BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. profesi keperawatan. Profesi perawat dinilai sebagai profesi yang memiliki resiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien. Pelayanan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Dokumentasi Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dokumentasi Keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bentuk pelayanan administrasi di rumah sakit adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2006) bahwa kinerja pegawai adalah. untuk mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

SKRIPSI HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH DAN NON BEDAH RSUP. DR.

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 24 jam, dimana dibutuhkan sistem kerja yang bergantian(shift) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun oleh: ISNANI J

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Permenkes No : 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

ANALISIS PERILAKU DOKTER DALAM MENGISI KELENGKAPAN DATA REKAM MEDIS LEMBAR RESUME RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UNGARAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. pemberi pelayanan kesehatan harus meningkatkan pelayanannya dari berbagai. mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, masyarakat kini sudah mengerti

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, dokter, dan kualitas keperawatan yang dirasakan. Pengalaman pasien

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hatta (2011), pelayanan rekam medis adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari dalam upaya melakukan perawatan. Upaya peningkatan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr.soekardjo KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Penerapan Supervisi Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Lantai 2 IRNA GPS RSUP Fatmawati

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan derajat kesehatan secara optimal menuntut profesi keperawatan mengembangkan mutu pelayanan yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat di era globalisasi. Keperawatan menjadi salah satu profesi terdepan bagi tenaga kesehatan dalam upaya menjaga mutu tempat pelayanan kesehatan di masyarakat baik pada instansi negeri maupun swasta. Standar asuhan keperawatan merupakan salah satu strategi mewujudkan bentuk pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005). Rumah sakit merupakan salah satu sarana upaya kesehatan, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan. Untuk menilai mutu layanan, setiap rumah sakit diwajibkan untuk melakukan akreditasi (Wahyuni, 2007). Pedoman instrumen akreditasi rumah sakit di bidang pelayanan keperawatan menyebutkan bahwa pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola untuk mencapai tujuan pelayanan (Depkes RI, 2003). Pelayanan keperawatan yang optimal dapat dilakukan dengan pengembangan suatu pola pelayanan yang lebih dikenal dengan sistem pemberian asuhan keperawatan yang didasarkan pada metode penugasan dengan pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang mengandung lima komponen yang

terdiri dari pengembangan nilai profesional yang menjadi inti, hubungan profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen dan sistem kompensasi (Sitorus, 2006). Pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi sering kesulitan dalam pendokumentasian secara menyeluruh. Berbagai alasan kesulitan dalam pendokumentasian seperti kurangnya waktu, perasaan bahwa tidak ada orang yang akan membaca catatan dan malas mencatat. Dokumen dengan duplikasi berlebihan dan anggapan bahwa informasi tidak berarti menyebabkan perawat tidak perlu untuk mencatat. Faktor faktor ini menyebabkan rendahnya kualitas dokumentasi keperawatan (Potter & Perry, 2005). Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan kesehatan, karena dengan adanya dokumentasi yang baik informasi mengenai keadaan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Dokumenasi juga merupakan aspek legal tentang pemberian asuhan keperawatan, secara lebih spesifik dokumentasi keperawatan dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi kesehatan, sumber data untuk pengelolaan pasien dan penelitian dan sebagai barang bukti pertanggung jawaban dan pertangung gugatan asuhan keperawatan serta sebagai sarana pemantauan asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien, yang terdiri dari format pengkajian,

rencana keperawatan, catatan tindakan dan catatan perkembangan pasien (Wahyuni, 2007). Temuan di rumah sakit menunjukkan formulir dokumentasi keperawatan yang telah disiapkan tidak tuntas atau tidak terisi lengkap. Ditemukan rata-rata perbulan rekam medis yang tidak lengkap antara 5 sampai 10 rekam medis setelah pasien pulang rawat inap di IRNA. Beberapa hal yang sering menjadi alasan petugas antara lain banyak kegiatan kegiatan di luar tanggung jawab perawat menjadi beban yang dikerjakan oleh profesi keperawatan. Sistem pencatatan yang diajarkan terlalu sulit dan banyak menyita waktu. Tidak semua tenaga perawat yang ada di institusi pelayanan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sama di dalam penulisan untuk membuat dokumentasi keperawatan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tenaga keperawatan yang ada berasal dari berbagai jenjang pendidikan keperawatan (SPK, D3, D4, S1) dari rentang waktu lulusan yang sangat berbeda. Perawat lebih banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan limpahan wewenang. Formulir tidak praktis sehingga terjadi penulisan yang tumpang tindih (Handayaningsih, 2009). Beban kerja perawat tidak hanya merawat pasien saja yaitu kegiatan langsung, tetapi juga kegiatan tak langsung yang tak kalah penting seperti melengkapi dan melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan dan catatan medik yang terperinci. Perlu diperhatikan bahwa pada standar evaluasi banyak dokumen yang tidak sesuai tujuan dimungkinkan karena perawat hanya melakukan dokumentasi evaluasi dengan sekedarnya tanpa memperhatikan

standar diagnosa dan standar intervensi yang sebenarnya saling berkesinambungan. Kelancaran pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan ditentukan oleh perilaku perawat yang erat kaitannya dengan tingkat kepatuhan perawat yang tidak adekuat dan menganalisis alasan ketidakpatuhan ini merupakan hal yang bermanfaat (Iyer & Camp, 2005). Dokumentasi keperawatan harus mencerminkan keseluruhan dari tiap tahap proses keperawatan kepada pasien. Pendokumentasian sangat penting karena merupakan salah satu alat bukti dari suatu tindakan atau kejadian dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Dampak ketidaklengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dalam rekam medis rumah sakit dapat menimbulkan permasalahan (tuntutan) dari pasien kepada rumah sakit. Disinilah akan terungkap aspek hukum rekam medis, bila catatan dan data rekam medis dengan lengkap, maka rekam medis akan menolong semua pihak yang terlibat. Sebaliknya bila catatan yang ada tidak lengkap, apalagi kosong pasti akan merugikan rumah sakit, terutama para tenaga kesehatan apabila melakukan kelalaian/kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi pasien dan pasien dapat menggugat tanggung jawab perawat/dokter yang membuat kesalahan/kelalaian sesuai hukum. Ketidaklengkapan dokumentasi jelas membawa dampak negatif bagi rumah sakit salah satunya adalah apabila ada laporan yang dibutuhkan oleh tenaga kesehatan tentang tindakan yang sudah dilaksanakan dan tidak terdokumentasikan maka hal ini dapat menjadi nilai kurang bagi rumah sakit (Hidayat, 2011).

Studi pendahuluan yang dilakukan di RSU St. Elisabeth Purwokerto tanggal 6 Desember 2014 diketahui bahwa jumlah perawat tahun 2014 sebanyak 38 perawat di ruang rawat inap. Pelayanan ruang rawat inap ada 3 ruang perawatan. Berdasarkan data hasil survey dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap pada bulan Desember tahun 2014 didapatkan nilai rata-rata 72,61% lengkap dan 37,39% tidak lengkap. Kelengkapan dokumentasi dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan instrument A dari Depkes. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk mengungkap faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan. Untuk memperolah jawaban atas pertanyaan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan beban kerja dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSU St. Elisabeth Tahun 2015. B. Rumusan Masalah Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan kesehatan, karena dengan adanya dokumentasi yang baik, informasi mengenai keadaan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Temuan di rumah sakit menunjukkan formulir dokumentasi keperawatan yang telah disiapkan tidak tuntas atau tidak terisi lengkap. Ditemukan rata-rata perbulan rekam medis yang tidak lengkap antara 5 sampai 10 rekam medis setelah pasien pulang rawat inap di IRNA. Beberapa hal yang sering menjadi alasan petugas

antara lain, banyak kegiatan-kegiatan di luar tanggung jawab perawat menjadi beban yang dikerjakan oleh profesi keperawatan. Beban kerja perawat tidak hanya merawat pasien saja yaitu kegiatan langsung, tetapi juga kegiatan tak langsung yang tak kalah penting seperti melengkapi dan melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan dan catatan medik yang terperinci. Ketidaklengkapan dokumentasi jelas membawa dampak negatif bagi rumah sakit salah satunya adalah apabila ada laporan yang dibutuhkan oleh tenaga kesehatan tentang tindakan yang sudah dilaksanakan dan tidak terdokumentasikan maka hal ini dapat menjadi nilai kurang bagi rumah sakit. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut "adakah hubungan beban kerja dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSU St. Elisabeth Tahun 2015? ". C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSU St. Elisabeth Tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi beban kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSU St. Elisabeth Tahun 2015. b. Mengidentifikasi kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSU St. Elisabeth Tahun 2015.

c. Menganalisis hubungan beban kerja dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSU St. Elisabeth Tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Meneliti tentang hubungan beban kerja dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, khususnya tentang hubungan beban kerja dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. 2. Secara Praktis a. Akademik Dapat menjadi rujukan penelitian selanjutya bagi peneliti yang tertarik meneliti permasalahan dokumentasi asuhan keperawatan. b. Rumah Sakit Menjadi masukan bagi pihak manajemen rumah sakit, sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. c. Perawat Menjadi masukan bagi perawat dalam melaksanakan dokumentasi keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

d. Mahasiswa Menambah pengalaman menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dan dalam melakukan penelitian. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Yahyo (2007) yang berjudul Analisis Faktor Faktor Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan populasi penelitian adalah perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa proporsi terbesar penatalaksanaan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dalam kategori kurang (48%), yang selanjutnya diikuti sedang (35%) dan baik (17%). Hasil wawancara dengan perawat menunjukkan bahwa pengarahan dan bimbingan tidak pernah dilakukan oleh Kepala Ruang. Observasi hanya difokuskan terhadap catatan keperawatan pasien yang akan pulang saja. Evaluasi juga tidak dilakukan oleh kepala ruang. Faktor penghambat yang dihadapai dalam pendokumentasian asuhan keperawatan diantaranya tidak seimbangnya jumlah tenaga perawat dengan pekerjaan yang ada, formnya terlalu panjang, perawat harus mendampingi visite dokter dan malas. Tugas bimbingan pendokumentasian askep bukanlah tanggung jawab kepala

ruang melainkan tanggung jawab pihak rumah sakit pada struktur di atas kepala ruang. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian pada penelitian sebelumnya adalah deskriptif sedangkan penelitian saya menggunakan jenis deskriptif korelasi dan metode pengumpulan data penelitian sebelumnya menggunakan metode observasi dan wawancara sedangkan pada penelitian ini saya menggunakan metode kuesioner dan observasi. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang dokumentasi keperawatan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningtyas (2008) yang berjudul Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Metode yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 80 responden. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara unsur tenaga, pelatihan, sarana, supervisi, reward, punishment, waktu, kegunaan dan motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan. Faktor yang dominan, yaitu unsur tenaga dan motivasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian pada penelitian sebelumnya adalah survey analitik sedangkan penelitian saya menggunakan jenis deskriptif korelasi, variabel yang diteliti pada penelitian sebelumnya adalah unsur tenaga, pelatihan, sarana, supervisi, reward, punishment, waktu, kegunaan dan motivasi sedangkan pada penelitian ini saya hanya

meneliti variabel beban kerja dan metode pengumpulan data penelitian sebelumnya menggunakan metode observasi dan wawancara sedangkan pada penelitian ini saya menggunakan metode kuesioner dan observasi. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang dokumentasi keperawatan dan sama-sama menggunakan pendekatan cross sectional. 3. Penelitian oleh Lestari (2009) yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Dokumentasi Proses Keperawatan di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitiannya adalah seluruh perawat di Di RSUP Sanglah Denpasar. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa hanya sebagian kecil (26,7%) yang menunjukkan pengkajian dengan kategori baik dan 40% masih kurang dalam melakukan pengkajian data keperawatan. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan 37% termasuk dalam kategori baik, 35% termasuk kategori cukup dan 28% termasuk kategori kurang menunjukkan perawat telah mampu menyusun rencana keperawatan dengan baik. Sebagian besar (83,3 %) komponen rencana keperawatan sesuai dengan standar. Rata-rata dokumen evaluasi menunjukkan bahwa evaluasi keperawatan sesuai dengan standar. Hampir semua (96,7 %) tindakan yang dilaksanakan dilakukan evaluasi dan ditulis pada lembar status pasien. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian pada penelitian sebelumnya adalah deskriptif analitik sedangkan penelitian saya

menggunakan jenis deskriptif korelasi dan metode pengumpulan data penelitian sebelumnya menggunakan metode observasi dan wawancara sedangkan pada penelitian ini saya menggunakan metode kuesioner dan observasi. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang dokumentasi keperawatan dan sama-sama menggunakan pendekatan cross sectional.