BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi hipertensi di Indonesia telah menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobataannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunya keluhan. (Sustrani, 2004) Penderita hipertensi di Indonesia, yang periksa di Puskesmas dilaporkan teratur sebanyak 22,8%, sedangkan tidak teratur sebanyak 77,2%. Dari pasien hipertensi dengan riwayat kontrol tidak teratur, tekanan darah yang belum terkontrol mencapai 91,7%, sedangkan yang mengaku kontrol teratur dalam tiga bulan terakhir malah dilaporkan 100% masih mengidap hipertensi. Hasil ini diduga karena keterbatasan fasilitas di Puskesmas, keterbatasan dana, keterbatasan obat yang tersedia dan lama pemberian obat yang hanya sekitar 3-5 hari (Anwar, 2008). Prevalensi terbanyak berkisar antara 6% sampai dengan 15%, tetapi angka-angka ekstrim di Ungaran Jawa Tengah 1,8%. Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%, dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada pria, oleh karena itu perlu tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit hipertensi,
kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain terutama umur 45 tahun keatas memerlukan tindakan dan atau program pencegahan yang terarah. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaotu sebesar 67,101 kasus (19,56%) dibanding dengan jumlah keseluruhan hipertensi di Kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan di kota Semarang terdapat proporsi yang lebih besar 53,69. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 36.002 kasus (10,49%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan di Kabupaten Banyumas adalah sebesar 57,01%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kebupaten Tegal yaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004). Berdasarkan data laporan Puskesmas Genuk kota Semarang pada bulan September 2010 didapatkan data sebagai berikut, penderita hipertensi umur 45 tahun sampai 59 tahun ada 152 pasien, umur 60 tahun sampai dengan 69 tahun ada 33 pasien dan umur lebih dari 70 tahun ada 43 pasien. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dari 5 pasien hipertensi, didapatkan sebagian besar dari mereka enggan untuk melakukan kontrol karena tingkat pendidikan, pengtahuan sangat kurang dan sebagian dari mereka mengatakan takut untuk memeriksakan penyakitnya di puskesmas. Hal yang perlu digaris bawahi dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang ketidak teraturan penderita hipertensi dalam melakukan kontrol.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Menurut Basha (2004: 1) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Sedangkan menurut Sustrani, dkk (2004:12) hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi akan memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000:3). Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala. Kemudian akan timbul keluhan lain apabila telah terjadi komplikasi pada ginjal, mata,otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah-marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. (Pharos, 2009) Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah
ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak baik. Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai pengobatan seumur hidup bilamana ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak baik. (Pharos, 2010) Kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi masih sangat rendah hal ini terbukti, masyarakat lebih memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan mengandung banyak garam.pola makan yang kurang sehat ini merupakan pemicu penyakit hipertensi (Austriani, 2008). Pendidikan akan mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi tentang hipertensi, dimana pengetahuan yang cukup menjadi titik tolak perubahan sikap dan perilaku penderita hipertensi dalam kepatuhan kontrol. Penanganan hipertensi dilakukan bersama dengan pengubahan pola hidup dapat berupa penurunan berat badan jika overweight; membatasi konsumsi alkohol, berolahraga teratur; mengurangi konsumsi garam, mempertahan konsumsi natrium, kalsium, magnesium yang cukup, dan berhenti merokok. Selain itu penderita hipertensi juga harus mempunyai pengetahuan dan sikap kepatuhan untuk dapat menyesuaikan penatalaksanaan hipertensi dalam kehidupan sehari- hari (Willy, 2007) Seluruh penderita tekanan darah tinggi, teryata sekitar 90-95% belum dapat diterangkan mekanisme terjadi penyakitnya secara tepat. Tidak diketahui pasti mereka bagaimana sampai terkena penyakit tekanan darah tinggi.yakni merupakan problem dari penderitanya (Hembing, 2001).
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis akan melakukan penelitian hubungan pendidikan, pengetahuan dan sikap terhadap hipertensi dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu Apakah ada hubungan pendidikan, pengetahuan dan sikap terhadap hipertensi dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara pendidikan, pengetahuan dan sikap dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat pendidikan pasien hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang. b. Mendeskripsikan pengetahuan tentang hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang c. Mendeskripsikan sikap pasien hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang
d. Menganalisis hubungan antara pendidikan pasien dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang. e. Menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang. f. Menganalisis hubungan antara sikap pasien dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Genuk Semarang. D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi Puskesmas Genuk Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai Informasi berkaitan dengan tingkat pengetahuan komplikasi hipertensi dengan kepatuhan perilaku kontrol pada pasien hipertensi sehingga diharapkan dapat mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. 2. Bagi Peneliti Diharapkan penulis dapat menerapkan disiplin ilmunya di lapangan khususnya dalam materi Epidemiologi dan penyakit tidak menular. 3. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan menambah wawasan hubungan antara tingkat pengetahuan komplikasi hipertensi dengan kepatuhan perilaku kontrol pada pasien hipertensi
4. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat agar meningkatkan pengetahuan tentang perilaku kontrol untuk menghindari komplikasi pada penderita hipertensi. 5. Bagi pasien Diharapkan pasien bisa menyadari betapa pentingnya perilaku kontrol sehingga dapat menghindari/mencegah komplikasi hipertensi. E. Bidang Ilmu Penelitian ini mencakup bidang ilmu keperawatan komunitas dimana pengetahuan memberikan kontribusi besar dalam memeberikan pemahaman tentang komplikasi hipertensi dikaitkan dengan keteraturan perilaku kontrol.
F. Originalitas Penelitian Peneliti/Tahun Judul Sampel Disain Hasil Adriansyah Analisis Faktor Yang Sampel : Kuantitatif o Ada hubungan yang (2010) Berhubungan Dengan pasien rawat Cross signifikan antara Ketidakpatuhan jalan penderita Sectional tidak cukupnya Pasien Penderita hipertensi. pasien mendapatkan Hipertensi informasi dengan ketidakpatuhan pasien rawat jalan hipertensi o Ada hubungan yang signifikan antara pengobatan lain dengan ketidakpatuhan pasien rawat jalan hipertensi o Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan ketidakpatuhan pasien rawat jalan hipertensi o Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan ketidakpatuhan pasien rawat jalan hipertensi Hernawan Tri Hubungan Tingkat 46 responden Metode Ada hubungan yang Saputro Pengetahuan Pasien Pasien design non bermakna antara tingkat (2009) Tentang Hipertensi Hipertensi experiment pengetahuan klien Dengan Sikap dengan studi tentang hipertensi Kepatuhan Dalam korelasional dengan kepatuhan Menjalankan Diit Di dalam menjalankan diit Wilayah Puskesmas hipertensi di wilayah Andong Kabupaten Boyolali Puskesmas Boyolali. Andong