IDENTIFIKASI TULANG BELULANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu penyidik dalam memenuhi permintaan visum et repertum, untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.1

TULANG Alat gerak pasif pada manusia adalah tulang. Tulang adalah bahan yang hidup dan tumbuh. Tulang mempunyai kerangka protein. Kalsium memperkuat

SISTEM GERAK PADA MANUSIA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL

Fungsi Sistem Rangka

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN TULANG

Persendian adalah hubungan antara dua tulang atau lebih. Persendian dibedakan menjadi 2 yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pembelajaran Biologi Mengenai Sistem Rangka Manusia Albertus Bobby Irawan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R.

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

12/29/2010. Pengantar Anatomi. (a) Departemen Anatomi FK USU, 2010

- - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - dpl2gerak SISTEM GERAK PADA MANUSIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2 RANGKA TUBUH MANUSIA DAN HEWAN

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

SISTEM. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. DKKD FIK-UI 2006

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

PANJANG TULANG FEMUR DAPAT MENJADI PENENTU TINGGI BADAN PRIA DEWASA MUDA

Sistem Gerak pada Manusia. mendeskripsikan sistem gerak pada manusia serta hubungannya dengan kesehatan.

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL. turunnya kepala janin, agar seorang bidan dapat mendeteksi secara dini kelainan atau

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

SMA. a. Memberikan bentuk tubuh makhluk hidup. b. Melindungi organ-organ tubuh yang vital. c. Menahan dan menegakkan tubuh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGATURAN AWAL (ADVANCE ORGANIZER), HASIL BELAJAR DAN KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA. Istilah model pembelajaran sangat erat kaitannya

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan:

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I)

SISTEM GERAK PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

Sistem Struktur Tubuh Unggas

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa Ahli (Slameto,1991: 156; Suryosubroto,1997: 193; Sanjaya, 2006:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PERKULIAHAN. Pengantar Anatomi - Overview. Pengantar Anatomi - Istilah Anatomi Syndesmology - Skeleton & Joint. Skeleton Axiale - Ossa Cranii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

KISI-KISI SOAL SISTEM GERAK MANUSIA, HEWAN, DAN TUMBUHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI FISIOLOGI TULANG dan PERSENDIAN. by : Hasty Widyastari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Mata Pelajaran/Tema/Sub Tema : IPA BIOLOGI. Kelas/Semester : XI/1 Waktu : 2 x 45 menit Nama Siswa/Kelompok :

SISTEM GERAK Tanpamu, AKU bagaikan PATUNG

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

ANALISIS PALEOANTROPOLOGI RANGKA R.X3 SITUS GILIMANUK KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR. Retka Syamyanti Jurusan Arkeologi di Fakultas Sastra ABSTRACK

Identifikasi Korban Post Mortem yang Dipastikan oleh Laporan Operasi Ante Mortem

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) AWAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Standar Kompetensi 1 Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

BAB IV SISTEM GERAK PADA MANUSIA DAN VERTEBRATA

biologi SET 16 ALAT GERAK DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. RANGKA TUBUH VERTEBRATA

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

LAPORAN KASUS IDENTIFIKASI TULANG BELULANG Abdul Gafar Parinduri Departemen Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: sauqipancasilawati@gmail.com Abstrak: Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Melalui proses identifikasi tulang belulang, kita dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan identitas seseorang seperti ras, jenis kelamin, umur, dan perkiraan tinggi badan. Pada laporan kasus ini dibahas identifikasi tulang belulang yang ditemukan oleh warga masyarakat di suatu tempat, yang diduga berasal tulang belulang manusia. Penemuan ini dilaporkan ke polisi untuk dilakukan penyidikan. Setelah itu, tulang belulang ini diidentifikasi oleh ahli forensik berdasarkan surat permohonan visum dari polisi. Pada kasus ini diidentifikasi sebanyak 128 potongan tulang belulang manusia yang tidak lengkap. Tulang belulang ini dibedakan berdasarkan penilaian persamaan atau perbedaan bentuk tulang, ukuran tulang, warna tulang, kepadatan (kompak) tulang, jumlah keseluruhan tulang, kiri dan kanan tulang serta penilaian terhadap bagian-bagian dari tulang belulang tersebut. Dari hasil pengamatan ini, maka dapat dinyatakan bahwa tulang belulang tersebut berasal dari manusia. Kata kunci: identifikasi tulang belulang, jenis kelamin Abstract: Forensic identification is an attempt that made with the purpose of assisting the investigator to determine a person's identity. According to the identification of the bones process, we can obtain the information relating to a person's identity such as race, gender, age, and height estimates. In this case report, we discuss the identification of the bones found by locals in a place, which allegedly belongs to human bones. This discovery was reported to the police for investigation. After that, the bones were identified by a forensic expert based on a visa application letter from the police. In this case, we identified as many as 128 pieces of incomplete human bones. These bones are distinguished on the basis of an assessment of the similarities or differences in bone shape, bone size, bone color, bone density (bone), total bone, left and right bones and assessment of parts of the bones. From the results of this observation, it can be stated that the bones are derived from human. Keywords: identification of the bones, gender 1

PENDAHULUAN Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Melalui proses identifikasi dari kerangka, kita masih dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan identitas seseorang seperti ras, jenis kelamin, umur, dan perkiraan tinggi badan. Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia memiliki 206 tulang, dan tulang ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang mendasar yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal. Pada persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago/tulang rawan sepanjang hidup yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada persendian ini lebih halus dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak terletak pada persendian. Pada tulang vertebra, strukturnya porus dan dinamakan tulang trabekular atau cancellous. Daerah tulang trabekular pada rangka yang sedang tumbuh memiliki tempat-tempat sumsum merah, jaringan pembuat darah atau hemopoietic yang memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet. Bagian-bagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut diaphysis, sedang ujung proksimal dan distalnya terdapat epiphysis dan metaphysis. Jadi, diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjang sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous (contohnya pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya pada tulang iga, vertebra, basis cranii, tulang tangan dan kaki), di mana osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi. Membrana tipis bemama perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi pada bidang epiphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang terletak diantara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat osifikasi sekunder). Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah tulang yakni menuju 2

proksimal dan menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti ketika metaphysis menyatu dengan epiphysis. Dalam hal pemeriksaan terhadap kerangka (tulang belulang), perlu dilakukan beberapa tahapan pemeriksaan: - penentuan tulang atau bukan, - penentuan tulang manusia atau tulang hewan, - penentuan jumlah individu, - penentuan ras, - penentuan jenis kelamin, - penentuan umur, - penentuan tinggi badan, - penentuan lama kematian, - penentuan tanda kekerasan (cara kekerasan), dan - penentuan sebab dan mekanisme KASUS kematian. Telah dilaporkan kepada pihak kepolisian pada hari rabu, tanggal 15 oktober 2014, jam 01.00 WIB, oleh warga masyarakat di suatu tempat, ditemukannya sekumpulan tulang belulang, yang diduga berasal dari tulang belulang manusia. Pihak kepolisian segera mendatangi Tempat Kejadian Peristiwa (TKP) dan kemudian melakukan proses penyidikan, serta meminta bantuan ahli kedokteran forensik, melalui surat permohonan visum et repertum yang tertulis pada hari rabu tanggal 15 oktober 2014, jam 03.30 WIB, dengan membawa barang bukti tersebut, ke RSUD Dr. Pirngadi, untuk dilakukan pemeriksaan. Gambar 1. Sekumpulan tulang belulang Pada identifikasi umum dijumpai 128 potongan tulang belulang manusia yang tidak lengkap, setelah dibedakan berdasarkan penilaian persamaan atau perbedaan dari bentuk tulang, ukuran tulang, warna tulang, kepadatan (kompak) tulang, jumlah keseluruhan tulang, kiri dan kanan tulang serta penilaian terhadap bagian-bagian dari tulang belulang tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa 3

tulang belulang manusia tersebut berasal dari 1 individu. Pada identifikasi khusus tidak dijumpai ciri khusus. Pada identifikasi tulang dijumpai tulang tengkorak kepala sebanyak 1 tulang, dijumpai pertemuan tulang tengkorak kepala bagian depan (sutura coronaria), pertemuan tulang tengkorak kepala bagian tengah (sutura sagitalis), dan pertemuan tulang tengkorak kepala bagian belakang (sutura lamboidea), belum menutup (obliterasi). kekerasan pada tulang tengkorak kepala, yaitu: 1. dijumpai warna kemerahan pada tulang kepala bagian luar atas sebelah kanan, ukuran panjang 8 cm lebar 6 cm, jarak dari garis tengah tubuh 5 cm, dari lubang telinga kanan 9 cm, 2. dijumpai warna kemerahan pada tulang kepala bagian depan atas sebelah kanan, ukuran panjang 4 cm lebar 5 cm, jarak dari garis tengah tubuh 1 cm, jarak dari lubang telinga kanan 5 cm, 3. dijumpai warna kemerahan pada tulang kepala bagian luar atas sebelah kiri, ukuran panjang 8 cm lebar 5 cm, jarak dari garis tengah tubuh 4 cm, jarak dari lubang telinga kiri 6 cm. Gambar 2. Sutura coronaria cranial, sagital cranial dan sutura lamboidea cranial Lalu, dijumpai permukaan tulang ekor kepala (protuberantia occipitalis externa) kurang menonjol. Dijumpai tanda-tanda Gambar 3. Tanda-tanda kekerasan pada tulang tengkorak kepala 4

Pada pemeriksaan, dijumpai permukaan tulang dahi (frontal) halus, lebih tegak dan membulat. Gambar 5. Cavum orbita cranial kiri dan kanan Dijumpai tonjolan tulang rongga telinga (procesus mastoideus) kiri dan kanan tumpul. Dijumpai tulang ekor kepala (protuburentia occipitalis externa) kurang menonjol. Dijumpai sudut tulang rahang (annulus mandibula) > 90 o. Gambar 4. Protuberantia occipitalis externa kurang menonjol dan frontalis yang halus, lebih tegak dan membulat Dijumpai permukaan tulang dahi di daerah alis (arcus supersiliaris) kurang menonjol. Dijumpai rongga mata (cavum orbitalis) kiri dan kanan berbentuk bulat. Dijumpai tinggi tulang hidung (dari titik nasion panjang 2 cm. hingga spina nasalis anterior) Dijumpai tulang pipi (prosesus zygomaticus) halus, lebih tegak dan membulat. Gambar 6. Procesus mastoideus kiri tumpul Gambar 7. Sudut tulang rahang (annulus mandibula >90 o ) Pada pemotongan tulang tengkorak kepala, dijumpai rongga tulang tengkorak 5

kepala kosong. Dijumpai resapan darah pada tulang kepala bagian dalam (os temporal) sebelah kanan, ukuran panjang 6 cm, lebar 4 cm, jarak dari garis tengah tubuh 7 cm, jarak dari lubang telinga kanan 11 cm. Di jumpai resapan darah pada tulang kepala bagian dalam (os temporal) sebelah kiri, ukuran panjang 6 cm, lebar 3 cm, jarak dari garis tengah tubuh 6 cm, jarak dari lubang telinga kiri 8 cm. Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan pada dasar tulang kepala. Gambar 8. Permukaan rongga tulang kepala Pada pemeriksaan dijumpai tulang palatum lebarnya sedang. Dijumpai tulang palatum kecil cenderung seperti parabola. Gambar 9. Tulang palatum Dijumpai tulang rahang bawah (mandibula). Dijumpai 14 lubang gigi bagian atas dan 14 lubang gigi bagian bawah. Dijumpai 3 gigi pada maksila kanan, 1 gigi pada maksila kiri, caninus 2, premolar 2, molar 1 kanan, dan molar 1 kiri. Dijumpai 2 gigi pada mandibula kiri, 1 gigi pada mandibula kanan., molar 1 kanan, premolar 1, dan molar 1 kiri. Dijumpai gigi terlepas dari tulang maksila dan tulang mandibula, sebanyak 13 gigi. Dijumpai keausan gigi geraham (molar) ke-2 atas. Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan pada rahang dan gigi geligi. Pada pemeriksaan tulang dada dijumpai 2 tulang dada (sternum), tulang dada bagian atas (manubrium sterni) dengan panjang 3 cm, tulang dada bagian tengah (corpus sterni) dengan panjang 5 cm. 6

Gambar 10. Gigi geligi di maksila dan mandibula kiri dan kanan Gambar 12. Tulang clavicula, tulang costae, tulang sternum Pada pemeriksaan tulang leher dijumpai tulang leher (cervical) sebanyak 7 buah. Gambar 11. Os cervical Dijumpai 2 tulang selangka (clavicula) kiri dan kanan, ukuran panjang 10 cm kiri dan kanan, 11 tulang-tulang rusuk (costae) kanan, dan 10 tulang-tulang rusuk (costae) kiri. Pada pemeriksaan tulang punggung dijumpai 2 tulang belikat (scapula) kiri dan kanan. Pada pemeriksaan tulang panggul, dijumpai 2 tulang panggul (coxae) kanan dan kiri, yang terlepas dari persendian menjadi 3 bagian. Tidak dijumpai resapan darah pada tulang panggul (coxae). Jika disatukan, dijumpai lubang pada tulang panggul pada daerah samping (foramen obturatorium) berbentuk segitiga. Dijumpai takik tulang panggul daerah samping (insisura ischiadika), berbentuk huruf u (lebih dangkal). Dijumpai permukaan tulang panggul bagian atas sebelah dalam (fosa iliaca) landai. Dijumpai acetabulum, kecil lebih mengarah ke lateral. 7

Gambar 13. Os coxae dijumpai Pada pemeriksaan tulang duduk tulang-tulang duduk (sacrum) yang terlepas dari persendiannya. Bentuk segitiga sama sisi, lebih obliq, pada kasus ini tidak dijumpai tulang ekor. Gambar 14. Tulang sacrum Pada tulang anggota gerak atas dijumpai 1 tulang lengan atas (humerus) kanan. Ukuran panjang 21 cm. Bersatunya epiphysis dan diaphysis pada caput humeri. Dijumpai 2 tulang-tulang lengan bawah yang terdiri dari tulang hasta (ulna) kanan, ukuran panjang 18 cm dan tulang pengumpil (radius) kanan ukuran panjang 17,5 cm. Gambar 15. Os humerus, radius, dan ulna kanan Pada pemeriksaan juga dijumpai tulang-tulang pergelangan tangan (carpal) kanan. Dijumpai 5 tulang telapak tangan (metacarpal). Dijumpai 13 tulang-tulang ruas jari tangan (phalanges). Gambar 16. Os carpal, metacarpal dan phalanges 8

Tidak dijumpai tulang lengan kiri atas dan lengan kiri bawah. Tidak dijumpai tulang pergelangan tangan ( carpal) kiri. Dijumpai 5 tulang telapak tangan (metacarpal) kiri. Dijumpai tulang jari-jari (phalanx) kiri. naviculare kanan, dijumpai tulang calcaneus kiri dan calcaneus kanan. Dijumpai 3 tulang ruas jari kaki (phalanges). Tidak dijumpai resapan darah ataupun tanda-tanda kekerasan. Gambar 17. Os metacarpal kiri dan phalanx 1 Gambar 18. Os femur, tibia, fibula, dan patella Pada pemeriksaan tulang anggota gerak bawah, dijumpai 2 tulang tungkai atas (femur) kiri dan kanan, ukuran panjang 30 cm. Dijumpai terpisahnya batang tulang dengan ujung akhir tulang (diaphysis dengan ephypisis). Dijumpai 4 tulang tungkai bawah kiri dan kanan, yang terdiri atas tulang kering (tibia) ukuran panjang 24 cm dan tulang betis (fibula) ukuran panjang 24 cm. Dijumpai 1 tulang lutut (patella) kanan. Dijumpai 11 tulang pergelangan kaki (tarsal) kiri dan kanan. Terdiri atas cuneiformis, intermedial kiri, cuneiformis lateral kiri, tulang kuboid kiri, tulang kuboid kanan, tulang talus kiri, tulang talus kanan, tulang naviculare kiri, tulang Gambar 19. Os tarsal, metatarsal dan phalanges Selain tulang belulang, dijumpai rambut yang sudah lepas dari tulang tengkorak kepala, berwarna hitam, dengan panjang 14 cm. Pada pemeriksaan ini juga dijumpai hati (hepar) warna kehitaman (proses pembusukan), ukuran panjang 15 cm, lebar 9

12 cm. Dijumpai belatung berwarna hitam, ukuran panjang 5 cm. Dijumpai otot yang sudah lepas dari tulang belulang (proses pembusukan). Gambar 20. Otot dan Hepar DISKUSI Penilaian tulang atau bukan Secara umum tulang memiliki 2 komponen struktur tulang yang mendasar yaitu, spongiosa dan kompakta. Struktur kompakta terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada bagian internal tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala. Sedangkan bagian tengah tulang panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum tulang. 3 Gambar 21. Rambut Gambar 22. Belatung Pada kasus ini dilakukan pengambilan sampel dari beberapa potongan tulang dan gigi mayat untuk persiapan pemeriksaan DNA dan golongan darah. Dilakukan pemeriksaan histologi dari tulang kepala untuk pemeriksaan tanda-tanda kekerasan. Penentuan tulang manusia atau tulang hewan Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan, ukuran, dan umur penulangan (osifikasi). Perlu dilihat fusi epiphysis dan metaphysis serta ukuran tulang, kepadatan tulang, dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan serologis (presipitin test). 1 Penentuan jumlah individu Dapat dengan melihat perbedaan dan persamaan bentuk, ukuran, warna jumlah, dan kelengkapan kiri dan kanan tulang, serta gambaran anatomi tulang. 10

Penentuan ras Ras mongoloid cenderung memiliki tulang pipi (os. zygomaticus) yang menonjol. Lebar aperture nasalis (permukaan tulang hidung) sedang dan tepi bawah nasalis agak runcing. Tulang rongga mata (os. orbital) cenderung sirkuler. Tulang langit-langit rongga mulut (os. palatum) lebarnya sedang dan sutura zygomatico maksilaris cenderung lurus. 3 Penentuan ras juga juga dapat dilakukan dengan pengukuran ideks chepalix. Lebar : Panjang x 100 = 13 : 15 x 100% = 86%. Penentuan jenis kelamin 1. Cranium dan wajah lebih kecil. 2. Rigi (arcus) supraorbital lebih halus/ datar. 3. Dahi/frontal halus, lebih tegak dan membulat. 4. Krista temporalis dan protuberantia occipitalis kurang menonjol. 5. Krista mastoideus dan prosesus supra mastoideus dan prosesus zygomaticus halus, lebih tegak dan membulat. 6. Tulang zygomaticus kecil, ramping dan halus. 7. Dagu/gnathion lebih runcing. 8. Tulang rahang bawah (os. mandibula) sudut yang terbentuk pada ramus dan corpus mandibula lebih besar (melewati 90 derajat). 9. Palatum kecil, cenderung seperti parabola. 10. Gigi-geligi kecil, M1 4 kuspid. 11. Panjang corpus sternum 1,5 kali panjang manubrium sterni. 12. Lengkung subpubicum lebih lebar, mendekati huruf U. 13. Angulus subpubicum sudutnya kurang dari 90 0. 14. Foramen obturatoria kecil, cenderung segitiga. 15. Acetabulum kecil, lebih mengarah ke lateral. 16. Ilium rendah, bagian atas mengarah ke lateral. 17. Sacrum pendek dan lebar. seperti segitiga sama sisi., lebih oblik, bagian atas kurang melengkung, sudut sacrovertebral lebih menonjol. 18. Incisura ischiadia (mayor) lebih dangkal berbentuk U. Penentuan umur Perkiraan umur mayat tersebut 14-20 tahun dapat dibuktikan dengan melihat pertemuan tulang tengkorak kepala bagian depan (sutura coronaria), pertemuan tulang tengkorak kepala bagian tengah (sutura sagitalis) dan pertemuan tulang tengkorak kepala bagian belakang (sutura 11

lambdoidea) belum menutup (obliterasi), dan belum tumbuh gigi Molar-3. Gigi geligi pada maksila sudah aus dan berwarna kuning kecoklatan, Bersatunya epiphyisis dan diaphysis pada caput humeri. Penentuan tinggi badan Perkiraan tinggi badan adalah 135-145 cm. Ini dapat dilakukan dengan cara menentukan tinggi badan berdasarkan pengukuran tulang-tulang panjang melalui rumus atau Formula Trotter-Glesser (formula yang dianggap cocok untuk menilai panjang badan ras Mongoloid). 1. Os. Humerus yaitu TB = 2,68 dikali (humerus) + 83,19 +/- 4,25 cm 2. Os. Radius yaitu TB = 3,54 dikali (radius) + 82,00 +/- 4,60 cm 3. Os. Ulna yaitu TB = 3,48 dikali (ulna) + 77,45 +/- 4,66 cm 4. Os. Femur yaitu TB = 2,15 dikali (femur) + 72,57 +/- 3,80 cm Penentuan lama kematian Perkiraan lama kematian sekitar 20 hari s.d 1 bulan dapat diperkirakan melalui penilaian kondisi tulang yang masih padat, berbau busuk, berwarna kecoklatan dan kehitaman serta masih adanya sisa jaringan lunak pada permukaan tulang belulang dan ditemukannya belatung. Penentuan tanda kekerasan (cara kekerasan Penilaian tanda kekerasan pada tubuh mayat dapat dinilai oleh karena tanda-tanda kekerasan, seperti resapan darah pada tulang kepala. Penentuan sebab dan mekanisme kematian Penyebab kematian korban, perdarahan pada rongga kepala akibat trauma tumpul. KESIMPULAN Dari hasil pemeriksaan pada kasus di atas dapat disimpulkan bahwa kumpulan tulang belulang tersebut adalah tulang belulang seorang manusia. Potongan tulang berasal dari ras mongoloid (asia), jenis kelamin perempuan, umur 14-20 tahun, tinggi badan 135-145 cm, lama kematian 20 hari s.d 1 bulan, dengan kondisi tulang belulang dijumpai tanda kekerasan. Penyebab kematian korban adalah perdarahan pada rongga kepala akibat kekerasan tumpul. DAFTAR PUSTAKA 1. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Edisi 12

Pertama. Cetakan ke III. Semarang: Universitas Diponegoro; 2004. Hal. 1-4, 17-21, 149-157. 2. Identifikasi Forensik. Wikipedia [serial online] 2006 March 26 [cited 2007 Nov 14]. Available from : URL : http: //id. wikipedia.org/wiki/ identifikasiforensik#pemeriksaang igi. 3. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Cetakan ke 2. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. Hal.197-202. 4. Indriati E. Antropologi Forensik. Identifikasi Rangka Manusia, Aplikasi Antropologi Biologis Dalam Konteks Hukum. Edisi pertama. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2004. Hal 1-78. 5. Glinka J, Artaria MD, Koesbardiati T. Metode Pengukuran Manusia. Edisi pertama. Cetakan pertama. Surabaya: Airlaangga University Press.; 2008. Hal. 11-20. 6. Ritonga M. Penentuan Lama Kematian Dilihat Dari Keadaan Tulang. Publikasi: Digitized by USU digital library Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2004. (diun duh November 2013). 13