BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

RINGKASAN DAN SUMMARY

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

Kiprah Edisi 17: Menggalang Solidaritas Melalui Forum Selapanan. Ditulis oleh Titik Rahmawati & Ulfah Mutia Hizma Jumat, 03 Juli :12 -

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

Pengantar Penerbit. iii

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB III METODE PENELITIAN. dalam keluarga muslim serta implementasi nilai-nilai Islam dalam

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

barakah sesuai dengan sosio-kultural yang membentuknya dan mendominasi cara

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian

BAB V PENUTUP. kesetaraan gender dalam organisasi Muhammadiyah. Kedudukan ini terlihat

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan!

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana yang diungkapkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB VII PENUTUP. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapat ulama Banjar terhadap akad nikah tidak tercatat secara resmi di

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

Perempuan dalam pandangan Islam

RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AND LIBERAL DEMOCRACY

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. Oleh: Marzuki 2

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB V PENUTUP KESIMPULAN Konstruksi Gaya Hidup Vegetarian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia

BAB I PENDAHULUAN. itu jelas menuntut kita untuk menyelidiki dan menimbang sekali lagi berbagai hal

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penerima pesan dengan maksud tertentu. Everett M. Rogers berpendapat,

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satunya dapat dipengaruhi oleh gender. Gaya kepemimpinan merupakan

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V PENUTUP. A. Analisis

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

yang mungkin selama ini belum banyak yang membaca pertarungan wacana semacam ini sebagai sebuah fenomena politis. Kontribusi Teoritik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Studi Terdahulu. Begitu juga dengan analisis terhadap karya Perempuan Berkalung Sorban.

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak

1) Mendefinisikan Konsep kegiatan pengajian rutin Majelis Dzikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak

PEREMPUAN DALAM PEMANFAATAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK TUGAS AKHIR

Hukumnya Fardlu Kifayah. Ada banyak pendapat yang menjelaskan istilah ulama, menurut Anda definisi ulama. Menyiapkan Ulama Perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Jumat, 23 Desember :17 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 23 Desember :20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam

BAB IV PENUTUP. tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

AGENDA BESAR PEMBAHASAN PEREMPUAN DAN ISLAM DI INDONESIA

BAB II METODE DAN TIPOLOGI PEMAHAMAN HADIS. sekarang melalui telaah sejarah secara komprehensif. Dalam penerapan aspek

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

Transkripsi:

277 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah, NU dan HTI tentang hadis-hadis misoginis dapat diklasifikasikan menjadi empat model pemahaman, yaitu tekstualis (parsialis, akomodatif dan ambigu), metaforis, kontekstualis- hermeneutis, dan intuitif (konservatif dan progresif). Corak pemahaman tekstualis dijumpai pada seluruh teks hadis yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Pemahaman terhadap hadis misoginis secara metaforis hanya ditemui pada satu topik saja, yaitu hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Adapun pemahaman secara kontekstualis-hermeneutis dalam konteks ini dapat dilihat pada dua hadis, yaitu hadis tentang vonis perempuan kurang akal dan agama serta tentang kepemimpinan perempuan dalam wilayah politik. Sedangkan model pembacaan terakhir terhadap hadis-hadis misoginis yaitu intuitif, dijumpai pada hadis tentang penciptaan perempuan, vonis perempuan kurang akal dan agama serta tentang penolakan istri untuk memenuhi keinginan suami melakukan hubungan badan. Aktivis Muhammadiyah dan NU dalam memahami hadis-hadis misoginis mempunyai pandangan dan pemikiran yang beragam. Masing-masing organisasi belum mempunyai fatwa dan pemahaman resmi seputar hadis-

278 hadis tentang perempuan. Hanya pada masalah kepemimpinan perempuan di wilayah publik, kedua orgnisasi Muhammadiyah dan NU memberikan sikap resmi, yaitu membolehkan dan bahkan menganjurkan kaum perempuan untuk meningkatkan kiprahnya di wilayah publik. Menariknya, sebagian aktivis tidak sepaham dan selaras dengan sikap resmi dan fatwa organisasi tersebut, sehingga sebagian dari mereka tidak membolehkan kepemimpinan di ranah publik bagi perempuan. Aktivis HTI dalam memahami hadis-hadis misoginis mempunyai satu kesamaan metode, yaitu tekstualis. Meskipun diantara mereka ada yang bersifat akomodatif. Mayoritas aktivis Muhammadiyah dan NU tidak konsisten dalam pemikirannya terkait isu dan posisi perempuan. Dalam salah satu tema hadis, interpretasinya membela dan memberikan kedudukan yang setara dengan laki-laki, tetapi dalam kasus yang lain, interpretasinya cenderung andosentris. Dari delapan subyek informan penelitian dari masing-masing organisasi Muhammadiyah dan NU, hanya satu dari mereka yang konsisten. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sumber pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun para aktivis HTI mereka konsisten memaknai hadis-hadis misoginis secara tekstual. 2. Akar pemahaman para aktivis tentang hadis-hadis misoginis bersumber dari karya ulama klasik diantaranya adalah Imam Nawawi al-bantani, Imam Nawawi al-dimasyqi, Ibnu Hajar al- Asqalani, al-san ani, al-

279 Qurtubi, dll juga bersumber dari para pemikir kontemporer diantaranya adalah Amina Wadud, Fatima Mernisi, Khaled Abu el-fadl, Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, Masdar Farid, Husein Muhammad, Wahbah al-zuhayli. Pemikiran mereka ini juga dihasilkan dari ikut serta mereka dalam seminar, workshop, diskusi dan pengajian. Karena teks agama merupakan corpus terbuka yang dapat ditafsiri oleh masyarakat, maka hasil pembacaan secara intuitif baik yang mengarah kepada konservatif maupun progresif turut mewarnai dalam wacana penelitian ini. 3. Semua aktivis mempunyai cara yang sama dalam pengimplementasian pemahaman mereka terhadap hadis-hadis misoginis, yaitu dengan cara memberikan ceramah, seminar dan juga melalui forum diskusi dan tanya jawab, baik terbatas pada sesama komunitas organisasi maupun lintas organisasi. Dilihat dari perspektif dialektika konstruksi sosial, proses eksternalisasi nampak pada pemahaman para aktivis organisasi keagamaan tentang hadis-hadis misoginis yang besumber dari teks-teks keagamaan, pendapat ulama klasik-kontemporer, budaya masyarakat dan hasil dari intuitif yang menghasilkan pemahaman andosentris dan non andosentris. Pemahaman terhadap hadis-hadis misoginis secara kontekstualis-hermeneutis pada umumnya dapat diterima secara berangsur-angsur melalui proses adaptasi diri. Proses obyektivasi dapat terlihat pada munculnya pemahaman baru terhadap hadis-hadis misoginis yang bernuansa kontekstualishermeneutis-non andosentris dan sebaliknya, hal ini merupakan kenyataan

280 sosial yang diterima oleh aktivis organisasi keagamaan dalam interaksi sosial melalui seminar, diskusi dan karya tulis ilmiyah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari tindakan mereka dalam konteks budaya masyarakat. Sedangkan momen internalisasi terlihat dari makna-makna subyektif yang berbeda-beda dari para aktivis organisasi keagamaan tentang hadis-hadis misoginis. Keragaman makna tersebut dalam intersubjektifnya disadari di kalangan aktivis organisasi keagamaan sebagai keniscayaan, sehingga secara garis besar memunculkan 4 tipologi pemahaman, yaitu:(a).tekstualis (parsialis, akomodatif dan ambigu).(b). metaforis. (c). kontekstualis- hermeneutis.(d). intuitif (konservatif dan progresif). B. Implikasi Teoritik Temuan penelitian ini mendukung apa yang telah dinyatakan oleh Yayasan LKis, bahwa masih banyak orang yang membaca teks-teks ajaran agama secara tekstual, sehingga menghasilkan pemahaman yang bias, karena itu penting untuk memahami semangat dan ajaran dasar Islam yang menjunjung tinggi keadilan dan kesetaraan gender. Temuan penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Sumbulah, bahwa aktivis HTI dalam memahami teks-teks keagamaan cenderung tekstualis dan terpaku pada teks itu sendiri. Aktivis HTI dalam konteks pemahaman mereka dapat dikelompokkan sebagai kelompok Islam fundamentalis dalam perspektif Liddle, karena pemahamannya yang skriptualis.

281 Temuan penelitian ini menyatakan bahwa pola pikir patriarkhi dan bias gender dalam memahami hadis-hadis misoginis masih ditemukan dalam interpretasi aktivis yang berpendidikan tinggi, meskipun mayoritas aktivis yang berpendidikan rendah cenderung patriarkhi dalam memahami hadis-hadis misoginis, kecuali HTI. Harapan dan cita-cita masing-masing oganisasi Muhammadiyah dan NU untuk memahami hadis secara kontekstual belum dapat diterapkan oleh seluruh anggota. Hal ini disebabkan tidak sampainya informasi, sosialisasi dan perbedaan latar belakang budaya dan pendidikan masing-masing anggota. Hasil akhir penelitian ini membantah temuan penelitian yang dilakukan oleh Ruminiati yang mengatakan bahwa budaya patriarkhi dan bias gender bisa terkikis oleh pola pikir generasi muda yang berpendidikan tinggi, sehingga tidak mempermasalahkan keberadaan pemimpin perempuan. C. Rekomendasi Kegiatan keagamaan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat gass root perlu ditingkatkan dan mendapat perhatian khusus dari masing-masing organisasi keagamaan. Adanya perbedaan pemahaman dan pemikiran antara anggota organisasi dengan keputusan resmi organisasi, disebabkan kurangnya pengetahuan dan tidak sampainya hasil keputusan tersebut ke masyarakat bawah. Kegiatan pengajian, seminar, workshop, diskusi tentang hadis-hadis misoginis perlu diadakan secara intens, mengingat banyaknya masyarakat yang masih

282 belum memahaminya dengan baik, bahkan tidak sedikit dari mereka yang sama sekali belum pernah mendengar tentang isu seputar perempuan. Penelitian ini, tentunya mempunyai banyak kekurangan dan membutuhkan banyak penyempurnaan, mengingat keterbatasan studi yang dilakukan. Oleh karena itu, saran dan kritikan demi tercapainya kebenaran ilmiyah, amat dibutuhkan.