PEMASYARAKATAN TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM POLIKULTUR DENGAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK SALINITAS RENDAH

dokumen-dokumen yang mirip
RESPONS YUWANA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TINGKAT SALINITAS YANG BERBEDA

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAMEI POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN KEPADATAN BERBEDA

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN KOMBINASI PAKAN BERBEDA DALAM WADAH TERKONTROL

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

PENAMPIL AN NIL A GESIT

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK

PENGARUH PERGILIRAN PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

FLUKTUASI OKSIGEN TERLARUT HARIAN PADA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon), RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.), DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)

BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TEKNOLOGI INTENSIF MENGGUNAKAN BENIH TOKOLAN

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKAN DI TAMBAK INTENSIF

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN

TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK

FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon)

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

M.Faiz Fuady, Mustofa Niti Supardjo, Haeruddin 1

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

APLIKASI KAPUR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAH SULFAT MASAM UNTUK GELONDONGAN NENER BANDENG

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA

Suharyanto, Muhammad Tjaronge, dan Abdul Mansyur

HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE

PEMBERDAYAAN PEMBUDIDAYA IKAN DAN UDANG TAMBAK, DESA KENDALKEMLAGI, KECAMATAN KARANGGENENG, KABUPATEN LAMONGAN, PROPINSI JAWA TIMUR

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2011, hlm ISSN

PENGGUNAAN RESERVOIR TERHADAP PERFORMA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA TRADISIONAL

STATUS, MASALAH, DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SULAWESI SELATAN

PENGGUNAAN KOMBINASI BERAGAM PAKAN HIJAUAN DAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.)

Polikultur rajungan, udang vanamei, ikan bandeng, dan rumput laut di tambak (Suharyanto) Suharyanto *) *)

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

INCREASING CALCIUM OXIDE (CaO) TO ACCELERATE MOULTING AND SURVIVAL RATE VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannamei))

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN PERSENTASE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN VITALITAS LARVA UDANG WINDU DENGAN PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum)

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

GROUPER FAPERIK ISSN

KONDISI KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG DI TAMBAK WILAYAH PESISIR KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN

PENGARUH PARTIKEL LUMPUR TERHADAP TINGKAT KONSUMSI PAKAN UDANG WINDU (PENAEUS MONODON) DALAM WADAH TERKONTROL

EVALUASI BUDIDAYA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DENGAN MENINGKATKAN KEPADATAN TEBAR DI TAMBAK INTENSIF

GROWTH AND SURVIVAL RATE OF WESTERN WHITE PRAWNS (Litopaneaus vannamei) ON DIFFERENT SALINITY

KONSENTRASI NITROGEN TERLARUT DAN FOSFAT DALAM TAMBAK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM SUPER INTENSIF

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

JENIS DAN KOMPOSISI PL ANKTON PADA BUDIDAYA POLIKULTUR UDANG WINDU, UDANG VANAME, IKAN BANDENG, DAN RUMPUT LAUT DI TAMBAK

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

INCREASING CALCIUM CARBONATE (CaCO 3 ) TO GROWT AND SURVIVAL RATE VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannamei))

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

GROUPER FAPERIK ISSN

KAJIAN PRODUKSI UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) PADA TAMBAK PLASTIK DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

nila dibedakan menjadi dua yaitu pakan

Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) dengan Sistem Budidaya yang Berbeda

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PARAMETER KUALITAS AIR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN TAMBAK DI KABUPATEN PONTIANAK

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK KABUPATEN BONE, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

Transkripsi:

425 Pemasyarakatan teknologi budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) PEMASYARAKATAN TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM POLIKULTUR DENGAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK SALINITAS RENDAH ABSTRAK Suwardi Tahe, Agus Nawang, dan Hidayat Suryanto Suwoyo Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta@indosat.net.id Pemasyarakatan teknologi bertujuan untuk menyebarluaskan teknologi budidaya udang vaname di tambak salinitas rendah < 5ppt melalui sistem polikultur dengan ikan bandeng di tambak. Kegiatan ini dilaksanakan di tambak rakyat Kabupaten Pangkep dengan menggunakan 2 petak tambak ukuran masing-masing 6500 m 2. Setiap petak ditebar udang vaname PL 27 yang sudah diadaptasikan selama 10 hari kepadatan 8 ekor/ m 2 atau 52.000 ekor perpetak, berat awal rata-rata 0,02 g/ekor. Dan penebaran ikan bandeng masingmasing 500 ekor per petak, dengan berat awal rata-rata 30 g/ekor. Persiapan tambak dilakukan sebagaimana ketentuan prosedur tetap budidaya tambak. Pemeliharaan dilakukan selama 98 hari dan sampling pertumbuhan udang vaname setiap 14 hari sedangkan sampling pertumbuhan ikan bandeng setiap 28 hari. Pemberian pakan dengan menggunakan pellet yang dilakukan setelah umur 40 hari dengan dosis 8-3% dari bobot biomassa udang. Hasil yang diperoleh terhadap berat akhir rata-rata, tingkat kelangsungan hidup dan produksi yaitu untuk udang vaname adalah 15 g/ekor, 39,0% dan 303,72 kg. Sedangkan ikan bandeng diperoleh berat rata-rata, kelangsungan hidup dan produksi yaitu 282 g/ekor, 32,8% dan 46,26 kg. KEYWORDS: udang vaname, bandeng, polikultur tambak, salinitas rendah PENDAHULUAN Salah satu jenis udang yang saat ini mulai dikembangkan di Indonesia adalah udang vaname (Penaeus vannamei ), juga biasa disebut Litopenaeus vannamei (Holthuis et al, 1980). Sejak diperkenalkan udang ini sebagai salah satu komoditas budidaya unggulan, kinerja perudangan menunjukkan produksi udang nasional yang signifikan. Produksi udang tahun 2003 mencapai 192.666 ton dan tahun 2004 meningkat menjadi 242.650 ton (Anonim, 2005), bahkan ditargetkan mencapai produksi udang sebesar 540.000 ton pada tahun 2009. Udang vaname ternyata tidak saja menghasilkan produksi yang tinggi tetapi juga mampu membangkitkan kembali usaha pertambakan nasional yang tadinya sudah mulai lesu. Setelah melalui serangkaian penelitian dan kajian, maka pemerintah melalui SK Menteri KP No. 41/ 2001 secara resmi melepas udang vaname sebagai varietas unggul pada tanggal 12 Juli 2001 (Anonim, 2005). Beberapa keunggulan udang vaname antara lain lebih tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap gangguan lingkungan, waktu pemeliharaan pendek yakni sekitar 90-100 hari per siklus, sintasan tergolong tinggi (80%), hemat pakan dan dapat mengisi semua kolom air sehingga dapat dibudidayakan dengan densitas tinggi serta memiliki kandungan daging yang lebih banyak dibanding udang lainnya, Poernomo (2002). Selain itu udang vaname bersifat euryhaline (Haliman & Adijaya, 2005) dimana dapat dipelihara di daerah perairan pantai dengan kisaran salinitas 1-40 ppt (Bray et al., 1994). McGrow dan Scarpa (2002) menyatakan bahwa udang vaname dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar dari 0,5 45 ppt. Kemampuan ini memberi peluang petambak udang dapat mengembangkan komoditas ini di perairan daratan (inland water). Selama ini, usaha budidaya vaname umumnya dilakukan di daerah perairan bersalinitas tinggi atau di tambak-tambak estuari. Satu diantara cara yang ditempuh untuk mengoptimalkan produktivitas lahan perairan yang semakin terbatas adalah dengan mengefisiensikan penggunaan lahan melalui diversifikasi komoditas

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 426 pada periode yang sama misalnya usaha budidaya campuran (polikultur). Pada dasarnya usaha budidaya polikultur merupakan kombinasi dari dua komoditas atau lebih yang diharapkan tidak saling mengganggu, bahkan dapat memanfaatkan relung ekologi yang berbeda sepeti halnya udang vaname dengan ikan bandeng di tambak. Kegiatan budidaya udang vaname sekarang ini tidak hanya dilakukan di air payau tetapi telah berkembang sampai ke air tawar. Budidaya udang vaname di tambak air tawar telah dipraktekkan di beberapa negara seperti Thailand, Amerika (Florida, Texas, Arizona dan Alabama) dan Amerika Latin (Panama dan Ekuador) (Sugama, 2002). Di Indonesia prospek untuk budidaya udang vaname di tambak salinitas rendah/air tawar sangat menjanjikan mengingat di beberapa daerah, tambak yang berjarak 2-3 km dari pantai bersalinitas rendah bahkan 0 ppt sangat luas. Selain itu budidaya udang di air tawar bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit terutama virus dan bakteri penyebab kematian udang (Sugama, 2002). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengembangan keluaran iptekmas budidaya udang vaname sistem polikultur pada tambak salinitas rendah yang bertujuan untuk mensosialisasikan teknologi budidaya udang vaname sistim polikultur dengan ikan bandeng di tambak bersalinitas rendah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diserap oleh masyarakat khususnya petambak yang sulit dijangkau air laut saat pasang (bersalinitas rendah/air tawar) yang sangat potensial, sekaligus dapat menyediakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan petani tambak. BAHAN DAN METODE Kegiatan pemasyarakatan iptek dilaksanakan di tambak masyarakat di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, dengan menggunakan 2 petak tambak kadar garam rendah (< 5 ppt) ukuran 6500 m 2. Teknologi budidaya yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah sistem polikultur antara udang vaname dengan ikan bandeng. Hewan uji yang digunakan adalah tokolan udang vaname hasil adaptasi selama 10 hari dengan bobot rata-rata 0,02 g/ekor ditebar dengan kepadatan 8 ekor/m 2 atau 52.000 ekor/ petak dan ikan bandeng 500 ekor/petak ukuran gelondongan bobot rata-rata 30 g/ekor. Persiapan tambak tetap mengacu pada prosedur pembesaran udang windu di tambak meliputi pengeringan, kedok teplok (pengangkatan lumpur dasar tambak), pengapuran menggunakan dolomit 1000 kg/ha, pemberantasan hama menggunakan saponin 20 mg/l, pemupukan menggunakan urea 200 kg/ha dan SP-36 200 kg/ha (Ilyas et al., 1997). Tinggi air di petak tambak diupayakan 60-80 cm. Selama pemeliharaan dilakukan pemupukan susulan berupa urea dan SP-36 sebanyak 5% dari pupuk dasar setiap 30 hari. Lama pemeliharaan 100 hari. Pemberian pakan buatan (pellet) komersil setelah udang berumur 60 hari hingga panen dengan dosis pakan yang diberikan adalah 10-3% dari bobot biomassa/hari mengacu pada rumus Green et al. (1997) dengan frekuensi pemberian 3-4 kali/hari. Peubah yang diamati adalah pertumbuhan udang dikukur setiap 14 hari, menggunakan timbangan Triple been Balance ketelitian 0,1 g. ikan bandeng diukur setiap 28 hari. Pertumbuhan udang dan ikan dihitung berdasarkan rumus Zonneveld et al. (1991) Sintasan dan produksi dihitung pada akhir pemeliharaan (Effendi, 1979) dan rasio konversi pakan menurut Watanabe (1988). Kualitas air meliputi ph, salinitas, suhu diukur setiap hari secara in situ sedangkan alkalinitas, oksigen terlarut, bahan organik total (BOT), amoniak, nitrit, nitrat dan phosfat setiap 14 hari. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN BAHASAN Pertumbuhan udang vaname yang diperoleh selama 98 hari pemeliharaan di tambak salinitas rendah disajikan pada Gambar 1 dan Tabel 1. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan udang vaname meningkat sejalan dengan meningkatnya waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot udang rata-rata lebih tinggi diperoleh pada petak A yaitu 15,30 g/ekor sedangkan pada petak B diperoleh bobot rata-rata udang sebesar 14,70 g/ekor. Terjadinya perebedaan bobot akhir pada udang antara petak A dengan petak B diduga disebabkan kondisi tambak yang agak berbeda, dimana tambak petak A berdekatan langsung dengan sumber air sehingga peluang untuk mendapatkan air lebih mudah dibanding dengan petak B. Hal ini di tandai dengan pertumbuhan pakan alami baik berupa plankton maupun berupa tanaman air menunjukkan jumlah yang beda

427 Pemasyarakatan teknologi budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) Bobot (g) Umur (hari) Gambar 1. Pertumbuhan udang vaname yang dipelihara selama 98 hari dengan sistem polikultur ikan bandeng di tambak Tabel 1. Pertumbuhan, sintasan laju pertumbuhan harian dan produksi udang vaname serlama 98 hari pemeliharaan Parameter Tambak Petakan A Petakan B Luas petakan (m 2 /petak) 6500 6500 Padat tebar (ekor/petak) 52000 52000 Bobot awal rata-rata (g/ekor) 0,02 0,02 Bobot akhir rata-rata (g/ekor) 15,3 14,7 Pertumbuhan mutlak (g/ekor) 15,28 14,68 Sintasan (%) 36% 23% Produksi (kg) 286,41 321,04 lebih padat pada petak A. Pertumbuhan udang vaname yang diperoleh pada penelitian ini masih lebih tinggi dibanding dengan hasil yang diperoleh Mangampa (2009) pada penelitian budidaya udang vaname (L. vaname) teknologi intensif menggunakan benih tokolan yang mendapatkan pertumbuhan udang terbaik pada perlakuan penebaran tokolan udang 15 hari dengan bobot ratarata yaitu 11,11 g/ekor. Pertumbuhan udang vaname pada penelitian ini sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil kajian budidaya udang vaname sebelumnya. Adiwijaya et al. (2003) melaporakan bobot ratarata udang vaname 16,67 g/ekor yang dipelihara selama 120 hari dengan padat tebar 50 ekor m 2. Anonim (2005) mendapatkan bobot rata-rata udang vaname sebesar 20 g/ekor dangan laju pertumbuhan 0,18 g/hari yang dipelihara dengan padat tebar 90 ekor m 2 dan lama pemeliharaan 110 sampai 130 hari. Hal ini disebabkan karena selain masa pemeliharaan lebih lama juga penerapan teknologi yang diterapkan juga berbeda yaitu secara intensif yang menggunakan pakan dari awal pemeliharaan atau saat setelah penebaran. Di samping itu, meskipun udang vaname punya toleran yang besar terhadap fluktuasi salinitas tapi tetap masih punya batasan dan nilai optimal yang ideal. Menurut Boyd (1991) salinitas ideal untuk vaname adalah 15 25 ppt. Sementara penelitian ini dilakukan di tambak dengan salinitas rendah yaitu 0,1 3,0 ppt, meskipun demikian pada penelitian ini masih menunjukkan tingkat laju pertumbuhan harian yang baik yaitu rata-rata 6,61%/hari. Menurut Bray et al. (1994) udang vaname hidup pada perairan dengan kisaran salinitas antara 1-40 ppt, serta dapat tumbuh pada perairan dengan salinitas berkisar antara 0,5 ppt sampai 28,3 ppt (Samocha et al., 2001). Namun demikian menurut Tsuzuki et al. (2000) pasca larva (PL) dan yuwana udang penaid

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 428 tidak terlalu toleran terhadap fluktuasi salinitas yang besar. Pasca larva penaid mempunyai toleransi lebar terhadap salinitas setelah PL10-40. Sehingga dengan petimbangan tersebut sebelum penebaran sebelumnya dilakukan pentokolan sekaligus sebagai proses adaptasi salinitas rendah. Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik dan ionik air, perubahan salinitas air akan menyebabkan perubahan tekanan osmotik. Semakin rendah salinitas maka akan semakin rendah tekanan osmotiknya Venberg and Venberg (1972). Daya tahan organisme dipengaruhi oleh keseimbangan osmotik antara cairan tubuh dengan media hidupnya. Pengaturan osmotik ini dilakukan melalui mekanisme osmoregulasi Affandi dan Tang (2002). Pertumbuhan ikan bandeng dengan pemeliharaan secara polikultur dengan udang vaname sampai umur 98 menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata yang cukup baik yaitu masing-masing petak A 278 g/ekor dan petak B 286g/ekor (Gambar 2; Tabel 2) Meskipun ikan bandeng dipelihara tanpa pemberian pakan tambahan, tetapi karena tingkat kepadatannya tergolong sangat rendah sehingga kebutuhan terhadap sumber makanannya masih terpenuhi oleh pertumbuhan pakan alami berupa lumut dan hydrilla sangat padat di tambak. Tingkat pertumbuhan ikan bandeng pada penelitian ini tidak jauh berbeda yang diperoleh Mangampa (2009). Pada penelitian budidaya multitropik perikanan budidaya melalui optimasi tokolan Bobot (g) Gambar 2. Umur (hari) Pertumbuhan ikan bandeng yang dipeliharan selama 98 hari di tambak salinitas rendah Tabel 2. Pertumbuhan, sintasan dan produksi ikan bandeng (Chanos chanos) selama 90 hari pemeliharaan Parameter Tambak Petakan A Petakan B Luas petakan (m 2 /petak) 6500 6500 Padat tebar (ekor/petak) 500 500 Bobot awal rata-rata (g/ekor) 30 30 Bobot akhir rata-rata (g/ekor) 278 286 Pertambahan bobot (g/ekor) 248 276 Sintasan (%) 28,5 37,1 Produksi (kg) 39,61 52,91

429 Pemasyarakatan teknologi budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) udang windu, rumput laut dan ikan bandeng yaitu masing-masing petak A= 283 g/eokr, B= 255 g/ ekor, C= 352 g/ekor dan D= 180 g/ekor. Peubah kualitas air merupakan faktor pendukung dalam kehidupan udang dan ikan selama pemeliharaan. Hasil pengukuran peubah kualitas air yang diperoleh selama 98 hari pemeliharaan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Parameter kualitas air petak A dan B selama kegiatan pemeliharaan Peubah Tambak A Tambak B Sungai Suhu ( o C) 29-30 29-30 29-30 ph 8,5-9,0 8,5-9,5 7,0-7,5 Salinita (ppt) 0,0-3,0 0,0-3,0 0,0-3,0 Oksigen terlarut (mg/l) 4,0-3,0 4,0-2,0 5,0-4,0 Parameter kualitas air berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pemeliharan dengan nilai suhu 29-30 o C (Tabel 3). Menurut. Cholik dan Poernomo (1987) kisaran suhu yang terbaik untuk pertumbuhan dan kehidupan udang yaitu 28-30 o C, namun udang masih dapat hidup pada suhu 18-36 o C., dimana pada tingkat suhu air 36 o C udang sudah tidak aktif. Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa suhu air penelitian masih layak untuk kehidupan udang vanname. Derajat keasaman merupakan parameter kualitas air yang penting dalam rangka pertumbuhan dan sintasan organisme yang dipelihara. Nilai rata-rata ph air yang diperoleh selama penelitian yaitu 8,5-9,5. Udang vaname dapat tumbuh dengan baik, nilai ph standar adalah 7,5-8,5 (Anonim, 2005). Selajutnya Buwono (1993) menyatakan bahwa, nilai ph berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan udang vaname. Nilai ph yang rendah menyebabkan kulit udang lembek dan udang sulit ganti kulit. Nilai ph 6,4 laju pertumbuhan harian udang menurun 60%. Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas semakin besar pula teknan osmotik dari lingkungan. Hasil pengukuran salinitas pada air sumber dan tambak selama penelitin adalah 0,0-3,0 ppt. (Tabel 3). Udang vaname dapat tumbuh baik pada kisaran salinitas 15-25 ppt bahkan beberapa pengamatan bahwa udang vannamei masih dapat tumbuh dengan baik pada salinitas kurang dari 5 ppt asalkan peroses adaptasi awal dilakukan secara hati-hati (Somardjati & Suriawan, 2006). Sedangkan menurut Mc Graw dan Scarpa (2002) bahwa udang vaname dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar dari 0,5-45 ppt. Oksigen merupakan parameter mutu air yang penting bagi kehidupan biota perairan. Perubahan kadar oksigen yang drastis dapat menimbulkan kematian bagi biota perairan. Kisaran oksigen terlarut diperoleh selama pengamatan berkisar 2,0-5,0 mg/l (Tabel 3). Selanjutnya kandungan oksigen rendah pada saat pagi hari dimana aktivitas fotosintesis belum optimal. Menurut Boyd (1990) jika tidak ada senyawa beracun konsentrasi oksigen minimal 2 mg/l sudah cukup untuk mendukung kehidupan jasad perairan secara normal. Berdasarkan hal tersebut kandungan oksigen yang diperoleh dalam penelitian ini masih layak untuk kehidupan udang vaname. Kisaran amoniak yang diperoleh untuk semua perlakuan selama penelitian berfluktuasi sejalan dengan waktu pemeliharaan di tambak (Gambar 3). Buwono (1993) yang menyatakan bahwa kadar amoniak yang tinggi akan bersifat racun apabila ph air tinggi. Total amoniak yang baik bagi kehidupan udang dewasa adalah kurang dari 3 mg/l dan bagi kehidupan benur kurang dari 1 mg/l. Sementara Samocha dan Lawrence (1993) dalam Hermia (2004) mengemukakan bahwa kandungan amoniak untuk yuwana udang vanname berkisar antara 0,4 2,31 mg/l. Konsentrasi NH 3 yang relatif aman untuk udang Penaeus sp. adalah di bawah 0,1 mg/l (Liu, 1989). Lin dan Chen (2001) melaporkan bahwa nilai LC 50 amoniak untuk yuwana udang vaname pada perendaman 24, 48, 72 dan 96 jam, salinitas 35 ppt yakni 2,78; 2,18; 1,82 dan 1,60 mg/l.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 430 Gambar 3. Kandungan amoniak pada petak pemeliharaan dan sungai selama kegiatan berlangsung. Nitrat merupakan salah satu bentuk nirogen yang penting dalam perairan untuk budidaya, karena merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh plankton. Kandungan nitrit juga bervariasi seiring dengan waktu pemeliharaan (Gambar 4). Menurut Chu (1943) dalam Mustafa (2001) bahwa untuk pertumbuhan optimal plankton dalam air media budidaya udang diperlukan kandungan nitrat 0,9-3,5 mg/l. Gambar 4. Kandungan Nitrat (N0 3 N) pada petak pemeliharaan dan sungai selama kegiatan berlangsung Nitrit merupakan salah satu indikator adanya pencemaran oleh senyawa organik, nitrit merupakan senyawa yang dijumpai dalam jumlah yang kecil di perairan yang masih alami. Kandungan nitrit yang diperoleh selama penelitian cenderung berfluktuasi hingga menurun pada akhir percobaan (Gambar 5). Menurut Buwono (1993) bahwa batas toleransi udang terhadap kandungan nitrit dalam air adalah 0,25 mg/l dan optimal 0 mg/l. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan fluktuasi nitrit dalam penelitian ini masih cukup baik untuk kehidupan udang vanamei. Fosfat merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam perairan, terutama oleh fitoplankton. Kandungan fosfat yang diperoleh baik dari sumber air maupun tambak awalnya meningkat sejalan dengan waktu pemeliharaan (Gambar. 6). Wardoyo (1978) menyatakan kesuburan suatu perairan sangat baik bilamana nilai kandungan fosfatnya > 0,21 mg/l. Berdasarkan hal tersebut di atas menunjukkan bahwa kandungan fosfat yang diperoleh selama penelitian termasuk tinggi namun masih dalam kisaran yang layak bagi pertumbuhan udang dan ikan yang dipelihara.

431 Pemasyarakatan teknologi budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) Gambar 5. Kandungan Nitrit (N0 2 N) pada petak pemeliharaan dan sungai selama kegiatan berlangsung PO4P (Mg/L) 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Gambar 6. A= Sungai B=Petak A C=Petak B 14 28 42 56 70 84 98 Waktu pengamatan (hari) Kandungan Fosfat (PO 4 P) pada petak pemeliharaan dan sungai selama kegiatan berlangsung Kandungan bahan organik total yang diperoleh selama penelitian disajikan dalam (Gambar 7) Nilai BOT cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya waktu pemeliharaan. Nilai kandungan bahan organik yang diperoleh pada penelitian ini termasuk rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya pergantian air yang dilakukan secara rutin setiap menjelang periode pasang air laut. Konsentrasi BOT yang masih baik untuk kehidupan ikan adalah 0,1-50 ppm Cole (1988). Berdasarkan hal tersebut di atas menunjukkan kandungan BOT dalam penelitian ini masih layak untuk budidaya udang vanname. Alkalinitas merupakan parameter kualitas air yang memegang peranan penting dal budidaya udang. Nilai alkalinitas yang diperoleh selama pemeliharaan cenderung berfluktuasi seiring dengan waktu pemeliharaan udang (Gambar 8). Perairan yang baik bagi kehidupan udang memiliki kandungan alkalinitas 100-250 mg/l Liu (1989), dengan demikian berdasarkan kandungan alkalinitas yang diperoleh maka masih tergolong layak bagi kehidupan udang di tambak. Xinchai dan Yongquan (2001) memberikan batasan kelayakan kualitas air bagi udang yaitu DO >4 mg/l, suhu 20 36 o C, salinitas 5 35 ppt, ph 7,0 10, H2S < 0,001 mg/l serta kecerahan 25 50 cm.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 432 Gambar 7. Kandungan BOT pada petak pemeliharaan dan sungai selama kegiatan berlangsung Gambar 8. Kandungan alkalinitas pada petak pemeliharaan dan sungai selama kegiatan berlangsung KESIMPUL AN DAN SARAN Pertumbuhan udang vaname dan ikan bandeng yang dibudidayakan di tambak dengan kisaran salinitas 0,0 3,0 ppt masa pemeliharan 100 hari masih diperoleh tingkat pertumbuhan yang optimal rata-rata yaitu 15,0 g/ekor dengan laju pertumbuhan harian rata-rata 6,61%/hari, dan ikan bandeng 282,0 g/ekor. Melalui kegiatan pemasyarakatan sistem polikultur udang vaname dan ikan bandeng di tambak salinitas rendah, teknologi ini dapat diserap oleh masyarakat dalam mendukung peningkatan produksi perikanan dan pendapatan petambak. Dari hasil kegiatan Iptekmas ini diharapakan pengembangannya lebih ditingkatkan dalam skala kawasan agar dampak yang dihasilkan lebih luas. DAFTAR ACUAN Adiwijaya, D., Sapto P.R. E. Sutikno, Sugeng dan Subiyanto, 2003. Budidaya udang vannmei (Litopenaeus vannamei) sistem tertutup yang rama lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Dirjen Perikanan Budidaya. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 29 hlm.

433 Pemasyarakatan teknologi budidaya udang vaname... (Suwardi Tahe) Affandi. R dan U. M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI PRESS. Riau 45 hal. Anonim, 2005. Menbangun kembali udang Indonesia. Sinar Tani. Edisi Mei 2005. No. 3098. Tahun XXXV. Hal 11-17Litopenaeus vannamei sebagai alternatif budidaya udang saat ini. PT. Central Protein Prima (Charoen Pokphand Group) Surabaya 18 hal. Boyd, C. F. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Auburn University, AlabamaUSA, 482 hlm. C. F. 1991. Water quality management and aeration in shrimp farming. Auburn: Fhisheries and Allied Aquaculutres Departemental, Auburn University. Bray, W. A., Lawrence, A. L., and Leung Trujillo JR 1994. The effect of salinity on growth and survival of Penaeus vannamei, with observations on in the interaction of IHHN virus and salinity. Aquaculture 122: 133-146.. Buwono, I.B., 1993. Tambak udang windu. Sistem Pengelolaan. Berpola Intensif. Kanasius, Yogyakarta. Cholik, F. dan A. Poernomo. 1987. Pengelolaan mutu air tambak untuk budidaya udang windu intesif, dalam kumpulan makalah seminar teknologi budidaya udang intensif. PT Kalori Kreasi Bahang. Jakarta. Cole, G.A., 1988. Texbook at limnology. Third Edition. Wave land press. Inc. Illionis, USA. 401 P. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Penerbit Yayasan Dwi Sri Bogor. 112 hal. Green, B.W., Teichert-Coddington, D.R. Boyd, C.E, Harvin, J. L.Corrales. H., Zelaya, R., Martinez, D and.ramirez.e., 1997a. The effect of pond management Strategies on Nutrien Budgets: Honduras. In Egna, H., Gootze, B., Burke, D., Mc.Namara and D.clair (eds). Fourteenth Annual Technical Report 1996. Ponds Dynamics/ Aquaculture CRSP, Office of Internional Research and Development, Oregon State University, Corvallis, Oregon. pp.77 82. Haliman, R.W., dan Adijaya S. D. 2005. Udang vannamei, Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal. Hermia, 2004. tingkat Serangan Ektoparasit pada Juvenil Udang Vaname ( litopenaeus vannamei ) yang Dipelihara Dengan Sumber Air Berbeda. Skripsi, Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Holthuis, L.B. Rjksmuseum Van, H. and Leiten. 1980. FAO Species Cataloque Shrimp and Prawn of the word. Vol 1. An Annatated Cataloque of species of interest Fisheries. FAO of the Uneted Nations. Rome. 272 pp Ilyas, S. F. Cholik, A. Poernomo, W. Ismail, R. Arifuddin, T. Daulay, A. Ismail, S. Koesumadinata, I. N. S. Ribengnatar, H. Supriyadi, H. H. Suharto, Z. I. Azwar dan S. E. Wardoyo, 1987. Petunjuk Teknis Bagi Pengoprasian Unit Usaha Pembesaran Udang Windu Seri Pengembangan Hasil Pertanian Perikanan. No PHP/KAN/02/1987. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta Lin, Y.C dan J.C. Chen. 2001. Acute toxicity of ammonia on (Lithopenaeus vannamei) boone juveniles at different salinity levels. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. Elsevier Science Ltd. ISSN 0022-0981.259 (1) : 109 119 p Liu, C.I. 1989. Shrimp disease, prevention and treatment. Di dalam : Akiyama D.M, editor. Proceeding of the Southeast Asia Shrimp Farm Management workshop. USA:Soybeans, America Soybean Association. 64 74 p. Mangampa, M. 2009. Penggunaan tokolan pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vaname) teknologi intensif. Laporan Teknis Penelitian, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Hlm 17 Mc Graw, W.J. and Scarpa.J. 2002. Determining ion concentration for Litopenaeus vannamei culture in freshwater. Global Aquaculture. Advocate. 5 (3) : 36-37. Mustafa, A. Tarunamulia dan A. Hanafi, 2001. Karakteristik dan kelayakan lahan Budidaya tambak di Kecamatan Sampara. Kabupaten Kendari Propensi Sulawesi Tenggara. Makalah Dalam Remediasion and Management of Degraded, Earten Shrimp Ponds Balai Riset Perikanan air Payau Maros. Poernomo, A. 2002. Perkembangan udang putih vannamei (Penaeus vannamei) di Jawa Timur. Disampaikan dalam Temu Bisnis Udang. Makassar, 19 Oktober 2002. 26 hal. Samocha TM, Davis AD, Lawrence AL, Collins CR, Van Wyk P. 2001. Intensive and super-intensive production of the pasific white Litopenaeus vannamei in greenhouse-enclosed raceway system.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 434 Book of Abstracts, Aquakulture 2001, Lake Buena Vista, FL. Soemardjati, W. Dan A. Suriawan. 2006. petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vaname) di tambak. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat jendral Perikanan Budidaya. Balai budidaya air payau Situbondo. 30 hlm. Sugama, K. 2002. Status budidaya udang introduksi (Litopenaeus vannamei) dan Litopenaeus stylirostris serta prospek pengembangannya dalam tambak air tawar. Disampaikan dalan temu bisnis udang. Makassar 19 oktober 2002. 7 hal. Tzusuki MY, Cavalli RO, Bianchini A. 2000. The effects of tmperature, age, and Acclimation to Salinity on the Survival of Farfantepenaeus paulensis Postlarvae. Journal World Aquaculture Society 31 (3): 459-468 Vernberg, W. B. And F J Vernberg. 1972. Environmental physiology of Marine Anials. New York Inc: New York, USA Wardoyo, S. T. H. 1987. criteria kualitas air untuk keperluan pertanian. Makala pada Training Analisis Dampak Lingkungan. Kerjasama PPLH-UNDIP-IPB Bogor. Hal 19-21. Watanabe, T. 1988. Fish nutrition and mariculture. JICA textbook. The General Aquaculture Course. Japan. 233 pp. Xincahi C, Yongquan S. 2001. shrimp/ Culture. China International Training Course on Technology of Marineculture (Precious Fishes). China: Yiamen Municipial Science $ Technology Commission. Hlm. 107-113 Zonneveld, N. E. A. Huisman, dan J. H. Boom., 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Pustaka Utama. Gramedia, Jakarta 318 hal.