TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB LIKUIDATOR DALAM PEMBERESAN HARTA PERSEROAN YANG DIBUBARKAN ANGELINE ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 5/Mei/2016

STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN AKIBAT DARI PEMBUBARAN PERSEROAN

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA. Perseroan Terbatas. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 15Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Magister Akuntansi

Lex Privatum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

PERTEMUAN 8,9 &10 LIKUIDASI PERSEKUTUAN FIRMA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengesahan Badan Hukum. Perubahan Anggaran Dasar. Data. Perseroan Terbatas. Pengajuan. Tata Cara.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar sert

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EKSISTENSI DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS. Oleh : Raffles, S.H., M.H.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,


BAB II HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN. A. Status Badan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari sebelumnya.

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan harta kekayaan para pendiri atau pemegang sahamnya. 3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB PERBUATAN DIREKSI YANG DILAKUKAN ATAS NAMA PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MEMPEROLEH STATUS BADAN HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

BADAN-BADAN USAHA. PT sudah definitif

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Mengingat : Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer

BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN ATAS KELALAIAN MELAKSANAKAN TUGAS PENGAWASAN

2017, No dan Pemberitahuan Berakhirnya Status Badan Hukum Yayasan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan

Eksistensi RUPS sebagai Organ Perseroan Terkait Dengan Pasal 91 Undang-Undang Perseroan Terbatas. Oleh: Pahlefi 1

6. Saham dengan hak suara khusus tidak ada, yang ada hanyalah saham dengan hak istimewa untuk menunjuk Direksi/Komisaris;

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016. Kata kunci: Tanggungjawab, Direksi, Kepailitan, Perseroan Terbatas

BAB II PENGATURAN DIREKSI MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS. perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA

BAB II BATASAN KRITERIA DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM MELAKSANAKAN DUTY OF LOYALTY DAN DUTY OF CARE BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (UUPT)

Bab 2 Badan usaha dalam kegiatan bisnis. MAN 107- Hukum Bisnis Semester Gasal 2017 Universitas Pembangunan Jaya

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN

PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK

Peraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait Peraturan Pelaksanaan (PP dst.)

7 Idem, Penjelasan umum alinea 9

Definisi Perseroan Terbatas menurut Pasal 1 angka 1 UUPT adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010.

UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 2007 (Judul pasal-pasal ditambahkan)

PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU DALAM PERSEKUTUAN KOMANDITER YANG MENGALAMI KEPAILITAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tanggung Jawab Direksi Terhadap Kerugian Yang Diderita Perseroan

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud

BAB II PELAKSANAAN PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS MELALUI RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PT

PERBANDINGAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

TINJAUAN YURIDIS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS JOHN EDONG / D

1 Universitas Indonesia

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

ABSTRAK. Kata Kunci: Limited Liability, Piercing the Corporate Veil, Pemegang saham, Perseroan Terbatas. ABSTRACT

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

KEPEMILIKAN SAHAM SUAMI DAN ISTRI DALAM SATU PERSEROAN TERBATAS. Wishnu Kurniawan 1. Yeni Tan 2 ABSTRACT

Transkripsi:

ANGELINE 1 TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB LIKUIDATOR DALAM PEMBERESAN HARTA PERSEROAN YANG DIBUBARKAN ANGELINE ABSTRACT Liquidation of a corporation begins with the issuance of RUPS provision, followed by arrangement. A company arrangement is an action in the process of company liquidation in order to document and to sell or liquidate the company s assets by distributing them to the persons entitled to them such as creditors and shareholders. In the process of liquidation, one or more liquidators are appointed to make the arrangement; but in practice, the process of arrangement is usually ignored by the owner of the company so that liquidation is not carried out of it is not completed. Therefore, it is necessary to analyze the responsibility of liquidator in the process of arranging the assets of liquidated corporation. Keywords: Responsibility, Liquidator, Liquidation of a Corporation, Liquidation I. Pendahuluan Kegiatan perkonomian di Indonesia dapat diselenggarakan melalui berbagai bidang usaha, yang dapat dilakukan sendiri, orang perorangan pribadi, atau melalui suatu bentuk badan usaha atau perseroan. 1 Jumlah PT di Indonesia bahkan bisa dikatakan jauh melebihi bentuk bisnis lain seperti firma, perusahaan komanditer, koperasi dan lain-lain. 2 Perkembangan ekonomi berdampak pada perkembangan dunia usaha yang membuat para pelaku usaha lebih tertarik mendirikan badan usaha yang berbadan hukum dalam hal ini PT, dikarenakan hal demikian pemerintah pun menerbitkan ketentuan tentang PT yang lebih komprehensif, yakni Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. 3 Namun, dalam perkembangannya Undang-Undang ini dinilai tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan hukum yang terus terjadi. Oleh karena itu akhirnya pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 1 Hasbullah F. Sjawie, Direksi Perseroan Terbatas serta Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2013), hal. 1 2 Orinton Purba, Petunjuk Praktis Bagi Rups, Komisaris, dan Direksi Perseroan Terbatas Agar Terhindar dari Jerat Hukum, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2012), hal. 6 3 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2002), hal. 14

ANGELINE 2 (untuk selanjutnya disebut UUPT) menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Perseroan adalah badan hukum, hal ini bermakna bahwa perseroan merupakan subjek yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia, pada umumnya, mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan pengurusnya. Dalam melakukan kegiatannya yang dilihat adalah perseroannya, karena yang bertanggung jawab adalah perseroan sebagai badan hukum (legal entity) dalam hal ini diwakili oleh direksi. 4 Hal yang sangat diharapkan oleh para pengusaha adalah suatu PT yang telah didirikan terus berjalan, sebagaimana diketahui idealnya salah satu satu ciri utama dari suatu perusahaan adalah aktivitasnya yang dilakukan secara terus menerus. Namun, dalam kenyataannya yang sering terjadi antara harapan dengan kenyataan berbeda di lapangan. Demikian juga halnya untuk PT hampir dapat dipastian tidak ada sedikit pun di benak para pendiri PT, yang berniat membubarkan PT yang telah didirikannya. Tetapi hal itu dapat terjadi. 5 Dalam praktek terdapat dua jalan untuk tidak lagi melanjutkan PT, yaitu menjual sahamnya kepada pihak lain yang berkehendak untuk mengambil alih sahamnya dan melanjutkan usaha perseroan dan jalan yang lainnya adalah membubarkan perseroan, keadaan ini yang dimaksud berakhirnya pendirian PT. 6 Berakhirnya pendirian PT berarti pembubaran PT, jarang terjadi suatu perusahaan yang dinyatakan sehat secara finansial melakukan tindakan hukum pembubaran diri, namun demikian, karena alasan-alasan tertentu dan untuk tujuan tertentu, perusahaan yang sehat secara finansial dapat saja melakukan tindakan pembubaran diri. 7 Suatu perseroan yang dibubarkan akan mengikuti proses pembubaran sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Perseroan tidak dapat sekaligus bubar, utang-utang perseroan harus dilunasi, dan tagihan-tagihan perseroan harus ditagih, sehingga harta kekayaan rieel dalam bentuk kontan. Harta kekayaan 4 Dewi Tuti Muryati, Bamband Sadono, Rati Diana, Implikasi Dan Konsekuensi Hukum Pembubaran Perseroan Terbatas Dalam Perspektif UU No. 40 Tahun 2007,(Dinamika Sosial Budaya, Jurnal,2012), hal. 18 5 Sentosa Sembiring, Op.Cit, hal. 79 6 Ibid, hal. 166 7 Dewi Tuti Muryati, Bamband Sadono, Rati Diana, Op.Cit, hal. 19

ANGELINE 3 perseroan yang berupa barang-barang tetap (fix assets) dan harta perseroan lainnya harus dijual, hingga menjadi uang tunai. Jadi semua hak-hak perseroan harus menjadi bentuk kontan (tunai), harus menjadi liquit (cair) untuk dapat dibagikan kepada pemegang saham sebanding dengan besarnya nilai saham yang dipunyai masing-masing pemegang saham. 8 Pembubaran PT dimulai pada saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS, yang kemudian membutuhkan tindakan-tindakan pemberesan yang memerlukan waktu untuk melangsungkan pemberesan itu. Masa tenggang waktu untuk menjalani pemberesan inilah yang dinamakan masa tenggang waktu likuidasi perseroan. 9 Proses pemberesan perseroan biasanya berkaitan erat dengan aset-aset atau harta perseroan yang terdapat dalam perseroan tersebut. Harta perseroan dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Pemberesan perusahaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam suatu proses likuidasi perusahan untuk mendata dan menjual atau mencairkan aset-aset perusahan dalam likuidasi untuk kemudian dibagi bagikan kepada pihak-pihak yang berhak, seperti pihak kreditor atau pemegang saham. 10 Likuidasi (vereffening, winding-up) mengandung arti pemberesan penyelesaian dan pengakhiran urusan perseroan setelah adanya keputusan RUPS yang menghentikan atau membubarkan perseroan. Dan selama penyelesaian pembubaran atau pemberesan berjalan, eksistensi dan validitasnya adalah Perseroan dalam likuidasi atau Perseroan dalam pembubaran (vereffening, liquidation or settlement). 11 Dalam proses likuidasi, akan ditunjuk seorang likuidator yang berhak mendistribusikan harta perseroan kepada kreditor-kreditor dan seluruh yang berhak lainnya menurut urutan-urutan yang ditetapkan oleh berbagai peraturan perundang-undangan. 12 8 Rudy Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 167 9 Ibid, hal. 167 10 Munir Fuady,Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung,PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 179 11 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 544 12 Munir Fuady,Op.Cit, hal. 191

ANGELINE 4 Adapun yang dimaksud dengan likuidator (liquidateur, liquidator) adalah orang yang tunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara likuidasi. Kepadanya dipikulkan kewajiban mengatur dan menyelesaikan harta atau budel perseroan. Selain itu likuidator juga memiliki tanggung jawab atas kerugian yang timbul dari kesalahan atau kelalaian melaksanakan likuidasi. 13 Seorang likuidator dapat saja diambil dari pihak Direksi, karena Direksi yang paling mengetahui keadaan perseroan. Tetapi tidak selamanya pemegang saham menunjuk Direksi sebagai likuidator, sebab kemungkinan pembubaran itu justru terjadi karena mismanajemen. Karena itu yang menjadi likuidator selain Direksi dapat pula pihak lain, tergantung atas putusan RUPS pada waktu menyatakan perseroan mulai dalam masa likuidasi. 14 Pembubaran PT memiliki akibat, yaitu perseroan menjadi dalam likuidasi. Adapun diadakannya masa likuidasi, untuk memberikan kesempatan kepada likuidator menjalankan pemberesan. Pasal 143 ayat (1) UUPT mempertegas bahwa pembubaran perseroan tidak mengakibatkan perseroan kehilangan status badan hukumnya sampai selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau Pengadilan (dalam hal pembubaran karena penetapan Pengadilan). 15 Tetapi sekalipun status badan hukum perseroan masih tetap ada, demikian perseroan masih dapat melakukan perbuatan hukum, namun perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh perseroan dalam masa likuidasi, hanyalah sekedar dan terbatas atas perbuatan-perbuatan hukum yang berkaitan dengan pemberesan perseroan. Demikian perseroan tidak dapat melakukan tindakan-tindakan hukum melanjutkan kegiatan usahanya, sebab jika tetap dilanjutkan, maka pemberesan tidak akan habis-habisnya dan tidak akan selesai. 16 Pada kenyataanya di dalam praktek masih terdapat banyak perseroan terbatas yang tidak aktif lagi namun tidak dilakukan likuidasi dan juga masih banyak perseroan terbatas yang telah dibubarkan tetapi proses likuidasinya tidak pernah berakhir. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran para pemilik perseroan 13 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal 560-561 14 Rudi Prasetya, Op.Cit, hal 167 15 Rudi Prasetya, Op.Cit, hal. 169 16 Ibid, hal. 169

ANGELINE 5 terhadap akibat hukum yang timbul apabila tidak dilakukan likuidasi ataupun tidak diselesaikannya proses likuidasi perseroan terbatas tersebut. Selain itu UUPT juga tidak jelas mengatur tentang sanksi yang timbul terhadap likuidator ataupun perseroan terbatas apabila likuidasi tidak dilakukan atau tidak diselesaikan. Perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pembubaran perseroan terbatas? 2. Bagaimana pelaksanaan proses pemberesan harta kekayaan perseroan yang dibubarkan? 3. Bagaimana tanggung jawab likuidator dalam proses pemberesan kekayaan perseroan yang dibubarkan? Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini ialah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembubaran perseroan terbatas pada prakteknya. 2. Untuk mengetahui prosespemberesan harta kekayaan perseroan yang dibubarkan. 3. Untuk mengetahui tanggung jawab likuidator dalam proses pemberesan harta kekayaan perseroan yang dibubarkan. II. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah hukum normatif (yuridis normatif). Sumber data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah: 1. Data primer, data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara (interview) yang dilakukan terhadap: a. Notaris Kota Medan b. Likuidator 2. Data sekunder yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer, yang terdiri dari : 1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; 2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris;

ANGELINE 6 3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karangan dari kalangan hukum, dan seterusnya. c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan pendukung diluar bidang hukum seperti kamus ensiklopedia atau majalah yang terkait dengan masalah penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan : metode penelitian kepustakaan (library research) dan metode penelitian lapangan (field research). Untuk lebih mengembangkan data penelitian ini, dilakukan Analisis secara langsung kepada informan dengan menggunakan pedoman analisis yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. III. Hasil Penelitian dan Pembahasan Adapun dasar hukum pembubaran suatu PT yaitu terdapat dalam ketentuan Pasal 142 ayat (1) UU PT yang mengatur tentang alasan pembubaran suatu PT, yakni: 17 1. Berdasarkan keputusan RUPS; 2. Jangka waktu pendirian PT telah berakhir; 3. Berdasarkan penetapan pengadilan; 4. Setelah pencabutan kepailitan ternyata harta pailit tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan. 5. Harta pailit dalam keadaan insolvensi; atau 6. Ijin usaha PT dicabut. Berikut skema mengenai dasar pembubaran suatu perseroan terbatas: 17 Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No. 106 Tahun 2007, TLN No. 4576. Ps. 142 Ayat (1)

ANGELINE 7 PEMBUBARAN BERDASARKAN KEPUTUSAN RUPS: Dapat diajukan oleh Direksi, Dewan Komisaris, atau 1 pemegang saham atau lebih yang mewakili minimal 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara. Pembubaran PT dimulai sejak saat ditetapkan dalam keputusan RUPS. ANGGARAN DASAR: Jangka waktu berdirinya PT berakhir dalam AD. Penunjukan likuidator dilakukan melalui RUPS paling lambat 30 hari setelah jangka waktu PT berakhir. PERMOHONAN PEMUBABARAN (PENGADILAN) OLEH: Kejaksaan, Pihak yang berkepentingan, Pemegang Saham, Direksi atau Dewan Komisaris. Dalam Penetapan pengadilan juga ditetapkan penunjukanlikuidator DICABUTNYA KEPAILITAN: Penunjukan Likuidator dilakukan melalui RUPS. Apabila tidak ditetapkan maka Direksi bertindak sebagai likuidator KEADAAN INSOLVENSI: Dilakukan oleh curator IZIN USAHA DICABUT Pembubaran PT memiliki akibat, yaitu perseroan menjadi dalam likuidasi. Adapun diadakannya masa likuidasi, untuk memberikan kesempatan kepada likuidator menjalankan pemberesan. Pasal 143 ayat (1) UUPT mempertegas bahwa pembubaran perseroan tidak mengakibatkan perseroan kehilangan status badan hukumnya sampai selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau Pengadilan. 18 Secara ringkas akan diuraikan prosedur pembubaran PT hingga PT kehilangan status badan hukum yakni: 1. Mengadakan RUPS dengan agenda pembubaran PT, sekaligus menunjuk likuidator yang akan mengurus segala sesuatu berkaitan dengan pemberesan PT. Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, Direksi demi hukum bertindak sebagai likuidator. Pembubaran PT dimulai sejak saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS, dan terhitung sejak saat itu PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan PT dalam rangka likuidasi 2. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS yang memuat agenda mengenai pembubaran PT, 18 Rudy Prasetya, Op.Cit, hal. 169

ANGELINE 8 likuidator melakukan pengumuman di Surat Kabar dan Berita Negara RI tentang Likuidasi PT. 3. Likuidator melalui notaris melakukan pemberitahuan ke Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tentang pembubaran PT. Pemberitahuan ini harus dilakukan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS yang memuat agenda mengenai pembubaran PT tersebut. Kemudian Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia akan menerima pemberitahuan pembubaran PT tersebut dengan dikeluarkannya Surat Pemberitahuan mengenai pembubaran PT dan PT tersebut menjadi PT (dalam likuidasi). Kemudian Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia akan menunggu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman pembubaran PT di Surat kabar, hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada para kreditor yang ingin mengajukan tagihan kepada PT yang akan dibubarkan. 4. Likuidator melakukan tindakan pemberesan 5. Setelah likuidator selesai melakukan tindakan-tindakan pemberesan, selanjutnya PT mengadakan RUPS kembali dengan agenda: a. Pertanggungjawaban likuidator atas likuidasi yang telah dilakukan terhadap PT b. Pemberesan dan pelunasan seluruhnya kepada likuidator terhadap pelaksanaan likuidasi PT, dimana semua penyelesaian likuidasi oleh likuidator termuat dalam Laporan Penyelesaian Likuidasi yang dibuat oleh likuidator. 6. Kemudian dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal RUPS, likuidator melalui notaris wajib melakukan pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia mengenai hasil akhir proses likuidasi PT. Selanjutnya, berdasarkan pemberitahuan itu, Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum PT (pasal 152 ayat (5) UUPT), menghapus nama PT tersebut dari Daftar Perseroan (Pasal 152 ayat (5)

ANGELINE 9 UUPT), serta mengumumkan berakhirnya status badan hukum PT dalam Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 152 ayat (8) UUPT). 7. Selain memberitahukan proses akhir likuidasi kepada Menteri, likuidator juga wajib mengumumkan proses akhir hasil likuidasi dalam Surat Kabar, tetapi likuidator tidak perlu mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia, karena hal itu menjadi kewajiban Menteri untuk mengumumkan berakhirnya status badan hukum PT dalam Berita Negara Republik Indonesia. Dalam hal ini pun pengumuman dalam Surat Kabar oleh likuidator setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada likuidator, dimana pemberitahuan dan pengumuman tersebut merupakan tahap proses akhir pembubaran PT. Maka terhitung sejak pemberitahuan kepada Menteri dan pengumuman dalam Surat kabar tersebut, berakhirlah status badan hukum PT tersebut. 19 Suatu perusahaan yang bubar dan dilikuidasi, haruslah dibereskan oleh likuidatornya. Selama proses likuidasi tersebut, perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum yang biasanya dapat dilakukan, kecuali perbuatan hukum yang diperlakukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi, dengan menempatkan kata-kata dalam likuidasi di belakang nama perseroan tersebut. 20 Tindakan pemberesan ini dilakukan oleh likuidator sesuai dengan ketentuan Pasal 149 ayat (1) UUPT.Yang dibereskan oleh likuidator adalah harta kekayaan perseroan dalam likuidasi. 21 Pemberesan harta kekayaan perseroan dalam proses likuidasi, meliputi pelaksanaan: 1. Pencatatan dan Pengumpulan 22 Tindakan pencatatan dan pengumpulan berupa aktiva dan passiva perseroan terbatas. Aktiva perseroan berupa seluruh harta kekayaan perseroan terbatas, sedangkan passiva berupa segala hutang-hutang perseroan. Dengan melakukan pencatatan, likuidator dapat mengetahui berapa 19 Hasil Wawancara dengan likuidator O.K. Iskandar, pada tanggal 7 Oktober 2015 20 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 189 21 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal. 566 22 Pasal 149 ayat (1) huruf a UUPT

ANGELINE 10 perkiraan nilai seluruh harta kekayaan dan berapa jumlah seluruh hutang PT untuk dilakukan perbandingan sementara, setidaknya dapat diperkirakan apakah jumlah kekayaan PT cukup untuk membayar utangutangnya. 2. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi 23 Yang dimaksud dengan rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi menurut penjelasan Pasal 149 ayat (1) huruf b, termasuk rencana besarnya utang dan rencana pembayaran kepada kreditor. 3. Pembagian kepada Kreditor 24 Untuk dapat melakukan pembagian hasil penjualan aset-aset kepada kreditor atau yang berhak lainnya, maka harus diikuti sepenuhnya aturan main, baik yang bersifat analogi dari UU Kepailitan maupun yang tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan lainnya. 25 4. Pembayaran Sisa kekayaan Hasil Likuidasi kepada pemegang saham 26 Inti dari sebuah likuidasi PT adalah pembayaran kepada para kreditor, namun apabila kewajiban-kewajiban telah dilaksanakan seluruhnya dan masih ada sisa yang merupakan sisa likuidasi, maka sisa tersebut harus dikembalikan kepada pemegang saham, sebagai pemilik PT yang telah bubar, maka merekalah yang berhak menerimanya 27 5. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan 28 Menurut Penjelasan Pasal ini, yang dimaksud tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan, antara lain mengajukan permohonan pailit karena utang PT lebih besar daripada kekayaan PT. 29 Akibat hukum terhadap PT bubar yang proses likuidasinya belum selesai 23 Pasal 149 ayat (1) huruf b UUPT 24 Pasal 149 ayat (1) huruf c UUPT 25 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 193 26 Pasal 149 ayat (1) huruf d UUPT 27 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Djambatan, 2009), hal 314 28 Pasal 149 ayat (1) huruf e UUPT 29 M. Yahya Haraharp, Op.Cit, hal. 566

ANGELINE 11 ialah PT masih belum dapat bubar secara sah, eksistensi PT sebagai badan hukum masih ada. Oleh karena itu, PT masih PT masih terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dapat di gugat secara perdata maupun pailit, serta PT masih memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Pada dasarnya likuidator adalah orang yang memperoleh kewenangan untuk melakukan pengurusan terhadap boedel Perseroan dalam rangka pembubaran Perseroan. Apa yang dilakukan oleh likuidator sejatinya sama dengan apa yang dapat dilakukan oleh Direksi dalam keadaan Perseroan normal (tidak dalam rangka pembubaran). 30 Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas likuidasi perseroan yang dilaksanakan. Yang dimaksud dengan likuidator bertanggung jawab adalah likuidator harus memberikan laporan pertanggungjawaban atas likuidasi yang dilaksanakannnya. 31 Dengan kata lain, makna dan maksud likuidator bertanggung jawab adalah sebagai berikut: 1. Likuidator harus membuat dan menyampaikan laporan atas proses pelaksanaan likuidasi 2. Laporan tersebut memuat pertanggung jawaban atas likuidasi yang dilakukannya. Laporan pertanggungjawaban tersebut diatur dalam Pasal 152 ayat (1) dan (2), dimana pasal tersebut ditentukan kepada siapa laporan pertanggungjawaban diberikan dan disampaikan likuidator, yang terdiri atas: 1. Diberikan/disampaikan kepada RUPS 2. Diberikan kepada Pengadilan 30 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, (Salatiga: Griya Media, 2011), hal. 238 31 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia,(Bandung: PT Citra Aditya Bakti,2010), hal. 150

ANGELINE 12 3. Diberikan kepada Hakim Pengawas Setelah penyerahan laporan pertanggungjawaban likuidator diberikan kepada RUPS, Pengadilan Negeri atau Hakim Pengawas, berdasarkan Pasal 152 ayat (3) UUPT, RUPS dapat memberikan pelunasan dan pembebasan (acquit et decharge) yakni membebaskan (to set free) dan melepaskan (release and discharge) dari kewajiban atau pertanggungjawaban (realese and discharge from obligation or a liability). Dengan diterimanya laporan pertanggungjawaban likuidator oleh RUPS, Pengadilan Negeri atau Hakim Pengawas, maka selanjutnya dilaksanakan pemberitahuan dan pengumuman hasil akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 152 ayat (3) UUPT. Likuidator wajib memberitahukan hasil akhir likuidasi kepada Menteri. Berdasarkan pemberitahuan itu, Menteri: 1. wajib mencatat berakhirnya status badan hukum PT 2. menghapus nama PT tersebut dari Daftar Perseroan. 32 3. mengumumkan berakhirnya status badn hukum PT dalam Berita Negara Republik Indonesia. 33 Setelah itu, likuidator juga wajib mengumumkan proses hasil akhir likuidasi dalam Surat Kabar, tidak perlu diumumkan likuidator dalam Berita Negara Republik Indonesia, karena hal itu menjadi kewajiban Menteri untuk mengumkan berakhirnya status badan hukum PT dalam Berita Negara Republik Indonesia. Dalam hal ini pun pengumuman dalam Surat Kabar oleh likuidator setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada likuidator atau 32 Pasal 152 ayat 2 UUPT 33 Pasal 152 ayat 8 UUPT

ANGELINE 13 setelah Pengadilan Negeri menerima pertanggungjawaban likuidator. Selain tanggung jawab diatas, terdapat tanggung jawab lain dari likuidator. Mengingat Pasal 142 ayat (6) yang menegaskan bahwa tanggung jawab terhadap Direksi, mutatis mutandis berlaku terhadap likudiator, yaitu tanggung jawab likuidator atas kerugian yang timbul dari kesalahan atu kelalaian melaksanakan likuidasi, tunduk kepada ketentuan Pasal 97 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), yakni likuidator bertanggung jawab secara pribadi (personal liability) atas kerugian yang dialami PT, apabila terbukti bersalah (guilt or wrongful act) atau lalai (neglilent) melaksanakan likuidasi, kemudian likuidator bertanggung jawab secara tanggung renteng (jointly and severally liable) atas kerugian yang dialami PT karena kesalahan atau kelalaian yang dilakukan salah seorang likuidator apabila likuidator terdiri atas 2 (dua) orang atu lebih. IV. Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pembubaran perseroan terbatas harus dilakukan sesuai dengan prosedur hukum sebagaimana mestinya suatu perseroan terbatas didirikan. Pelaksanaan pembubaran perseroan terbatas dimulai dari adanya kesepakatan para pemegang saham untuk membubarkan PT yang telah didirikan yang kemudian akan dituangkan kedalam akta keputusan RUPS mengenai pembubaran PT. Pembubaran PT wajib diikuti dengan likuidasi (pemberesan) yang dilakukan oleh likuidator atau kurator dan perseroan terbatas tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam rangka likuidasi. Suatu perseroan terbatas baru akan berakhir dalam arti kehilangan status badan hukumnya apabila proses pemberesan (likuidasi) telah selesai dilakukan melalui adanya penyampaian laporan pertanggung jawaban berupa hasil akhir proses likuidasi kepada RUPS atau Pengadilan dan Menteri akan mencatat berakhirnya status badan hukum PT tersebut.

ANGELINE 14 2. Tindakan pemberesan dalam pembubaran perseroan terbatas dimulai dari pengumpulan dan pencatatan seluruh aset PT, aset PT berupa aktiva dan pasiva dalam wujud barang bergerak maupun tidak bergerak, kemudian akan ditentukan cara pembagian aset PT tersebut, setelah itu apabila terdapat hutang, maka akan dibayarkan kepada kreditor dan akhirnya apabila terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi, maka akan dibagikan kepada para pemegang saham. Semua tindakan itu dilakukan oleh likuidator. Tindakan pemberesan dalam rangka likuidasi memiliki jangka waktu tertentu sesuai dengan yang ditentukan dalam RUPS. Apabila pemberesan tidak selesai, maka PT masih tetap dalam keadaan berstatus hukum, hal ini mengakibatkan PT masih terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta PT masih memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Dengan demikian, sepanjang likuidator PT belum menyampaikan pemberitahuan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri, status badan hukum PT belum hilang, karena Menteri baru akan mencatat berakhirnya status badan hukum PT dan menghapus nama PT dari daftar perseroan, setelah likuidator memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar. 3. Tanggung jawab likuidator di mulai pada saat penggangkatan likuidator melalui keputusan RUPS. Likuidator memiliki tanggung jawab yang besar dari sejak pembubaran PT hingga PT status badan hukum PT berakhir. Apabila proses pemberesan atau likuidasi tidak selesai dilakukan atau tidak memenuhi seluruh proses likuidasi yang diaturdalam UUPT, maka yang bertanggung jawab adalah likuidator. Tindakan pemberitahuan hasil akhir proses likuidasi kepada Menteri merupakan salah satu tanggung jawab dari likuidator dalam pemberesan harta kekayaan PT. Tindakan tersebut merupakan tanggung jawab terakhir dari likuidator terhadap PT yang dilikuidasi karena RUPS akan memberikan pelunasan dan pembebasan (release and discharge) terhadap likuidator. Dengan demikian, setelah likuidator menyampaikan hasil akhir likuidasi kepada RUPS atau Pengadilan Negeri, dan RUPS atau Pengadilan Negeri menerimanya maka likuidator terbebas dari segala tanggung jawab.

ANGELINE 15 B. Saran 1. Dalam proses pembubaran PT, selain organ PT dan likuidator terdapat pula peran Notaris. Agar proses pembubaran PT tidak melenceng, maka sebaiknya notaris ikut berkontribusi dalam proses pembubaran PT bukan hanya membuat akta otentik namun juga memberikan penyuluhan hukum terhadap tata cara pembubaran PT yang sesuai dengan UUPT. Hal ini dilakukan supaya proses pembubaran PT tidak menyalahi peraturan yang ada sehingga PT benar-benar bubar dalam arti PT kehilangan status badan hukum. 2. Suatu proses pemberesan harta kekayaan PT yang dibubarkan biasanya dilaksanakan oleh likuidator. Dalam menjalankan proses pemberesan tersebut likuidator seharusnya lebih teliti agar terhindar dari kelalaian. Pengawasan terhadap likuidator juga seharusnya dilaksanakan secara ketat. 3. Sebagaimana yang diketahui likuidator menduduki tempat yang sentral dalam proses likudiasi perusahaan. Tugas-tugas yang dilakukan oleh likuidator sangat berat sehingga dibutuhkan pengalaman yang dalam, sebab likuidator akan menggantikan sekaligus peranan dari direksi, komisaris dan RUPS. Disamping itu, seperti juga tugas direksi, likuidator pun mempunyai tugas fiduciary duties kepada perusahaannya, sehingga likuidator akan merupakan semacam agen bagi perusahaannya. Karena itu, terutama bagi likuidasi perusahaan besar, sebaiknya ditunjuk sebagai likuidator adalah lawyer yang sudah berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang baik dalam bidang hukum bisnis. Apabila likuidator tidak melaksanakan tanggung jawab sebagaimana mestinya, maka harusnya likuidator mendapat sanksi secara pidana maupun perdata. V. Daftar Pustaka Budiyono, Tri, Hukum Perusahaan, Salatiga: Griya Media, 2011. Dewi Tuti Muryati, Bamband Sadono, Rati Diana, Implikasi Dan Konsekuensi Hukum Pembubaran Perseroan Terbatas Dalam Perspektif UU No. 40 Tahun 2007, Dinamika Sosial Budaya, Jurnal, 2012. Fuady, Munir, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

ANGELINE 16 Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,2010. Prasetya, Rudy, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995. Purba, Orinton, Petunjuk Praktis Bagi Rups, Komisaris, dan Direksi Perseroan Terbatas Agar Terhindar dari Jerat Hukum, Jakarta: Raih Asa Sukses. 2012. Sembiring, Sentosa, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, Bandung: CV. Nuansa Aulia. 2002. Sjawie, Hasbullah F. Direksi Perseroan Terbatas serta Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 2013. Supramono, Gatot, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Djambatan, 2009