ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

dokumen-dokumen yang mirip
Kesesuaian Lahan untuk Arahan Pengembangan Pemukiman Daerah Sarimukti dan Sekitarnya

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Konsentrasi Sistem Informasi Geografis,Teknik Informatika, Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

ACARA IV POLA PENGALIRAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Zonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan Babakan Jawa Kecamatan Majalengka dan Sekitarnya Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Longsor

BAB II TINJAUAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

TOMI YOGO WASISSO E

POLA ALIRAN SUNGAI DAN KONDISI AIRTANAH DI DAERAH WADO DAN SEKITARNYA: UNTUK PERENCANAAN KAWASAN RELOKASI BARU

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dirancang dan dibangun sebelumnya. Sumberdaya Air oleh PT. Indra Karya Consulting Engineer pada tahun 2013

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

GEOLOGI DAERAH KETENONG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PINANG BERLAPIS, KABUPATEN LEBONG, BENGKULU TUGAS AKHIR A

BAB V SINTESIS GEOLOGI

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian ini secara fisiografi menurut van Bemmelen (1949)

GAMBARAN UMUM WILAYAH

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SITUMEKAR DAN SEKITARNYA, SUKABUMI, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Geomorfologi Daerah Maja dan Sekitarnya, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. *Corresponding Author:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) Nandian Mareta 1 dan Puguh Dwi Raharjo 1 1 UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Jalan Kebumen-Karangsambung No. 19, Kebumen 54353 Email: nandianthea@gmail.com Abstrak Pertambahan penduduk di daerah Wado yang begitu cepat memerlukan pengembangan pemukiman yang tepat di wilayah tersebut. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian wilayah untuk pengembangannya. Penelitian ini diawali dengan melakukan inventarisasi data lapangan dan analisis peta peta tematik. Metode yang digunakan adalah metode tumpang tindih berbagai peta-peta tematik untuk mengetahui sebaran pengembangan wilayah yang paling sesuai untuk pemukiman. Terdapat 3 kelompok wilayah di daerah penelitian yaitu wilayah kemungkinan, wilayah kendala dan wilayah limitasi. Kata kunci :Kesesuaian Lahan, Pengembangan Pemukiman, Wado. Abstract A rapid population growth in Wado requires the development of appropriate housing. Land suitability analysis was conducted with the aim to determine the distribution of suitable areas for development. This research begins by identifying field data and analyzing thematic maps. The method used is overlapping various thematic maps to determine the distribution of suitable areas for settlements. There are three groups of areas in this region: the potential area, the constraint area and limitation area. Keywords: Land Suistability, Residential Development, Regional Development, Wado. PENDAHULUAN Permukiman penduduk berkembang seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk suatu daerah. Lahan yang tetap di satu sisi dan pertambahan penduduk yang terus bertambah di sisi lain akan meningkatkan kebutuhan pemukiman penduduk, oleh karena itu diperlukan pencarian lahan baru untuk membuat pemukiman yang lebih sesuai. Daerah Wado di Kabupaten Sumedang salah satu daerah dengan laju pertambahan penduduk yang cepat yaitu 0,60 per tahun, sehingga diperlukan arahan pengembangan wilayah terutama menyangkut pemukiman. Lokasi daerah penelitian terletak pada koordinat 108º02 30-108º07 30 bujur timur dan 6º52 30-6º57 30 lintang selatan dengan luas 100 km 2 (Peta Topografi AMS No. 4622 III). Salah satu aplikasi ilmu geologi yaitu geologi lingkungan, dapat berperan dalam pengembangan wilayah dengan memberikan penjelasan tentang karakteristik keteknikan batuan Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 273

dan lahan suatu daerah. Diharapkan informasi geologi ini dapat memberikan arahan tentang pengembangan wilayah di daerah penelitian. Menurut Suganda (1988) diperlukan tujuh unsur kemampuan sebagai syarat daya dukung lahan yang sesuai bagi perencanaan pemukiman, dalam hal: fondasi, drainase, morfologi kemiringan lereng, geologi umum meliputi struktur terutama patahan, air tanah dangkal dan air tanah dalam serta aman dari ancaman bencana alam. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan dua metode penelitian yaitu inventarisasi data primer dimana dilakukan kegiatan pemetaan geologi dengan skala 1:25.000 meliputi kemiringan lereng dan kondisi geologi. Kegiatan yang dilakukan antara lain plotting lokasi/stasiun dalam peta, pengukuran arah jurus dan kemiringan lapisan batuan, sampling dan deskripsi batuan secara megaskopis yang pada akhirnya akan menghasilkan Peta Geomorfologi dan Peta Geologi. Kemudian sumber data sekunder diambil dari Peta Hidrogeologi Lembar Sumedang dengan skala 1:100.000 dan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Lembar Arjawinangun skala 1:100.000, setelah itu dilakukan analisis peta-peta tematik yang berhubungan dengan daerah penelitian dengan cara membuat cell berukuran 1 cm x 1 cm dengan skala peta 1:25.000 dan dilakukan penilaian kemampuan lahan tiap cell-nya. Tingkat kemampuan lahan bagi setiap penggunaan lahan mempunyai nilai 0 5, dimana nilai tersebut menyatakan bahwa semakin besar nilai yang diperoleh maka makin besar pula tingkat pengembangan wilayah yang secara terperinci dapat dijabarkan sebagai berikut. Bobot, digunakan untuk menyatakan tingkat kepentingan suatu faktor lingkungan dalam suatu perencanaan lahan. Nilai, digunakan untuk menyatakan tingkat daya dukung suatu unsur dalam faktor lingkungan tertentu bagi perencanaan lahan. Skor, digunakan untuk menyatakan hasil kali antara Bobot dan Nilai untuk tiap peta kemampuan lahan. Skor Total, digunakan untuk menyatakan hasil penjumlahan skor seluruh peta kemampuan lahan. Tabel 1. Pembagian Kemampuan Lahan Jenis Kemampuan Lahan Bobot Nilai Skor 1. Karakteristik Fisik Batuan Aluvium 5 25 Breksi Monomik 5 4 20 Batupasir 3 15 Batulempung 1 5 2. Air Tanah Akuifer Produktif sedang penyebaran luas 5 25 Akuifer Produktif sedang setempat 4 20 5 Akuifer Produktif setempat 3 15 Akuifer Produktif kecil setempat berarti 2 10 Daerah Air Tanah Langka/tidak berarti 1 5 274 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

3. Tekstur Tanah Kasar 5 15 Sedang 3 4 12 Halus 3 9 4. Kemiringan Lereng Datar (0-2%) 4 20 Agak Curam (14-20%) 5 2 10 Curam (21-25%) 1 5 5. Drainase Sedang 3 15 5 Buruk 2 10 6. Curah Hujan Tinggi 2 10 5 Rendah 5 25 7. Kepekaan Tanah terhadap erosi Tinggi 2 10 5 Rendah 5 25 8. Kerentanan Gerakan tanah Sangat rendah 5 25 Rendah 4 20 5 Menengah 2 10 Tinggi 0 0 Sumber : Suganda, 1988 Penentuan klasifikasi kemampuan lahan dilakukan dengan menggunakan metode statistik. Melalui metode ini, akan diperoleh data skor total melalui kombinasi semua data skor total yang ada. Output dapat diketahui melalui perhitungan statistik yang dilakukan meliputi Total score ( x) yang merupakan jumlah seluruh skor total yang didapat melalui kombinasi statistik data skor total, total score rata-rata ( x ) dan standar deviasinya.. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pemetaan geologi di daerah Wado dihasilkan Peta Geomorfologi (Gambar 1), dan Peta Geologi (Gambar 2), sedangkan dari inventaris data sekunder Peta Air Tanah (Gambar 3), Peta Kerentanan Gerakan Tanah (Gambar 4), Peta Kepekaan Tanah Terhadap Erosi (Gambar 5) dan Peta Klasifikasi Kemampuan Lahan (Gambar 6) yang merupakan hasil digitasi dari Peta topografi seri AMS No. 4622 III, skala 1:50.000. Peta Geomorfologi (Gambar 1) menggambarkan tentang kondisi morfologi daerah penelitian. Terdapat tiga satuan morfologi yaitu satuan dataran, satuan perbukitan bergelombang (agak curam) dan satuan perbukitan curam. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 275

Satuan morfologi dataran merupakan satuan yang dominan di daerah Wado dengan pola aliran yang berkembang adalah anastomatik dan dendrito-paralel. Secara morfometri satuan morfologi dataran terdapat pada daerah-daerah yang rendah dengan ketinggian 200 275 mdpl. Tergambar sebagai kontur yang sangat renggang mewakili bentuk lembah sungai dewasa hingga tua. Kemiringan lereng berkisar dari 0-2% dengan sudut 0 0-2 0. Satuan morfologi ini menempati 50% dari total luas daerah penelitian. Satuan morfologi agak curam terdapat di sebelah barat, selatan dan timur. Secara morfografi satuan morfologi ini terdiri dari beberapa punggungan yang cenderung paralel dengan lereng yang relatif cembung. Sungai-sungai yang berkembang pada satuan morfologi ini berpola dendritik, sebagian dendrito-paralel dan dendrito-rektangular dengan bentuk lembah yang mendominasi adalah V sampai hampir U. Sebagian anak sungai hanya berair pada musim penghujan. Secara morfometri satuan morfologi perbukitan agak curam memiliki kemiringan lereng 14-20% dengan sudut 8 0-16 0. Kerapatan kontur renggang-rapat dengan ketinggian 250-375 mdpl. Persebaran satuan morfologi ini menempati 20% dari total luas daerah penelitian. Gambar 1. Peta Geomorfologi Daerah Wado Satuan morfologi perbukitan curam tersebar di sebelah barat, timur, selatan dan tengah daerah penelitian. Secara morfografi satuan morfologi perbukitan curam memiliki pola punggungan yang memanjang dan berkelok dengan bentuk lereng cembung. Sungai-sungai yang berkembang pada satuan morfologi ini memiliki pola aliran radial, dendritik, dendrito-paralel dan dendrito-rektangular dengan bentuk lembah V sampai hampir U menunjukan bahwa erosi vertikal lebih dominan dibanding erosi lateral adalah sebagai ciri sungai-sungai muda. Morfometri satuan morfologi perbukitan curam yaitu 21-55% dengan sudut 16 0-35 0 dengan ketinggian 250 sampai 480 mdpl. Kerapatan kontur rapat. Persebaran satuan morfologi perbukitan curam ini menempati 30% dari total luas daerah penelitian yang tersebar secara merata baik di sebelah barat, selatan, timur maupun tengah daerah penelitian. 276 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

Pola sebaran batuan, jenis dan sifat batuan, umur dan struktur di daerah Wado ditampilkan pada gambar 2. Terdapat empat satuan batuan yaitu satuan batupasir yang tersingkap di sebelah utara dengan luas 30 km 2. Sesar mendatar terdapat di satuan batuan ini. Satuan batupasir ini sebagai batuan paling tua, merupakan endapan laut dalam yang berumur Miosen Tengah (N 13 ). Satuan batulempung terdapat di bagian tengah daerah penelitian meliputi 30% luas daerah penelitian. Berdasarkan posisi stratigrafi, satuan ini menindih selaras batupasir dibawahnya. Sataun ini mengalami pelipatan berupa sinklin dan antiklin. Terdapat juga pensesaran berupa sesar naik dan sesar mendatar. Satuan batulempung ini merupakan endapan laut dalam yang berumur Miosen Tengah (N 14 ). Satuan breksi monomik terdapat di sebelah barat, selatan dan timur meliputi 35% luas daerah penelitian. Berdasarkan posisi stratigrafi, satuan ini menindih secara tidak selaras satuan batupasir dan satuan batulempung. Satuan breksi monomik ini merupakan hasil endapan gunungapi muda yang berumur Plistosen Atas sampai Holosen Bawah. Gambar 2. Peta Geologi Daerah Wado (Djuri, 1995, dengan modifikasi) Aluvium terdapat di sekitar aliran sungai Cimanuk meliputi 5% luas daerah penelitian. Satuan batuan ini merupakan satuan yang paling muda, berumur Holosen sampai Resen, merupakan hasil endapan sungai Cimanuk. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 277

Gambar 3. Peta Kondisi Air Tanah Peta Kondisi Air Tanah (Gambar 3) menggambarkan sebaran akuifer di daerah penelitian. Ada 5 jenis persebaran yaitu: Akuifer produktif sedang penyebaran luas meliputi satuan batupasir, batulempung dan alluvium, menempati 30% dari luas daerah penelitian. Akuifer produktif sedang setempat yang meliputi satuan breksi monomik, menempati 35% dari luas daerah penelitian. Akuifer produktif setempat yang meliputi satuan batupasir, menempati 15% dari luas daerah penelitian. Akuifer produktif kecil setempat yang meliputi satuan batulempung, menempati 15% dari luas daerah penelitian. Daerah tanpa air tanah atau sangat sulit ditemukan, yang meliputi satuan batulempung, menempati luas 5% dari luas daerah penelitian. Peta Kerentanan Gerakan Tanah (Gambar 4) menggambarkan persebaran zonasi kerentanan gerakan tanah di daerah penelitian. Ada 4 zonasi kerentanan gerakan tanah yaitu: Kerentanan gerakan tanah sangat rendah yang meliputi satuan batupasir, batulempung dan aluvium dengan luas sebaran 40 km 2. Kerentanan gerakan tanah rendah yang meliputi satuan batupasir, batulempung, breksi monomik dan alluvium dengan luas sebaran 25 km 2. Kerentanan gerakan tanah menengah yang meliputi satuan batulempung dan breksi monomik dengan luas sebaran 25 km 2. Kerentanan gerakan tanah tinggi yang meliputi satuan batulempung disekitar sesar-sesar dan breksi monomik dengan kemiringan lereng yang curam dengan luas sebaran 10 km 2. 278 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

Gambar 4. Peta Kerentanan Gerakan Tanah Gambar 5. Peta Kepekaan Tanah Terhadap Erosi Peta Kepekaan Tanah Terhadap Erosi (Gambar 5), menggambarkan sebaran zonasi kepekaan tanah terhadap erosi di daerah penelitian. Zonasi kepekaan tanah terhadap erosi pada daerah penelitian terdapat 2 kelas, yaitu kelas tinggi dan kelas rendah. Kepekaan tanah terhadap erosi kelas tinggi, memiliki kondisi litologi berupa satuan batulempung dan breksi monomik, dengan persebaran di sekitar lereng yang mempunyai kemiringan curam. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 279

Kepekaan tanah terhadap erosi kelas tinggi ini hanya sebagian kecil saja pada daerah penelitian, yaitu hanya sekitar 10% dari luas daerah penelitian. Kepekaan tanah terhadap erosi kelas rendah, memiliki kondisi litologi berupa satuan batupasir, batulempung, breksi monomik dan aluvium, dengan persebaran di sekitar lereng yang mempunyai kemiringan landai sampai bergelombang dengan persebaran sekitar 90% dari total luas daerah penelitian. Gambar 6. Peta Klasifikasi Kemampuan Lahan Daerah Wado Peta Klasifikasi Kemampuan Lahan (Gambar 6) menggambarkan tentang sebaran kemampuan lahan daerah Wado berdasarkan peta-peta tematik sebelumnya. Ada 5 jenis kemampuan lahan di daerah penelitian yaitu: 1. Kemampuan lahan sangat tinggi (skor > 156) tersebar di sebelah utara dan tengah daerah penelitian menempati satuan batupasir, batulempung dan aluvium, dengan luas 14,3 km 2. 2. Kemampuan lahan tinggi (124-156) tersebar di sebelah baratlaut, timur dan selatan menempati satuan batupasir, batulempung dan breksi monomik. Dengan luas 32,8 km 2. 3. Kemampuan lahan sedang (93-123) tersebar di sebelah baratlaut, timur, tengah, selatan dan barat menempati satuan batupasir, batulempung dan breksi monomik, dengan luas 26,6 km 2. 4. Kemampuan lahan rendah (61-92) tersebar di tengah dan barat menempati satuan batupasir, batulempung, breksi monomik dan aluvium, dengan luas 16,8 km 2. 5. Kemampuan lahan sangat rendah ( skor < 61) tersebar di sebelah tengah dan timur daerah penelitian menempati satuan batupasir, batulempung dan breksi monomik, dengan luas 9,4 km 2. 280 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

Kemampuan Lahan Tabel 2. Klasifikasi Kemampuan Lahan Skor Total Jumlah Sel Luas (%) Sangat Tinggi > 156 176 14,3 Tinggi 125-156 400 32,8 Sedang 93-124 325 26,6 Rendah 61-92 205 16,8 Sangat Rendah < 61 115 9,4 Sumber : Pengolahan Data, 2006 Gambar 7. Peta Sebaran Pengembangan Wilayah Daerah Wado (Pengolahan SIG, 2006) KESIMPULAN Berdasarkan pada sebaran wilayah kemampuan lahannya, daerah Wado dibagi menjadi tiga zona kesesuaian lahan yaitu: Wilayah Kemungkinan (Berpotensi) dengan kisaran skor antara 124-167 mempunyai resiko yang cukup kecil dalam pengembangannya, tersebar di bagian tengah dan utara daerah penelitian meliputi Wado, Darmaraja dan Jatinunggal. Wilayah Kendala (Cukup berpotensi), mempunyai kemampuan lahan yang sedang untuk dikembangkan sebagai kawasan pemukiman (Skor Total 93 123), mempunyai resiko dalam pengembangannya, tersebar di sebelah barat dan timur. Wilayah Tidak Berpotensi, mempunyai kemampuan lahan yang sangat rendah untuk dikembangkan sebagai kawasan pemukiman (Skor Total <93), wilayah ini tidak layak untuk dikembangkan sebagai pemukiman karena ada beberapa kendala yaitu kemiringan lerengnya yang curam, sempadan sungai dan adanya patahan. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 281

DAFTAR PUSTAKA Djuri, 1995. Peta Geologi Regional Lembar Arjawinangun Jawa Barat, Skala 1:100.000: Pusat Survei Geologi, Bandung. Suganda, A.H., 1988. Pertimbangan Aspek Dasar Dalam Perencanaan Kota. Thesis S-2 Fakultas Pasca Sarjana ITB. Bandung (Tidak dipublikasikan). 282 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012