BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

dokumen-dokumen yang mirip
AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. dalam mengumpulkan data harus dilakukan studi lapangan, survei atau. observasi ke tapak secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2013 pukul WIB. pukul WIB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1

RUMAH SUSUN LINGGAWASTU DI BANDUNG

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. Multi Layer Kampung Page 77

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG KOMUNAL KELURAHAN KEMLAYAN SEBAGAI KAMPUNG WISATA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL

BAB VI DATA DAN ANALISIS

Universitas Sumatera Utara

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif di mana peneliti akan bekerja dengan angka angka sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

Penduduk. Baciro ,62. Demangan ,16. Klitren ,75. Kota Baru ,74. Terban 80 9.

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK DI DAERAH RW 6 KELURAHAN LEBAK SILIWANGI

BAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

Rusunawa Buruh di Kawasan Industri Mangkang Semarang

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

DATTA SAGALA WIDYA PRASONGKO, 2016 PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP SISTEM SIRKULASI GEDUNG FPTK UPI

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

DESAIN ULANG RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

Transkripsi:

BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak di bantaran sungai, salah satunya adalah Sungai Winongo. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral DIY telah memberi arahan menjadikan sungai sebagai halaman rumah. Orientasi bangunan yang tadinya membelakangi sungai diubah orientasinya menghadap sungai. Jika bangunan di bantaran sungai masih membelakangi sungai, daerah aliran sungai akan selalu kotor, tidak sehat, dan tidak rapi. Sebaliknya, jika bangunan berorientasi kesungai, warga akan merawat sungai yang menjadi halaman rumah karena terkait kenyamanan mereka sendiri. Kawasan bantaran sungai biasanya menjadi pilihan tempat tinggal bagi para kaum urban yang bermigrasi ke wilayah kota Yogyakarta. Hal ini menyebabkan jumlah kepadatan penduduk semakin meningkat sehingga ruang publik di kawasan bantaran sungai berkurang setiap tahunnya. Ruang publik yang berkurang dapat membatasi gerak anak untuk bermain, karena ruang publik yang digunakan untuk berinteraksi sosial digunakan sebagai lahan tempat tinggal. Perilaku bermain anak di kampung berkepadatan tinggi lebih banyak menempati daerah sekitar sungai sebagai area tempat bermainnya dengan cara berenang di sungai atau bermain di pinggiran sungai. Pada anak usia 4-6 tahun melakukan permainan random ataupun mengamati anak yang usianya lebih tua dari mereka. Sedangkan anak yang usianya lebih tua telah melakukan variasi permainan dengan cara bekerjasama satu sama lain dan cenderung bersifat formal. Tipe Associative play dominan digunakan saat anak bermain, namun jarang ditemui perilaku cooperative play. Cooperative play yaitu perilaku bermain anak sama seperti associative play namun ada tambahan aturan dalam 1

permainannya. Contoh perilaku ini adalah bermain sepak bola, basket, voli,dan lain-lain. Hal ini dikarenakan tidak adanya lahan yang luas seperti lapangan olah raga untuk anak-anak di kedua bermain sehingga perilaku cooperative play jarang ditemui muncul. Maka tak jarang anak-anak yang tinggal di bantaran sungai lebih memilih bermain di gang-gang sempit atau bermain di sungai yang kotor karena hal tersebut. Hal ini menyebabkan perlu adanya penanganan mengenai kepadatan penduduk yang tiap tahun bertambah. Pada umumnya masalah permukiman yang padat dapat ditanggulangi dengan cara meminimalisir penggunaan lahan seperti membangun kampung vertikal untuk warga yang berfungsi sebagai hunian vertikal sekaligus tempat berinteraksi sosial. Hal ini membuat ruang publik pada kampung padat penduduk bertambah sehingga ruang gerak anak bermain tidak lagi terbatasi. Kampung vertikal yang berorientasi ke sungai juga dapat meminimalisir pencemaran sungai karena sungai dianggap sebagai teras rumah yang harus sirawat dan dijaga kenyamanannya karena sungai merupakan salah satu elemen utama lingkungan, maka anak-anak yang bermain di sungai dapat nyaman bermain. 1.2 Pernyataan Persoalan Perancangan Dan Batasannya 1.2.1 Rumusan Masalah 1. Masalah Umum Bagaimana merancang kampung vertikal di kampung Notoprajan dengan pendekatan perilaku bermain anak pada ruang luar kampung di bantaran Sungai Winongo. 2. Masalah Khusus Bagaimana merancang gubahan massa pada kampung vertikal untuk anak bermain yang cenderung berada didekat bantaran sungai dengan tetap mempertimbangkan perilaku bermain unoccupied play,associative play, dan cooperative play. 2

1.2.2 Batasan 1. Kampung vertikal Kampung vertikal adalah kampung yang disusun secara vertikal meliputi kelompok hunian yang didominasi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah pada wilayah tertentu. 2. Perilaku bermain anak Perilaku bermain anak meliputi unoccupied play (mengamati), associative play (berdiskusi), dan cooperative play (bekerjasama). 3. Ruang Luar Ruang luar berarti ruang-ruang yang berada diluar hunian, yaitu koridor dan jalur sirkulasi seperti tangga, dan ramp. serta ruang terbuka hijau. 1.2.2 Tujuan Tujuan dari kampung vertikal di kampung Notoprajan dengan pendekatan perilaku bermain anak pada ruang luar di bantaran sungai Winongo adalah sebagai berikut : 1. Menata permukiman padat penduduk di kampung Notoprajan menggunakan kampung vertikal untuk meminimalisir lahan hunian agar ruang gerak anak bermain tidak dibatasi dengancara membangun ruang publik untuk tempat bermain dan berinteraksi sosial. 2. Merancang gubahan pada kampung vertikal untuk anak bermain yang cenderung berada didekat bantaran sungai dengan tetap mempertimbangkan perilaku bermain unoccupied play,associative play, dan cooperative play. 1.2.3 Sasaran Untuk mencapai tujuan diatas, maka sasaran yang perlu dicapai adalah sebagai berikut : 1. Menerapkan konsep hunian vertikal pada permukiman kampung Notoprajan agar meminimalisir penggunaan lahan hunian dan menambah ruang publik untuk berinteraksi sosial 3

2. Menerapkan pendekatan perilaku bermain anak pada ruang luar sehingga terwujud tuntutan perliaku bermain anak dengan cara menata organisasi ruang dan konfigurasi jalur bermain anak. 1.3 Metoda Pemecahan Persoalan Perancangan yang Diajukan 1.3.1 Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Studi literatur yang dilakukan adalah mencari dan mengakaji data sekunder yaitu tinjauan umum tentang profil kampung Notoprajan kampung berupa elemen fisik maupun elemen nonfisik, tahapan perkembangan perilaku bermain anak, ciri-ciri perilaku bermain anak, tipologi bermain anak, karakteristik perilaku bermain anak, serta kajian penelitian mengenai perilaku bermainan anak pada ruang bermain anak pada ruang luar di kampung padat penduduk maupun kampung tidak padat penduduk di bantaran sungai. Studi literatur ini diambil dari arsip kampung, jurnal, buku-buku arsitektur mengenai permukiman, dan buku pengantar psikologi tentang teori bermain anak. 2. Survei Lapangan a. Observasi Lapangan Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi langsung sekitar Kampung Notoprajan mengenai kondisi fisik serta kegiatan masyarakatnya yang digunakan sebagai dasar perancangan. Data primer yang didapatkan berupa kondisi permukiman di kampung Notoprajan, baik bentuk dan perletakan bangunan, ketersediaan ruang publik sebagai fasilitas pendukung bermain anak, serta kegiatan sosial di masyarakat yang menunjang kegiatan bermain anak. b. Pengambilan Gambar Gambar yang diambil merupakan gambar yang terkait dengan kondisi permukiman kampung Notoprajan seperti kondisi rumah penduduk, kegiatan bermain anak, kegiatan sosial di masyarakay, dan kondisi fasilitas penunjang bermain anak. Gambar-gambar tersebut digunakan untuk menganalisis kondisi 4

eksisting di kampung Notoprajan maupun kegiatan eksisting di kampung tersebut. c. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan hasil berupa data primer yang berkaitan dengan kegiatan sosial di masyarakat dan kondisi permukiman padat di kampung Notoprajan. Selain itu, metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi yang akurat setelah mendapatkan hasil observasi observasi sesuai dengan apa yang akan dikembangkan pada rancangan. 1.3.2 Metode Penelusuran Masalah Metoda ini melakukan analisis berdasarkan isu-isu non-arsitektural dan arsitektural pada tapak yang menjadi latar belakang permasalahan sehingga muncul permasalahan umum dan khusus. Berikut skema penelusuran masalah : PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI WINONGO ISU NON ARSITEKTURAL Kepadatan penduduk tinggi Anak-anak cenderung bermain di sungai ISU ARSITEKTURAL Ruang gerak anak bermain terbatasi ruang publik untuk berinteraksi sosial berkurang Orientasi pemukiman membelakangi sungai PERMASALAHAN UMUM Bagaimana merancang kampung vertikal di kampung Notoprajan dengan pendekatan perilaku bermain anak pada ruang luar kampung di bantaran Sungai Winongo. PERMASALAHAN KHUSUS Bagaimana merancang gubahan massa pada kampung vertikal untuk anak bermain yang cenderung berada didekat bantaran sungai dengan tetap mempertimbangkan perilaku bermain unoccupied play, associative play, dan cooperative play. Kampung Vertikal di Kampung Notoprajan Pendekatan Perilaku Bermain Anak pada Ruang Luar di Bantaran Sungai Winongo Skema 1.1 Penelusuran Masalah Sumber : Analisa Penulis (2016) 5

1.3.3 Metode Pemecahan Masalah Metoda pemecahan masalah dilakukakan dengan mencari literatur yang berkaitan dengan perilaku bermain anak pada permukiman berkepadatan tinggi dan berkepadatan sungai di bantaran sungai kemudian mengkomparasikannya. Beberapa permukiman padat penduduk di bantaran sungai pada penelitian sebelumnya ditinjau lebih dulu dan dibandingkan satu sama lain mengenai perilaku bermain anak yang dominan muncul kemudian di terapkan pada perancangan kampung vertikal dengan menyesuaikan dengan hasil observasi di permukiman pada kampung Notoprajan. 1.3.4 Metode Perumusan Konsep Berdasarkan data hasil observasi di permukiman Kampung Notoprajan dimana kondisi sekitar tapak merupakan bantaran sungai yaitu sungai winongo yang dapat dimanfaatkan sebagai orientasi sungai sehingga permukiman yang awalnya membelakangi sungai dapat menjadikan sungai sebagai fasad permukiman. Hal ini agar menanamkan persepsi bahwa sungai yang menjadi fasad atau teras merupakan bagian dari permukiman yang harus di jaga dan dirawat. Permukiman Kampung Notoprajan merupakan kategori permukiman berkepadatan tinggi, sehingga setiap tahun penduduk akan makin bertambah maka menata permukiman tersebut menjadi kampung vertikal merupakan solusi yang tepat untuk mengurangi penggunaan lahan yang digunakan sebagai hunian. Kampung vertikal tidak hanya hunian vertikal namun aspek perilaku juga ditinjau dalam melakukan perancangan sehingga gaya hidup penduduk yang awalnya tinggal di kampung (horizontal) tidak berubah saat tinggal di kampung vertikal. Pada perancangan ini ditekankan pada perilaku bermain anak usia 4-14 tahun pada permukiman padat penduduk karena ruang gerak mereka untuk bermain dan berinteraksi sosial terbatas dengan adadanya ruang terbuka yang digunaka sebagai lahan hunian. 6

1.3.5 Metode Perancangan Metode pemecahan persoalan perancangan yang diajukan adalah dengan cara menentukan penekanan elemen-elemen arsitektural yang diperlukan dengan menilai perilaku bermain anak. Hal ini bertujuan untuk mencapai sasaran desain yang diselesaikan sesuai konteks lingkungan permukiman yaitu permukiman berkepadatan tinggi di bantaran sungai. Variabel Pola organisasi ruang Konfigurasi jalur Tabel 1.2 Metoda Perancangan Tolak Ukur Unoccupied Play Associative Play Cooperative Play Pola ruang menyebar untuk dapat melihat dan mengamati aktivitas bermain Titik temu dapat menyebar atau berklaster sesuai dengan titik amat yang dinginkan Pola ruang tidak harus terpusat namun tetap harus terhubung dengan ruang lain Titik temu tidak harus berklaster atau berpusat namun dapat linier Sumber : Analisa Penulis (2016) Pola ruang yang digunakan terpusat untuk dijadikan area komunal Titik temu harus bertumpu ke pusat 1.3.6 Metode Pengujian Desain Metoda pengujian desain ini berfungsi untuk mengetahui sejauh rancangan dapat menyelesaikan persoalan desain sesuai dengan penekanan dan kajian-kajian yang diperoleh. Pengujian desain menggunakan Simulasi Eksperimental, yaitu menggunakan maket studi dan gambar-gambar gambar arsitektural untuk mengetahui konsep rancangan telah memenuhi tujuan yang akan dicapai atau tidak. 1.4 Prediksi Pemecahan Persoalan Perancangan (Design- Hypothesis) Perilaku bermain anak yang diterapkan sebagai pendekatan perancangan kampung vertikal adalah perilaku yang dominan terjadi pada anak yang bermain di bantaran sungai yaitu Unoccupied Play, Associative Play, dan Cooperative Play. Perancangan Split Level antar hunian didesain agar anak dapat mengamati dan bermain dalam hunian meskipun vertikal. Hal ini dilakukan dengan cara 7

menata gubahan massa dengan mempertimbangkan perilaku bermain anak (mengamati, berdiskusi, bekerjasama) menentukan penekanan elemen arsitektural (pola organisasi ruang, konfigurasi jalur, dan skala) mempertimbangkan perilaku bermain anak (mengamati, berdiskusi, bekerjasama) sehingga mencapai sasaran desain. 1.5 Peta Pemecahan Persoalan (Kerangka Berfikir) Latar Belakang : - Kepadatan penduduk di kampung Notoprajan semakin bertambah namun lahan untuk ruang publik semakin berkurang. - Akibat ruang publik yang berkurang ruang gerak anak untuk bermainpun berkurang sehingga anak bermain di sungai yang kotor dan gang-gang sempit. Tinjauan Literatur : 1. Pola bermain anak 2. Ruang bermain anak 3. Kebebasan akses gerak bermain 4. Interaksi sosial anak Permasalahan Umum dan Khusus Analisis Konsep Kampung vertikal dengan penekanan ruang luar bermain anak Pre- elementary design Design evolution Skema 1.4 Kerangka Berpikir Sumber : Analisa Penulis (2016) 8

1.6 KeaslianPenulisan a. Kampung masa depan, pendekatan perilaku interaksi sosial-ekonomi masyarakat kampung Cokrodiningratan, Yogyakarta Penyusun : Wuri Nika Nugraheni Dosen Pembimbing : Ir. Hastuti Saptorini, M.A Tahun : 2012 Tugas Akhir ini merancang kampung dengan konsep pengolahan open space pada permukiman, penyediaan ruang hunian yang layak, dan penyediaan fasilitas pendukung kegiatan ineraksi sosial-ekonomi penghuni. Open space diolah sesuai dengan kebutuhan interaksi sosial penghuni yaitu dengan penyediaan play grounddan taman yang menyediakan hunian layak hunidengan bentuk vertikal dan staller. b. Rumah susun Gemawang dengan konsep low maintenance dan infiil system Penyusun : Muhammad indra fatmoko Jurusan : S1 Arsitektur UGM Tahun : 2014 Tugas Akhir ini merancang rumah susun untuk menanggulangi kepadatan penduduk di kota kota besar yang kualitas ruang kotanya berkurang. Tujuan membuat rusun untuk menghemat ruang kota, dan memperbanyak ruang public dan ruang hijau dengan cara menggunakan konsep low maintenance dan infill system. Low maintenance dapat menjaga nilai rumah susun tanpa perlu banyak mengeluarkan uang bagi penghuninya. Infiil system membagi ruang rumah susun menjadi modul, sehingga lebih fleksibel dalam pengelolaan fungsi ruang. b. Rancangan ruang publik di Kampung Jogoyudan dengan metode Insertion Penyusun : Rezky Indra Kusuma Dosen Pembimbing : Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., PhD Tahun : 2012 9

Tugas Akhir ini merancang ruang publik dengan metode insertion dengan cara menambahkan ruang publik diruang permukiman yang sudah terbangun tanpa harus merombak bangunan yang sudah ada sehingga kehidupan masyarakat bias tetap berjalan bersamaan dengan perbaikan yang ada, dan diharapkan tanggap akan kebutuhan ketika terbatasnya lahan. 10