HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Kentang Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman kentang sebanyak 19 52 ekor yang berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 1). Ordo Coleoptera meliputi famili Cicindelidae (kumbang harimau), Scarabaeidae (kumbang scarabid), dan Tenebrionidae (kumbang tenebrio). Ordo Dermaptera dari famili Carcinophoridae (cecopet), ordo Hymenoptera dari famili Formicidae (semut), ordo Orthoptera dari famili Gryllotalphidae (orong-orong), dan laba-laba ordo Araneae dari famili Salticidae. Tabel 1 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman kentang Artropoda terperangkap Jumlah (ekor) Proporsi (%) Coleoptera Cicindelidae 6.3 Scarabaeidae 5.3 Tenebrionidae 8.4 Dermaptera Carcinophoridae 17.9 Hymenoptera Formicidae 187.98 Orthoptera Gryllotalpidae 6.3 Araneae Salticidae 5.3 Collembola 18 818 98.87 Jumlah total 19 52 1 Secara keseluruhan artropoda yang memiliki kelimpahan populasi tertinggi adalah Collembola. Selain itu, Collembola memiliki proporsi yang paling besar dibanding artropoda permukaan tanah lainnya. Hal ini disebabkan oleh pemberian pupuk kandang dari kotoran ayam sebagai bahan organik pada lahan pertanaman yang dilakukan sebelum tanam. Penelitian yang dilakukan oleh Winasa (21)
13 menunjukkan bahwa pada pertanaman yang diberi bahan organik banyak ditemukan Collembola dan artropoda lain. Nasution (212) menyatakan bahwa kelimpahan Collembola pada pertanaman yang diberi bahan organik lebih tinggi dibandingkan pada pertanaman yang tidak diberi bahan organik. Artropoda lain yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah semut. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat semut yang merupakan serangga kosmopolit (Sembel 21) dan diduga berkaitan dengan ketersediaan sumber makanan pada pertanaman kentang. Dalam penelitian Winasa (21) menyatakan bahwa kelimpahan semut diperkirakan berhubungan dengan sumber makanan pada lahan yang diberi bahan organik. Collembola berperan sebagai dekomposer atau pengurai bahan organik di permukaan tanah (Borror et al. 1992). Keadaan tersebut menyediakan sumberdaya makanan yang lebih banyak bagi semut. Semut dapat berperan sebagai predator pada pertanaman. Hopkin (1997) mengemukakan bahwa Collembola merupakan salah satu mangsa alternatif artropoda predator tanah. Artropoda permukaan tanah lain yang berperan sebagai predator adalah laba-laba (Salticidae). Namun kelimpahan dan proporsi laba-laba Salticidae sangat rendah. Hal ini diduga karena penggunaan insektisida yang intensif pada pertanaman kentang. Menurut (Altieri dan Schmid 1986 dalam Tulung 1999) populasi laba-laba lebih banyak ditemukan pada vegetasi liar di pinggiran pertanaman dibandingkan pada petak pertanaman yang diberi perlakuan insektisida. Keragaman dan Proporsi Artropoda Permukaan Tanah pada Pertanaman Brokoli Artropoda permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman brokoli sebanyak 332 ekor. Artropoda yang tertangkap berasal dari ordo Coleoptera, Dermaptera, Hymenoptera, Orthoptera, Araneae, dan Collembola (Tabel 2). Ordo Coleoptera meliputi famili Cicindelidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae. Ordo Dermaptera dari famili Carcinophoridae, ordo Hymenoptera dari Formicidae, ordo Orthoptera famili Gryllotalphidae (orong-orong) dan Gryllidae (jangkrik), ordo Araneae dari famili Salticidae dan Lycosidae. Secara keseluruhan artropoda yang memiliki kelimpahan populasi dan proporsi tertinggi adalah Collembola. Hal ini diduga karena petani tidak terlalu intensif menggunakan insektisida pada pertanaman brokoli. Penyemprotan
14 insektisida pada pertanaman brokoli hanya dilakukan pada tanaman yang terserang, sedangkan pada tanaman yang tidak terserang tidak disemprotkan insektisida. Indrayati dan Wibowo (28) mengemukakan bahwa sistem pertanian dengan aplikasi insektisida berlebihan dapat menekan populasi Collembola. Selain Collembola, artropoda yang memiliki kelimpahan dan proporsi cukup tinggi adalah cecopet. Hal ini diduga karena kelimpahan populasi mangsanya yang tinggi termasuk Collembola. Greenslade et al. (2) menyatakan bahwa Collembola pada ekosistem pertanian merupakan pakan alternatif bagi berbagai artropoda predator. Selain itu, kondisi pertanaman brokoli yang banyak ditumbuhi gulma juga diduga mempengaruhi kelimpahan cecopet. Sembel (21) menyatakan bahwa gulma merupakan tumbuhan yang menjadi sumber makanan bagi mangsa predator dan tempat tinggal atau berlindung bagi predator. Gulma yang ditemukan pada pertanaman brokoli merupakan gulma golongan rumput (Axonopus sp.) dan golongan daun lebar (Ageratum sp., Amaranthus sp., dan Portulaca oleracea). Tabel 2 Keragaman dan proporsi artropoda permukaan tanah pada pertanaman brokoli Artropoda terperangkap Jumlah (ekor) Proporsi (%) Coleoptera Cicindelidae 2.61 Scarabaeidae 5.15 Tenebrionidae 11.33 Dermaptera Carcinophoridae 257 7.78 Hymenoptera Formicidae 35 1.6 Orthoptera Gryllidae 13.39 Gryllotalpidae 35 1.6 Araneae Lycosidae 21.64 Salticidae 8.24 Collembola 2897 87.73 Jumlah total 332 1
Jumlah artropoda (ekor/3lubang perangkap) 8 6 4 2 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Umur tanaman (MST) Formicidae Gryllotalpidae Salticidae Tenebrionidae Scarabaeidae Carcinophoridae Cicindelidae
Jumlah Collembola (ekor/3 lubang perangkap) 8 6 4 2 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Umur tanaman (MST)
Jumlah artropoda (ekor/3 lubang perangkap) 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 Cicindelidae Carcinophoridae Gryllidae Scarabaeidae Tenebrionidae Araneae Gryllotalphidae Formicidae Umur tanaman (MST) Jumlah Collembola (ekor/3 lubang perangkap) 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur tanaman (MST)
6 Curah hujan (mm) 4 2 Maret (4) April (1) April (2) April (3) April (4) Mei(1) (Mei (2) Mei (3) Mei(4) Bulan (minggu ke-)
19 pertanaman kentang lebih intesif dibandingkan pertanaman brokoli. Samway (1995) dalam Herlinda et al. (28) menyatakan bahwa semut merupakan salah satu spesies serangga yang relatif tahan terhadap insektisida. Gryllotalphidae sebagai Hama Kentang Dari hasil tangkapan lubang perangkap pada pertanaman kentang maupun brokoli ditemukan artropoda famili Gryllotalphidae (Tabel 1 dan 2). Berdasarkan hasil pengamatan pada saat panen terbukti bahwa serangga Gryllotalpha sp. ini banyak menimbulkan kerusakan pada umbi kentang. Akibat serangannya umbi kentang berlubang tidak beraturan kemudian membusuk (Gambar 6). Hasil pengamatan terhadap 5 rumpun tanaman contoh pada saat panen tingkat kerusakan umbi kentang akibat terserang orong-orong (Gryllotalpha sp.) mencapai 2% (Tabel 3). Tabel 3 Tingkat kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong Pengamatan pada 5 rumpun contoh Jumlah umbi/intensitas serangan Jumlah umbi yang diamati 345 Jumlah umbi terserang 71 Intensitas serangan (%) 2 Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani ternyata orong-orong merupakan salah satu hama penting pada tanaman kentang. Menurut Nana (Juni 212, komunikasi pribadi) serangan orong-orong jika tidak dikendalikan dapat menurunkan hasil panen sebanyak 5%, sedangkan menurut Mastur (Februari 212, komunikasi pribadi) hama ini dapat menurunkan produksi antara 5 sampai 7%. Di dalam penenlitian Suryaningsih (28) menunjukkan bahwa kerusakan umbi kentang akibat serangan orong-orong menyebabkan penurunan bobot umbi. Pengendalian orong-orong yang dilakukan petani selama ini adalah secara mekanik dengan membunuh langsung orong-orong yang terlihat dan secara kimiawi menggunakan insektisida karbofuran pada saat tanam.
a b