BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak dari setiap orang dan semua warga Negara Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya. 2 Sesuai dengan laju. pertumbuhan ekonomi dan gerak pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sekedar cita-cita hukum ketika tidak didukung oleh keuangan negara yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur

BAB I PENDAHULUAN. Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bermunculan bermacam-macam bank umum di

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. I.1.1 Bentuk Usaha. BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksanaan merupakan badan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu melindungi. perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji secara

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan eknomi nasional harus dilaksanakan secara komprehensif dan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dijelaskan dalam penjelasan Umum di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan besar terhadap dunia usaha. Tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 TENTANG PENGAWASAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KESEHATAN. Jakarta, 30 Maret 2016

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi, hak, dan kewajiban setiap manusia. Kutipan tersebut juga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Konsep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan ketentuan

HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah penduduk yang menempati urutan nomer ke-empat dunia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KETENAGAKERJAAN. Jakarta, 31 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dari setiap orang dan semua warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal 28 H Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 1 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. 2 Karena itu, maka setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara harus bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya. Amanat UUD 1945 itu dijalankan pemerintah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut UU SJSN) yang terbit pada tahun 2004. Undang-undang itu merupakan upaya untuk melakukan reformasi di bidang sistem jaminan sosial oleh karena Indonesia sudah sangat tertinggal dalam penyelenggaraan sistem 3 jaminan sosial. Undang-Undang ini merupakan langkah awal pemerintah dalam 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 setelah perubahan 28 H ayat (1) 2 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 setelah perubahan Pasal 34 ayat (2) 3 Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 1. 1

reformasi di bidang sistem jaminan sosial nasional. Penyelenggaraan jaminan kesehatan merupakan salah satu wujud kesehatan rakyat. 4 Undang undang ini merupakan langkah awal pemerintah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. 5 Program Jaminan Kesehatan Nasional (selanjutnya disebut program JKN) merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Program JKN hadir dalam pelayanan kesehatan karena perintah peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan mengatur dengan rinci tujuan, prinsip, para pelaku dan tata kelola programjkn dalam satu kesatuan sistem penyelenggaraan program jaminan sosial, yaitu sistem jaminan sosial nasional. 6 Sebelum program JKN, pemerintah telah menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain askes sosial bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), penerima pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta, serta jaminan kesehatan bagi TNI dan Polri. Manfaat yang dapat dijamin oleh program JKN berupa pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif mencakup pelayanan peningkatankesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif), pengobatan (kuratif)dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis habis pakai 4 Ibid., hlm. 3. 5 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 5 ayat (2). 6 Asih Eka Putri, Paham JKN Jaminan Kesehatan Nasional, (Jakarta: CV Komunitas Pejaten Mediatama, 2014), hlm. 11. 2

yang diperlukan 7.Dengan adanya program JKN ini, maka diharapkan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera akan tercapai. Program JKN juga menjamin biaya pemeliharaan dan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan masyarakat Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. 8 Prinsip-prinsip program JKN antara lain: 9 1. Prinsip kegotong-royongan, dalam ketentuan ini adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah atau penghasilannya. 2. Prinsip nirlaba, dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta. 3. Prinsip keterbukaan, dalam ketentuan ini adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi setiap peserta. 4. Prinsip kehati-hatian, dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan tertib. 5. Prinsip akuntabilitas, dalam ketentuan ini adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. 7 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 22 ayat (1). 8 Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Pasal 1 ayat (1). 9 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 40 Penjelasan pasal 4 Undang Undang no 40 Tahun 2004 tentang SJSN. 3

6. Prinsip portabilitas, dalam ketentuan ini adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 7. Prinsip kepesertaan, wajib dalam ketentuan ini adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial yang dilaksanakan secara bertahap. 8. Prinsip dana amanat, dalam ketentuan ini adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial. 9. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut DJSN), dalam ketentuan ini adalah hasil berupa dividen dari pemegang saham yang dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, dapat kita ketahui bahwa program JKN merupakan suatu program pembangunan kesehatan nasional yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat indonesia. Dengan diselenggarakannya program ini diharapkan status kesehatan masyarakat semakin meningkat. Program ini juga mempersatukan seluruh kelompok masyarakat untuk bergotong-royong membiayai pelayanan kesehatan dengan cara membayar iuran rutin setiap bulan kepada BPJS kesehatan. Namun pada pelaksanaannya, program JKN sangat rawan akan terjadinya perbuatan fraud (kecurangan). Pelanggaran dapat terjadi dalam pengalokasian dana awal dari pemerintah transaksi pengumpulan dan pembayaran iuran peserta, penagihan dan pembayaran klaim pelayanan kesehatan, investasi aset JKN dan aset BPJS 4

kesehatan serta pengalokasian dana subsidi iuran bahkan dari pengalihan aset PT. Askes kepada BPJS kesehatan. Diperlukan pengawasan terhadap program ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam pelaksaan program ini. Sesuai dengan amanat yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, lembaga Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) merupakan lembaga yang berwenang mengawasi lembaga jasa keuangan lainnya. Dalam hal ini penyelenggara program jaminan nasional yaitu BPJS kesehatan yang meyelenggarakan program JKN. Pengawasan eksternal BPJS dilakukan oleh lembaga pengawas independen, yaitu DJSN, OJK dan Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya disebut BPK). Dalam hal ini OJK berwenang sebagai pengawas independen. 10 Keseriusan OJK dalam pengawasan BPJS semakin dipertegas dengan dikeluarkannya POJK.05/2013 tentang Pengawasan Badan Penyelengara Jaminan Sosial Oleh Otoritas Jasa Keuangan. OJK akan fokus pada pengawasan aspekaspek kesehatan keuangan antara lain penerapan tata kelola yang baik, pengelolaan aset kinerja, investasi penerapan manajemen resiko valuasi aset liabiliti dan kepatuhan terhadap peraturan undang-undang. Lembaga pengawas ekternal lainnya yaitu DJSN dan BPK perlu berkoordinasi dengan OJK untuk menentukan spesifikasi pengawasan yang menjadi bagian mereka.ojk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan 10 Pasal 1 angka 1 jo Pasal 2 ayat (1)UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK sebagai lembaga independen maksudnya adalah lembaga yang bertugas mengatur dan mengawasi lembaga keuangan bebas dari campur tangan pihak manapun kecuali untuk hal-hal yang disebutkan secara tegas dalam UU OJK. 5

disektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasakeuangan lainnya antara lain melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,perlindungan konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektorjasa keuangan, termasuk kewenanganperizinan kepada lembaga jasa keuangan. 11 Perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil dapat diwujudkan dengan adanya kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, stabil dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. 12 OJKadalah lembaga yang independen dan bebas dari campurtangan pihak lain. Status independensi OJK menjadikan kewenangan OJK sangat penuh, sehingga berpotensi terjadi penyelewengan kewenanganojk, DJSN dan BPK akan bersama-sama mengawal program JKN BPJS kesehatan.uu BPJS tidak secara spesifik mengatur mengenai ruang lingkup pengawasan OJK terhadap BPJS.Tumpang tindih antara kewenangan pengawasan dalam hal kesehatan keuangansangat rawan terjadi apabila koordinasi anatara lembaga pengawas eksternal tidak dilakukan. Hal ini yang memicu untuk mengetahui lebih rinci ruang lingkup wewenang OJK dalam program JKN BPJS Kesehatan 11 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), hlm. 57. 12 Konsiderans menimbang butir A Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 6

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dimuat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam lembaga jasa keuangan lainnya? 2. Bagaimanakah pengaturan program Jaminan Kesehatan Nasional? 3. Bagaimanakah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional BPJS kesehatan? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui kewenangan OJK dalam lembaga jasa keuangan lainnya. 2. Untuk mengetahui pengaturan program JKN. 3. Untuk mengetahui kewenangan OJK dalam program JKN BPJS kesehatan. Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan skripsi ini adalah: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum khususnya ilmu hukum ekonomi khususnya di bidang OJK sebagai pengawas independen yang ditunjuk UU BPJS dalam program JKN BPJS kesehatan. 2. Secara praktis, penulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis maupun bagi para akademisi bahkan 7

pada masyarakat mengenai ruang lingkup maupun batasan wewenang OJK sebagai pengawas dalam program JKN BPJS kesehatan dan juga dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk para akademisi maupun peneliti lainnya yang ingin mengetahui lebih mengenai wewenang OJK yang mempunyai tujuan untuk mewujudkan sektor jasa keuangan yang terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, stabil dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. D. Keaslian Penulisan Sepanjang pengamatan dan pengetahuan, belum ada penelitian tentang Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Pengawas Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelumnya dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum melalui surat tertanggal 03 Februari 2016 yang menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama. Dan telah dilakukan pemeriksaan melalui internet untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara atau ditempat lainnya. 8

E. Tinjauan Kepustakaan Dari judul Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Pengawas Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dapat ditemukan beberapa istilah yaitu OJK,JKN dan BPJS kesehatan. OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang- undang ini. 13 OJK berfungsi sebagai pengawas industri jasa keuangan di Indonesia. OJK didirikan dengan alasan telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial yang menciptakan suatu sistem keuangan yang kompleks, dinamis dan saling terkait. Alasan lainnya adalah banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan yang meliputi tindakan belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan dan terganggunya stabilitas sistem keuangan serta lemahnya penegakan hukum. 14 Tugas OJKadalah melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap : 1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan; 2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; 13 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 2 ayat (2). 14 Zulkarnain Sitompul, Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga stabilitas Sistem Keuangan (Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang KeberadaanOtoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perkonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil,25 November 2014). 9

3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. 15 Selanjutnya pengertian lembaga jasa keuangan lainnya adalah pergadaian,lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib meliputi penyelenggara programjaminan sosial, pensiun dan kesejahteraan. 16 Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.misi OJK adalah: 17 1. mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara teratur,adil, transparan dan akuntabel; 2. mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; 3. melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. UU SJSN tidak menetapkan definisi atau pengertian JKN dalam salah satu ayat ataupasalnya. Dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang mengatur tentang program jaminan sosial, manfaat, tujuan dan tata laksananya, dapat dirumuskan pengertian program JKN sebagai berikut: 15 Totok Budisantoso. Nuritomo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013), hlm. 48. 16 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 ayat (10). 17 Totok Budisantoso. Nuritomo Op.Cit., hlm. 51. 10

Program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatanserta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh pemerintah kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba - BPJS kesehatan. Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai multi manfaat, secara medis dan maupun nonmedis JKN mempunyai manfaat secara komprehensif yakni pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Promotif dan preventif diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal care). 18 JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh penduduk termasuk warga asing harus membayar iuran dengan presentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut sebagai penerima bantuan iuran. Harapannya semua penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2019. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. 19 Dengan adanya BPJS kesehatan ini pelayanan medis bisa lebih jeli dan teliti mengidentifikasi masalah pasien dan melakukan tindakan/pemeriksaan sesuai dengan indikasinya, karena BPJS membiayai sesuai dengan diagnosa penyakit dan telah dihitung 18 JKN Multi Manfaat, http://www.depkes.go.id/article/view/13060100016/sosialisasijaminan-kesehatan-nasional.html (diakses 29 Februari 2016). 19 Definisi BPJS Kesehatan http://www.jamsosindonesia.com/teropong/subdetail/bpjskesehatan_397/definisi-bpjs-kesehatan-_24 (diakses tanggal 28 Februari 2016). 11

pemeriksaan yang dilakukan sesuai indikasi. Namun, dampak dari BPJS ini adalah ke dokter juga, yaitu penetapan biaya yang sesuai belum ditentukan. 20 Peserta BPJS kesehatan adalah semua penduduk Indonesia wajib untuk menjadi peserta program JKNyang dikelola BPJS kesehatan. Artinya mereka tidak boleh tidak menjadi peserta BPJS kesehatan meskipun sudah memiliki jaminan kesehatan lain. Orang asing yang bekerja minimal 6 bulan di Indonesia dan telah membayar iuran peserta BPJS kesehatan. Menurut kamus bahasa indonesia online,wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak dan kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. 21 OJK yang mempunyai misi untuk mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara teratur,adil, transparan dan akuntabel memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk mengawasi program JKN kesehatan. F. Metode Penulisan Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau bisa juga disebut sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada jenis penelitian ini, hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundangundangan ( law in book ) atau hukum dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas.penelitian ini hanya meneliti peraturan perundang-undangan dan 20 Tujuan BPJS dan program Jaminan Nasional http://kesehatanbpjs.blogspot.co.id/2014/11/tujuan-bpjs-dan-program-jaminan-sosial.html (diakses tanggal 29 februari 2019). 21 Definisi Wewenang http://kamusbahasaindonesia.org/wewenang/mirip (diakses tanggal 28 Februari 2016). 12

mempunyai beberapa konsekuensi dan sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder. Dalam penelitian ini, adapun Undang-Undang yang digunakan antara lain : 1. UU SJSN. 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan (selanjutnya disebut UU OJK). 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut UU BPJS). 4. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait. Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah metode yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif melakukan analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap suatu permasalahan. Penelitian hukum secara yuridis adalah suatu penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifat normatif maksudnya adalah penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lainnya.sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu keadaan yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas suatu hipotesa dan dapat membantu memperkuat teori yang sudah ada dan membuat teori baru. 13

1. Sumber data Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. 22 Data sekunder mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Data sekunder berfungsi untuk mencari definisi suatu istilah dan mencari data awal/informasi. Data sekunder yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Bahan hukum primer, UU SJSN,UU OJK, UU BPJS danperaturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. b. Bahan hukum sekunder,yaitu bahan hukum yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel ilmiahdari majalah, laporan-laporan,hasil-hasil penelitian,jurnal hukummakalah, skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya yang diperoleh melaluimedia cetak maupun media elektronik. c. Bahan hukum tersier,yang mencakup bahan yang memberi petunjukpetunjuk dan informasi terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum. Sekunder yaitu kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah dan bahan-bahan lain yangdapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan penulis dalam penulisan skripsi ini. 22 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 41. 14

2. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan dengan cara pengumpulan data secara studi pustaka (library research) dan juga melalui bantuan media elektronik, yaitu internet. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengkaji data yang terdapat dalam peraturan perundangundangan, buku-buku,majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 3. Analisis data Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah data primer dan sekunder lalu dilakukan analisis data secara kualitatif. Metode analisis data yang digunakan penulis adalah pendekatan kualitatif, penelitian yang memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku 23. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan : a. mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan penelitian; b. melakukan pengelompokan terhadapperaturan Perundang-Undangan dan bahan hukum yang relevan dengan penelitian; c. mengolah dan menginterpretasikan data primer maupun sekunder untuk mendapatkan kesimpulan dari permasalahan; 23 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 21. 15

d. menarik kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan. G. Sistematika Penulisan Sistematikan penulisan skripsi ini dilakukan dengan pembahasan secara sistematis.sistematika penulisan ini meliputi: BAB I PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan tentang tentang latar belakang, perumusan masalah sebagai topik yang akan dibahas dalam penulisan ini,tujuan dan manfaat penulisan,keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA Bab ini akan membahas tentang latar belakang pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, pengertian OJK, status Otoritas Jasa Keuangan, dan membahas mengenai wewenang OJK dalam lembaga jasa keuangan lainnya. BAB III PENGATURAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang terbentuknya program Jaminan Kesehatan Nasional, tujuan program Jaminan Kesehatan Nasional, prinsip pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional, serta mekanisme penyelenggaraan program 16

Jaminan Kesehatan Nasionalefektifitas pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia. BAB IV WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL BPJS KESEHATAN Bab ini akan menguraikan tentang program Jaminan KesehatanNasional oleh BPJS Kesehatan,Ruang lingkup pengawasan program Jaminan Kesehatan Nasional oleh Otoritas Jasa Keuangan, dan Wewenang dan Peran Otoritas JasaKeuangan sebagai pengawas dalam program Jaminan Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, bab V ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis. 17