BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di dua obyek yaitu pada BPRK SAB yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN) dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Tabel 2. 1 penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsitektur Perbankan Indonesia (API). untuk menghadirkan alternatif jasa

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

Mengukur Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2013

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Abstract. Rakhmat Purwanto Dra. Hj. Endang Tri Widyarti, MM

BAB II LANDASAN TEORI. menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia ditandai

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARASI TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK ASING DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA. Riska Laila Maulidah Noor Paidi Hidayat ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik 2010). Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Irdam Ahmad dan Budi Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007).

BAB III METODE PENELITIAN. (2014: 46-48) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif berawal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN Industri perbankan memegang peranan yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting, dan sangat

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFISIENSI BANK BUMD REGIONAL SUMATERA BERDASARKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) STUDI KASUS: BANK ACEH, BANK NAGARI DAN BANK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perbandingan yang mana akan berpengaruh positif. Diantaranya jurnal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENGEMBANGAN MODEL PARAMETRIK METODE DEA DALAM MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI BIAYA PADA PERBANKAN SYARIAH DI KOTA SEMARANG

EFISIENSI KINERJA BAZNAS BOGOR DAN SUKABUMI: PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

STRATEGI PEMASARAN BERAS DI KILANG PADINADINDA DESA PASIE JAMBU KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan

BAB II TEORI METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA), EFISIENSI DAN ASURANSI PENJAMINAN PADA BANK SYARI AH

A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BPR KONVENSIONAL DI INDONESIA PERIODE

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ( Periode Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank-bank besar di Jepang masih beroperasi di atas skala efisiensi minimum, hasil

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia dengan Data Envelopment Analysis 1

PENENTUAN NILAI PRODUKTIVITAS RELATIF TIAP KANTOR LAYANAN DARI PT BANK XXXX DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibutuhkan dalam meneliti dan mengukur kinerja dan manajerial dari sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI BUS DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPEMENT ANALYSIS (DEA)

Kredit yang Diberikan Keterangan Tahun Dana yang Diterima Keterangan Tahun Kredit yang Diberikan Keterangan Tahun 2012

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. pengukuran efisiensi perbankan syariah, diantaranya:

STRATEGI PENINGKATAN EFISIENSI BIAYA PADA BANK UMUM SYARIAH BERBASIS STOCHASTIC FRONTIER APPROACH DAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EFISIENSI KINERJA BANK UMUM SYARIAH (BUS) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA AHMAD AZHARI POHAN

ANALISIS EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

I. PENDAHULUAN. Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Andri Novius *) Jasmina Syafe i *) Febri Delmi Yetti *) Abstract

Mengukur Efisiensi Relatif Pialang Bursa Berjangka Jakarta

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

METODE PENELITIAN. Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Ruang lingkup pada penelitian ini ialah menganalisis pengaruh efisiensi kinerja keuangan dari Bank Umum Syariah (BUS). Pendekatan DEA yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intermediasi. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator bagi pemilik dana dan peminjam yang membutuhkan dana untuk pembiayaan. Objek penelitian yang akan diteliti ialah Bank BRI Syariah. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa sekunder kuantitatif yaitu data yang berupa angka. Jenis data yang digunakan merupakan data sekunder diambil dari berbagai sumber laporan publikasi web resmi, yakni laporan keuangan Bank Indonesia (BI), laporan keuangan publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta laporan keuangan Bank BRI Syariah. C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam teknik pengambilan sample dilakukan secara purposive sampling yang artinya mengambil sample sesuai dengan 34

35 pertimbangan peneliti sample apa saja yang dibutuhkan. Pada pemelihan variabel-variabel ini juga diambil berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu variabel apa saja yang digunakan dalam metode DEA. Variabel input yang digunakan : 1. Aset Aset merupakan harta atau keuntungan yang dimiliki oleh suatu perbankan yang didapatkan akibat dari suatu transaksi atau kejadian yang lalu. Aset dapat digunakan untuk membantu jalannya pengoperasian suatu perbankan. Nilai aset diketahui dari laporan keuangan bank dari neraca nya berupa total aktiva. 2. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana Pihak Ketiga atau DPK ialah sejumlah uang yang berasal dari nasabah berupa simpanan yang dihimpun oleh pihak bank. Simpanan tersebut ditawarkan kepada nasabah berupa produk-produk sesuai dengan apa yang dimiliki oleh bank tersebut. Serta dapat menjadi sumber pemberian dana bagi pihak yang membutuhkan dana. Simpanan tersebut dapat berupa tabungan dan deposito. DPK yang merupakan simpanan dari para nasabah nilainya dapat diketahui dari laporan keuangan komponennya berupa dana simpanan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 3. Beban Operasional Beban operasional merupakan suatu biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan atau dalam hal ini perbankan untuk menjalankan operasional

36 bank tersebut. Beban operasional dalam perbankan adalah suatu hal yang harus dibayarkan oleh pihak bank yang bersangkutan. Beban operasional diantaranya berupa jumlah distribusi bagi hasil, bonus wadiah, penyisihan penghapusan aktiva produktif, beban administrasi, beban personalia, dll. Variabel output yang digunakan : 1. Pembiayaan Merupakan penyaluran dana bagi pihak yang membutuhkan dana dengan menggunakan akad-akad muamalah. Pembiayaan sebagai pemilihan variabel output dikarenakan penyaluran dana pembiayaan merupakan suatu kegiatan utama dari bank dalam kegiatan bisnis perbankan untuk mencari keuntungan. Jumlah pembiayaan dapat dilihat dalam laporan keuangan berupa pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, ijarah, dll. 2. Pendapatan operasional Pendapatan operasional merupakan pendapatan yang didapatkan oleh bank yang dihasilkan dari kegiatan utama bank sebagai intermediasi antara pemilik dana dan pihak yang membutuhkan dana. Dalam laporan keuangan terdapat laporan laba/rugi yang dapat melihat nilai pendapatan operasional dalam komponen margin murabahah, bagi hasil mudharabah, bonus dan pendapatan operasional lainnya. D. Kriteria Variabel 1. Aset Sebagaimana pengertian aset yang merupakan harta yang dimiliki oleh suatu perbankan, hal ini menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk

37 mengambil variabel aset. Karena, berawal dari aset yang dimiliki maka bank tersebut dapat beroperasi seoptimal mungkin dengan bank harta yang ada. 2. Dana Pihak Ketiga (DPK) Kriteria pengambilan variabel DPK ini menurut peneliti karena DPK itu sendiri merupakan unsur pembentukan pendapatan dari nasabah yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Perolehan dari pembiayaan yang disalurkan tersebut berupa marjin. Dimana besar maupun kecilnya marjin tersebut dapat menentukan tingkat profitabilitas pada suatu perbankan. Oleh karena itu, optimalisasi DPK menjadi hal yang penting dalam peningkatan profitabilitas bank. 3. Beban Operasional Sumber dana beban operasional didapat dari internal suatu bank untuk mengcover segala biaya operasional bank. Hal ini menjadi pertimbangan peneliti untuk mengambil variabel beban operasional. Selain itu, kinerja keuangan suatu bank dapat ditingkatkan salah satunya dengan memperbaiki operasional keuangan bank tersebut. 4. Pembiayaan Kriteria dalam pengambilan variabel pembiayaan ini karena pembiayaan merupakan penyaluran dana untuk membiayai aktivitas ekonomi maupun bisnis yang menghasilkan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan, maupun produksi. Salah satu cara pelaku bisnis untuk

38 memenuhi kebutuhan modal adalah mecari pembiayaan dari lembaga keuangan. Dalam hal ini, pembiayaan dapat meningkatkan laba suatu perbankan. 5. Pendapatan operasional Tanpa pendapatan operasional, bank tidak akan berjalan dengan baik. Pendapatan operasional ini akan digunakan untuk membiayai beberapa biaya operasional, meningkatkan kinerja bank dan juga untuk modal. Bank tidak boleh selamanya bergantung pada pihak ketiga. E. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA) versi 2.1. Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan salah satu teknik analisis yang tergolong dalam non-parametrik yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi relatif baik antar organisasi bisnis yang berorientasi laba maupun antar organisasi atau pelaku kegiatan ekonomi yang tidak berorientasi laba yang dalam berproduksi atau aktfitasnya melibatkan penggunaan input-input tertentu untuk menghasilkan output-output tertentu. Selain sebagai alat untuk mengukur mengukur efisiensi basis, DEA juga bisa digunakan sebagai alat pengambilan kebijakan selain itu dapat digunakam untuk meningkatkan efisiensi. (Uctavia, 2013) Menurut Farrel dalam Prasetyo (2008), untuk mengukur efisiensi terdapat dua pendekatan utama, pendekatan parametrik dan pendekatan non parametrik. Seperti yang terdapat pada tabel 3.1

39 Tabel 3.1 Perbedaan pendekatan parametrik dan non parametrik Parametrik Mengasumsikan adanya hubungan fungsional antara input dan output, walaupun dalam kenyataannya tidak ada fungsi yang benar-benar pasti Tidak langsung membandingkan kombinasi output dengan kombinasi input Menggunakan metode Stochastic Frontier yang melibatkan ekonometrik Sumber: Prasetyo (2008) Non Parametrik Mengasumsikan tidak adanya hubungan fungsional antara input dan output Membandingkan langsung kombinasi output dengan kombinasi input Menggunakan metode Data Envelopment Analysis yang melibatkan program linear Menurut Berger dan Humphrey (1997) hal yang utama dalam mengevaluasi kinerja dari sebuah perusahaan ialah memisahkan unit unit produksi dengan kinerja standar yang baik dari kinerja yang kurang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan non parametrik atau parametrik analisis frontier. Berikut ini dipaparkan secara sederhana dari dua metode pengukuran efisiensi tersebut. a. Parametrik Dalam parametrik sebenarnya terdapat tiga pendekatan utama, yaitu Stochastic Frontier Analysis atau SFA, Distribution Free Approach DFA, dan ada Thick Frontier Approach TFA. Untuk SFA dapat disebut juga sebagai pendekatan frontier ekonomi, spesifik sebuah bentuk fungsi dari hubungan produksi sejumlah input, output, juga faktor lingkungan, dan

40 memperhitungkan random error. SFA disusun dari model error dimana inefisiensi diasumsikan untuk mengikuti asimetri distribusi, biasanya halfnormal, sementara random error mengikuti simetris distribusi, biasanya standard normal. b. Non Parametrik Pendekatan non parametrik ini terbagi menjadi dua, yakni Data Envelopment Analysis atau DEA dan juga Free Disposal Hull atau FDH. DEA merupakan teknik program linear untuk unit pengambil keputusan atau decision making unit (DMU) atau kombinasi linear dari unit-unit yang dimiliki sebanyak atau lebih dari tiap output (input tetap) atau sedikit atau bisa juga lebih kurang tiap input (output tetap). Frontier DEA menghasilkan sebuah bentuk sembung dari kurva produksi. Sehingga, DEA tidak memerlukan spesifikasi eksplisit dari bentuk hubungan produksi tersebut. Menurut Hadad (2003) dalam Uctavia (2013) terdapat tiga pendekatan variabel input yang digunakan dalam: non parametrik DEA untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu: 1. Pendekatan Aset (The Asset Approach) Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini, output benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk aset. 2. Pendekatan Produksi (The Production Approach)

41 Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposito account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainnya. 3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach) Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unitunit surplus menjual unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input institusional, seperti biaya tenaga kerja, modal, dan pembiayaan bunga pada deposit, lalu dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investment). Akhirnya pendekatan ini melihat fungsi primer sebuah institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intermediasi. Menurut Berger dan Humprey (1997) dalam Nizar (2015) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan kepada deficit unit. Efisiensi teknik perbankan diukur dengan menghitung rasio antara output dan inputnya. DEA akan menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda (Uctavia, 2013: 55)

42 Ada tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi DEA, yaitu (Sutawijaya dan Lestari, 2009): a. Sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang sama. b. Mengukur berbagai variasi efisiensi antar unit ekonomi untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. c. Menentukan implikasi kebijakan, sehingga dapat meningkatkan nilai efisiensinya. Metode DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (1978) dari pengembangan Farell (1957) dan sejak itu banyak peneliti yang menggunakan metode DEA dan mengembangkannya. Pada Metode DEA terdapat dua model yang sering digunakan, yaitu model CCR (Charnes, Cooper dan Rhodes) yang dikenal dengan CRS (Constant Return to Scale) dan model BCC (Banker, Charnes dan Cooper) yang dikenal dengan VRS (Variabel Return to Scale). (Al Qorni, 2016: 31) 1) Constant Return to Scale (CRS) Model Constant Return to Scale (CRS) disebut juga model CCR karena dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa penambahan input dan output adalah sama. Artinya setiap penambahan input berjumlah X maka output juga

43 akan menambah berjumlah X. Asumsi lainya adalah setiap perusahaan atau UPK (Unit Pembuat Keputusan) beroperasi pada skala optimal. (Machmud dan Rukmana, 2010 : 124) p max µ k v i μ k y k0 k=1 s. t. m v i x i0 = 1 i=1 p m µ k y kj v i x ij µ 0 0 k=1 i=1 j = 1,, n µ k ε, v i ε k = 1,, p y = 1,, m Yang mana maksimisasi tersebut termasuk efisiensi teknis (CCR), Xij ialah banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke-j dan Ykj adalah jumlah output tipe ke-k dari UPK ke-j. Nilai efisiensi selalu kurang atau sama dengan 1. UPK yang nilainya kurang dari 1 berarti inefisiensi, sedangkan nilai efisiensnya sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien. (Machmud dan Rukmana, 2010 : 124) 2) Model DEA BCC (Bankers, Charnes dan Cooper, 1984)

44 Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Variable Return to Scale (VRS). Beberapa program linier ditransformasikan ke dalam program ordinary liniear secara primal atau dual. CCR mengasumsikan adanya CRS. Yang dimaksud dengan asumsi CRS adalah bahwa perubahan proporsional pada semua tingkat input akan menghasilkan perubahan proporsional yang sama pada tingkat output. Sedangkan BCC mengasumsikan adanya VRS. Yang dimaksud dengan asumsi VRS adalah bahwa semua unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output dan adanya anggapan bahwa skala produksi dapat mempengaruhi efisiensi. (Uctavia, 2013: 58) p max µ k v i μ k y k0 μ k=1 s. t. m v i x i0 = 1 i=1 p m µ k y kj v i x ij µ 0 0 k=1 i=1 j = 1,, n µ k ε, v i ε k = 1,, p y = 1,, m Maksimisasi di atas merupakan efisiensi teknis (BCC), Xij adalah banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke-j dan Ykj adalah jumlah output tipe ke-k dari UPK ke-j. Nilai efisiensi selalu kurang atau sama dengan 1. UPK yang nilainya kurang dari 1 berarti inefisiensi, sedangkan nilai efisiensnya

45 sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien. (Machmud dan Rukmana, 2010) Umumnya UPK suatu bisnis seperti bank memiliki karakteristik yang mirip dengan yang lainnya. Namun, dalam ukuran tingkat produksi setiap bank berbeda-beda sangat bervariatif. Hal ini mengisyaratkan bahwa ukuran bank memiliki peran penting dalam menentukan efisiensi atau inefisiensinya. Model CCR mencerminkan nilai efisiensi teknis dan efisiensi skala sekaligus, sedangkan model BCC hanya mencerminkan efisiensi teknis. Sehingga efisiensi skala adalah rasio dari efisiensi pada model CCR dan model BCC. SE = TE CRS / TE VRS Jika nilai SE=1 berarti DMU tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala terbaik. Jika nilai SE kurang dari satu maka terdapat inefisiensi skala pada DMU tersebut. Jadi, DMU yang efisien pada model CCR berarti efisien juga skala efisiensinya. Sedangkan DMU yang efisien pada model BCC tapi tidak efisien pada model CCR berarti terdapat inefisiensi skala. Hal ini dikarenakan DMU tersebut efisien secara teknis namun inefisien secara skala.