PENGGUNAAN ALBUMIN SERUM SAPI DALAM PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN PADA BENIH IKAN GURAMI STEVEN MICHAIL SUTIONO

dokumen-dokumen yang mirip
II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami yang direndam dalam air tawar mengandung hormon pertumbuhan

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil ikan gurami yang direndam dalam hormon pertumbuhan rekombinan dengan frekuensi berbeda

Pertumbuhan pascalarva udang vaname yang diberi larutan hormon pertumbuhan rekombinan

PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN KERAPU KERTANG (relgh) DENGAN DOSIS BERBEDA PADA IKAN KARDINAL TETRA (Paracheirodon axelrodi)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sains Teknologi Akuakultur (2017) 1 (2): ISSN

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE SANGKURIANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN DENGAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA MAYA FITRIANA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), (2013) Dita Puji Laksana, Siti Subaidah, Muhammad Zairin Junior, Alimuddin*, Odang Carman ABSTRACT

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

Lampiran 1 Hasil analisis SDS-PAGE protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan gurami (roggh), ikan mas (rccgh) dan ikan kerapu kertang (relgh).

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

PERENDAMAN BENIH IKAN LELE DALAM LARUTAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG DENGAN KEPADATAN TINGGI HABIB FADHLAN TAMAMI

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BETOK YANG DIRENDAM DENGAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG PADA DOSIS BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

II. BAHAN DAN METODE

MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI

Performa benih ikan nila diberi pakan mengandung hormon pertumbuhan rekombinan ikan mas dengan dosis berbeda

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

PERTUMBUHAN UDANG VANAME YANG DIRENDAM HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG PADA TAHAP PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Tahunan Ke-IV Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

II. BAHAN DAN METODE

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK YANG DIRENDAM HORMON PERTUMBUHAN IKAN KERAPU KERTANG REKOMBINAN DENGAN DOSIS BERBEDA PADA UMUR 12 HARI

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (rgh) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA NILA SALIN (Oreochromis niloticus)

PENENTUAN DOSIS HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG PADA LARVA IKAN LELE SANGKURIANG MELALUI PERENDAMAN RIYAN MAULANA

II. BAHAN DAN METODE

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Perhitungan kandungan tiroksin per tablet Thyrax tiroksin

BAB II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BETOK (Anabas testudineus, Bloch) YANG DISUNTIK HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG DENGAN DOSIS BERBEDA

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAME YANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA PUSTIKA RATNAWATI

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DALAM PERCOBAAN IMMUNOPROFILAKSIS TERHADAP INFEKSI BAKTERI. Oleh AHMAD FIRDAUS C SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

II. BAHAN DAN METODE

PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN CUPANG ALAM (Betta imbellis) YANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN MELALUI PERENDAMAN DAN PAKAN ALAMI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAB III BAHAN DAN METODE

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

II. BAHAN DAN METODE

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. BAHAN DAN METODE

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

BAB III METODE PENELITIAN

Tingkat Kelangsungan Hidup

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

II. METODE PENELITIAN

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA DALAM SISTEM RESIRKULASI

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Transkripsi:

PENGGUNAAN ALBUMIN SERUM SAPI DALAM PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN PADA BENIH IKAN GURAMI STEVEN MICHAIL SUTIONO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

ii

iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Albumin Serum Sapi dalam Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan pada Benih Ikan Gurami adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Steven Michail Sutiono NIM C14100075

iv ABSTRAK STEVEN MICHAIL SUTIONO. Penggunaan Albumin Serum Sapi dalam Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan pada Benih Ikan Gurami. Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan DINAR TRI SOELISTYOWATI. Perendaman hormon pertumbuhan rekombinan dapat memacu pertumbuhan benih ikan gurami. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (recombinant Epinephelus lanceolatus growth hormone, relgh) dosis 0,12 mg/l air dengan dan tanpa albumin serum sapi (bovine serum albumin, BSA). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan dan perlakuan relgh 0,12 mg/l dan BSA 100 mg/l (P1) dibandingan dengan relgh 0,12 mg/l dan tanpa BSA (P2) dan kontrol tanpa relgh dan tanpa BSA (K). Perendaman relgh dilakukan selama 1 jam kemudian ikan dipelihara hingga berumur 6 minggu dan diberi pakan berupa cacing sutera secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan relgh tanpa BSA tidak berpengaruh nyata terhadap bobot rerata, biomassa, dan laju pertumbuhan spesifik (P>0,05), sedangkan perlakuan perendaman relgh menggunakan BSA memiliki biomassa 113,12% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan relgh dan tanpa BSA. Perendaman hormon pertumbuhan rekombinan tanpa BSA tidak efektif memacu pertumbuhan benih ikan gurami. Kata kunci: relgh, hormon pertumbuhan rekombinan, BSA, perendaman, ikan gurami. ABSTRACT STEVEN MICHAIL SUTIONO. The Use of Bovine Serum Albumin in Immersion of Recombinant Growth Hormone on Giant Gourami Fry. Supervised by ALIMUDDIN dan DINAR TRI SOELISTYOWATI. Immersion of recombinant growth hormone can improve the growth of giant gourami juvenile. This research was conducted to examine the effectiveness of 0,12 mg/l recombinant Ephinepelus lanceolatus growth hormone (relgh) immersion with and without bovine serum albumin (BSA). This study used a randomized complete design with 3 replicates and the treatment are 0,12 mg/l relgh and BSA 100 mg/l (P1) compare with 0,12 mg/l relgh without BSA (P2) and without relgh without BSA (K) as control. Immersion was done for 1 hour, fish was then reared for 6 weeks and fed with tubifex with ad libitum. The result showed that relgh treatment without BSA was not significantly affected body weight, biomass, and spesific growth rate (P>0,05) while the immersion of relgh with BSA could increased 113.12% biomass compared to the relgh immersion without BSA. Immersion of recombinant growth hormone to improve growth of giant gourami juvenile without BSA is not effective. Key words: relgh, recombinant growth hormone, BSA, immersion, giant gourami.

v PENGGUNAAN ALBUMIN SERUM SAPI DALAM PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN PADA BENIH IKAN GURAMI STEVEN MICHAIL SUTIONO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

vi

vii Judul Skripsi : Penggunaan Albumin Serum Sapi dalam Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan pada Benih Ikan Gurami Nama : Steven Michail Sutiono NIM : C14100075 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Disetujui oleh Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc Pembimbing I Dr. Dinar Tri Soelistyowati, DEA Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Sukenda, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua anugerah-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian adalah Penggunaan Albumin Serum Sapi dalam Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan pada Benih Ikan Gurami. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Lt. 2, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, sejak bulan Desember 2013 hingga Februari 2014. Berbagai pihak telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Michail Sutiono dan Tju Tju yang selalu memberikan semangat dan doa. Serta kakak dan adik tercinta David dan Justine yang selalu memberikan motivasi. 2. Rangga Garnama S.Pi, Jasmadi S.Pi, Darmawan Setia Budi S.Pi, Denny S.Pi, dan Fajar Maulana S.Pi yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian. 3. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Kurdianto, Zaky, Raditya, Habib, Imam, Riyan, Maya, dan Linly. 4. Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP 47 atas semangat, motivasi, kebersamaan, dan kenangan. 5. Sahabat terdekat yang selalu memberikan semangat dan motivasi, Stella, Kharen, Novalia, Josia, Richardson, Laurensius, Dian, Yane, dan Davit. 6. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 46, BDP 47, BDP 48, dan BDP 49. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan. Bogor, Mei 2014 Steven Michail Sutiono

ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 1 BAHAN DAN METODE... 2 Rancangan Percobaan... 2 Prosedur Kerja... 2 Produksi rgh... 2 Perendaman Ikan dalam Larutan rgh... 2 Pemeliharaan Ikan... 3 Sampling Ikan... 3 Pengukuran Kualitas Air... 3 Parameter Penelitian... 3 Analisis Statistik... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 5 Hasil... 5 Pembahasan... 7 KESIMPULAN... 8 DAFTAR PUSTAKA... 9

x DAFTAR TABEL 1. Rancangan percobaan... 2 2. Laju pertumbuhan spesifik (LPS), pertumbuhan panjang (PP), bobot, biomassa, dan kelangsungan hidup ikan gurami pada berbagai perlakuan perendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang relgh pada akhir percobaan.... 6 3. Suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen/do), ph, dan total amonia nitrogen (TAN) pada awal dan akhir pemeliharaan benih ikan gurami.... 7 DAFTAR GAMBAR 1. Pertumbuhan bobot rerata ikan gurami yang dipelihara selama 6 minggu pascaperendaman. K: tanpa relgh dan tanpa bovine serum albumin (BSA); P1: menggunakan relgh 0,12 mg/l dan BSA 100 mg/l; P2: menggunakan menggunakan relgh 0,12 mg/l dan tanpa BSA... 5 2. Kelangsungan hidup ikan gurami yang dipelihara selama 6 minggu pascaperendaman. K: tanpa relgh dan tanpa bovine serum albumin (BSA); P1: menggunakan relgh 0,12 mg/l dan BSA 0,01 mg/l; P2: menggunakan menggunakan relgh 0,12 mg/l dan tanpa BSA... 7 DAFTAR LAMPIRAN 1. Analisis homogenitas dan normalitas data bobot rerata, biomassa, laju pertumbuhan spesifik, dan kelangsungan hidup benih ikan gurami... 10 2. Analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut Duncan terhadap bobot rerata, biomassa, laju pertumbuhan spesifik, dan kelangsungan hidup benih ikan gurami... 10

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Waktu yang diperlukan dalam budidaya ikan gurami Osphronemus goramy dari telur hingga mencapai ukuran konsumsi (500 gram/ekor) relatif lama, yakni kurang lebih 1,5 tahun. Perbaikan laju pertumbuhan dapat menjadi solusi dengan memanfaatkan bioteknologi termasuk seleksi, transgenesis, dan aplikasi hormon pertumbuhan rekombinan. Metode seleksi telah terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan untuk beberapa ikan budidaya (Winarlin et al. 2007). Akan tetapi, metode seleksi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh efek yang signifikan. Aplikasi metode seleksi pada ikan nila membutuhkan waktu 10 tahun dalam menghasilkan 12 generasi dengan kecepatan tumbuh 12,4% per generasi (Bolivar et al. 2002). Satu generasi pada ikan gurami adalah sekitar 3 tahun, sehingga untuk mencapai efek seperti pada ikan nila diperlukan waktu sekitar 36 tahun. Metode transgenesis dapat menghasilkan laju pertumbuhan 30 kali lebih cepat pada ikan mud loach (Nam et al. 2001). Namun demikian, untuk mendapatkan ikan gurami matang gonad pertama kali membutuhkan waktu 3 tahun, sehingga diperlukan lebih dari 6 tahun untuk memperoleh ikan gurami transgenik yang tumbuh cepat. Selain itu, penerapan transgenesis juga memiliki kesulitan karena pemijahan buatan ikan gurami sebagai persyaratan belum dikuasai dengan baik (Alimuddin et al. 2010). Oleh karena itu, alternatif metode yang lebih mudah diaplikasikan dengan cepat untuk memacu pertumbuhan ikan gurami adalah dengan menggunakan hormon pertumbuhan rekombinan (recombinant growth hormone/ rgh). Hormon pertumbuhan rekombinan adalah hormon pertumbuhan yang diproduksi menggunakan bioreaktor seperti bakteri Escherichia coli dan ragi. Pemberian recombinant Epinephelus lanceolatus growth hormone (relgh) melalui perendaman dengan penambahan albumi serum sapi (bovine serum albumin, BSA) pada ikan gurami terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva hingga benih berumur 2 bulan. Perendaman dilakukan pada larva ikan gurami berumur 2 hari setelah kuning telur habis dalam air mengandung relgh dan BSA dilakukan selama 1 jam, dengan dosis 0,12 mg/l air. Peningkatan biomassa benih pada dosis tersebut sebesar 129,6% dan kelangsungan hidup sekitar 40,9% (Apriadi 2012). Perendaman relgh pada ikan air tawar umumnya menggunakan BSA yang berfungsi sebagai bufer relgh. Berdasarkan penelitian Apriadi (2012), penggunaan BSA tanpa relgh tidak meningkatkan pertumbuhan ikan. Selain harga BSA yang relatif mahal, segi teknis perendaman BSA akan mengeluarkan busa yang disebabkan oleh aerasi sehingga ikan yang direndam dapat mengalami kematian. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas pemberian relgh dengan menggunakan BSA terhadap peningkatan pertumbuhan benih ikan gurami. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh albumin serum sapi dalam perendaman hormon pertumbuhan rekombinan dengan dosis 0,12 mg/l terhadap pertumbuhan benih ikan gurami.

2 BAHAN DAN METODE Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 ulangan (Tabel 1). Tabel 1. Rancangan percobaan Perlakuan K P1 P2 Perendaman dalam larutan NaCl 3 g/l Tanpa relgh dan tanpa albumin serum sapi (BSA) 100 mg/l relgh 0,12 mg/l dan BSA 100 mg/l relgh 0,12 mg/l dan tanpa BSA Prosedur Kerja Produksi rgh Produksi rgh dilakukan menggunakan bakteri Eschercia coli BL21. Klon bakteri E. coli BL21 yang mengandung konstruksi pcold-i/elgh (Alimuddin et al. 2010) dikultur dalam 4 ml media 2xYT cair yang mengandung antibiotik ampisilin, dan diinkubasi menggunakan shaker dengan kecepatan 200 rpm pada suhu 37 o C selama 18 jam. Setelah itu dilakukan subkultur dengan mengambil sebanyak 1 ml dari kultur awal dan dimasukkan ke dalam 100 ml media 2xYT cair baru dan diinkubasi kembali pada suhu 37 o C, kecepatan shaker 200 rpm selama 3 jam. Kemudian bakteri kultur diberi kejutan suhu 15 o C selama 30 menit, ditambahkan IPTG sebanyak 0,8 ml dan diinkubasi menggunakan shaker pada suhu 15 o C, kecepatan 200 rpm selama 24 jam. Bakteri hasil kultur dipanen dengan sentrifugasi pada 12.000 rpm selama 3 menit. Lisis dinding sel bakteri dilakukan secara kimiawi menggunakan lisozim. Pelet bakteri hasil sentrifugasi dicuci menggunakan 1 ml bufer tris-edta (TE) per 200 mg bakteri dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 20 menit, disentrifugasi pada 12.000 rpm selama 1 menit dan kemudian supernatan dalam tabung mikro dibuang. Pelet bakteri sebanyak 200 mg dalam tabung mikro ditambahkan sebanak 500 µl larutan lisozim (10 mg dalam 1 ml bufer TE), diinkubasi pada suhu 37 C selama 20 menit, lalu disentrifugasi pada 12.000 rpm selama 1 menit. Supernatan dibuang dan pelet yang terbentuk merupakan rgh dalam bentuk badan inklusi (inclusion body). Pelet relgh dicuci dengan phosphate buffer saline (PBS) sebanyak 2 kali dan disimpan pada suhu -80 C hingga akan digunakan. Perendaman Ikan dalam Larutan rgh Larva ikan gurami (varietas soang) dengan bobot 0,0161 ± 0,01 gram diperoleh dari pembudidaya ikan gurami di Ciomas, Bogor. Benih ikan gurami berumur 2 hari setelah makan, dipuasakan sekitar 12 jam sebelum diberi perlakuan perendaman. Benih ikan gurami direndam dalam larutan NaCl 30 g/l (kejut salinitas) selama 2 menit, lalu dimasukkan ke dalam air bersalinitas 3 g/l sesuai perlakuan selama 1 jam. Pada setiap perlakuan direndam 50 ekor benih ikan gurami dalam 500 ml media. Perendaman hormon dilakukan dalam plastik kemas diisi oksigen murni dengan perbandingan air dan oksigen 1:2

Pemeliharaan Ikan Ikan dipelihara di dalam akuarium berdimensi 30x20x30 cm 3, dengan volume air 15 L, dan diberi pakan cacing sutera secara ad libitum selama 42 hari pemeliharaan. Pergantian air dilakukan sebanyak 50 % pada pagi hari dan 50 % pada sore hari, dengan suhu air 29-30 o C. Sampling Ikan Pengukuran bobot ikan dilakukan satu kali dalam 2 minggu, yaitu pada hari ke-14, 28, dan 42. Biomassa diukur dengan cara menimbang seluruh ikan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Kelangsungan hidup ikan dihitung satu kali dalam 2 minggu. Pengukuran panjang ikan dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan dengan menggunakan penggaris dengan ketelitian 0,1 cm. Pengukuran Kualitas Air Suhu air pemeliharaan diukur setiap hari (pagi dan sore), sedangkan parameter lain yang diukur pada awal dan akhir pemeliharaan (sebelum dilakukan pergantian air), yaitu: oksigen terlarut, ph, dan total amoniak. Parameter tersebut diukur di Laboratorium Lingkungan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Parameter Penelitian Laju pertumbuhan spesifik (LPS) Laju pertumbuhan spesifik adalah laju pertumbuhan harian atau persentase pertambahan bobot ikan setiap harinya, yang dihitung dengan rumus: t LPS = [ Wi 1] x 100 % Wo Keterangan : LPS : Laju pertumbuhan spesifik (%) t : Periode pengamatan (hari) Wi : Bobot rerata individu ikan waktu ke-i (gram/ekor) Wo : Bobot rerata individu ikan waktu ke-0 (gram/ekor) Pertumbuhan Panjang (PP) Pertumbuhan panjang adalah rerata pertumbuhan panjang yang dihitung dengan rumus berikut: PP = Pt - Po Keterangan : PP : Pertumbuhan panjang (cm/ekor) Pt : Panjang rerata individu ikan waktu ke-t (cm/ekor) Po : Panjang rerata individu ikan waktu ke-0 (cm/ekor) Biomassa Biomassa merupakan bobot total ikan yang diperoleh dari penimbangan seluruh jumlah ikan yang hidup dalam satu ulangan. 3

4 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup (KH) adalah persentase jumlah ikan yang hidup setelah dipelihara (dalam waktu tertentu) dibandingkan dengan jumlah pada awal pemeliharaan yang dapat dihitung dengan rumus berikut: KH = Nt No Keterangan : KH : Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah ikan pada waktu t (ekor) No : Jumlah ikan awal pada saat ditebar (ekor) Analisis Statistik Data pertumbuhan panjang dianalisis secara deskriptif, sedangkan data bobot rerata, biomassa, laju pertumbuhan spesifik, dan kelangsungan hidup dianalisis menggunakan metode sidik ragam (ANOVA) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16 (Lampiran 1) dan Microsoft Excel 2013. Uji lanjut dilakukan menggunakan uji Duncan (Lampiran 2).

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Rerata bobot ikan gurami untuk semua perlakuan meningkat hingga akhir pemeliharaan (Gambar 1). Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa perumbuhan pada 4 minggu pertama lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan pada minggu keempat hingga minggu keenam. Selanjutnya, perlakuan P1 menunjukan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada minggu keempat hingga minggu keenam. Laju pertumbuhan spesifik dan biomassa benih ikan gurami yang diberi perlakuan perendaman relgh tanpa BSA tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan K (tanpa relgh 0,12 mg/l dan tanpa BSA 100 mg/l), tetapi berbeda nyata (p<0,05) dengan P1 (perendaman relgh 0,12 mg/l dan BSA 100 mg/l). Perlakuan P1 memiliki nilai laju pertumbuhan spesifik dan biomassa lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 2). Kelangsungan hidup ikan tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan, berkisar 54-72 % (Tabel 2). 1.80 Bobot Individu (gram) 1.20 0.60 K P1 P2 0.00 0 2 4 6 Waktu (Minggu ke-) Gambar 1 Bobot rerata ikan gurami yang dipelihara selama 6 minggu pascaperendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (relgh). K: tanpa relgh dan tanpa serum albumin sapi (BSA); P1: menggunakan relgh 0,12 mg/l dan BSA 100 mg/l; P2: menggunakan relgh 0,12 mg/l dan tanpa BSA.

Tabel 2. Laju pertumbuhan spesifik (LPS), pertumbuhan panjang (PP), bobot, biomassa, dan kelangsungan hidup ikan gurami pada berbagai perlakuan perendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang relgh pada akhir percobaan. Perlakuan Bobot awal (gram) Panjang Awal (cm) LPS (%) PP (cm) Bobot rerata (gram) Biomassa (gram) Kelangsungan Hidup (%) K 0,02 ± 0,01 0,9 ± 0,1 5,10 ± 0,17 b 3,3 ± 0,2 0,65 ± 0,04 b 23,00 ± 6,08 b 70 ± 14 a P1 0,02 ± 0,01 0,9 ± 0,1 7,08 ± 0,25 a 3,8 ± 0,8 1,42 ± 0,14 a 43,94 ± 11,11 a 64 ± 22 a P2 0,02 ± 0,01 0,9 ± 0,1 5,34 ± 0,77 b 3,5 ± 0,2 0,73 ± 0,22 b 20,62 ± 8,77 b 54 ± 8 a Data ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpangan baku dari 3 ulangan. Ikan gurami awal sebanyak 50 ekor per ulangan dilakukan perendaman menggunakan larutan NaCl 3 g/l selama 1 jam. K: tanpa relgh dan tanpa BSA; P1 menggunakan relgh 0,12 mg/l dan BSA 100 mg/l; P2: menggunakan relgh 0,12 mg/l dan tanpa BSA. Ikan dipelihara selama 6 minggu. Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan secara statistik berdasarkan uji lanjut Duncan (p<0,05). 6

7 100 Kelangsungan Hidup (%) 75 50 25 K P1 P2 0 0 2 4 6 Minggu ke- Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan gurami yang dipelihara selama 6 minggu pascaperendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (relgh). K: tanpa relgh dan tanpa serum albumin sapi (BSA); P1: menggunakan relgh 0,12 mg/l dan BSA 100 mg/l; P2: menggunakan relgh 0,12 mg/l dan tanpa BSA. Kualitas Air Kualitas air pemeliharaan ikan perlakuan dan kontrol relatif sama (Tabel 3). Selanjutnya, kualitas air pemeliharaan tersebut berada pada kisaran yang dapat ditoleransi ikan (SNI 2006). Tabel 3 Suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen/do), ph, dan total amonia nitrogen (TAN) pada awal dan akhir pemeliharaan benih ikan gurami. Perlakuan Suhu ( o C) DO (mg/l) ph TAN (mg/l) Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks P 26 30 5,7 6,1 7,62 7,86 0,25 0,5 K1 26 30 5,7 7,8 7,59 7,92 0,25 0,5 K2 26 30 6,4 7,6 6,80 7,90 0,25 0,75 Referensi (SNI 2006) 25-30 2 6,5 8,5 < 1 Pembahasan Biomassa benih ikan yang diberi perlakuan perendaman relgh tanpa BSA (P2) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kontrol. Namun demikian, perlakuan perendaman relgh menggunakan BSA (P1) memiliki biomassa 113,12 % lebih tinggi dibandingkan dengan P2 setelah ikan dipelihara selama 6 minggu. Pada penelitian sebelumnya, peningkatan biomassa benih ikan gurami akibat perlakuan relgh dengan penambahan BSA yaitu sebesar 129,6%

8 selama 8 minggu pemeliharaan (Apriadi 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laksana (2012) perendaman relgh dengan penambahan BSA 100 mg/l pada post-larva udang vaname dengan lama waktu 3 jam menghasilkan peningkatan biomassa 66% dan peningkatan panjang 26,05% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol pada pemeliharaan selama 18 hari. Selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh Handoyo (2012) menunjukkan bahwa ikan sidat glass eel yang direndam relgh dengan dosis 12 mg/l dengan penambahan BSA 100 mg/l selama 2 jam memiliki pertumbuhan bobot dan laju pertumbuhan harian masing-masing 37,4% dan 29,2% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol setelah dipelihara selama 60 hari. Penelitian yang telah dilakukan oleh Apriadi (2012) menunjukkan bahwa perendaman dengan BSA saja (tanpa relgh) pada benih ikan gurami yang dipelihara selama 8 minggu tidak mempengaruhi pertumbuhan. Pada perendaman ikan sidat dengan BSA saja selama 60 hari pemeliharaan menunjukan hasil yang serupa, yaitu tidak dapat meningkatkan pertumbuhan (Handoyo 2012). Perendaman relgh tanpa BSA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan pertumbuhan benih ikan gurami. Mekanisme penyerapan relgh ke dalam tubuh ikan belum diketahui secara pasti. Smith (1982) dalam Moriyama dan Kawauchi (1990) menyatakan bahwa ditemukan radiolabeled- BSA pada insang dan epidermis ikan rainbow trout setelah perendaman dalam larutan dan diduga bahwa jalur masuknya larutan rgh tersebut melalui insang. Francis (2010) mengatakan bahwa fungsi utama dari albumin (BSA) adalah mengikat dan mentrasportasikan ligan yang penting untuk proses fisiologis termasuk lemak, ion logam, asam amino dan ligan lainnya. Salah satu peran ekstraseluler albumin yaitu sebagai pengikat langsung suatu bahan pada permukaan sel. Interaksi antara albumin dengan sel hubungannya sebagai kofaktor yang memiliki dampak potensial dalam aktivitas biosintesis dan metabolisme, proliferasi dan ketahanan hidup sel. Selain itu fungsi dasar dari molekul albumin juga digunakan pada interaksi antara albumin dan sel pada jaringan hewan. Dengan demikian, BSA diduga membantu penyerapan relgh ke dalam jaringan target. Bobot rerata benih ikan gurami yang diberi perlakuan relgh dan BSA menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan perlakuan perendaman relgh tanpa BSA (P2) dan perlakuan perendaman tanpa relgh dan tanpa BSA (K) pada minggu ke-4 hingga minggu ke-6. Pada awal pemeliharaan hingga minggu ke-4, bobot rerata ikan meningkat kurang dari 0,3 g per minggu, sedangkan pada minggu ke-4 hingga ke-6 meningkat 0,4 1 g. Ikan tumbuh secara perlahan pada 4 minggu pertama, kemudian berlangsung cepat setelah minggu ke-4. Penelitian Putra (2011) menunjukkan hasil yang serupa yaitu terjadi pertumbuhan bobot yang meningkat tajam setelah minggu ke-3 pada benih ikan gurami. KESIMPULAN Penggunaan relgh dengan metode perendaman tanpa BSA pada ikan gurami tidak dapat meningkatkan pertumbuhan dan biomassa ikan. BSA perlu ditambahkan dalam air untuk perendaman benih ikan yang menggunakan relgh.

9 DAFTAR PUSTAKA Alimuddin, Lesmana I, Sudrajat AO, Carman O, Faizal I. 2010. Production and bioactivity potential of three recombinant growth hormones of farmed fish. Indonesian Aquaculture Journal. 5: 11-17. Apriadi Y. 2012. Aplikasi Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang pada Ikan Gurami Melalui Perendaman Dosis Berbeda [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bolivar RB, Gary F, Newkirk. 2002. Response to within family selection for body weight in Nile tilapia Oreochromis niloticus using a single-trait animal model. Aquaculture. 204: 371-381. Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Francis GL. 2010. Albumin and mammalian cell culture: implications for biotechnology applications. Cytotechnology. 62(1):1-16 Handoyo B. 2012. Respons Benih Ikan Sidat Terhadap Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang Melalui Perendaman dan Oral [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Laksana DP. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Post-Larva Udang Vaname Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan dengan Lama Perendaman Berbeda [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Moriyama S, Kawauchi H. 1990. Growth stimulation of juvenile salmonids by immersion in recombinant salmon growth hormone. Nippon Suisan Gakkaishi. 56: 31-34. Nam YK, Noh JK, Cho YS, Cho HJ, Cho KN, Kim CG, Kim DS. 2001. Dramatically accelerate growth and extraordinary gigantism of transgenic mud loach Misgurnus mizolepis. Transgenic Research. 10: 353-362. Putra HGP. 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame yang Diberi Rekombinan GH Melalui Perendaman dengan Dosis Berbeda [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. SNI 01-7241-2006. Ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.). Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam. Winarlin, Gustiano R, Kristanto AH. 2007. Uji banding pertumbuhan biomassa ikan nila (Oreochromis niloticus) seleksi dan nonseleksi di kolam dan danau. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar: Bogor.

10 LAMPIRAN Lampiran 1 Normalitas dan Homogenitas Data Parameter Normal Homogen Bobot rerata Ya Ya Biomassa Ya Ya PP Ya Tidak LPS Ya Ya SR Ya Ya Data PP (Pertumbuhan Panjang) tidak homogen dan telah dilakukan transformasi namun tidak menunjukan hasil yang berbeda. Lampiran 2 Tabel Hasil Uji Lanjut Duncan 1: K2 rgh BSA 2: K1 Non-rGH Non-BSA 3: P rgh Non-BSA Bobot Rerata Laju Pertumbuhan Spesifik Duncan Duncan Subset for alpha = 0.05 Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 Perlakuan N 1 2 1 3.6485 3 3.7316 2 3 1.4219 Sig..526 1.000 Biomassa Duncan Subset for alpha = 0.05 1 3.0510 3 3.0534 2 3.0708 Sig..574 1.000 Kelangsungan Hidup Duncan Subset for alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 Perlakuan N 1 3 3 20.6200 1 3 23.0050 2 3 43.9450 Sig..754 1.000 3 3.5400 2 3.6400 1 3.7000 Sig..274

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 20 September 1992. Mengawali pendidikan di SD Pelita Bethel pada tahun 1998 dan SD Dwisakti pada tahun 2002 kemudian menyelesaikannya pada tahun 2004. Melanjutkan pendidikan di SMP Waringin Bandung pada tahun 2004 hingga 2007 kemudian melanjukan di SMAK Trimulia Bandung pada tahun 2007 dan lulus tahun 2010. Tahun 2010 diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI). Selama mengikuti perkuliahan, aktif sebagai pengurus dan anggota dewan komisaris UKM Century IPB 2010-2013 dan Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2011-2013. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Bioteknologi Akuakultur dan koordinator asisten Mata Kuliah Ikan Hias dan Akuaskap. Penulis aktif di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis pernah melaksanakan praktik lapang akuakultur di Balai Budidaya Air Payau Situbondo dengan judul Pembenihan Ikan Kerapu Tikus Cromileptes altivelis di Balai Budidaya Air Payau, Situbondo, Jawa Timur. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Penggunaan Albumin Serum Sapi dalam Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan pada Benih Ikan Gurami.