BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator dalam menggambarkan derajad kesehatan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

MANFAAT ASI BAGI BAYI

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar seringkali berwarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara Mencuci Tangan yang Benar

PROSES KELAHIRAN DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR YANG KAMI INGINKAN

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

INFORMASI SEPUTAR KESEHATAN BAYI BARU LAHIR

Melindungi kesehatan ibu :

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,

melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu ibu). Inisiasi menyusu dini sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif dan lama menyusui. Dengan demikian kebutuhan bayi akan terpenuhi hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi (Depkes RI, 2008). Bayi memulai inisiasi menyusu dini dengan menyentuh dan memijat payudara ibu. Sentuhan lembut tangan bayi pertama kali di atas payudara ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang berguna untuk produksi air susu ibu serta menimbulkan kasih sayang antara ibu dan bayi. Kemudian dilanjutkan dengan penciuman, kuluman dan jilatan lidah bayi pada puting susu ibu, sehingga akhirnya bayi akan menyusu (Inayati, 2009). Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Menyusu pada 1 jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan secara global. Ini merupakan hal baru di Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas (Depkes RI, 2008).

2.1.1. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Sudah tidak diragukan lagi bahwa inisiasi menyusu dini (IMD) sangat penting bagi ibu dan bayi. Ada 2 hal yang sangat bermanfaat jika bayi berhasil melakukan IMD, yaitu: 1. Kontak kulit antara ibu dan bayi Menurut Roesli (2008) ada beberapa manfaat yang didapatkan oleh ibu dan bayi saat terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi ketika melakukan inisiasi menyusu dini, yaitu: a. Bagi ibu - Dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang sangat berguna untuk (1) Membantu kontraksi uterus sehingga resiko perdarahan pasca persalinan lebih rendah, (2) Merangsang pengeluaran kolostrum, (3) Menciptakan keeratan hubungan antara ibu dan bayi, (4) Mengurangi rasa nyeri pada saat proses pengeluaran plasenta dan berbagai prosedur pasca persalinan lainnya, (5) Memberikan efek tenang pada ibu. - Merangsang produksi hormon prolaktin yang sangat berguna untuk (1) Meningkatkan produksi ASI, (2) Membantu ibu dalam mengatasi stress, (3) Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu, (4) Menunda terjadinya ovulasi. b. Bagi bayi - Mengoptimalkan keadaan hormonal bayi. - Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan.

- Menstabilkan pernafasan. - Mengendalikan temperatur tubuh bayi. - Memperbaiki pola tidur bayi menjadi lebih baik. - Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif. - Meningkatkan kenaikan berat badan bayi (kembali pada berat badan lahir menjadi lebih cepat). - Meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi - Tidak terlalu banyak menangis selama 1 jam pertama. - Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi. - Billirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir. - Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya. 2. Bayi menyusu dini segera setelah lahir Bayi yang berhasil menyusu dini segera setelah lahir memberikan banyak manfaat bagi ibu dan bayi, diantaranya adalah (Ambarwati dan Wulandari, 2009): a. Bagi ibu - Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. - Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. - Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

b. Bagi bayi - Merupakan makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. - Memberikan kekebalan pasif pada bayi. - Meningkatan kecerdasan anak. - Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan menghisap, menelan dan bernafas. - Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi. - Mencegah kehilangan panas (hypothermia). - Merangsang pengeluaran kolostrum. Tahap-tahap Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah (Depkes RI, 2008): 1. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa melalui ASI kepada bayi yang nantinya akan menyusu selama proses inisiasi menyusu dini. 2. Para petugas kesehatan yang membantu ibu menjalani proses melahirkan, akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. 3. Setelah lahir bayi dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix (kulit putih). 4. Kemudian bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian jika perlu ibu dan bayi diselimuti.

5. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya. 6. Saat bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, ibu perlu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi. 7. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kontak kulit atau bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu dini selesai. 8. Setelah selesai menyusu dini, selanjutnya bayi dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata. 9. Selanjutnya ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja bayi menginginkannya. Menurut Saleha (2009) jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya 1 (satu) jam, semua bayi akan melalui 5 (lima) tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia berhasil menyusui, yaitu: 1. Dalam 30 menit pertama stadium istirahat atau diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman

2. Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum, mencium dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. 3. Bayi mengeluarkan air liur, saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya. 4. Bayi akan bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil. 5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik. 2.1.3. Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Caesar Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun jika diberikan anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu dalam kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat (Roesli, 2008).

Menurut Roesli (2008), tata laksana kegiatan inisiasi menyusu dini pada persalinan caesar adalah: 1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif 2. Jika mungkin suhu ruangan sekitar 20-25 derajat. Mnyediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Kemudian menyediakan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi. 3. Tata laksana selanjutnya sama seperti tata laksana umum. 4. Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus dipindahkan sebelum 1 jam, maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan ibu atau kamar pulih. 2.1.4. Mitos-Mitos Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Mitos adalah sesuatu yang dipercaya oleh masyarakat, tetapi belum tentu mengandung nilai kebenaran. Mitos biasanya tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, sedangkan fakta adalah ilmiah. Karena mitos biasanya sudah ada sejak lama maka harus dikikis secara perlahan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Berikut ini adalah berbagai mitos seputar inisiasi menyusu dini yang seringkali menyesatkan dan membuat masyarakat enggan atau tidak mendapat kesempatan menyusui bayinya yang baru lahir sesegera mungkin (Depkes RI,2008): 1. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk dapat menyusui, padahal faktanya ibu yang baru melahirkan mampu menyusui bayinya segera, kecuali dalam situasi darurat. Memeluk dan menyusui bayi dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah ibu setelah melahirkan.

2. Bayi baru lahir tidak dapat menyusu sendiri, padahal faktanya bayi memiliki naluri yang cukup kuat untuk mencari puting ibunya selama satu jam setelah lahir. Jika tidak segera menyusu, naluri ini akan terganggu sehingga akan muncul masalah dalam menyusu. Naluri bayi ini baru akan muncul kembali kurang lebih setelah 40 jam kemudian. 3. ASI belum keluar pada hari-hari pertama melahirkan, faktanya adalah kolostrum (ASI pertama) akan keluar langsung setelah kelahiran meskipun tidak terasa. Jumlahnya sedikit tetapi sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Pada saat ASI belum banyak tersedia, posisi perlekatan bayi harus tepat agar bayi dapat mengeluarkan dan meminum ASI dari payudara ibunya, karena jika perlekatan tidak tepat, bayi tidak dapat meminum kolostrum yang dihasilkan oleh ibunya. 4. Tidak ada gunanya menyusui bayi sejak awal kelahirannya, padahal faktanya kolostrum adalah cairan yang kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi. Dengan menekan segera setelah lahir, bayi akan mendapat manfaat kolostrum. Selain itu bayi yang menyusu langsung akan merangsang ASI cepat keluar. 5. Bayi harus dibungkus dan dihangatkan di bawah lampu selama dua jam setelah lahir, faktanya adalah bahwa kehangatan bayi diperoleh melalui kontak kulit bayi dengan kulit ibu, karena kehangatan tubuh ibu dapat menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Kontak kulit bayi dengan kulit ibu membuat ASI semakin cepat keluar.

6. ASI pertama/kolostrum sangat sedikit, sehingga bayi lapar dan menangis, fakta yang sebenarnya adalah ASI pertama memang sedikit, tetapi sebenarnya cukup untuk memenuhi perut bayi baru lahir yang hanya dapat diisi sebanyak 4 sendok teh. Bayi yang menangis belum tentu karena lapar, tetapi masih banyak hal lain yang menyebabkan bayi menangis. 7. Bayi menangis pasti karena lapar, faktanya adalah bayi menangis bisa disebabkan karena merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, merasa sakit, dan sebagainya. Oleh sebab itu, bayi harus diletakkan dekat ibunya dalam satu jam pertama, agar bayi merasa aman, nyaman dan tenang. 8. Bayi menangis karena lapar sehingga perlu diberi makanan atau minuman lain, padahal faktanya adalah bayi harus disusui sesering mungkin. Semakin sering ibu menyusui bayinya, maka akan semakin memperlancar produksi ASI sehingga dapat memenuhi kebutuhan bayi dan bayi tidak akan lapar. Makanan dan minuman selain ASI hanya akan membahayakan kesehatan perncernaan bayi, karena pencernaan bayi belum siap untuk menerima dan mengolahnya. 9. Kolostrum atau ASI pertama adalah susu basi atau kotor, faktanya adalah bahwa warna kuning kolostrum merupakan tanda-tanda kandungan protein dalam ASI, bukan berarti kotor atau basi. Selain protein, kolostrum juga kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus diberikan kepada bayi baru lahir. 10. ASI yang penting hanyalah cairan yang berwarna putih saja, padahal faktanya kolostrum (berwarna kekuningan/tidak berwarna) merupakan ASI yang paling penting dalam memberikan kekebalan pada bayi.

11. Bayi kedinginan sehingga perlu dibungkus atau dibedong, faktanya adalah bayi baru lahir memang mudah kedinginan, tetapi untuk memberi kehangatan pada bayi bukanlah dengan cara dibungkus, tetapi cukup dengan memberi pelukan. Kulit ibu harus langsung kontak dengan kulit bayi, dan agar panas tidak keluar dari kepala, bayi diberi topi, kemudian ibu dan bayi diselimuti. Bedong bayi yang terlalu ketat akan membuatnya lebih kedinginan dan dapat meningkatkan resiko pneumonia serta infeksi saluran pernafasan akut lainnya akibat paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna ketika ia bernafas. 12. Kurang tersedianya tenaga kesehatan sehingga bayi tidak dapat dibiarkan menyusu dini sendiri, padahal faktanya suami atau anggota keluarga ibu dapat membantu mengawasi bayi selama proses inisiasi menyusu dini. 13. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk sehingga bayi perlu segera dipisahkan dari ibunya, faktanya adalah meskipun kamar bersalin atau kamar operasi sedang sibuk, ibu tetap dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini dengan bantuan suami atau anggota keluarga ibu bersalin. 14. Ibu harus dijahit sehingga bayi harus segera dipisahkan dari ibunya, faktanya adalah meskipun ibu yang melahirkan dengan operasi caesar sedang dijahit, ibu tetap dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini. 15. Bayi perlu diberi suntikan vitamin K dan tetes mata segera setelah lahir, faktanya memang benar, tapi dapat ditunda selama 1 jam hingga bayi selesai melakukan inisiasi menyusu dini.

16. Bayi harus segera dimandikan setelah lahir, faktanya adalah bayi dibersihkan seperlunya saja. Memandikan bayi sebaiknya ditunda hingga 6 jam kemudian agar bayi tidak kedinginan. 17. Bayi harus segera ditimbang dan diukur setelah lahir, faktanya adalah jika ditunda 1 (satu) jam tidak akan mengubah berat dan tinggi badan bayi. 18. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya memberi kesempatan inisiasi menyusu dini bagi bayi yang lahir dengan operasi Caesar. Kemungkinan hal tersebut benar, tetapi orang tua wajib memenuhi hak bayi. Orangtua dapat meminta tenaga kesehatan untuk menerapkan inisiasi menyusu dini pada bayinya dengan memberikan penjelasan yang tepat. 19. Ibu belum bisa duduk atau tidur miring untuk memberi ASI kepada bayi, tetapi faktanya, ketika ibu berbaring, bayi dapat menyusu dengan cara tengkurap di dada ibu. 2.1.5. Peran IMD terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Untuk bayi hingga usia 6 (enam bulan), ASI sudah mencukupi kebutuhan karbohydrat, lemak, protein, vitamin dan antibody yang tidak dimiliki susu formula merk apapun (Rusmawaty, 2008). ASI dapat mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dari ASI mencakup hampir 200

unsur zat makanan. Unsur ini mencakup hydrat arang, lemak, protein, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang proporsional (Purwanti, 2004). Inisiasi menyusu dini dalam menit pertama sampai satu jam pertama kehidupannya yang dimulai dengan kontak kulit, akan membantu ibu dan bayi dalam proses menyusui secara optimal. Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusu secara eksklusif 2-8 kali lebih besar. Sedangkan menunda permulaan menyusu lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran menyusu. Di samping itu ASI yang keluar dalam 24-48 jam pertama mengandung kolostrum yang kaya akan sel aktif imunitas, antibody dan protein protektif lain untuk kekebalan tubuh. Karena itu WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum dan diberi ASI eksklusif selama enam bulan untuk menjamin kecukupan zat gizi ( Roesli, 2008). Kolostrum merupakan makanan terbaik untuk bayi. Kolostrum merupakan cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada trimester ketiga kehamilan. Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah persalinan, jumlah kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI biasa/matur sekitar 3-14 hari. Dibandingkan ASI matur, kolostrum mengandung laktosa, lemak dan vitamin yang larut dalam air lebih rendah, tetapi memiliki kandungan protein, mineral dan vitamin larut yang dalam lemak dan beberapa mineral yang lebih tinggi. Kolostrum juga merupakan pencahar yang berguna untuk mengeluarkan mekonium dari usus bayi dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (6x30 hari). Hanya ASI satu-satunya makanan dan minuman yang diperlukan seorang bayi dalam masa enam bulan pertama, tidak makanan atau minuman lain termasuk air putih, yang diperlukan pada masa periode ini (Depkes RI, 2008). Pemberian cairan tambahan akan meningkatkan resiko terkena penyakit. Pemberian cairan dan makanan dapat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama jika berada pada lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. Waktu 6 bulan yang direkomendasikan oleh WHO untuk memberikan ASI eksklusif bukannya tanpa alasan. Para ahli menyatakan bahwa manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Pedoman Internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti dunia tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan bayi. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI ekslusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang umumnya menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru-paru serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kehamilan (Yuliarti.N. 2009). 2.2. Konsep Perilaku 2.2.1. Pengertian Perilaku Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara, bereaksi dan lain-lain, bahkan kegiatan internal

sendiri seperti berpikir, persepsi dan emosi. Dapat juga dikatakan bahwa perilaku itu adalah aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor keturunan yang merupakan modal dasar dalam perkembangan perilaku, dan faktor lingkungan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003). 2.2.2. Domain perilaku Menurut Bloom (1908), perilaku dibagi menjadi 3 (tiga) ranah/kawasan yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tingkah laku). (Notoatmodjo, 2003). 1. Pengetahuan (knowlodge) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour), (Notoatmodjo, 2003) Pengetahuan akan menumbuhkan kesadaran dan sikap positif dengan sendirinya, suatu contoh bidan yang telah dibekali dengan pelatihan tentang praktek inisiasi menyusu dini akan lebih termotivasi melaksanakan praktik IMD, daripada bidan yang belum mendapatkan pelatihan sama sekali. 2. Sikap (attitude) Sikap adalah merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang berbeda. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek ( Notoatmodjo, 2003). Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) sikap itu dibentuk oleh 3 (tiga) komponen pokok, yaitu: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. 3. Tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour). Setelah seseorang mendapat stimulus kemudian memberikan penilaian atau pendapat

terhadap apa yang diketahui, selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui dan disikapinya (dinilai baik). Tingkat-tingkat tindakan/praktek, meliputi (Notoatmodjo, 2003): 1. Persepsi (perseption). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama 2. Respon Terpimpin (guided respons). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. 3. Mekanisme (mechanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau jika sesuatu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dapat dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. 2.3. Bidan praktek swasta Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kwalifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Bidan harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasihat yang dibutuhkan oleh wanita selama hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin

persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis, serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tetapi juga keluarga dan komunitas. Bidan bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan, atau tempat-tempat pelayanan lainnya (Hidayat & Mufdlifah, 2008). Bidan praktek swasta (BPS) adalah satu wahana pelaksanaan praktek seorang bidan di masyarakat. Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta) merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Dalam memberikan pelayanan kebidanan seorang bidan harus sesuai dengan kewenangannya. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktek sehingga bidan melaksanakan tugasnya dengan baik (Meilani, 2009). Penyebaran dan pendistribusian bidan yang melaksanakan praktek perlu pengaturan agar terdapat pemerataan akses pelayanan yang sedekat mungkin dengan masyarakat yang membutuhkannya. Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif bidan dalam memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi bidan di tengah masyarakat semakin memperoleh

kepercayaan, pengakuan dan penghargaan. Untuk itu bidan dituntut untuk selalu meningkatkan kwalitas pelayanan (Meilani, 2009). Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bidan harus sesuai dengan standard praktek kebidanan. Standard praktek kebidanan mengacu pada kerangka kerja yang telah ditetapkan (Meilani, 2009) yang meliputi: (1) KEPMENKES No 369/Menkes/SK/III/2007, (2) KEPMENKES RI No 900/MENKES/SK/II/2002, (3) Standard pelayanan kebidanan, (4) Kode etik profesi bidan. 2.4. Peran Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Bidan sebagai salah satu tenaga praktisi dalam pertolongan persalinan mempunyai peranan yang sangat besar dalam keberhasilan praktek inisiasi menyusu dini (IMD). Hal ini didukung oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang menetapkan standarisasi pelayanan pertolongan persalinan yaitu melaksanakan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif. Anggota IBI tidak boleh mempromosikan susu formula untuk bayi usia kurang dari 6 bulan. Di tempat praktek tidak boleh ada gambar promosi maupun kaleng susu formula. Karena dengan inisiasi menyusu dini diharapkan angka kematian bayi akibat penyakit infeksi jauh berkurang, angka bayi kurang gizi juga berkurang, dan lahirlah generasi yang tumbuh sehat dan cerdas (Anonim, 2007). Peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini meliputi (Linkages, 2007): 1. Sebelum persalinan (tahap persiapan dan informasi) a. Memberikan informasi kepada ibu yang akan bersalin dan keluarga tentang penatalaksanaan inisiasi menyusu dini.

b. Mengkaji kebersihan diri ibu yang akan bersalin. Bila perlu menganjurkan ibu untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu. c. Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanaan inisiasi menyusu dini yaitu 3 buah kain pernel yang lembut dan kering serta sebuah topi yang kering. d. Menganjurkan agar ibu mendapat dukungan dan pendampingan selama proses persalinan dari suami atau keluarga. e. Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam menghadapi proses persalinan. f. Memberikan suasana yang layak dan nyaman untuk persalinan. g. Mempersiapkan ibu dengan mengurangi rasa nyeri persalinan dengan mobilisasi dan relaksasi. h. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk melahirkan. 2. Proses persalinan (tahap pelaksanaan) a. Membuka pakaian ibu di bagian perut dan dada. b. Meletakkan kain pernel yang lembut dan kering di atas perut ibu. c. Setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas perut ibu. d. Keringkan bayi dari kepala hingga kaki dengan kain lembut dan kering (kecuali kedua tangannya, karena bau ketuban yang menempel pada tangan bayi akan memandu bayi untuk menemukan payudara ibu). e. Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan tali pusat. f. Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di dada ibu tanpa dibatasi alat.

g. Menutupi tubuh ibu dan bayi dengan selimut agar bayi tidak kedinginan, kemudian jika perlu memakaikan topi di kepala bayi. h. Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada punggung bayi. i. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu dan bayi. j. Memberikan dukungan secara sabar dan tidak tergesa-gesa kepada ibu. k. Membantu menunjukkan pada ibu perilaku pre-feeding (menyusu awal) yang positif yaitu istirahat dalam keadaan siaga, memasukkan tangan ke mulut, menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak ke arah payudara dengan kaki menekan perut, menjilat-jilat kulit ibu, menghentakkan kepala, menoleh ke kanan dan ke kiri, menyentuh puting susu ibu dengan tangannya, menemukan puting susu, menghisap dan mulai meminum air susu ibu. l. Membiarkan bayi menyusu awal/dini sampai bayi selesai menyusu pada ibunya dan selama ibu menginginkannya. m. Bidan melanjutkan asuhan persalinan. 2.5. Kerangka konsep Pendekatan teori yang digunakan dalam meneliti perilaku bidan praktek swasta dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah teori Bloom (1908) yang membagi perilaku dalam 3 kawasan yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tingkah laku). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan sangat berperan dalam menentukan sikap seseorang. Sikap (atittude) merupakan kecenderungan untuk berespons baik secara positif ataupun negatif

terhadap orang, objek ataupun situasi tertentu. Suatu sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dari konsep di atas dapat kita lihat bahwa terbentuknya suatu perilaku baru dimulai dari domain kognitif, subjek tahu terlebih dahulu tentang stimulus/objek tertentu, kemudian menimbulkan pengetahuan baru dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respons yang lebih jauh lagi yaitu tindakan. Begitu juga halnya dengan bidan praktek swasta, pengetahuan mereka tentang inisiasi menyusu dini akan mempengaruhi sikap mereka terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini tersebut. Kemudian pengetahuan yang optimal dan sikap yang positif akan mempengaruhi tindakan bidan dalam melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pengetahuan bidan praktek swasta Tindakan Pelaksanaan IMD Sikap bidan praktek swasta Gambar 2.1. Kerangka konsep Keterangan: Penelitian ini tidak bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel pengetahuan, sikap dan tindakan bidan praktek swasta dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini, tetapi hanya mencari gambaran tentang bagaimana pengetahuan, sikap

dan tindakan bidan praktek swasta dalam pelaksanaan program inisiasi menyusu dini di Kota Medan tahun 2010.