3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional Meru Betiri, Kecamatan Ambulu,Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Gambar 3.1 Peta Kerja Resort Bandealit 3.2 Alat dan Bahan Bahan yang digunakan adalah habitat Lutung Jawa dan satwa lutung jawa. Alat yang digunakan untuk mendukung keberhasilan penelitian beserta fungsinya dijelaskan tabel 1 berikut : 13
Tabel 1. Daftar Fungsi Peralatan Nama Alat Binokuler GPS Kamera Meteran Termometer Pita meter Fungsi untuk mengamati satwa dari jauh untuk menemukan titik koordinat untuk mengambil gambar satwa dan habitatnya untuk menentukan lebar petak ukur untuk menentukan suhu untuk mengukur diameter pohon Tally sheet untuk tabel data pengamatan di lapangan Alat tulis Kompas Fieldguide satwa Taman Nasional Meru Betiri Laptop untuk menulis data yang didapat untuk menentukan arah mata angin untuk petunjuk lapangan di lokasi penelitian untuk tempat mengumpulkan data yang telah didapat 3.3 Jenis Data Penelitian diawali dengan penelitian pendahuluan meliputi penentuan titik awal transek dengan teknik sampling Search Sampling yakni pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan informasi akurat sebelumnya tentang populasi atau habitat dari obyek kajian (Pudyatmoko, 2007). Teknik Search Sampling dilakukan 14
berdasarkan informasi masyarakat setempat (local guide) dimana lokasi titik tersebut juga sekaligus ditetapkan sebagai habitat yang tersedia bagi Lutung Jawa. Data primer adalah data yang didapatkan dan dihasilkan dari pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang dibutuhkan adalah : data vegetasi (kerapatan, dominansi, frekuensi, penutupan tajuk, penutupan vertikal dan horizontal), data lingkungan (suhu, kelembapan, kelerengan), data identifikasi jenis pakan dan data penutupan tajuk, serta data kepadatan populasi Lutung Jawa. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi pustaka yang terkait yang digunakan sebagai informasi pendukung mengenai karakteristik habitat dan estimasi populasi Lutung Jawa. Data sekunder berupa peta kawasan, hasil penelitian terdahulu, dan juga berupa informasi penting dari warga sekitar. 3.4 Metode Pengambilan Data 3.4.1 Data Estimasi Populasi Data populasi yang dicari merupakan data komposisi kelompok meliputi jumlah satwa dalam kelompok. Perhitungan jumlah individu dilakukan pada pukul 05.30-17.30 WIB. Masing-masing waktu dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Metode yang digunakan adalah metode terkonsentrasi, yaitu Pengamatan dilaksanakan terkonsentrasi pada suatu titik yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa tinggi. Misalnya tempat tersediaanya pakan, air untuk minum dan lokasi tidurnya (Bismark, 2011). Pengamatan dapat dilakukan pada tempat yang tersembunyi sehingga tidak mengganggu aktivitas satwa.. Lokasi penelitian pada tiap tipe habitat dan lokasi tersebut kemudian ditandai dengan GPS 15
3.4.2 Data Vegetasi Data vegetasi diambil menggunakan metode Nested sampling yang terdiri dari plot ukur 2x2 m (rumput, semai dan tumbuhan bawah), 5x5 m (sapihan), 10x10 m (tingkat tumbuh tiang), dan 20x20 m (pohon). Data yang diambil di setiap plot meliputi jenis tumbuhan (pohon, tiang, sapihan, semai), tinggi pohon, diameter pohon, dan jumlah jenis tumbuhan (pohon, tiang, sapihan, semai). (Bismark, 2011) 3.4.2.1 Kerapatan, Frekuensi, dan Dominansi Data kerapatan, frekuensi dan dominansi didapatkan dari hasil pengukuran komposisi vegetasi yang diambil dengan metode Nested sampling. Gambar skema Nested sampling dapat dilihat Gambar 3.2 : Gambar 3.2 Petak Ukur Nested Sampling Kerapatan ialah nilai yang menunjukkan jumlah individu dari jenis-jenis yang menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu. Dari nilai kerapatan yang diperoleh kemudian dicari nilai kerapatan relatifnya. Frekuensi ialah nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran suatu jenis di dalam 16
komunitasnya. Dominansi merupakan besaran yang menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh. Dominansi biasanya ditunjukkan dari seringnya suatu jenis dijumpai di suatu kawasan. 3.4.2.2 Penutupan tajuk pohon Penutupan tajuk pohon hutan diambil dengan metode protocol sampling. Pengamatan penutupan tajuk pohon dilakukan pada enam titik arah timur-barat dan enam titik arah utara selatan atau dikenal dengan protokol plot (Gambar 3.3). Persentase penutupan tajuk pohon dilakukan dengan menggunakan tabung okuler (Gambar 3.3). Protokol plot juga mengambil data lingkungan (suhu, kelembaban, kelerengan dan cuaca). U T B S Gambar 3.3 Plot Ukur Protokol Plot dan Tabung Okuler Pengamatan tutupan tajuk pohon dilakukan dengan menggunakan tabung okuler untuk mengetahui ada tidaknya tajuk pohon. Tabung okuler memiliki panjang 30 cm dan lebar ¾ inch. Apabila terlihat tajuk pohon maka diberi tanda (+) 17
sedangkan bila tidak terlihat diberi tanda ( ). Pengamatan dilakukan melalui titik yang dibuat dari arah utara ke selatan 6 titik dan barat ke timur 6 titik. 3.4.3 Data Lingkungan 3.4.3.1 Suhu dan Kelembapan Parameter suhu dan kelembaban diukur di setiap petak ukur analisis vegetasi yang dibuat. Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan alat thermohygrometer. Alat Thermohygrometer digunakan dengan cara digantung di ranting pohon yang tinggi peletakannya kira-kira di atas kepala orang dewasa. Alat tersebut digantung di tempat yang kering atau tidak terpengaruh adanya air baik dalam bentuk hujan maupun tetesan embun pada daun dan batang pohon. Tinggi peletakan Thermohygrometer tersebut bertujuan untuk memperkecil kesalahan pengukuran suhu dan kelembaban habitat yang digunakan Lutung Jawa. 3.4.3.2 Kelerengan dan Elevasi Parameter kelerengan diambil di setiap plot ukur vegetasi yang dibuat. Alat yang digunakan untuk mengukur kelerengan ialah Clinometer. Pengambilan nilai kelerengan di setiap plot ukur vegetasi dilakukan dengan mengukur kelerengan ke 4 arah mata angin yang berbeda, yaitu utara, timur, selatan dan barat. Pengukuran ketinggian tempat menggunakan alat GPS, yaitu dengan melihat angka elevasi suatu tempat yang menjadi titik pusat pembuatan petak ukur habitat Lutung Jawa. 3.4.4 Data Jenis Pakan Data jenis pakan dibagi atas 2 kriteria, data primer yaitu berasal dari sisasisa pakan maupun kotoran yang ditemukan selama pengambilan data estimasi populasi di lapangan, dimana penentuan kotoran yang ditemukan merupakan 18
kotoran lutung atau jenis primata lainnya menggunakan keterangan dari pemandu lapangan yang berasal dari warga sekitar dan data sekunder. 3.5 Analisis Data 3.5.1 Estimasi Populasi Kepadatan populasi (density/d) adalah nilai yang menggambarkan ketersediaan individu dalam suatu luasan wilayah tertentu. Luasan yang dipakai adalah luasan areal berhutan saja. D = individu / Luas per tipe habitat (ha) (Bismark, 2011) 3.5.2 Karakteristik Habitat Karakteristik habitat lutung budeng dideskripsikan melalui data yang diambil di lapangan. Data tersebut meliputi data vegetasi dan lingkungan. Analisis vegetasi diawali dengan menghitung indeks nilai penting pada data tipe habitat. Analisis vegetasi adalah cara untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi di dalam suatu ekosistem (Kusmana, 1997). INP digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya. Soerianegara dan Indrawan (1998) menjelaskan mengenai Indeks Nilai Penting yang dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). - Kerapatan (batang/ ha) = Jumlah individu jenis ke-i Luas total petak contoh 19
- Kerapatan Relatif (%) = Kerapatan jenis i x 100% Kerapatan total - Frekuensi = Jumlah petak contoh ditemukan jenis i jumlah total petak contoh - Frekuensi Relatif (%) = Frekuensi jenis i x 100% Frekuensi total - Dominansi = Luas bidang dasar (LBDS) jenis i Luas petak contoh - Dominansi Relatif (%) = Dominansi jenis i x 100 % Dominansi total - Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR (Bismark, 2011) Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk membandingkan komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener : 20
H = pi In pi Pi = ni N Keterangan : H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener ni = Jumlah individu jenis ke-n N = Total jumlah individu Adapun nilai H adalah sebagai berikut : H <1 = Tingkat keanekaragaman jenis rendah H 1-3 = Tingkat keanekaragaman jenis sedang H >3 = Tingkat keanekaragaman jenis tinggi (Bismark, 2011) Penutupan tajuk pohon dinyatakan kedalam % (persen), yang dapat dihitung dengan rumus : Persen penutupan tajuk : t/g x 100 % Keterangan : t = Jumlah tajuk yang menyentuh persilangan g = Seluruh titik pengambilan (Bismark, 2011) 3.5.3 Perbedaan Karakteristik Habitat dan Populasi setiap Tipe Habitat Perbandingan berbagai tipe habitat menggunakan software SPSS. SPSS adalah kependekan dari Statistical Program for Social Science merupakan paket program aplikasi komputer untuk menganalisis data statistik. Analysis of Variance (disingkat Anova) merupakan alat statistik yang digunakan untuk menguji apakah rata-rata dari dua atau lebih populasi berbeda secara signifikan ataukah tidak dan menguji apakah dua atau lebih sampel mempunyai varians populasi yang sama atau tidak. 21
3.5.3.1 Asumsi Anova Asumsi yang diperlukan untuk Analisis Varians adalah: 1. Masing-masing grup merupakan sampel random yang berasal dari populasi normal. 2. Dalam populasi, varians dari grup-grup tersebut sama. 3. Sampel tidak berhubungan satu dengan yang lainnya. 3.5.3.2 Uji dengan SPSS Dalam aplikasi SPSS, hal yang dilakukan adalah mengisikan data variabel sesuai dengan data yang diperlukan. Berdasarkan data tersebut seolah kita akan menguji hipotesis Adakah pengaruh tipe habitat terhadap satwa Lutung Jawa. Langkah pertama adalah untuk mengetahui apakah semua tipe habitat memiliki variabilitas yang sama. Variabilitas yang dimaksud disini adalah bentuk dan sebaran data. Berikut contoh data output SPSS : Individu (ekor) ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 89,727 2 44,864 5,202,036 Within Groups 69,000 8 8,625 Total 158,727 10 Pengujian pengaruh tipe habitat terhadap komponen habitat (penutupan tajuk, suhu, kelembapan, jumlah individu) dilakukan menggunakan One Way Anova dengan hipotesis berikut ini: H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh yang nyata tipe habitat terhadap komponen habitat 22
H1 : Minimal ada satu pasang tipe habitat terhadap komponen habitat yang berbeda nyata Pengambilan keputusan 1. Dasar pengambilan keputusan menggunakan perbandingan statistik hitung dengan statistik tabel. Jika statistik hitung < statistik tabel, maka H0 diterima Jika statistik hitung > statistik tabel, maka H0 ditolak Statistik hitung Dari tabel output diatas terlihat bahwa statistik hitung one way anova adalah 5,202 Statistik tabel Disini digunakan tabel F sebagai pembanding. Dengan melihat tabel F untuk df =k-1=3-1=2 dan tingkat signifikan = 0,05, maka didapatkan nilai statistik tabel = 4,459. Keputusan : Karena statistik hitung > statistik tabel (5,202 >4,459 ), maka H0 ditolak. 2. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas : Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,50, maka H0 ditolak 3. Keputusan Terlihat bahwa pada kolom Asymp sig adalah 0,036. Menunjukkan probabilitas dibawah 0,05, maka H0 ditolak. Berdasarkan dari kedua pengujian, hasil yang diperoleh sama yaitu H0 ditolak atau minimal ada satu pasang tipe habitat terhadap komponen habitat yang berbeda nyata. 23
3.5.4 Kerangka Pemikiran Lutung Jawa di Resort Bandelit Taman Nasional Meru Betiri Mru Perlu Informasi tentang habitat dan populasi Lutung Jawa di Resort Bandealit TNMB Tekanan terhadap habitat Tekanan terhadap populasi Karakteristik Habitat Estimasi Populasi Data vegetasi, Data lingkungan, Data identifikasi jenis pakan, Data penutupan tajuk Data Kepadatan populasi Lutung Jawa 1 Indeks Nilai Penting 2 Keanekaragaman Jenis 3 Persen penutupan Tajuk Kepadatan Populasi Uji perbandingan dengan SPSS Hasil 24