2 mikrometer, lebih kecil dari pada ukuran butiran lemak susu sapi yang mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yoghurt merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi susu dan atau

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

TINJAUAN PUSTAKA. bahkan lebih populer dibandingkan susu sapi. Susu kambing juga merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

Zat makanan yang ada dalam susu

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Berbagai inovasi dilakukan oleh para produsen untuk. memproduksi susu fermentasi yang sesuai dengan selera konsumen di

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Chemistry In Our Daily Life

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

KAJIAN PEMBUATAN YOGHURT DARI BERBAGAI JENIS SUSU DAN INKUBASI YANG BERBEDA TERHADAP MUTU DAN DAYA TERIMA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang ada pada masa pemulihan dari sakit. Kerena yoghurt mengandung

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

SUSU FERMENTASI BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB I PENDAHULUAN. mengenakkan, karena merasa amis, mual dan sebagainya. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Berbagai

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Susu Fermentasi dan Yogurt

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Pembuatan Yogurt : Suatu Review

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi Starter Terhadap Kualitas Kefir Susu Sapi Analisis Total Asam Laktat Kefir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keju merupakan salah satu produk olahan susu dengan nilai gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karateristik Susu Kambing Susu merupakan salah satu hasil sekresi kelenjar ambing atau mamae

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

I. PENDAHULUAN. berbagai macam variasi, baik warna, bahan baku, maupun flavor. Bahan utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah rusak dan tidak tahan lama di simpan kecuali telah mengalami perlakuan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kambing Susu adalah cairan yang berasal dari ambing sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniaanya (SNI 01-3141-2011). Susu kambing segar merupakan susu yang diperoleh dari induk kambing tidak kurang dari 3 hari setelah kelahiran dan pada susu tersebut tidak dikurangi dan tidak ditambahkan komponen lain serta tidak boleh mengalami suatu perlakuan kecuali pendinginan. Susu kambing segar harus tidak boleh mengandung colostrum. Pengelompokkan mutu susu kambing digolongkan berdasarkan parameter total mikroba, jumlah somatik sel ambing, lemak dan bahan kering yang digunakan sebagai kriteria untuk pemasaran susu kambing segar (Thai Agricultural standard, 2008). Susu kambing layaknya susu yang berasal dari sumber hewan lainya merupakan campuran yang kompleks, yaitu emulsi lemak dalam air. Jika dibandingkan dengan susu sapi, empat komponen utama penyusun susu kambing yaitu laktosa, lemak, senyawa nitrogen, dan mineralnya memiliki kemiripan dengan susu sapi. Susu kambing memiliki ukuran rata-rata butiran lemak sebesar 2 mikrometer, lebih kecil dari pada ukuran butiran lemak susu sapi yang mencapai 2,5-3,5 mikrometer. Ukuran butiran lemak yang lebih kecil ini membuat lemak susu kambing lebih tersebar dan homogen sehingga lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan manusia. Protein susu kambing lebih mudah larut dan lebih 5

6 mudah diserap serta lebih rendah dalam memicu alergi oleh tubuh sehingga mengindikasikan bahwa kualitas protein susu kambing lebih baik dibandingkan dengan susu sapi (Aliaga dkk, 2003). Menurut Winarno (2004) Susu kambing mampu membantu memulihkan kondisi orang yang telah sembuh dari suatu penyakit. Hal ini disebabkan protein berfungsi sebagai zat pembangun yaitu membentuk jaringan-jaringan baru didalam tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu diperbaiki. 2.2 Kandungan Gizi Susu Kambing Susu kambing mengandung vitamin dalam jumlah memadai atau berlebih, kecuali vitamin C, D, piridoksin, dan asam folat. Susu kambing tidak memiliki pigmen karoten dan hanya mengandung vitamin B6 dan B12 dalam jumlah kecil sehingga berwarna lebih putih daripada susu sapi (Fathir, 2010). Secara umum, kandungan masing-masing asam lemak susu kambing Seanen lebih besar dari susu kambing peranakan Etawah. Selain itu asam lemak tidak jenuh banyak berperan terhadap kesehatan, diantaranya berfungsi sebagai anti karsegonik, hipokolestrolomik. Oleh karena itu, susu kambing juga berkhasiat untuk mengurangi kolestrol dalam darah (Park, 2006). Susu kambing merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh ambing kambing (kelenjar mammae). Susu diproduksi oleh kambing betina setelah melahirkan atau disebut masa laktasi. Lama masa laktasi sekitar 7 bulan (Susanto dan Budiana, 2005). Kandungan gizi susu kambing secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

7 Tabel 2.1. Kandungan Nilai Gizi Susu Kambing Gizi Air Energi Protein Total Lemak Karbohidrat Mineral Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Phospor (P) Potassium (K) Sodium (Na) Vitamin Vitamin C Niacin Asam pantotenat Folat Vitamin B12 Vitamin A Vitamin D Vitamin B6 Lemak Asam lemak jenuh, saturated Asam lemak tak jenuh, monounsaturated Asam lemak tak jenuh, polyunsaturated Kolestrol Asam amino Isoleusin Leusin Valin Sumber : Susanto dan Budiana, (2005) Kandungan 87 g 68 kkal 3,5 g 4,1 g 4,4 g 133 mg 13,97 mg 110 mg 204 mg 49 mg 1,29 mg 0,277 mg 0,310 mg 0,6 mg 0,065 mg 185 IU 12 UI 0,046 mg 2,667 g 1,109 g 0,149 g 11,4 g 0,207 g 0,314 g 0,24 g 2.3 Yoghurt Yoghurt adalah minuman yang berasal dari bahan baku susu yang telah difermentasi menggunakan starter mempunyai tekstur agak kental dengan rasa agak asam. Rasa asam ini ditimbulkan dari hasil fermentasi oleh bakteri-bakteri tertentu (Anonimus, 2008). Yoghurt adalah hasil dari proses fermentasi terkontrol

8 susu oleh dua jenis spesies bakteri yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus (Intermediate Technology Development Group, 2003) Yoghurt lebih disukai konsumen dari pada susu segar karena memiliki cita rasa asam dan mempunyai tekstur yang lembut dan bentuknya berupa cairan kental seperti custard, bergantung bagaimana yoghurt dihasilkan, dapat digunakan sebagai alasan untuk kesehatan dan sebagai makanan orang-orang yang ingin melangsingkan tubuh. Yoghurt dapat dikonsumsi pada waktu senggang, sebagai dessert ataupun sebagai makan bagi yang sedang diet tertentu. Yoghurt dapat dibuat dari berbagai macam jenis susu yang berasal dari hewan sapi, kambing, domba, unta, kerbau, dan kuda. Komposisi susu berbeda menyebabkan perbedaan karakteriktis yoghurt yang dihasilkan. Secara tradisional yoghurt terbuat dari susu murni tanpa penambahan apapun. Namun seiring dengan perkembangan teknologi yoghurt telah terbuat dari berbagai ingredient (Hidayat, 2006). Yoghurt memiliki keunggulan dari segi gizi jika dibandingkan dengan susu. Selama fermentasi mikroorganisme pada yoghurt memecah laktosa, sehingga kandungan laktosa yoghurt dapat berkurang 30%. Oleh karena itu yoghurt lebih cocok dikonsumsi oleh penderita lactose intolerance. Selain itu juga mikroorganisme memecah protein. Hal ini ditunjukan dangan tingginya kadar asam amino sehingga protein pada yoghurt lebih mudah dicerna (Adolfsson et al., 2004). Menurut Wulandari (2005), yoghurt memiliki keunggulan sebagai berikut : 1. Sumber protein hewani yang baik dengan nilai biologis tinggi terutama pada komponen protein (kasein). Protein yoghurt sudah tecerna selama fermentasi.

9 2. Beraroma khas, penambahan buah-buahan akan meningkatkan citarasa dan mengandung13-12% gula. 3. Sumber kalsium untuk anak-anak dalam pertumbuhan, manula dan orang dewasa yang tidak minum susu dalam bentuk cair Yoghurt yang merupakan hasil fermentasi susu memiliki ph yang lebih rendah. Berikut Tabel 2.2 merupakan standart mutu yoghurt menurut SNI (2009). Tabel 2.2. Standart Mutu Yoghurt (SNI, 2009) Kriteria Uji Persyaratan Keaadaan : 1. Penampakan 1. Cairan kental/semi padat 2. Bau 2. Normal/Khas 3. Rasa 3. Normal/Khas 4. Konsentrasi 4. Homogen Lemak Maks. 3,8% b/b Protein Min. 3,5% b/b Abu Maks. 1,0% b/b Asam laktat 0,5-2,0% b/b Cemaran mikroba : 1. Coliform 1. Maks 10 MPN 2. E. Coli 2. < 3 3. Salmonella 3. Negatif Sumber : Standart Nasional Indonesia (2009). Berdasarkan Tabel 2.2 terlihat bahwa yoghurt memiliki standart mutu baik secara fisik maupun kandungan yang ada di dalamnya, sehingga yoghurt yang baik harus memenuhi standrat tersebut. 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Yoghurt Kualitas yoghurt dapat ditentukan dari kandungan asam - asam organik yang terdapat pada yoghurt. Asam organik diperoleh dari hasil metabolisme selama fermentasi susu menjadi yoghurt dengan menggunakan bakteri

10 Lactobacillus acidophilus dan Streptococcus thermophillus adalah asam laktat (Yusmarini et al., 2004). Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas yoghurt adalah sebagai berikut : 2.4.1 Total Asam Koskowski (1977) dalam Ace dan Supriyanto (2006) yang menyatakan bahwa dalam pembuatan yoghurt dengan menggunakan penambahan mikroba starter Laktobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yang semakin banyak akan menghasilkan kadar asam yang semakin tinggi. Semakin banyak pemberian starter akan memproduksi kadar asam yang berlebihan sehingga hasilnya lebih asam dan dengan demikian kadar asamnya juga akan meningkat. Semakin banyak jumlah mikroba yang terdapat di dalam yoghurt maka akan semakin tinggi kandungan proteinnya karena sebagian besar komponen penyusun mikroba adalah protein. Protein yang terdapat pada yoghurt merupakan jumlah total dari protein bahan yang digunakan dan protein bakteri asam laktat yang terdapat di dalamnya (Yusmarini dan Raswen, 2004). Kandungan dan kualitas protein yoghurt dipengaruhi oleh bahan dasar yoghurt dan proses fermentasi. Proses fermentasi membuat protein yang ada pada yoghurt lebih mudah dicerna. Bakteri S. thermophillus dan L. bulgaricus akan menghidrolisa gula susu, laktosa, menjadi asam laktat sehingga keasaman susu naik disertai dengan penurunan ph yang mengakibatkan terkoagulasinya protein susu dan membentuk curd yang kompak. Selain membentuk asam laktat, hidrolisis laktosa oleh kedua spesies bakteri tersebut dan juga metabolisme nitrogen dari hidrolisis protein terutama oleh Lactobacillus bulgaricus menghasilkan senyawa

11 acetaldehyde yang memberikan aroma khas pada yoghurt yang dihasilkan (Anonimus, 2008). 2.4.2 ph Yoghurt ph susu yoghurt diukur dengan menggunakan ph-meter. Yoghurt yang telah jadi diaduk atau dikocok secara merata, kemudian diukur ph nya dengan menggunakan ph-meter. Selama proses fermentasi susu menjadi yoghurt terjadi perubahan ph (Yusmarini dan Raswen, 2004). Susu difermentasi dengan menggunakan bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus mengalami penurunan ph yakni berkisar antara 3,7 4,5 (Gulo, 2006). Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus sebagai sumber energi dan sebagian lagi akan dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam-asam organik terutama asam laktat, asam-asam organik akan menurunkan ph susu. Menurut Maman (2006), fermentasi karbohidrat oleh Streptococcus dan Lactobacillus dilakukan melalui konversi karbohidrat ke glukosa dan kemudian glukosa difermentasi melalui jalur heksosa difosfat untuk memproduksi asam laktat sebagai produk utama. Asam-asam organik yang dihasilkan akan menyebabkan ph susu menjadi rendah. 2.4.3 Jenis Starter Bibit atau starter yoghurt terdiri dari biakan bakteri Lactobacillus bulgarìcus dan biakkan Streptococcus thermophillus. Pembuatan bibit untuk yoghurt dilakukan secara bertahap. Pertama mikroba starter Lactobacillus bulgarìcus ataupun Streptococcus thermophilus masing-masing dibiakkan dalam

12 susu yang terpisah. Kemudian biakan dicampur, bila inokulan langsung dicampur, maka salah satu bibit sering dominan dan menekan pertumbuhan bibit lainnya (Anonimus, 2008). Perbandingan yang sesuai antara jumlah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus yang sesuai adalah 1:1. Karena selama pertumbuhan terjadi simbiosis antara kedua bakteri. Bakteri Streptococcus thermophilus akan berkembang lebih cepat mengawali pembentukan asam laktat melalui fermentasi laktosa. Pertumbuhan ini terus berlangsung sampai mencapai ph 5,5. Kondisi ini memberikan lingkungan yang sangat baik untuk pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus dan menyebabkan berubahnya protein susu dan pembentukan asam amino pada yoghurt (Hidayat dkk 2006). Bakteri starter yoghurt membutuhkan kondisi pertumbuhan yang cocok terutama suhu yang tepat. Umumnya bakteri tumbuh baik pada keadaan hangat. Bakteri yoghurt Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus paling cepat tumbuh pada suhu sekitar 30-40 o C. Apabila suhu terlalu rendah maka bakteri kedinginan dan berkembang biak dengan lambat atau bahkan tidak sama sekali. Sementara apabila suhu terlampau tinggi bakteri akan kepanasan bahkan bisa rusak atau mati. Menurut Rudi (2011) Streptococcus Thermophillus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat atau oval yang membentuk rantai panjang dengan ukuran <1 µm. Bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri homofermentatif anaerobik dan termodurik dengan ph optimum untuk pertumbuhannya 6,5 serta dapat memproduksi asam laktat, asetaldehida dan

13 diasetil dari laktosa susu. Sedangkan Lactobacillus bulgaricus menurut Nyoman (2012) berbentuk batang (ujungnya membulat) berdiameter 0,5 0,8 x 2 9 µm dengan suhu optimum 42-45 o C. Bakteri ini tergolong bakteri tunggal dengan rantai pendek dan mampu hidup pada suhu minimum 10 o C. Lactobacillus bulgaricus memfermentasikan sedikit gula, asam laktat dan asetaldehida dari laktosa susu. 2.4.4 Lama Fermentasi Fermentasi adalah proses metabolisme yang melibatkan microorganisme yang merubah karbohidrat menjadi asam. Proses fermentasi akan menyebabkan terjadinya penguraian senyawa-senyawa organik untuk menghasilkan energi serta terjadi pengubahan yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia (Madigan dkk, 2009). Fermentasi dilakukan pada suatu bahan makanan untuk mendapatkan produk makanan baru serta dapat memperpanjang umur simpan. Aktifitas mikrobia pada proses fermentasi akan menyebabkan meningkatnya asam laktat seehingga terjadi penurunan ph dan terbentuk senyawa penghambat seperti alkohol serta bakteroisin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk (Farnworth, 2008). Selama proses fermentasi berlangsung, terdapat tiga hal penting yang terjadi yaitu : 1. Kultur memanfaatkan laktosa sebagai sumber energi. Mula-mula laktosa dihidrolisis oleh enzim D-galaktosidae dalam sel bakteri menjadi glukosa dan galaktosa. Glukosa ini dimetabolisme oleh sel bakteri membentuk asam piruvat lalu diubah menjadi asam laktat.

14 2. Akumulasi asam laktat menyebabkan keasaman pada susu meningkat yang mengakibatkan kompleks kalsium-kasein-fosfat dalam susu menjadi tidak stabil. Penurunan ph menyebabkan terbentuknya koagulum atau curd pada susu. 3. Selama proses fermentasi juga terbentuk kompleks flavour seperti asetaldehid, aseton, asetonin dan diasetil. Lama waktu yang digunakan pada proses fermentasi cukup bervariasi, menurut (Widagdha dkk, 2015) dalam pembuatan yoghurt lamanya fermentasi yang digunakan yaitu 8 jam, 10 jam dan 12 jam. Lamanya waktu fermantasi akan mempengaruhi kineja bakteri asam laktat (BAL) dan menunrunkan ph (derajat keasaman) yoghurt, sehingga meningkatkan keasaman yoghurt. Menurut (Abubakar, dkk., 2000) bertambahnya lama waktu fermentasi akan meningkatkan kerja dari mikroba dan pada suhu optimum aktifitas metabolisme mikroba meningkat, sehingga pertumbuhannya menjadi lebih cepat dan populasinya meningkat. Lama waktu fermentasi dan suhu inkubasi berpengaruh pada pertumbuhan BAL pada susu fermentasi. Suhu fermentasi menentukan jenis mikroba yang dominan selama fermentasi. Contohnya Lactobacillus bulgaricus yang termasuk dalam kelompok BAL pada umumnya memiliki suhu pertumbuhan optimum berkisar 10-40 C. Jika konsentrasi asam yang diinginkan telah tercapai, maka suhu diturunkan melalui proses pendinginan pada suhu di bawah 10ºC yang berfungsi untuk menghentikan fermentasi atau inaktivasi kultur starter. Menurrut Heru (2010) fermentasi susu dalam pembuatan yoghurt biasanya dilakukan selama 24 jam, dengan lama waktu 24 jam dapat menghasilkan yoghurt

15 dengan kadar keasaman (ph) hingga 3,90. Lama proses fermantasi akan berakibat pada turunnya ph yoghurt dengan rasa asam yang khas, selain itu dihasilkan asam asetat, asetal dehid, dan bahan lain yang mudah menguap. Komposisi yoghurt secara adalah protein 4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa 2-3%, asam laktat 0,6-1,3%, ph 3,8-4,6% (Susilorini dan Sawitri, 2007). 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Yoghurt Menurut Mustofa, (2009) pada proses fermentasi susu akan menyebabkan terjadinya penurunan ph. Proses fermentasi terjadi perombakan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa untuk keperluan hidup bakteri sampai terbentuk asam laktat sebagai hasil akhir. Asam laktat yang dihasilkan akan menurunkan ph susu dan menimbulkan rasa asam pada yoghurt. Menurut penjelasan Winarno dan Fernandez (2007) Asam laktat dihasilkan ketika proses fermentasi dapat meningkatkan citarasa, meningkatkan BAL dan menurunkan ph. Keasaman yang baik berkisar antara 40-70 o SH dengan variasi ph antara 3,8-4,6 dan jumlah asam laktat antara 0,6-1,3%. Sedangkan yoghurt dengan starter aktif pada pemeraman kurang lebih 4-5 jam akan menghasilkan keasaman 0,85-0,95% atau ph 4,2-4,5. Effendi (2001) mengemukakan bahwa komponen utama dalam yoghurt adalah sifat asam dari asam laktat dan substansi aroma yang dihasilkan Lactobacillus. Dalam proses fermentasi mikroba akan membentuk asam laktat, senyawa diasetil dan asetoin yang memberikan bau dan flavour yoghurt yang khas. Sehingga dengan adanya proses fermentasi akan mempengaruhi rasa asam yang terdapat pada yoghurt. Lamanya proses fermentasi dipengaruhi oleh jenis

16 mikroba starter yang digunakan, serta suhu pada proses fermentasi akan mempengaruhi cita rasa dan tekstur yoghurt. Heru (2010) mengatakan bahwa perbedaan jenis dan konsentrasi starter akan memberikan pengaruh terhadap tekstur yoghurt. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan ph sehingga yoghurt menjadi lebih kental (semi solid). Hasil penelitian mengenai tekstur yoghurt susu kambing menurut Heru (2010) disajikan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Perbandingan Tekstur Yoghurt Susu Kambing Perlakuan N (Jumlah Responden) Rata-rata P 1 25 4,80 a P 2 25 4,12 b P 3 25 4,28 ab Sumber : Heru, (2010) Tabel 2.3 memperlihatkan bahwa rata-rata tekstur dari yoghurt P 1, P 2 dan P 3 yaitu 4,80 (agak lembek), 4,12 (lembek) dan 4,28 (lembek). Dimana a, b menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05). Menurut Anonimus (2008), menjelaskan bahwa jenis dan jumlah mikroorganisme dalam starter yang digunakan sangat berperan dalam pembentukan formasi dan rasa serta tekstur yoghurt yang didasarkan skala hedonis. 2.6 Hipotesis Kombinasi lama fermentasi dan jenis bakteri/starter yang digunakan, berpengaruh terhadap kualitas yoghurt susu kambing, utamanya pada ph, rasa dan tekstur.