BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan mengacu pada Rencana Usaha Penyedian Tenaga Listrik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) memiliki program yang ambisius yaitu. mencapai 100%. Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla serius mendorong

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN MW yang termasuk dalam Fast Track Program (FTP) tahap 1, dimana

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah peralatan atau mesin berputar (rotary machine) sudah pasti terdapat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

Materi Paparan Menteri ESDM

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Maka pada tingkat awal pengolahan batugamping terutama dalam peremukan harus

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)

PROSPEK KEBERHASILAN LISTRIK MW

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

Adaro Energy Laporan Operasional Kuartalan Kuartal Kedua 2016 Untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016

KRISIS LISTRIK DAN PROGRAM 35 RIBU MW. Oktofriawan Hargiardana

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

Paparan Publik PT ABM Investama Tbk

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

LAPORAN SURVEY THROAT RING PLTU SURALAYA #8

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )

KEHANDALAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMI s Insight Triwulan II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional relatif masih tinggi. Kontribusi energi fosil terhadap kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN. batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena batubara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pesat mulai dari dunia pendidikan, kedokteran, pemerintahan, perusahaan

1.1 Latar Belakang Masalah

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

Listrik Dibutuhkan Rakyat Sabtu, 11 Juni 2016

MODUL 5A PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk lebih kurang 252,20 juta jiwa dan jumlah penduduk

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PROGRAM MW DALAM RUPTL PERKUAT SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL. Pandu Satria Jati B S.IP

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KESIAPAN BADAN USAHA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Oleh : Puji Muhardi Ketua Umum PP APEI

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. (per-januari 2011). Menyebabkan cadangan minyak akan habis dalam

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

BAB II ISI. 2.1 Komponen Penting PLTU Penanganan Batubara

UPDATE INFRASTRUKTUR BIDANG KETENAGALISTRIKAN

FAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,

Program Pembangunan Pembangkit MW dan Transmisi

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JULI 2017

SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA PT PLN PADA UPACARA TANGGAL 17 JUNI 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbedaan Keramik Konvensional dengan Advanced Ceramics Karakteristik Konvensional Advanced Temperatur maksimal C

u.p. Yth. General Manager / Kepala Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

Proyek KPBU TPPAS Regional Legok Nangka Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik terus bertambah dari waktu ke waktu, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesia. Menipisnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi, sistem

... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri POWER PLANT di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

KABUPATEN NUNUKAN. KOTA TARAKAN Plg. KABUPATEN BULUNGAN kVA KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan khususnya terhadap batubara. Batubara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

Adaro Energy Laporan Operasional Kuartalan Kuartal Keempat 2016

TUGAS AKHIR STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

Anatomi Sumber Daya Batubara Serta Asumsi Pemanfaatan Untuk PLTU di Indonesia

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Barat (UIP JBB) merupakan unit pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan berupa pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi dan gardu induk. Kegiatan pembangunan dilakukan dengan mengacu pada Rencana Usaha Penyedian Tenaga Listrik (RUPTL) yang disahkan Menteri ESDM. Dalam rangka peningkatan kinerja pelaksanaan pembangunan jaringan dan pembangkit maka untuk memonitor pelaksanaan pembangunan dibentuk Unit Organisasi di bawah PT PLN (Persero) UIP JBB yaitu : 1. Unit Pelaksana Proyek Jaringan Jawa Bagian Barat (UPP JJBB) 1 Gandul 2. Unit Pelaksana Proyek Jaringan Jawa Bagian Barat (UPP JJBB) 2 Cawang 3. Unit Pelaksana Proyek Jaringan Jawa Bagian Barat (UPP JJBB) 3 Tangerang 4. Unit Pelaksana Proyek Pembangkit Jawa Bagian Barat (UPP PJBB) 1 Lontar 5. Unit Pelaksana Proyek Pembangkit Jawa Bagian Barat (UPP PJBB) 2 Muara Karang 1

Unit Pelaksanaan Proyek Pembangkit Jawa Bagian Barat 1 (UPP PJBB 1) menjalankan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan ketenagalistrikan sesuai jadwal, biaya dan kualitas pekerjaan. Laporan kemajuan pekerjaan konstruksi hingga Serah Terima Proyek (STP) serta koordinasi proses commisioning dalam rangka penerbitan Sertifikat Layak Operasi (SLO) merupakan output dari pengawasan Unit Pelaksana Proyek. PLN UIP JBB mempunyai tiga proyek bidang pembangkit dibawah pengawasan UPP PJBB 1 Lontar, proyek tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Proyek Penambahan Pembangkit PLTU Lontar Extension Coal Fired Steam Power Plant (1 x 315 MW). 2. Proyek Pengadaan Redundant Coal Conveyor. 3. Proyek Pengadaan Stacker and Reclaimer. Proyek Penambahan Pembangkit PLTU Lontar Extension Coal Fired merupakan salah satu usaha pemerintah dan PT. PLN (Persero) untuk meningkatkan pasokan listrik nasional, yang juga termasuk dalam program peningkatan listrik 35.000 MW yang dimiliki pemerintah. Jenis pembangkit yang dibangun adalah pembangkit listrik dengan bahan bakar utama batubara. Pembangkit berbahan bakar batubara hingga saat ini masih menjadi pilihan pemerintah, dikarenakan cadangan batu bara Indonesia yang masih terhitung cukup tinggi. Menurut data dari Badan Geologi Kementrian ESDM tahun 2016, batubara terdiri dari 1.029 lokasi yang tersebar di pulau Sumtera, pulau Jawa bagian barat, pulau Kalimantan, pulau Sulawesi bagian selatan dan pulau Papua. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukan bahwa sumber daya batubara 2

Indonesia sampai dengan tahun 2016 adalah sebesar 128.062,64 juta ton, sedangkan cadangan batu bara yang dimiliki sebesar 28.457,29 juta ton, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Sumber Daya dan Cadangan Batubara Tahun 2016 Sumber : Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) Tahun 2017 s.d 2026 Produksi batubara Indonesia pada saat ini mencapai 461 juta ton pada tahun 2015. Sebagian besar hasil produksi batubara tersebut diekspor ke Cina, India, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Menilik asumsi mengenai tingkat produksi batubara tetap hingga tahun 2019 yaitu sebesar 400 juta ton, dan tidak ada penambahan cadangan baru maka seluruh cadangan batubara Indonesia sebesar 28.457,29 juta ton diperkirakan akan habis dalam waktu 72 tahun (Tahun 2086). Saat ini, terdapat 3 unit pembangkit yang sudah beroperasi di PLTU Lontar, namun dengan adanya program penambahan listrik oleh pemerintah maka dicetuskan adanya proyek penambahan unit baru di PLTU Lontar. Penambahan 3

ini tentunya menyebabkan perlunya tambahan dari sistem penunjang yang telah ada. Kebutuhan batu bara untuk tiga unit pembangkit PLTU Lontar yaitu sebesar 12.000 ton/hari, sehingga untuk dapat mencukupi kebutuhan tersebut dalam satu hari terdapat satu hingga dua tongkang batubara yang berkapasitas 7.500 DWT sampai dengan 12.000 DWT yang melakukan pembongkaran di jetty yang dimiliki oleh PLTU Lontar. Sistem penanganan batubara di PLTU Lontar menggunakan satu lini coal conveyor belt yang memiliki kapasitas 2.000 tph dengan dua unit ship unloader yang memiliki kapasitas yang sama sebesar 2.000 tph di masing-masing unitnya. Proyek Pengadaan Redundant Coal Conveyor yang dilaksanakan UPP PJBB 1, dapat meningkatkan kehandalan dari unit 1, 2 dan 3 yang sudah beroperasi serta mampu memberikan suplai batubara untuk unit baru yang juga sedang dalam proses pembangunan. Adanya pengadaan coal conveyor baru sebagai alat penunjang ini sangat vital, karena dengan adanya coal conveyor tambahan tentunya akan mempercepat pengangkutan batu bara dari area pembongkaran hingga mencapai lokasi PLTU, sehingga proses suplai batu bara akan lebih efektif. Gambar 1.1 Coal Conveyor yang Sudah Beroperasi di PLTU Lontar 4

Pada saat ini ketika stok batu bara di coal yard menipis ataupun dalam rangka menjaga stok batu bara., PLTU Lontar menggunakan truck untuk mengirim batu bara ke coal yard bersamaan dengan bekerjanya satu line conveyor belt yang dimiliki. Proses penanganan batubara menggunakan truk sangat mahal menjadikan tingkat efisiensi dari pengendalian batu bara menjadi rendah. Permasalahan yang terjadi oleh PT. PLN saat ini adalah proyek pengadaan yang sedang ditangani mengalami keterlambatan dalam penyelesaiannya dan kontraktor yang ditunjuk untuk mengerjakan proyek ini adalah PT. Bukaka Teknik Utama. Kontrak yang sedang berjalan sudah dilakukan amandemen perpanjangan waktu pekerjaan untuk mengakomodir hal tersebut akan tetapi terindikasi akan terjadi keterlambatan lagi yang diakibatkan permasalahan teknis di lapangan dan juga proses pengadaan barang yang dilakukan kontraktor. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, terdapat celah untuk dilakukannya penelitian. Masalah keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan dari proyek yang dilaksanakan PT. PLN (Persero) sering terjadi. Beberapa proyek yang dimiliki PT. PLN (Persero) yang terlambat dalam penyelesaiannya yaitu: Tabel 1.2 Daftar Proyek PT. PLN (Persero) yang Mengalami Keterlambatan No. Pembangkit Kapasitas (MW) Rencana COD 1. PLTU Tembilah 2x7 2017 2. PLTU Malinau 2x3 2018 3. PLTU Parit Baru 2x50 2017 4. PLTU Gorontalo 2x25 2017 5. PLTU NTB Bima 2x10 2018 6. PLTU Antambua 4x6 2019 7. PLTU Bengkayang 2x27.5 2017 Sumber : Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) Tahun 2017 s.d 2026 5

Proyek di atas merupakan proyek dari Fast Track Project 1 (FTP 1) dan Fast Track Project 2 (FTP 2) yang ditargetkan selesai pada tahun 2009 dan juga telah mengalami penambahan waktu penyelesaian dari program tersebut hingga tahun 2014. Akibat dari sering terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek yang dialami, penulis akan mengambil salah satu proyek yang sedang dijalani PT. PLN (Persero) untuk diangkat menjadi penelitian untuk dapat mengetahui penyebab dari permasalahan dan mendapatkan solusi dari permasalahan yang sering dihadapi PT. PLN (Persero) terkait keterlambatan penyelesaian proyek. Penelitian akan mengambil salah satu proyek yang kontraknya sedang berjalan yaitu Pengadaan Redundant Coal Conveyor di PLTU Lontar. Gambar 1.2 Proyek Redundant Coal Conveyor PLTU Lontar per September 2017 Terlambatnya penyelesaian proyek terkendala pada kurang baiknya proses perencanaan terhadap proyek yang dilaksanakan dan kurang baiknya pengendalian proyek pada saat sedang berjalan. Proyek agar dapat berjalan dengan baik perlunya control yang baik terhadap mutu, biaya dan waktu. Dari 6

penjabaran tersebut perlu dilakukan penelitian lebih dalam lagi agar permasalahan-permasalah yang terjadi bisa dijabarkan secara detail untuk mengetahui pemicu dari permasalahan dan mengetahui langkah-langkah apa saja yang dapat diambil oleh PT. PLN (Persero) sebagi pemilik proyek agar masalah yang sering terjadi ini tidak terulang lagi. PT. PLN (Persero) pada saat ini diberikan pekerjaan berat oleh pemerintah yaitu meningkatkan pasokan listrik sebesar 35.000 MW demi meningkatkan elektrifikasi negara Indonesia. Dengan beban yang cukup besar tersebut akan banyak proyek yang dijalani oleh PT. PLN (Persero) untuk menyukseskan tugas dari program pemerintah. Berangkat dari hal tersebut penelitian ini penting untuk dilaksanakan dan dapat juga menjadi referensi agar proyek yang dijalani PT. PLN (Persero) dapat diselesaikan tanpa terjadinya keterlambatan penyelesaiannya serta memiliki hasil baik pula dari infrastruktur yang dibangun. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah progress proyek tersebut sudah sesuai dengan waktu dan biaya yang ditetapkan? 2. Apa saja yang menjadi faktor mengakibatkan keterlambatan dalam penyelesaian proyek pengadaan redundant coal conveyor? 3. Apa langkah yang harus diambil untuk mengatasi keterlambatan dari penyelesaian proyek redundant coal conveyor? 7

1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi dari segi waktu dan biaya dari poyek redundant coal conveyor. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian proyek redundant coal conveyor. 3. Merancang dan menyusun langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi keterlambatan dari penyelesaian proyek redundant coal conveyor. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis: dapat memperkaya konsep dan teori yang dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang manajemen proyek dengan faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek, damapak yang terjadi akibat terlambatnya proyek dan langkahlangkah apa saja yang haru diambil untuk mengatasi keterlambatan proyek. 2. Manfaat praktis: hasil dari penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat menjadi referensi dalam menghadapi permasalahan keterlambatan penyelesaian proyek baik dalam proyek bersekala kecil hingga dalam proyek yang bersekala besar. 8

1.6 Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada Pelaksana Proyek Proyek Pembangkit Jawa Bagian Barat 1 (UPP PJBB 1) PT. PLN (Persero) yang berlokasi di Jalan Raya Mauk, Dusun Lontar, Kecamatan Kemiri, Tangerang Provinsi Banten PLTU Lontar. Unit ini sedang menangani tiga proyek infrastruktur yaitu Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Extension 1 x 315 MW, Perluasan Coal Yard dan Redundant Stacker and Reclaimer dan yang terakhir proyek pembangunan Redundant Coal Conveyor. Fokus penelitian ini adalah menganalisis keterlambatan penyelesaian proyek pembangunan Redundant Coal Conveyor. Dalam melakukan penelitian terdiri dari beberapa asumsi yang digunakan yaitu faktor penyebab keterlambatan proyek ini dalam penyelesaiannya, dampak yang ditimbulkan keterlambatan penyelesaian proyek dan solusi yang harus diambil oleh owner untuk mengatasi keterlambatan tersebut. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam tesis ini, disusun sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, serta sistematika penulisan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi landasan teori, kajian peneliti terdahulu, serta kerangka penelitian. 9

BAB III METODA PENELITIAN Bab ini menjelaskan desain dari penelitian, metode pengumpulan data yang digunakan, instrumen penelitian, metode analisis data serta profil kasus yang diangkat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan deskripsi data, dan pembahasan dalam pengendalian proyek Redundant Coal Conveyor. BAB V SIMPULAN Bab ini menjelaskan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian, implikasi dari penelitian yang mencakup implikasi teoretis dan praktis serta keterbatasan yang dihadapi penulis pada saat melakukan penelitian. 10