perkawinan tentang batas waktu pemberian nafkah anak pasca perceraian tersebut adalah berkaitan dengan kewajiban seorang ayah dalam hal biaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. A. Persamaan antara Ketentuan Batas Usia Anak Dalam Hak H{ad}a>nah Pasca

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA DENGAN PROSES PERDAMAIAN DI MAHKAMAH SYARI AH KUCHING SARAWAK MALAYSIA

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat. Dari keluarga yang. perkawinan yang sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Perkara Cerai Gugat Nomor: 1379/Pdt.G/2012/PA.Mlg.

Pertama, batas kepatutan untuk suami yang melakukan masa berkabung

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH)

PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN

Seksi Kemasjidan. Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari ah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau

fuqaha> yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu wajar mempengaruhi

IMAM / BILAL BERTUGAS USTAZ MUHAMMAD FAUZEE BIN MOHAMED USTAZ HASNIZATUL AZRI BIN ZAINUDIN MUAZZIN/BILAL KHATIB /IMAM

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENOLAKAN PETUGAS KUA ATAS WALI NIKAH MEMPELAI HASIL HUBUNGAN DI LUAR NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB IV USIA PERKAWINAN OLEH BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

UNDANG-UNDANG KECIL KOPERASI PKNS 2013

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya.

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

BAB IV LAPORAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari wawancara yang sebelumnya direncanakan dilakukan kepada enam

BAB IV. A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum yang Digunakan oleh Majlis Hakim dalam H{Ad{A>Nah Anak kepada Ayah karena Ibu Wanita Karir.

BAB I PENDAHULUAN. banyak laki-laki dan perempuan untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat.

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima 1. Informasi adalah

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

PEMBINAAN MENTAL GENERASI MUDA MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN AHLI MEDIS TENTANG USIA PERKAWINAN MENURUT PASAL 7 AYAT 1&2 UU NO. 1 TAHUN 1974

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

BAB III DATA PENELITIAN TENTANG PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR 340/PDT.G/2010. A. Keberadaan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak

Pasukan Sukarelawan Malaysia 1 D.R. 21/2012 RANG UNDANG-UNDANG PASUKAN SUKARELAWAN MALAYSIA 2012

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengikuti perkembangan fashion. Fashion dianggap dapat membawa

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB I PENDAHULUAN. berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata. penguasaan anak-anak, Pengadilan memberikan keputusannya.

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BAB II BATAS USIA ANAK DALAM HAK H{AD{A<NAH PASCA PERCERIAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB II. atau lebih tepat dikatakan memelihara dan mendidik anaknya. 2. mengasuh atau menggendong anaknya yang masih kecil sering menyusui

P U T U S A N. Nomor 0006/Pdt.G/2016/PTA.Plk DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

P U T U S A N Nomor : 051/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

P U T U S A N Nomor 0009/Pdt.G/2015/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

Transkripsi:

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN BATAS WAKTU PEMBERIAN NAFKAH ANAK PASCA PERCERAIAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN ORDINAN 43 KELUARGA ISLAM NEGERI SARAWAK TAHUN 2001 A. Persamaan antara Ketentuan Batas Waktu Pemberian Nafkah Anak Pasca Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam dan Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri Sarawak Tahun 2001 Faktor persamaan yang terdapat di dalam kedua undang-undang perkawinan tentang batas waktu pemberian nafkah anak pasca perceraian tersebut adalah berkaitan dengan kewajiban seorang ayah dalam hal biaya nafkah anak, seperti mana terdapat di dalam pasal 156 (d) Kompilasi Hukum Islam bahwa Semua biaya h}ad}a>nah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya dan seksyen 72 (1) (Ordinan) mengatakan adalah menjadi kewajiban seseorang laki-laki untuk menanggung nafkah anaknya, sama ada anak itu berada dalam jagaannya atau dalam jagaan orang lain dan menyediakan tempat tinggal, pakaian, makanan, perobatan dan pendidikan sesuai taraf kemampuannya. Dalam hal terjadinya perceraian, tentunya sangat urgen untuk diperhatikan adalah persoalan biaya nafkah anak. Biaya nafkah anak ini menyangkut semua hajat hidup dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, biaya pendidikan dan lain sebagainya. Menurut penulis ketentuan pasal 156 (d) Kompilasi Hukum 62

63 Islam dan seksyen 71 (2) (Ordinan) tentang biaya pemeliharaan anak tetap menjadi menjadi tanggung jawab ayahnya adalah merupakan ketentuan yang tepat. Alasannya karena kewajiban memberi nafkah berada di pundak pria. Adapun dasar hukumnya mengikuti umum perintah Allah untuk membiayai anak dan istri dalam firman Allah pada surat al-baq>arah (2) ayat 233: و ع ل ى ٱل م و ل ود ل ه ۥ ر ز ق ه ن و ك س و ت ه ن ب ٱل م ع ر وف Artinya: Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. 1 Tidak ada satu ketentuan pun dalam hukum Islam yang mewajibkan istri atau seorang wanita mencari nafkah untuk suaminya. Tetapi para imam hanya mewajibkan pada suami memberi nafkah, meskipun demikian sudah sewajarnya seorang ayah memberi biaya pemeliharaan untuk anaknya meskipun sudah bercerai. Sebab seorang istri bisa menjadi istilah mantan, namun seorang anak adalah tetap anak. Tidak ada kata mantan anak saya. Oleh karena itu pasal 156 (d) dan 71 (1) (Ordinan) sesuai dengan hukum Islam dan sesuai pula dengan hak dan kewajiban seorang ayah pada anaknya. Oleh yang demikian, ketentuan-ketentuan di dalam Undang-undang Keluarga Islam memberi kuasa yang bersesuaian dengan maslahat hidup masyarakat masa kini. Ini semua karena bagi memastikan keperluan anakanak tidak tidak diabaikan sehingga orang yang telah dipertanggung jawabkan boleh dikenakan tindakan jika terbukti dia telah ingkar dalam 1 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahan, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media), 37.

64 menunaikan tanggung jawabnya. Justru itu, kebajikan serta kepentingan anak-anak menjadi fokus utama dalam ketentuan-ketentuan tersebut agar hak anak-anak ini terus terbela dan terpelihara. Setiap peraturan yang ditetapkan bertujuan memberi peluang kepada anak-anak untuk membesar dalam lingkungan yang baik dengan memberikannya didikan dan bimbingan yang seimbang dari aspek fisik, mental dan spiritual. Berdasarkan analisis di atas bahwa terdapat persamaan yang jelas tentang biaya nafkah anak di dalam kedua undang-undang tersebut. Faktor persamaan yang lainnya adalah terkait dengan batas usia mumay>yiz seorang anak. Masalah mumay>yiz di dalam kedua undang-undang tersebut mempunyai persamaan dari sisi hukum adat yang mana mengukur sifat mumay>yiznya bukanlah dari umurnya. Akan tetapi melihat kemampuan pola pikir anak tersebut. Ini jelas mengandungi persamaan bagi maksud penetapan mumay>yiz menurut hukum adat yang ada di dalam masyarakat di Indonesia dan Malaysia. Ini juga hasil dari melihat langsung oleh penulis di dalam masyarakat-masyarakat setempat di Indonesia maupun di Sarawak, Malaysia.

65 B. Perbedaan antara Ketentuan Batas Waktu Pemberian Nafkah Anak Pasca Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam dan Ordinan 43 Kelaurga Islam Negeri Sarawak Tahun 2001 Terdapat perbedaan dalam penetapan batas usia dewasa bagi seorang anak di mana dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 98 (a) menjelaskan Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.. Manakala dalam ketentuan Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri Sarawak Tahun 2001 dalam seksyen 92 ayat (subseksyen) (4) mengatakan Bagi maksud penjagaan ke atas diri dan harta, seseorang hendaklah disifatkan sebagai kanak-kanak belum dewasa melainkan dia telah genap umur lapan belas tahun. Terjadi juga ketidakseragaman terkait dengan batas usia dewasa di Indonesia. Jika dilihat dari hukum adat ianya tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa. Hal ini karena dalam hukum adat tidak dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum adat mengenal secara isidental saja apakah seseorang itu, berhubung umur dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak cakap, mampu atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan hukum tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri dalam perbuatan hukum yang dihadapinya itu. Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. Cakap artinya, mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri.

66 Apabila kedewasaan itu dihubungkan dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa apabila seorang pria dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka dinyatakan dewasa, walaupun umur mereka itu baru 15 tahun. sebaliknya apabila mereka dikawinkan tidak dapat menghasilkan anak karena belum mampu berseksual, mereka dikatakan belum dewasa. 2 Berbeda dengan undang-undang di Malaysia, usia 18 tahun adalah batas usia dewasa bagi seorang anak dan telah diseragamkan mengikut Undang-Undang Malaysia Akta 21 (Seluruh Malaysia 301 April 1971) yang menyatakan bahwa umur belum dewasa bagi semua lelaki dan perempuan ialah dan adalah terhad kepada lapan belas tahun dan tiap-tiap lelaki dan perempuan yang mencapai umur itu ialah berumur dewasa di Malaysia. 3 Batas usia dewasa juga turut mempengaruhi batas waktu pemberian nafkah anak pasca perceraian bagi kedua undang-undang. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 156 huruf (d) tentang akibat perceraian, bahwa semua biaya h}ad}a>nah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus sendiri (21 tahun). Penjelasan dari pasal ini sudah cukup jelas bahwa anak yang dewasa adalah apabila mencapai umur 21 tahun dan ayah sudah tidak lagi berkewajiban untuk menafkahinya. 2 Anzar Asmadi, Batas Usia Dewasa Menurut Hukum yang Berlaku di Indonesia, dalam http://anzar-asmadi.blogspot.com/2012/12/batas-usia-dewasa-menurut-hukum-yang.html, diakses pada 24 Juni 2014. 3 Undang-Undang Malaysia Akta 21 (Seluruh Malaysia 301 April 1971), seksyen 2.

67 Hanya saja pemberian nafkah masih tetap berlaku jika anak mengalami cacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Selain itu juga usia 21 tahun merupakan satu saat di mana seorang anak itu sudah dianggap mampu menafkahi keluarga walaupun syarat minimum perkawinan bagi laki-laki adalah 19 tahun dan 16 tahun untuk perempuan. Tambahan pula perkawinan di bawah umur seperti itu seharus mendapat izin dari kedua orang tua seperti yang dijelaskan pada pasal 6 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Menurut Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri Sarawak Tahun 2001 tentang lamanya tempoh perintah nafkah seseorang anak pada seksyen 79, dijelaskan bahwa perintah nafkah itu hendaklah tamat apabila anak itu mencapai umur lapan belas tahun. Tetapi Mahkamah boleh, atas permohonan oleh anak itu atau oleh seseorang yang lain, melanjutkan perintah nafkah itu supaya meliputi apa-apa tempoh tambahan yang difikirkannya muhasabah bagi membolehkan anak itu mengikuti pendidikan atau latihan lanjut atau lebih tinggi. Perkembangan perundangan keluarga Islam di Sarawak turut membawa perubahan besar terhadap undang-undang berkaitan dengan nafkah anak. Sebagai contoh sebelumnya umur maksimal anak-anak yang layak ditanggung nafkahnya ialah 15 tahun. 4 Pada masa ini di bawah Ordinan 43 Keluarga Islam yang baru, umur tersebut telah meningkat kepada 18 tahun. 4 Nora Abdul Hak, Sejauh Manakah Peruntukan Undang-undang Keluarga Islam di Malaysia Menjamin Hak Kanak-kanak Ke atas Nafkah: Satu Tinjauan (Selangor, Malaysia: Jabatan Undang-undang Islam, 2009), 24.

68 Alasan untuk memperpanjangkan tempoh pemberian nafkah anak ini dikarenakan umur 15 tahun adalah terlalu rendah untuk anak-anak itu berdikari dan mampu memperolehi pendapatan sendiri. Tetapi dengan adanya kebijaksanaan daripada pemerintah di Malaysia pada masa sekarang terutamanya dalam hal kebajikan anak-anak telah meringankan sedikit beban kewajiban seorang ayah. Contohnya, bantuan baitul mal yang diberikan kepada anak-anak yang ingin melanjutkan pengajian yang lebih tinggi seperti di institut maupun universitas. Selain itu juga pemerintah telah memperkenalkan satu rencana ataupun program yang diberi nama Bantuan Rumah Mesra Rakyat yang dikhususkan untuk individu yang baru berkawin dan mempunyai pendapatan yang sedikit untuk membangunkan tempat tinggal mereka. Tambahan pula, Bantuan RM300 untuk individu yang belum berkawin dan Bantuan RM600 untuk yang sudah berkawin turut meringankan beban nafkah hidup masing-masing. Jadi memang wajar saja jika umur 18 tahun itu adalah tempoh usia berakhirnya seorang ayah menafkahi anaknya. Perbedaan selanjutnya adalah terkait dengan batas usia mumay>yiz seorang anak. Berdasarkan penetapan batas mumay>yiz dalam kedua undangundang tersebut mengandungi perbedaan dari sisi batas umur seperti mana terdapat di dalam pasal 105 Kompilasi Hukum Islam di bawah: Dalam hal terjadinya perceraian: a. Pemeliharaan anak yang belum mumay>yiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya;

69 b. Pemeliharaan anak yang sudah mumay>yiz diserahkan kepada anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya; c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. 5 Manakala di dalam Ordinan 43 pasal 88 yang berbunyi; 1. Hak h}ad}i>nah bagi menjaga seseorang kanak-kanak adalah tamat setelah kanak-kanak itu mencapai umur tujuh tahun, jika kanakkanak itu lelaki, dan berumur sembilan tahun, jika kanak-kanak itu perempuan, tetapi mahkamah boleh, atas permohonan h}ad}i>nah, membenarkan dia menjaga kanak-kanak itu sehingga kanak-kanak itu mencapai umur sembilan tahun, jika kanak-kanak itu lelaki, dan umur sebelas tahun, jika kanak-kanak itu perempuan. 2. Setelah berakhirnya hak h}ad}i>nah, penjagaan adalah turun kepada bapak, dan jika anak-anak itu telah mencapai umur kecerdikan (mumay>yiz), maka anak-anak itu berhak memilih untuk tinggal dengan sama ada ibu atau bapaknya, melainkan jika mahkamah memerintahkan selainnya. 6 Di Indonesia kematangan sang anak itu lebih cepat berbanding anakanak di Malaysia. Ini dikarenakan faktor lingkungan yang lebih ekstrem dan kepadatan penduduk Indonesia daripada Malaysia. Hasil dari kepadatan penduduk itulah penyebab anak-anak di Indonesia itu cepat berkembang dari segi mental, fisikal dan harus kuat serta mandiri menjalani kehidupan di dalam lingkungan manusia yang banyak. Maka dari itu penulis kurang setuju dengan konteks 12 tahun (muamy>yiz) yang diterapkan di dalam pasal 105. Dalam kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa usia 12 tahun tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, karena terbukti juga bahwa banyak anak yang belum berusia 12 tahun tetapi telah dapat dikatakan mumay>yiz, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya anak usia 6 tahun yang telah mampu ikut andil dalam penentuan h}ad}a>nah, karena anak 5 Kompilasi Hukum Islam, 33. 6 Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri Sarawak Tahun 2001, seksyen 88.

70 usia 6 tahun tersebut telah mampu memahami apa yang ada dan terjadi di sekitarnya serta telah cakap terhadap hukum, sehingga anak tersebut telah dapat dikatakan mumay>yiz walaupun segi usia belum mencukupi. Dalam menyingkapi ini, tampaknya perlu mempergunakan metode penafsiran restriktif pembatasan makna atau metode penalaran rechtvervijning penyempitan makna. Dengan metode ini, maka pembatasan usia 12 tahun sebagai usia mumay>yiz dalam Kompilasi Hukum Islam harus ditafsirkan sebagai batas akhir menentukan seorang anak dikatakan tidak mumay>yiz atau dengan kata lain setelah usia 12 tahun, seorang anak harus sudah dikatakan mumay>yiz, sebaliknya usia kurang dari 12 tahun dapat dinilai oleh hakim apakah anak tersebut sudah dapat dikatakan mumay>yiz atau belum. Penetapan usia 12 tahun yang telah ditetapkan di dalam Kompilasi Hukum Islam tentunya memiliki alasan mengapa usia mumay>yiz ditetapkan pada usia 12 tahun. Menurut penulis, jika mengacu pada perkembangan anak, usia 12 tahun merupakan masa remaja seorang anak, sehingga pada masa ini kapasitas seorang anak untuk dapat menggunakan dan memperoleh pengetahuan secara efisien, telah mencapai puncaknya. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja proses pertumbuhan otak telah mencapai kesempurnaan atau sistem saraf yang berfungsi memproses informasi, berkembang secara cepat sehingga remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal.

71 Dari hasil pemikiran ilmiah penetapan usia 12 tahun yang dijadikan sebagai patokan usia mumay>yiz seorang anak sebagaimana telah dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam, maka terdapat alasan yang sangat tepat karena sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa anak usia 12 tahun mampu berpikir secara optimal, sehingga apabila anak usia 12 tahun dihadapkan dengan masalah apapun, khususnya masalah penentuan orang tua asuhnya, maka anak usia 12 tahun dapat memberikan keterangan mengenai kedua orang tuanya dengan baik dan benar serta mampu menentukan sendiri siapa yang akan menjadi orang tua asuhnya. Dalam masa usia itu juga anak-anak sudah menampakkan kecerdikan (mumay>yiz) dan bisa mengurus keperluan mereka sendiri. Penetapan umur 7 hingga 9 tahun sebagai umur mumay>yiz mengikut golongan ini juga dikiaskan pada suruhan mengerjakan solat ke atas anak-anak ketika berumur 7 tahun seperti mana yang terdapat di dalam hadis Nabi SAW. Waktu di usia ini jugalah banyak sang ayah membawa anak-anaknya ke masjid untuk melatih sang anak dalam soal ibadah solat.