1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang Termasuk dalam Industri Pertanian di BEI Pada

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI SEKTOR/INDUSTRI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Fungsi keuangan yaitu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah sarana tempat bertemunya antara pembeli dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaporkan posisi perusahaan pada suatu titik waktu dan kegiatan operasinya

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Siklus hidup perusahaan tidak luput dari perubahan-perubahan organisasitoris

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya. Daging dan

BAB I PENDAHULUAN. Hermuningsih (2009) bagi perusahaan terbuka (go public) indikator nilai

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi (Husnan, 1998). Investasi dianggap mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan bidang bisnis yang serupa menjadi kendala tersendiri bagi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum siklus hidup perusahaan terdiri atas start-up, infant, youth, growing,


Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

I. PENDAHULUAN sektor moneter maupun sektor riil. Hal ini disebabkan sistem yang dianut

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua perusahaan pada umumnya mempunyai suatu tujuan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. seiring dengan pemerataan pendapatan dan pemerataan hasil pembangunan.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik. perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan

Finance, Accounting and Marketing Pemetaan Daya Saing Industri Pada Sektor Industri Agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi dan cara berpikir manusia yang semakin pesat,

M. Hudori *1 dan Muhammad 2 1

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki potensi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. ditopang oleh sektor pertanian, sehingga sektor pertanian menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi jual-beli saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan going public atau perusahaan yang telah melakukan

USD FIXED INCOME FUND

Pokok Bahasan 10/1/2011. Pengertian Pasar Modal Pasar Perdana Pasar Sekunder. Lecture Note:

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di

Kurs Rupiah/ USD

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.

BAB II DESKRIPSI IHSG

Abstrak. Kata kunci: underpricing, reputasi underwriter, ukuran perusahaan, jenis industri.

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara politik,

BAB 1 PENDAHULUAN. lain untuk mengidentifikasi peluang investasi, untuk menganalisis dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

I. PENDAHULUAN. (Harianto dan Sudomo, 1998; Kwiek, 2000; Abimanyu, 2000; Cerra dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Oktober 1988, dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan populasi dunia ikut meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat khususnya di bidang agrikultur. Agrikultur merupakan pertanian secara luas yang mencakup bidang tanaman pangan, perkebunan, perikanan, kehutanan, peternakan, dan kehutanan. Berdasarkan penelitian dari United Nations 2015, populasi dunia terus bertambah dengan pertumbuhan 1.18% per tahun atau sebanding dengan 83 miliar orang per tahun hal ini sejalan dengan peningkatan produksi agrikultur di dunia. Proyeksi pertumbuhan produksi agrikultur menunjukkan peningkatan secara perlahan bahkan meningkat dua hingga tiga kali lipat untuk wilayah Asia Selatan dan Afrika di tahun 2050 (Alexandratos dan Bruinsma 2012). Sektor agrikultur sendiri merupakan salah satu sektor terbesar yang menyumbang perekonomian negara Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara agraris. Menurut The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Agrikultur merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia setelah manufaktur dan pertambangan dan energi (OECD 2015). Sektor agrikultur memberikan kontribusi yang besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. PDB merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam periode tertentu. PDB Indonesia mengalami laju peningkatan yang pesat melebihi negara Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand selama kurun waktu 7 tahun terakhir (OECD 2015). Berdasarkan informasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP), pada tahun 2015 Triwulan I, PDB Indonesia mencapai Rp 2,157.53 trilyun atau naik sebesar 4.71% dari tahun sebelumnya. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi sebesar 13.75% sebagai kontributor terbesar kedua terhadap PDB Indonesia. Kontributor terbesar dalam sektor agrikultur adalah sub sektor gabungan pertanian, perburuan dan jasa pertanian sebesar 10.64% yang terdiri dari tanaman pangan sebesar 4.26%, tanaman perkebunan sebesar 3.06%, peternakan sebesar 1.62%, tanaman holtikultura sebesar 1.50%, dan jasa pertanian dan perburuan sebesar 0.21%. Kontributor terbesar kedua adalah sub sektor perikanan sebesar 2.64% dan sub sektor kehutanan dan penebangan kayu sebesar 0.64% (KKP 2015). Kontribusi sektor agrikultur terhadap PDB Nasional pada Triwulan I di tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.

2 Tanaman Holtikultura 1.50% Perikanan 2.64% Jasa Pertanian & Perburuan 0.21% Tanaman Pangan 4.26% Kehutanan dan Penebangan Kayu 0.64% Tanaman Perkebunan Peternakan 1.62% 3.06% Sumber: KKP (2015) Gambar 1 Kontribusi agrikultur terhadap PDB nasional Selain menjadi kontributor pembangunan ekonomi nasional, sektor agrikultur juga memberikan kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Selama lima tahun terkahir, sektor pertanian menjadi sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar di Indonesia seperti pada Gambar 2. Pada tahun 2014, penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian primer secara sempit (tidak termasuk perikanan dan kehutanan) mencapai 35.76 juta tenaga kerja atau menyumbangkan sekitar 30.27% dari total tenaga kerja di Indonesia (Kementan 2015). Besaran tenaga kerja memperlihatkan banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidup di sektor pertanian sehingga semakin banyak tenaga kerja dalam suatu sektor maka tingkat produksi yang dihasilkan juga akan meningkat. 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 2010 2011 2012 2013 2014 Pertanian Non Pertanian Total Tenaga Kerja Sumber: Kementan (2015) Gambar 2 Total tenaga kerja di Indonesia Salah satu pelaku usaha dalam perkembangan agrikultur di Indonesia adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang agrikultur. Di Bursa Efek Indonesia, perusahaan-perusahaan terbuka di bidang agrikultur merupakan gabungan antara sektor pertanian dan sektor industri dasar dan kimia. Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan kehutanan. Sementara itu, pada sektor industri dasar dan kimia, perusahaan agrikultur terdapat pada sub sektor kayu dan pengolahannya, pulp dan kertas, dan

3 pakan ternak. Bisnis agrikultur tentunya memiliki risiko bisnis tersendiri yang harus dihadapi untuk meningkatkan performa perusahaan dalam mengatasi perubahan-perubahan permintaan dan penawaran berbagai produk, hal ini dikarenakan setiap industri maupun perusahaan memiliki risiko bisnis pada level yang berbeda Weston dan Brigham (1994). Sumber: FAO Statistik (2014) Gambar 3 Penyebaran risiko agrikultur di dunia Berdasarkan Gambar 3 terdapat beberapa risiko yang dapat timbul dari sektor agrikultur di seluruh dunia yaitu banjir, kelangkaan air, polusi, penggurunan, deforestasi, berkurangnya lapisan tanah subur, hilangnya biodiversitas, erosi, dan kelangkaan lahan (FAO 2014). Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung pada aktiva perusahaan apabila tidak menggunakan hutang merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keputusan struktur modal. Struktur modal merupakan rasio antara hutang dengan ekuitas serta aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan harus memperhatikan kondisi permodalannya untuk mengambil keputusan pendanaan jangka pendek maupun dalam jangka panjang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Bisnis dengan risiko tinggi akan lebih baik menggunakan ekuitas sebagai sumber pendanaan, sedangkan bisnis yang memiliki risiko rendah akan lebih baik memanfaatkan hutang. Selain risiko bisnis, kemampuan perusahaan untuk menambah modal dalam keadaan kurang menguntungkan juga mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan. Perusahaan mengetahui bahwa penyediaan modal yang baik diperlukan untuk mendukung operasi secara stabil dalam jangka panjang. Perusahaan juga harus mampu menghadapi kesulitan operasional agar penyedia dana bersedia menanamkan uangnya. Oleh karena itu, pertumbuhan perusahaan dan kemungkinan tersedianya dana di masa mendatang serta konsekuensi akibat kurangnya dana sangat berpengaruh pada target struktur modal (Sawir 2001). Kebijakan struktur modal yang kurang tepat akan menimbulkan kebangkrutan dan

4 financial distress. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas pada perusahaan-perusahaan agrikultur di Indonesia serta pengaruhnya terhadap struktur modal agar perusahaan dapat menetapkan struktur modal yang optimal dan mampu bersaing secara global. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah analisis data panel. Analisis data panel pada risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan agrikultur dapat bermanfaat bagi investor dan peminat pasar modal sebagai pedoman dalam melakukan analisis perusahaan untuk menentukan keputusan investasi pada perusahaan agrikultur. Hasil penelitian juga dapat memberikan informasi bagi manajemen perusahaan agar dapat menetapkan struktur modal dan meningkatkan kinerja serta daya saing perusahaan. Perumusan Masalah Kemampuan perusahaan dalam menangani risiko bisnis, pertumbuhan, likuiditas terhadap penetapan struktur modal sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan internasional khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). ASEAN telah menyepakati 12 sektor prioritas yang disebut dengan Priority Integration Sectors (PIS) yang diperdagangkan dalam MEA. PIS itu sendiri terbagi dalam dua bagian yaitu tujuh sektor barang industri dan lima sektor jasa. Tujuh sektor barang industri adalah industri yang berbasis pertanian, elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil, otomotif, dan produk berbasis kayu. Sementara itu, lima sektor jasa adalah transportasi udara, e-asean (lampiran 5), pelayanan kesehatan, turisme, dan jasa logistik. Bisnis agrikultur termasuk ke dalam empat sektor barang industri yang disepakati yaitu industri pertanian, perikanan, industri berbasis karet, dan industri berbasis kayu (Kemendagri 2008). Tabel 1 Indeks pasar sektoral Bursa Efek Indonesia No. Nama Harga (Rp) Pembukaan Tertinggi Terendah Penutupan 1 Industri Barang 2,128.50 2,143.75 2,114.59 2,128.50 Konsumsi 2 Pertanian 1,794.98 1,813.62 1,760.85 1,794.98 3 Manufaktur 1,176.58 1,186.03 1,168.26 1,176.58 4 Aneka Industri 1,106.83 1,131.99 1,089.38 1,106.83 5 Pertambangan 978.46 993.75 972.75 978.46 6 Infrastruktur, Utilitas, 906.05 911.98 899.78 906.05 dan Transportasi 7 Perdagangan, Jasa, 866.60 876.73 864.27 866.60 dan Investasi 8 Keuangan 679.58 687.72 678.46 679.58 9 Properti dan Real 473.92 478.20 470.92 473.92 Estate 10 Industri Dasar dan Kimia 399.76 401.60 388.51 399.76 Sumber: BEI (2015)

5 Terciptanya MEA memerlukan kerjasama dan integrasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas, konsultasi yang lebih erat di kebijakan makroekonomi dan keuangan, kebijakan pembiayaan perdagangan, peningkatan infrastruktur dan hubungan komunikasi, pengembangan transaksi elektronik melalui e-asean, integrasi industri untuk meningkatkan sumber daya regional, dan peningkatan keterlibatan sektor swasta (Arifin et al. 2008). MEA merupakan tantangan bagi pelaku bisnis di Indonesia untuk dapat bersaing mengahadapi kompetitor ASEAN dan juga peluang untuk menarik investor asing. Sektor agrikultur merupakan sektor kedua terbesar sebagai penopang bursa saham Indonesia seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, sehingga keputusan yang diambil oleh perusahaan-perusahaan yang terdapat di dalamnya dapat mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang agrikultur untuk menghadapi tantangan dan peluang MEA adalah dengan menelusuri tingkat risiko bisnis, pertumbuhan, likuiditas dan pengaruhnya terhadap penetapan struktur modal perusahaan. Penelitian ini mengidentifikasikan struktur modal, risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas yang diterapkan pada masing-masing sub sektor di dalam sektor agrikultur. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda dalam menganalisis pengaruh risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas terhadap struktur modal di berbagai sektor industri. Pada saat ini masih sedikit informasi mengenai pengaruh risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan berbasis agrikultur di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini akan memperlihatkan tingkat risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas serta pengaruhnya terhadap struktur modal di berbagai perusahaan berbasis agrikultur. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana risiko bisnis, pertumbuhan, likuiditas, dan struktur modal perusahaan agrikultur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014? 2. Bagaimana hubungan dan dampak risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan agrikultur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis risiko bisnis, pertumbuhan, likuiditas, dan struktur modal perusahaan agrikultur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014. 2. Menganalisis hubungan dan dampak risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan agrikultur di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014.

6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan hubungan antara risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas dengan struktur modal perusahaan agrikultur di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah: 1. Bagi investor dan peminat pasar modal, penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan analisis perusahaan untuk menentukan keputusan investasi pada perusahaan agrikultur. 2. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tigkat risiko, pertumbuhan, likuiditas dan pengaruhnya terhadap sturktur modal perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan. 3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan studi banding dengan penelitian terdahulu untuk mengamati konsistensi hasil penelitian risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas terhadap struktur modal serta menjadi bahan referensi untuk pengembangan penelitian berikutnya. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian yang diteliti terbatas pada emiten-emiten saham perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014. Data laporan keuangan yang digunakan adalah data yang tersedia di BEI. Data time series laporan keuangan yang digunakan hanya sampai data laporan keuangan tahun 2014 yang telah diaudit. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian laporan keuangan terakhir yang tersedia adalah tahun 2014. Perusahaan berbasis agrikultur yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada perusahaan yang terdaftar di BEI, sehingga terdapat kemungkinan ada perusahaan lain pada bidang agrikultur yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini difokuskan pada hubungan risiko bisnis, pertumbuhan, dan likuiditas terhadap struktur modal. Perusahaan yang diteliti pada penelitian ini merupakan perusahaan yang berada pada sektor pertanian yang mencakup sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan serta perusahaan pada sektor industri dasar dan kimia yang mencakup sub sektor peternakan, kehutanan, dan pulp dan kertas seperti pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perusahaan penelitian yang dipilih merupakan perusahaan yang telah melakukan Initial Public Offering (IPO) dari sebelum tahun 2010.

7 Tabel 2 Perusahaan penelitian Perusahaan IPO Sub Sektor Industri 1 Bisi International Tbk. 2007 Tanaman Pangan 2 Astra Agro Lestari Tbk. 1997 Perkebunan 3 BW Plantation Tbk. 2009 Perkebunan 4 PP London Sumatera Indonesia Tbk. 1996 Perkebunan 5 Sampoerna Agro Tbk. 2007 Perkebunan 6 Sinar Mas Agro Resources and 1992 Perkebunan Technology Tbk. 7 Tunas Baru Lampung Tbk. 2000 Perkebunan 8 Bakrie Sumatera Plantation Tbk. 1990 Perkebunan 9 Central Proteinaprima Tbk. 2006 Perikanan 10 Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. 2000 Perikanan 11 Inti Agri Resources Tbk. 2002 Perikanan 12 Bumi Teknokultura Unggul Tbk. 2004 Kehutanan 13 Tirta Mahakam Resources Tbk. 1999 Kayu dan Pengolahannya 14 Fajar Surya Wisesa Tbk. 1994 Pulp dan Kertas 15 Indah Kiat Pulp dan Paper Tbk. 1990 Pulp dan Kertas 16 Toba Pulp Lestari Tbk. 1990 Pulp dan Kertas 17 Suparma Tbk. 1994 Pulp dan Kertas 18 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. 1990 Pulp dan Kertas 19 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 1991 Pakan Ternak 20 Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 1989 Pakan Ternak 21 Malindo Feedmil Tbk. 2006 Pakan Ternak 22 Sierad Produce Tbk. 1996 Pakan Ternak Sumber: BEI (2015) 2 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Modal Setiap perusahaan memiliki struktur modal yang berbeda, sekalipun berada di dalam industri yang sama (Brigham dan Houston 2014). Struktur modal merupakan penetapan susunan sumber modal yang berasal dari ekuitas dan pinjaman. Sumber ekuitas utama adalah laba ditahan yang berasal dari internal perusahaan, modal setoran pribadi yang berasal dari pemilik perusahaan / LKBB / individu dan modal setoran yang berasar dari pasar modal lokal maupun luar negeri. Sementara itu, sumber utama pinjaman adalah kredit yang berasal dari bank modal lokal maupun luar negeri, penempatan langsung yang berasal dari perusahaan lain dan obligasi yang berasal dari pasar modal lokal maupun bank luar negeri (Djohanputro 2004). Struktur modal memperlihatkan cara perusahaan dalam membiayai aset dengan kombinasi hutang, ekuitas, dan hybrid securities.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB