I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. dijumpai didaerah Indonesia terutama di daerah Sumatera Barat. Produksi kakao

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

I. PENDAHULUAN. berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari 10%-15% dari berat badan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

I. PENDAHULUAN. ruminansia adalah ketersedian pakan yang kontiniu dan berkualitas. Saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA

TOTAL PRODUKSI GAS, NILAI ph DAN POPULASI PROTOZOA LIMBAH SAWIT SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan komoditi yang sangat penting bagi ternak. Zat- zat

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

I. PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari sekitar 10% dari berat badan (Sirait,et al., 2005). Hijauan merupakan bahan utama dalam ransum sapi, yaitu 74-90% baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering (Susetyo, 1980). Salah satu sumber hijauan yang banyak digunakan oleh peternak adalah rumput lapangan. Tingginya ketersediaan dan mudahnya didapatkan menjadikan rumput lapangan sebagai pakan utama bagi peternak. Rumput lapangan merupakan campuran dari berbagai jenis rumput lokal yang tumbuh secara alami. Rumput ini banyak terdapat di sekitar sawah atau ladang, tepi jalan dan semak-semak. Rumput ini tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak (Aboenawan, 1991). Bagaimana ketersediaannya sekarang hijauan pakan ternak semakin berkurang dan pemanfaatan lahan untuk tujuan padang pengembalaan ternak semakin tersisih oleh pemanfaatan lahan pertanian, perkebunan, maupun untuk keperluan non-pertanian. Sebagai konsekuensinya, sumber penyediaan pakan hijauan (khususnya untuk ruminansia) menjadi terbatas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka harus diupayakan mencari sumber pakan lain yang dapat digunakan sebagai pakan ternak pengganti yang nilai gizinya sama, harganya murah, tidak bersaing dengan manusia, mudah didapat dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap ternak.

Salah satu sumber bahan pakan pengganti yaitu memanfaatkan sisa panen pertanian. Umumnya nilai gizi sisa panen pertanian sangat rendah, terutama dari segi kandungan protein. Selain itu sisa panen pertanian mengandung serat kasar tinggi sehingga nilai kecernaannya rendah (Landecker, 1996). Salah satu bahan yang bisa dimanfaaatkan dan harganya murah yaitu sisa panen bengkuang (daun, batang dan ranting). Disamping itu, sisa panen bengkuang merupakan limbah pertanian yang sudah tidak digunakan lagi dan hanya akan terbuang percuma, sehingga ketersediaannya cukup banyak. Produksi bengkuang di Sumatera Barat pada tahun 2013 adalah 873 ton (BPS, 2014), sedangkan perbandingan antara sisa panen bengkuang dan umbi bengkuang diperkirakan 1:7 (Nuraini, et al, 1999) sehingga diperkirakan produksi sisa panen bengkuang pada tahun 2013 adalah 124,71 ton. Sisa panen bengkuang mengandung serat kasar yang cukup tinggi yaitu 38,95 % dan kandungan zat-zat makanan yang lainnya adalah lemak kasar 1,55 %, protein kasar 11,7%, abu 8,59% BK 86,87%, dan BETN 52,53% (Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ruminansia Fakultas Peternakan Universitas Andalas, 2017). Ruminansia dapat memanfaatkan serat kasar sebagai sumber energi. Hal ini dikarenakan ternak ruminansia memiliki mikroba rumen yang dapat membantu proses fermentasi serat. Serat kasar sebagian besar diperoleh dari hijauan. Oleh karena itu, hijauan berkualitas dibutuhkan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak.

Keberadaan mikroba rumen sangat penting diperhatikan karena berperan dalam proses pencernaan terutama dalam mencerna pakan berserat tinggi (hijauan) yang merupakan pakan dasar ternak ruminansia. Sehingga pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen perlu ditingkatkan untuk menunjang produktivitas ternak ruminansia. Kecernaan adalah nutrien dari konsumsi pakan yang tidak diekskresikan ke dalam feses, selisih antara nutrien yang di konsumsi dengan yang diekskresikan dengan feses merupakan jumlah nutrien yang dapat dicerna. Jadi kecernaan merupakan pencerminan dari kemampuan suatu bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan memberikan arti seberapa besar bahan pakan itu mengandung nutrien dalam bentuk yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan (Anitasari,2010) Untuk mengetahui tingkat kecernaan (bahan kering, bahan organik, protein kasar) ransum pada ternak ruminansia, maka dilakukan evaluasi kecernaan pakan secara in-vitro. Kecernaan in-vitro penting untuk menentukan degradabilitas dan kecernaan ransum secara biologis. Nilai kecernaan pakan ini sangat penting karena nilai kecernaan adalah tanda awal ketersediaan nutrien dalam bahan pakan ternak tertentu. Kecernaan yang tinggi menunjukkan besarnya nutrien yang disalurkan pada ternak sedangkan kecernaan yang rendah menunjukkan bahan pakan tersebut belum bisa memberikan nutrien bagi ternak baik untuk hidup pokok ataupun untuk produksi. Kecernaan dapat dinyatakan dalam bentuk bahan kering dan bahan organik sehingga dalam persentase dapat disebut koefisien cerna (Jovitry, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Sisa Panen Bengkuang (Pachyrhizus erosus) dalam Ransum Ternak Ruminansia Terhadap Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik Dan Protein Kasar secara In-Vitro. 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah sisa panen bengkuang dapat digunakan sebagai pakan alternatif pengganti rumput lapangan dalam ransum ternak ruminansia. 2. Sampai berapa persen sisa panen bengkuang dapat digunakan sebagai pengganti rumput lapangan dalam ransum yang ditinjau dari kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein kasar. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan persentase penggunaan sisa panen bengkuang sebagai pengganti rumput lapangan dalam ransum berdasarkan kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein kasar secara in-vitro. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal bagi peternak bahwa sisa panen tanaman bengkuang dapat digunakan sebagai pakan serat alternatif pengganti rumput lapangan untuk ternak ruminansia. 1.5 Hipotesis Penelitian Penggunaan sisa panen tanaman bengkuang sampai 30 % sebagaai pengganti rumput lapangan dapat mempertahankan kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein kasar secara in-vitro.