsi dan preferensi masyarakat tentang aspek perancangan kota, akan lebih baik ditambahkan analisa kuadran dan analisa kesenjangan/gap. 92

4.4 Analisis Kuadran Persepsi dan Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Perancangan Kota Berdasarkan hasil analisis persepsi dan preferensi masyarakat yang ada di atas maka dapat diketahui prioritas-prioritas utama yang harus segera dibenahi dalam upaya pelestarian Kota Lama sebagai kawasan wisata budaya melalui analisis kuadran. Selain itu variabel yang harus dipertahankan kinerjanya, prioritas rendah dan variabel yang berlebihan dengan menggunakan analisis kuadran. Variabel-variabel yang terdapat pada masing-masing kuadran dapat dilihat dalam gambar 4.11. Dalam hal ini analisis kuadran memetakan prioritas antar satu atribut relatif terhadap variabelvariabel yang lain. Gambar 4.11 Analisis Kuadran Persepsi dan Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Perancangan Kota 6.0 5.0 7 3 13 2 5 14 4 11 6 15 4.0 12 8 10 3.0 1 2.0 9 1.0 0.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 Keterangan: 1.Ruko 2. Permukiman 3. Klenteng 4. Fisik Museum 5. Taman Bermain 6. Ruang Terbuka Hijau 7. Trotoar 8. Gang 9. Papan iklan di ruko 10. Rambu-rambu 11. Papan Informasi 12. PKL 13. Koleksi Museum 14. Even-even 15. Pasar Tradisional 93

Kuadran I (Prioritas Utama). Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan tinggi menurut responden namun kinerjanya masih rendah. Implikasinya variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini harus diprioritaskan untuk diperbaiki. Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini antara lain permukiman, taman bermain, trotoar, RTH, papan informasi. Kuadran II (Pertahankan). Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan kinerjanya juga dinilai baik oleh responden. Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini merupakan kekuatan atau keunggulan dari Kawasan Kota Lama Tangerang di mata responden. Pemerintah, masyarakat dan swasta perlu menjaga kualitas dan mempertahankan kinerja dari variabel-variabel tersebut. Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini antara lain klenteng, fisik museum, koleksi museum, even-even dan pasar tradisional. Kuadran III (Prioritas Rendah). Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang rendah dan kinerjanya juga dinilai kurang baik oleh responden. Pemerintah, masyarakat dan swasta perlu melakukan perbaikan terhadap variabel-variabel tersebut untuk mencegah variabel tersebut bergeser ke kuadran I. variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini antara lain Papan iklan ruko, rambu-rambu dan PKL. Kuadran IV (Berlebihan). Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang rendah menurut responden namum memiliki kinerja yang baik sehingga dianggap berlebihan oleh responden. Peningkatan kinerja pada variabel-variabel ini hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumber daya. Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini adalah Ruko dan gang. 94

4.5 Analisis Kesenjangan / Gap Tentang Aspek Perancangan Kota Hasil analisis / gap yang dilakukan terhadap persepsi dan preferensi masyarakat terhadap variabel-variabel dari aspek perancangan kota dengan penilaian perbandingan kondisi, memperlihatkan bahwa pada umumnya masih di bawah harapan responden. Variabel-variabel yang memiliki selisih bobot di bawah nilai ratarata adalah ruko, fisik museum dan papan iklan ruko. Gambar 4.12 Gap Persepsi dan Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Perancangan Kota Dalam Upaya Pelestarian Kota Lama Tangerang 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0-0.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15-1.0-1.5 Keterangan: 1.Ruko 9. Papan iklan di ruko 2. Permukiman 10. Rambu-rambu 3. Klenteng 11. Papan Informasi 4. Fisik Museum 12. PKL 5. Taman Bermain 13. Koleksi Museum 6. Ruang Terbuka Hijau 14. Even-even 7. Trotoar 15. Pasar Tradisional 8. Gang 95

Dari Gambar 4.12. tersebut dapat dilihat bahwa kesenjangan yang terbesar terjadi pada variabel papan iklan di ruko, sedangkan kesenjangan terkecil terjadi pada fisik museum. Sementara variabel yang tidak memiliki kesenjangan adalah permukiman, klenteng, taman bermain, RTH, trotoar, gang, rambu-rambu, papan informasi, PKL, koleksi museum, even-even, dan pasar tradisional. 96