STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PANTAI GORAH DESA BUSUNG KECAMATAN SERI KUALA LOBAM KABUPATEN BINTAN

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Struktur Komunitas dan Pola Sebaran Padang Lamun di Perairan Senggarang Kecil

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU DUYUNG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PANTAI SAKERA KECAMATAN BINTAN UTARA KABUPATEN BINTAN

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PULAU NIKOI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POLA SEBARAN LAMUN DI PERAIRAN TELUK DALAM KABUPATEN BINTAN ABSTRAK

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN DESA BERAKIT KABUPATEN BINTAN

STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA DI PADANG LAMUN PERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK

Analisis Kelompok dan Tutupan Lamun di Wilayah TRISMADES Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

Struktur Komunitas Padang Lamun. Perairan Teluk Siantan. Kabupaten Kepulauan Anambas

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN

KEANEKARAGAMAN BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN PULAU PENGUJAN. Herry Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago ABSTRACT

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Zarfen, Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT. Universitas Pakuan Bogor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

3. METODOLOGI PENELITAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIOMASSA DAUN Thalassia hemprichii PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA SEBONG PEREH, BINTAN

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN SPASIAL KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR KAMPUNG PULAU PUCUNG DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN

ABSTRAK Kata kunci: Lamun, Struktur komunitas, indeks ekologi, Pantai Sakera

Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap Tutupan Lamun di Perairan Padang Lamun Desa Pengudang Kabupaten Bintan

ANALISIS TUTUPAN LAMUN BERDASARKAN JENIS DAN SUBSTRAT DI WILAYAH TRISMADES DESA MALANG RAPAT KECAMATAN KABUPATEN BINTAN ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA DI PERAIRAN PESISIR TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

ASOSIASI GONGGONG (Strombus sp) DENGAN LAMUN DI WILAYAH KONSERVASI LAMUN DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

Hubungan Sedimen Permukaan Dengan Lamun di Kampung Masiran Gunung Kijang Kabupaten Bintan

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

ABDUR RAHMAN. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN JENIS LAMUN DI PERAIRAN MALANG RAPAT DAN BERAKIT KABUPATEN BINTAN

Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep

2.2. Struktur Komunitas

AKUATIK. Volume 6. Nomor. 1. Tahun PENANGGUNG JAWAB Eddy Nurtjahya. REDAKTUR Eva Utami

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

Hubungan Antara Laju Endapan Sedimen dan Struktur Komunitas Lamun (Studi Kasus Di Perairan Sebauk)

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN SEKATAP KELURAHAN DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG SYAMSUL RAHMAN

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

Andi zulfikar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

KOMPOSISI DAN KERAPATAN JENIS SERTA POLA PENYEBARAN LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI DESA WONGGARASI TIMUR KECAMATAN WANGGARASI KABUPATEN POHUWATO

Transkripsi:

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PANTAI GORAH DESA BUSUNG KECAMATAN SERI KUALA LOBAM KABUPATEN BINTAN COMMUNITY STRUCTURE OF SEAGRASS IN WATERS GORAH BEACH SERI KOALA LOBAM DISTRICT BINTAN Dwi Ari Putra (1), ItaKarlina (2),RisandiDwirama Putra (3) JurusanIlmuKelautan, FakultasIlmuKelautandanPerikanan, UniversitasMaritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29125 Email :Arieprakoso243@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini di lakukan di Pantai Gorah Desa Busung Kecamatan Sri Koala Lobam Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dilaksanakan pada bulan Juni Agustus 2016, Bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas lamun, pengambialan sample lamun dilakukan dengan mengunakan transek plot dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm yang terdiri dari 33 titik plot. Pada penelitian ditemukan 5 jenis Lamun Thalassiahemprichii, Holophilaovalis, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Syringodium iseotifolium, tutupan lamun di pantai Gorah adalah sebesar 10.80 pada Thalassia hemprichii, kerapatan tertinggi yang ditemukan adalah Thalassia hemprichii sebesar 33.94 individu/ tegakan m 2.dan nilai INP lamun di perairan Pantai Gorah yang terbesar didapat oleh jenis Thalassia hemprichii hal ini menunjukan bahwa jenis Thalassia Hemprichii mempunyai peran penting pada komunitas padang lamun di perairan Pantai Gorah dengan nilai INP sebesar 85.76%, Keanekaragaman jenis lamun di perairan Pantai Gorah masuk kedalam kategoris edang, sedangkan indeks dominansi lamun di perairan Pantai Gorah masuk dalam kategori rendah, dan Sebaran lamun di perairan Pantai Gorah mengelompok. Kata Kunci :Lamun, Struktur Komunitas, Keanekaragaman, Pantai Gorah 1

ABSTRACT The research was done at Gorah Beach Village District of Sri Koala Lobam Busung Bintan Riau Islands regency implemented in June - August 2016, aims to determine the community structure of seagrass, seagrass pengambialan sample transects conducted by using a plot with a size of 0.5 cm x 0.5 cm comprising 33 plot point. In the study found five types of Seagrass Thalassiahemprichii, Holophilaovalis, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, and Syringodium iseotifolium, cover seagrass on the beach Gorah is at 10.80 on Thalassia hemprichii, the highest density found is Thalassia hemprichii amounted to 33.94 individual / m2 stand.and IVI seagrass in the Coastal waters Gorah the largest obtained by the type of Thalassia hemprichii this shows that the type of Thalassia hemprichii have an important role in the community of seagrass in Coastal waters Gorah with IVI of 85.76%, Diversity seagrass species in waters of the Turkish Gorah get into categorical edang, while the index seagrass dominance in Turkish waters Gorah in the category of low, and the distribution of seagrass in Turkish waters Gorah clumped. Keywords: Seagrass, Community structure, Diversity, Coastal Gurah 2

PENDAHULUAN Indonesia memiliki panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, dimana di dalamnya terdapat potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang sangat besar, di antaranya sumberdaya lamun (seagrass) yang dikenal dengan istilah lamun dan alang-alang laut. Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang tumbuh dan berkembang dengan baik dilingkungan laut dangkal, yang dapat membentuk kelompok kelompok kecil dari beberapa tegakan tunas sampai berupa hamparan lamun yang sangat luas. Pantai Gorah merupakan wilayah pantai yang terletak di sebelah utara Desa Busung yang memiliki sebaran vegetasi lamun disepanjang pesisir pantainya. Kawasan perairan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan tempat mencari ikan, udang, kerangkerangan, serta siput-siput laut seperti gonggong yang dipanen langsung dari area padang lamun untuk dikonsumsi dan dijual, serta saat sekarang ini juga sedang berlangsung aktikivatas pembangunan Bandara pada kawasan tersebut. Manfaat dari penelitian yaitu untuk memberikan data deskriptif mengenai struktur komunitas lamun di Pantai Gorah Desa Busung. Selain itu hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai media informasi untuk pihak terkait mengenai kondisi ekosistem padang lamun, serta keanekaragaman lamun dalam upaya pengelolaan ekosistem lamun tersebut secara terpadu dan berkelanjutan. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Agustus 2016 yang meliputi survei lokasi, studi literatur, pembuatan proposal, pengambilan data, pengolahan dan analisisdata, serta laporan penelitian. Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Penelitian ini bertujuan mendapatkan untuk mengetahui struktur komunitas lamun diperairan Pantai Gorah Desa Busung Kecamatan Sri Koala Lobam Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. 3

Metode Penelitian Penentuan Stasiun Penelitian Stasiun penelitian ditentukan dengan menggunakan metode acak (random sampling), Dengan menggunakan software sampling random didapatkan 33 titik koordinat pengamatan lamun yang tersebar diwilayah Pantai Gorah Desa Bususng. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode survey yang terbagi atas dua yakni data primer dan data sekunder. Prosedur Kerja Pengamatan Padang Lamun Pengamatan Lamun dilakukan dengan menggunakan petak contoh (Transek plot). Petak contoh (Transek Plot) Petak contoh (Transek Plot) yang digunakan sesuai dengan petak contoh pada KEP. MEN. LH. No 200 tahun 2004 yaitu petak contoh dengan ukuran 50 cm x 50 cm. Identifikasi jenis lamun Sampel lamun yang terdapat di lokasi praktik lapang diambil dengan menggunakan tangan hingga akarnya (rhizoma) dan diidentifikasi jenisnya. Untuk identifikasi jenis lamun dilakukan dengan acuan inventarisasi jenis lamun di Indonesia (Azkab, 1999) dan sea grass watch monitoring guidelines (mc. Kenzi, 2003). Untuk jenis lamun yang tidak diketahui jenisnya dilakukan identifikasi lebih lanjut di Laboratorium Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pengolahan data lamun Untuk menghitung Frekuensi, penutupan, indeks nilai penting, keanekaragaman, keseragaman, Dominansi, dan pola Penyebaran lamun dapat di hitung dengan cara sebagai berikut : Kerapatan Jenis Lamun Kerapatan jenis adalah jumlah individu (tegakan) per satuan luas. Kerapatan masing-masing jenis pada setiap stasiun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Odum, (1971) dalam Nur, (2011). Di = ni / A Di mana : Di = Kerapatan jenis (tegakan/1m 2 ) ni = Jumlah individu (tegakan) ke i dalam transek kuadrat A = Luas transek kuadrat (1 m 2 ) Kerapatan Relatif (RD i ) Kerapatan relatif adalah perbandingan antara jumlah individu jenis 4

dan jumlah total individu seluruh jenis Odum, (1971) dalam Nur, (2011). RDi ni n x100 Di mana : RD i = Kerapatan relatif Frekuensi Jenis ni = Jumlah total tegakan species i (tegakan) n = Jumlah total individu seluruh jenis Frekuensi jenis adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik contoh yang diamati. Frekuensi jenis dihitung dengan rumus Odum, (1971) dalam Nur, (2011). Jenis F Pi P Di mana : F i = Frekuensi P i = Jumlah petak contoh dimana ditemukan species i p = Jumlah total petak contoh yang diamati Di mana : RF i = Frekuensi Relatif F i = Frekuensi species i F i = Jumlah frekuensi semua jenis Penutupan (P), yaitu luas total area yang tertutupi oleh jenis lamun. Penutupan Relatif (PR), yaitu perbandingan antara penutupan individu jeniske I (ni) dengan jumlah total penutupan seluruh jenis (n) (Brower dan Zar, 1989 dalam Afrina 2014).. Penentuan kelas penutupan lamun dapat di lihat pada gambar 5. Frekuensi Relatif (RF i ) Frekuensi Relatif adalah perbandingan antara frekuensi species (F i ) dengan jumlah frekuensi semua jenis ( F i ) Odum, (1971) dalam Nur, (2011). RFi Fi F x100 Gambar 5. penentuan persentase penutupan lamun (mc kenzie. 2003) 5

Setelah didapat nilai persentase penutupan perjenis nilai penutupan dan penutupan relatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Brower dan Zar, 1989 dalam Afrina 2014) sebagai berikut : keanekaragaman menggunakan rumus dari Shannon Wenner Odum,(1971) dalam Fachrul,(2007). penutupan (P), Penutupan relatif (PR) Indeks Nilai Penting (INP) Indeks nilai Penting (INP), digunakan untuk menghitung dan menduga keseluruhan dari peranan jenis lamun di dalam satu komunitas. Semakin tinggi nilai INP suatu jenis relatif terhadap jenis lainnya, semakin tinggi peranan jenis pada komunitas tersebut Ferianita, (2007) dalam Nur, (2011) Rumus yang digunakan untuk menghitung INP adalah : INP = FR + RC + RD Dimana : INP = Indeks nilai penting RC = Penutupan relatif FR = Frekuensi relatif RD = Kerapatan relative Dengan : H = indeks keanekaragaman ni =jumlah individu jenis ke i N = jumlah individu total Pi = proporsi frekwensi jenis ke I terhadap jumlah total Dengan nilai H : 0 < H < 1 = Keanekaragaman rendah 1 H 3 = Keanekaragamn sedang H > 3 = Keanekaragaman tinggi Nilai indeks keanekaragaman akan naik seiring dengan kenaikan jumlah jenis dalam komunitas. Indeks keseragaman Odum,(1971) dalam Fachrul,(2007). Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi Keanekaragaman, keseragaman dan dominasi lamun ditentukan dari besar nilai indeks yang ada. Indeks Dengan: E = jumlah keseragaman S = jumlah taksa/jenis Indeks ini menunjukan pola sebaran biota yaitu merata atau tidak. Nilai 6

indeks kemerataan berkisar antara 0-1 dengan katagori sebagai berikut: E < 0,4 = keseragaman kecil 0,4 E <0,6 = keseragaman sedang E 0,6 = keseragaman besar Indeks dominasi dihitung dengan rumus Simpson (1949) dalam Fachrul, (2007). Dengan: D = indeks dominasi Simpson Pi = proporsi jumlah ke I terhadap jumlah total. Sebaran Pola sebaran lamun dapat dihitung dengan rumus indeks Morisita Brower et,al,. (1990) dalam Fauziyah, (2004). Id = Indeks dispersi Morasita n = Jumlah plot pengambilan contoh N = Jumlah individu total dalam plot Xi² = Jumlah kuadrat individu plot ke- PengukuranParameter Lingkungan Parameter Satuan Alat/ Analisis Keterangan Suhu Salinitas Kecerahan Arus Ph Substrat C M Cm / dtk - Termometer Refraktrometr Secchi disk Stopwach ph meter Penggaris/visual Pengolahan dan Analisa Data Kerapatan Jenis Lamun Data Skunder Data Skunder Data Skunder Data Skunder Data Skunder Data Primer Kerapatan jenis adalah jumlah individu (tegakan) per satuan luas. Kerapatan masing-masing jenis pada setiap stasiun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Odum, (1971) dalam Nur, (2011). Di = ni / A (tegakan/1m 2 ) Di mana : Di = Kerapatan jenis ni = Jumlah individu (tegakan) ke i dalam transek kuadrat A = Luas transek kuadrat (1 m 2 ) Kerapatan Relatif (RD i ) Kerapatan relatif adalah perbandingan antara jumlah individu jenis dan jumlah total individu seluruh jenis Odum, (1971) dalam Nur, (2011). RDi ni n x100 Di mana : RD i = Kerapatan relatif ni = Jumlah total tegakan species i (tegakan) 7

Frekuensi Jenis n = Jumlah total individu seluruh jenis Frekuensi jenis adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik contoh yang diamati. Frekuensi jenis dihitung dengan rumus Odum, (1971) dalam Nur, (2011). Jenis F Pi P Di mana : F i = Frekuensi Frekuensi Relatif (RF i ) P i = Jumlah petak contoh dimana ditemukan species i p = Jumlah total petak contoh yang diamati Frekuensi Relatif adalah perbandingan antara frekuensi species (F i ) dengan jumlah frekuensi semua jenis ( F i ) Odum, (1971) dalam Nur, (2011). Relatif RFi Fi F x100 Di mana : RF i = Frekuensi F i species i = Frekuensi F i = Jumlah frekuensi semua jenis Penutupan (Ci) Adalah luas area yang tertutupi oleh jenis- i. Penutupan jenis dihitung dengan menggunakan rumus Odum, (1971) dalam Nur, (2011). Ci = a i / A yang tertutupi Di mana : C i = Luas area a i penutupan species i = Luas total A = Luas total pengambilan sampel Penutupan Relatif (RC i ) Adalah perbandingan antara penutupan individu jenis ke-i dengan jumlah total penutupan seluruh jenis. Penutupan relatif jenis dihitung dengan menggunakan rumus Odum, (1971) dalam Nur, (2011). RCi Ci Ci x100% Dimana : Ci = Luas area penutupan jenis C = Luas total area penutupan untuk seluruh jenis jenis Indeks Nilai Penting (INP) RCi = Penutupan relatif Indeks nilai Penting (INP), digunakan untuk menghitung dan menduga keseluruhan dari peranan jenis lamun di dalam satu komunitas. Semakin 8

tinggi nilai INP suatu jenis relatif terhadap jenis lainnya, semakin tinggi peranan jenis pada komunitas tersebut Ferianita, (2007) dalam Nur, (2011) Rumus yang digunakan untuk menghitung INP adalah : INP = FR + RC + RD Dimana : INP = Indeks nilai penting RC = Penutupan relatif FR = Frekuensi relatif RD = Kerapatan relative H > 3 = Keanekaragaman tinggi Nilai indeks keanekaragaman akan naik seiring dengan kenaikan jumlah jenis dalam komunitas. Indeks keseragaman Odum,(1971) dalam Fachrul,(2007). Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi Keanekaragaman, keseragaman dan dominasi lamun ditentukan dari besar nilai indeks yang ada. Indeks keanekaragaman menggunakan rumus dari Shannon Wenner Odum,(1971) dalam Fachrul,(2007). Dengan : H = indeks keanekaragaman ni =jumlah individu jenis ke i N = jumlah individu total Pi = proporsi frekwensi jenis ke I terhadap jumlah total Dengan nilai H : 0 < H < 1 = Keanekaragaman rendah 1 H 3 = Keanekaragamn sedang Dengan: E = jumlah keseragaman S = jumlah taksa/jenis Indeks ini menunjukan pola sebaran biota yaitu merata atau tidak. Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0-1 dengan katagori sebagai berikut: E < 0,4 = keseragaman kecil 0,4 E <0,6 = keseragaman sedang E 0,6 = keseragaman besar Indeks dominasi dihitung dengan rumus Simpson (1949) dalam Fachrul, (2007). Dengan: D = indeks dominasi Simpson Pi = proporsi jumlah ke I terhadap jumlah total. 9

Sebaran Pola sebaran lamun dapat dihitung dengan rumus indeks Morisita Brower et,al,. (1990) dalam Fauziyah, (2004). Id = Indeks dispersi Morasita n = Jumlah plot pengambilan contoh N = Jumlah individu total dalam plot Xi² = Jumlah kuadrat individu plot kei Sebaran individu lamun mengikuti kreteria sebagai berikut: Ip < 0 : seragam Ip = 0 : acak Ip > 0 : mengelompok HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang didapat untuk suhu perairan di Pulau Duyung berkisar 30,52 C 31,35 C. Dari data tersebut dapat digambarkan kisaran suhu pada tiap stasiun tidak jauh berbeda. Kisaran suhu yang didapat merupakan kisaran normal untuk daerah tropis. namun masih dalam kisaran suhu untuk pertumbuhan. Kecerahan perairan Pulau Duyung saat di lakukan pengukuran adalah 6,17 meter 6,52 Kondisi dengan tingkat kecerahan seperti ini sangat baik bagi pertumbuhan lamun karena mempengaruhi penetrasi cahaya yang masuk keperairan. Lamun membutuhkan rata rata radiasi cahaya 11 % untuk dapat tumbuh (Hemingga dan Duarte, 2000). dari hasil pengukuran tersebut, bahwa perairan Pulau Duyung penyinaran matahari masih terjadi sampai pada kedalaman tertentu. Kecepatan arus di perairan Pulau Duyung dari hasil pengukuran didapat berkisar antara 0,07 0,08 cm/dtk (Tabel 8). Arus yang didapat relatif tenang. arus yang tenang disebabkan oleh karang, lamun dan kedangkalan perairan serta faktor musim. hasil rata rata pengukuran derajat keasaman (ph) nilai yang didapat pada setiap stasiun terlihat tidak terlalu bervariasi. Tingkat keasaman yang diperoleh 8,12 8,19 dan merupakan kisaran yang masih normal untuk mendukung kehidupan organisme dan pertumbuhan lamun. Hal ini dikuatkan oleh Hawkess (1975) dalam Santoso (1988) bahwa derajat keasaman yang baik dalam mendukung pertumbuhan lamun adalah berkisar 5,6 8,3. Substrat Perairan Pulau Duyung ke tiga stasiun didominasi oleh Pasir kasar. Stasiun 1 didominasi oleh subtrat pasir dan kerikil sebesar 64, 8 %, Stasiun 2 juga 10

didominasi oleh pasir dan kerikil sebesar 64,7 % dan stasiun 3 sebesar 64,1 % Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perairan pulau Duyung didominasi oleh pasir dan kerikil. Menurut Dahuri (2001), Jenis Lamun Lamun yang ditemukan di Perairan Pulau Duyung 5 jenis. Jenis Jumlah Thalassia hemprichii 280 Holophila ovalis 246 Cymodocea rotundata 177 Enhalus acoroides 124 Syringodium iseotifolium 67 Jumlah 894 Sumber: Data Primer Spesies lamun yang ditemukan yaitu; Thalassia hemprichii, Holophila ovalis, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Syringodium iseotifolium. Jenis lamun tertinggi yang ditemukan di perairan Pantai Gorah adalah jenis Thalassia hemprichii dengan jumlah 280 individu. Jenis Thalasssia hemprichii memiliki jumlah yang terbesar karena jenis ini tersebar di perairan Pantai Gorah dan tumbuh dari pantai hingga batas akhir lamun ditemukan. Syringodium iseotifolium merupakan jenis lamun yang hidup dikedalaman 40 meter, serta sangat bergantung pada cahaya matahari yang masuk keperairan. Kerapatan jenis Kerapatan jenis lamun di pengaruhi oleh factor-faktor tempat tumbuh lamun tersebut seperti kedalaman,kecerahan, tipe subtract, kerapatan jenis lamun akan semakin tinggi bila kondisi lingkungannya dalam keadaan baik, dari hasil yang didapatkan di pantai Gorah jenis lamun tertinggi adalah Thalassia hemprichii sebesar 33.94 individu/ tegakan m2,jenis lamun ini memiliki karakteristik hidup didaerah perairan dangkal dan terbuka serta bersubtrat dasar pasir berlumpur dan pasir kasar. Kerapatan terendah adalah jenis Syringodium iseotifolium, jenis laamu ini dapat hidup di kedalaman sampai 40 meter. Frekuensi Jenis Frekuensi jenis merupakan peluang ditemukanya suatu jenis tertentu di dalam plot pengamatan yang di amati sehinnga dapat menggambarkan sebaran lamun yang di temui. Nilai frekuensi terbesar adalah jenis Thalassia hemprichii dengan nilai 1.00 yang berarti jenis Thalassia hemprichii di temukan di stiap plot pengamatan, kemudian jenis Syringodium iseotifolium merupakan jenis dengan nilai frekuensi terendah dengan nilai 0.79. Jenis 11

Thalassia hemprichi memiliki nilai yang tinggi di sebabkan karena jenis Thalassia hemprichi mampu hidup pada berbagai macam tipe subtrat dari pecahan karang, substrat lunak hingga lumpur cair. Frekuensi relatif adalah peluang di temukanya jenis tertentu yang berbanding dengan jumlah frekuensi semua jenis. Besar kecilnya nilai Frekuensi relatif berbanding sama dengan nilai frekuensi yang didapat. Jenis Thalassia hemprichii memiliki nilai frekuensi relative terbesar, yaitu sebesar 21.71%, dan jenis Syringodium iseotifolium memiliki nilai frekuensi relatif sebesar 17.11%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahawa jenis Thalassia hemprichii memiliki nilai frekuensi relatif tertinggi sedangkan jenis Syringodium iseotifolium memiki nilai frekuensi relatif yang terendah. Persentase penutupan Persentase penutupan merupakan luas suatu perairan yang tertutupi oleh jenis lamun. Pengamatan penutupan jenis lamun di lakukan dengan melihat helaian daun dan di bandingkan persentasenya pada panduan persentase penutupan Mc. kenzie. Dari hasil analisis penutupan lamun dengan metode Mc. kenzie di dapatlah hasil persentase penutupan lamun di perairan Pantai Gorah, jenis Thalassia hemprichii merupakan jenis dengan nilai penutupan tertinggi yaitu sebesar 10.80, sedangkan jenis Syringodium iseotifolium merupakan jenis lamun dengan nilai penutupan terendah dengan nilai 2.42 dengan total keseluruhan penutupan lamun di perairan Pantai Gorah sebesar 33. Menurut kep.men LH no. 200 tahun 2004, status penutupan padang lamun perairan Pantai Gorah masuk dalam kategori kurang kaya/kurang sehat karena berkisar antara 30-59.9% Hal ini di duga karena kekeruhan yang tinggi dan tipe substrat dasar yang berlumpur yang menyebabkan lamun tertutupi oleh lumpur atau butiran pasir halus dan rusaknya daun lamun yang di duga karena terkena cahaya matahari pada saat surut dan aktifitas masyarakat yang mencari kerang kerangan konsumsi yang secara tidak langsung mempengaruhi penutupan padang lamun di perairan Pantai Gorah dan akan mengancam kelangsungan hidup padang lamun. Penutupan relatif adalah peluang di temukanya jenis tertentu yang berbanding dengan jumlah frekuensi semua jenis. Penutupan relatif dapat di lihat dengan persentase jenis yang di dapat. Thalassia hemprichii merupan jenis dengan nilai penutupan relatif tertinggi yaitu sebesar 32.73%, sedangkan jenis Syringodium iseotifolium memiliki nilai penutupan relatif teredah dengan nilai penutupan relatif sebesar 7.33%. 12

Indeks Nilai penting Indeks nilai penting merupakan gambaran mengenai pengaruh atau peran suatu jenis spesies terhadap suatu komunitas padang lamun. Semakin tinggi nilai INP suatu jenis maka semakin tinggi peranan dan pengaruhnya spesies tersebut pada komunitasnya. Dari hasil perhitungan yang dilakukan nilai INP lamun di perairan Pantai Gorah yang terbesar didapat oleh jenis Thalassia hemprichii hal ini menunjukan bahwa jenis Thalassia Hemprichii mempunyai peran penting pada komunitas padang lamun di perairan Pantai Gorah dengan nilai INP sebesar 85.76%, dan jenis Syringodium iseotifolium merupakan jenis dengan nilai INP terendah dengan nilai INP 31.93% hal ini menunjukan bahwa jenis Syringodium iseotifolium memiliki peran yang kecil terhadap srtuktur komunitas lamun di perairan Pantai Gorah. Indeks Ekologi Lamun Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui kelimpahan komunitas lamun bedasarkan jumlah jenis spesies dan jumlah tegakan dari stiap spesies pada suatu wilayah, keanekaragamaman mencakup dua hal penting yaitu jumlah spesies dan jumlah individu tiap spesies pada suatu wilayah, semakin banyak jumlah jenis spesies maka semakin beragam komunitasnya. Dari hasil perhitungan keanekaragaman Shannon di dapat keanekaragaman lamun di perairan Pantai Gorah sebesar 2.17. Dari nilai tersebut dapat di simpulkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis lamun di perairan Pantai Gorah masuk kedalam kategori sedang karena hanya ditemukan 5 spesies lamun di perairan Pantai Gorah. Keanekaragaman jenis lamun sedang diduga karena perubahan fisik dasar laut, seperti erosi, sedimentasi, dan pelumpuran yang mengurangi wilayah, kekeruhan yang tinggi mempengaruhi kapasitas fotosintesis dan pertumbuhan pada lamun. Indeks Keseragaman di Perairan Pantai Gorah Indek keseragaman di gunakan untuk mengetahui kelimpahan komunitas berdasarkan tingkat kesamaan beberapa tegakan di suatu area, dari hasil perhitungan nilai indeks keseragaman jenis lamun sebesar 0.94 dengan demikian dapat di simpulkan bahwa keseragaman lamun di perairan Pantai Gorah masuk dalam kategori besar yang berarti tiap jenis individu dari masing masing jenis lamun yang di temukan cukup seimbang atau tersebar merata di temukan pada seluruh area titik penelitian. 13

Indeks Dominansi Lamun di Perairan Pantai Gorah Indek dominansi di gunakan untuk melihat seberapa besar suatu jenis yang mendominansi pada suatu wilayah, Nilai dominansi berkisar antara 0 sampai 1 semakin besar nilai indeks semakin besar adanya kecendrungan salah satu jenis yang mendominasi populasi. Dari hasil perhitungan nilai indeks dominansi jenis lamun di perairan Pantai Gorah sebesar 0.24 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa indeks dominansi lamun di perairan Pantai Gorah masuk dalam kategori rendah karena tidak di temukan suatu spesies tertentu yang mendominasi di perairan Pantai Gorah, hal ini dapat dilihat bahwa hampir masing-masing jenis ada atau di temukan pada seluruh titik penelitian. Pola Sebaran Berdasarkan table 10 dapat di lihat bahwa lamun jenis Halophila ovalis, Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata memiliki pola sebaran yaitu kategori mengelompok, sedangkan untuk lamun jenis Enhalus acoroides dan Syringodium iseotifolium memiliki pola sebaran yaitu seragam. Sebaran lamun di perairan Pantai Gorah mengelompok karena jumlah jenis lamun yang di temukan dalam plot lebih dari satu tegakan, hal ini di duga karena tipe substrat pada lokasi pengambilan sampel cendrung sama dan parameter periran yang tidak memiliki perbedaan yang segnifikan dan didukung dengan morfologi lamun dimana tiap tegakan di hubungkan oleh akar rimpang yang menghubungkan tiap tegakan jenis lamun hal inilah yang menyebabkan pola sebaran lamun mengelompok. Menurut (Odum, 1973 dalam Suhud 2012) mengatakan pengelompokan lamun akibat habitat dari: 1) dalam menanggapi perubahan cuaca harian dan musiman, 2) menanggapi perubahan habitat setempat dan 3) sebagai akibat dari proses reproduktif, persaingan ruangan dan hara. Suhu Dari hasil pengukuran suhu didapat nilai rata rata suhu berkisar antara 28.8 0 C sampai 29.7 0 C dari hasil pengkuran yang diperoleh nilai suhu perairan Pantai Gorah masih dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan lamun menurut kep.men LH no 51 tahun 2004. Menurut (Nybakken 1992 dalam hasanuddin 2013), kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan lamun mencapai 28-30 0 C, pengaruh suhu bagi lamun di perairan sangat besar. Dimana suhu dapat mempengaruhi prosesproses fisiologi yaitu proses fotosintesis, pertumbuhan dan reproduksi. Proses fisiologis tersebut akan menurun tajam 14

apabila suhu perairan berada di luar kisaran optimal tersebut. Salinitas Dari hasil pengukuran salinitas didapat nilai rata rata salinitas berkisar antara 33.2 ppt sampai 34.0 ppt. Dari hasil pengukuran yang diperoleh nilai salinitas di perairan Pantai Gorah masih dalam batas baku mutu untuk kehidupan biota laut menurut kep.men LH no 51 tahun 2004. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan fotosintesis. (Hutomo 1999 dalam hasanuddin 2013) menjelaskan bahwa lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar terhadap salinitas yaitu 10-40 ppt. Nilai optimum toleransi salinitas untuk lamun adalah 35 ppt. Kekeruhan Dari hasil pengukuran kekeruhan pada saat pasang dan surut didapat nilai rata rata berkisar antara 8.05 NTU sampai dengan 13.1 NTU berdasarkan standart baku mutu kep.men LH no 51 tahun 2004, lainya (Effendi, 2013 dalam hassanudin 2013) menyatakan kekeruhan perairan Pantai Gorah melebihi baku mutu kehidupan padang lamun. Kekeruhan di sebabkan oleh adanya partikel partikel kecil dan koloid, tanah liat, sisa tanaman dan sebagainya. Kekeruhan air juga di sebabkan oleh adanya padatan tersuspensi seperti lumpur zat organik, plankton, dan organism kecil Arus Pertumbuhan dan kehidupan padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus di perairan. Arus dan pergerakan air sangat penting karena terkait dengan suplai unsur hara, sediaan gas-gas terlarut dan menghalau sisa-sisa metabolisme atau limbah (Khordi, 2011). Dari hasil pengukuran arus yang dilakukan didapat nilai rata - rata arus berkisar antara 5.22 cm/s sampai 5.87 cm/s.. 15

Substrat Table 12. tipe substrat perairan Pantai Gorah Titik Tipe Titik Tipe Titik Tipe Substrat Substrat Substrat 1 Kerikil 12 Pasir 23 Lumpur 2 Pasir 13 Kerikil 24 Pasir 3 Pasir 14 Lumpur 25 Pasir 4 Kerikil 15 Pasir 26 Kerikil 5 Pasir 16 Pasir 27 Pasir 6 Pasir 17 Pasir 28 Pasir 7 Pasir 18 Lumpur 29 Lumpur 8 Lumpur 19 Kerikil 30 Pasir 9 Lumpur 20 Pasir 31 Pasir 10 Pasir 21 Pasir 32 Lumpur 11 Pasir 22 Pasir 33 Lumpur Sumber : data primer Tipe substrat di perairan Pantai Gorah terdapat 3 (Tiga) jenis tipe substrat yaitu kerikil, pasir dan Lumpur namun yang lebih mendominasi ialah tipe pasir. Padang lamun vegetasi campuran terbentuk di daerah intertidal yang lebih rendah dan subtidal yang dangkal. Menurut Hutomo et al, 1988 dalam kordi 2011 padang lamun tumbuh dengan baik di daerah yang terlindung dan bersubstrat pasir, stabil serta dekat sedimen yang bergerak secara horizontal, hal ini berkesuaian dengan nilai keanekaragaman lamun yang di daerah pantai gorah yang tergolong tinggi. ph Dari hasil pengukuran ph didapat nilai rata rata berkisar antara 7.12 sampai 7.39. Nilai ph perairan Pantai Gorah masih dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan lamun menurut kep.men LH no 51 tahun 2004. Derajat keasaman merupakan salah satu indikator kualitas perairan yang sangat penting dan mempunyai pengaruh langsung dalam pengaturan sistem enzim pada organism perairan (Odum 1971 dalam Afrina 2014) DO Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam milligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt). Dari hasil pengkuran di 18 titik didapat nilai rata rata berkisar antara 6.37 mg/l sampai 6.76 mg/l. dari hasil pengkuran yang diperoleh nilai DO perairan Pantai Gorah masih dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan lamun menurut kep.men LH no 51 tahun 2004. Nilai kandungan oksigen terlarut (DO) untuk perairan padang lamun cenderung berfluktuasi, berkisar antara 5,4-6,2 mg/l. Berfluktuasinya kandungan oksigen terlarut di perairan diduga disebabkan 16

pemakaian oksigen terlarut oleh lamun untuk respirasi akar dan rimpang, respirasi biota air dan pemakaian oleh bakteri nitrifikasi dalam siklus nitrogen di padang lamun (Zulkifli et al, 2003 dalam Lisdawati 2014). PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang di lakukan di perairan Pantai Gorah ditemukan 5 jenis lamun yaitu Holophlia Ovalis, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea Rotundata, Syringodium Iseotifolium. Dari hasil perhitungan struktur komunitas meliputi kerapatan, frekuensi dan penutupan lamun, diperoleh nilai terbesar yaitu pada jenis Thalassia hemprichii, selanjutnya diikuti oleh jenis Holophlia Ovalis, Cymodocea Rotundata, Enhalus acoroides, dan yang terendah yaitu jenis Syringodium Iseotifolium sehingga jenis lamun Thalassia hemprichii memiliki indeks nilai penting yang tertinggi. Indeks ekologi lamun di perairan Pantai Gorah yaitu memiliki nilai keaneekaragaman jenis lamun masuk dalam kategori sedang. Sedangkan keseragaman jenis masuk dalam kategori besar dan dominansi lamun di perairan Pantai Gorah masuk dalam kategori rendah. Untuk pola sebaran lamun terdapat 3 (tiga) jenis lamun yang masuk kategori mengelompok, yaitu jenis Thalassia hemprichii, Holophlia Ovalis dan Cymodocea Rotundata. Sedangkan untuk jenis lamun Enhalus acoroides dan Syringodium Iseotifolium masuk dalam kategori seragam. Saran Dari hasil penelitian dapat di lihat jenis lamun di perairan Pantai Gorah hanya di temukan 5 jenis lamun, dengan adanya aktivitas pembangunan yang sedang berjalan maka perlu adanya kajian mendalam secara kontiniyu mengenai parameter kualitas perairan di sekitaran lingkungan lamun agar dapat dijadikan bahan rujukan untuk mengelola jenis lamun yang ada agar tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Afrina. H 2004. Struktur Komunitas Padang Lamun di Desa Malang Rapat kabupaten Bintan Privinsi Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpiang Azkab. M. H, 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun.www.oseanografi.lipi.go.id Andriani, N 2014. Analisis Kelompok dan Tutupan Lamun di Wilayah Trismades 17

Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung KIjang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang Fakhrul, M. F, 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta Hasanuddin, 2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometrik Lamun enhalus acoroides dengan Substraat dan Nutrien di Pulau Sarappo Lompo KAB. Pangkep.Universitas hasanuddin. Makasar Herry, 2015, Keanekaragaman Bivalvia PadaEkosistem Padang Lamun Pulau Pengujan, Universitas Maritim Raja ali Haji, Tanjungpinang Kordi. K.M. Ghufran. H. 2011. Ekosistem Mangrove: Potensi, Fungsi dan Pengelolaan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Kordi. K.M. Ghufran. H. 2011. Ekosistem Lamun: Potensi, Fungsi dan Pengelolaan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Kuo J. 2007. New monoecious seagrass of Halophilia sulawesii (Hydrocharitaceae) from Indonesia. Aquatic Botany. Kabupaten Bintan. Universitas Maritim Raja Ali Haji.Tanjungpinang McKenzie. L.J.2003. seagrass-watch manual for mapping & monitoring: Departmen of Primary Industries. QueenIslan Odum, E. P. 1971. Fundanental Of Ecology third Edition. W. B. Sounder Company. Philadelphia. USA. Romimohtarto, K, dan Juwana, 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota. Djambatan. Jakarta Lisdawati. 2014, Analisis Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis dan Tipe Substrat Di Wilayah Trimades Dasa Malang Rapat Kecamatan Gunung KIjang 18