PENINGKATAN CAKUPAN SERTA MUTU PELAYANAN IMUNISASI

dokumen-dokumen yang mirip
DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

a. Meningkatkan dan mempertahankan cakupan di atas 80% dan permintaan dengan indikator desa UCI dan desa non UCI b. Upaya mencapai ETN, ERAPO, dan

MATRIK RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB PROGRAM IMUNISASI TH 2017

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET. kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan memberikan kekebalan

Kebijakan Dan Langkah Operasional. Peningkatan Cakupan Imunisasi Melalui

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengelolaan Program Imunisasi

DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS CIANJUR KOTA LAMPIRAN NOMOR : TENTANG KERANGKA ACUAN KEGIATAN KAMPANYE VAKSIN MEALSES- RUBELLA (MR)

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO, DAN CAMPAK )

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

Petunjuk Pelaksanaan Sweeping/Backlog Figting

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II

Village Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan L

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BIAS IMUNISASI DT No. Dokumen :SOP/ /IMUNISASI/ No. Revisi : Tanggal Terbit :1 Juli 2015 Halaman :1/5 SOP

BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS. Tenaga Kesehatan di Lapangan

LAPORAN BULANAN PROGRAM IMUNISASI BULAN PEBRUARI 2017 UPTD PUSKESMAS DTP CIDAHU

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut ia tidak akan menderita penyakit tersebut (Depkes RI, 2004). Imunisasi atau

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR :188/295/KEP/ /2017 TENTANG

DRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi

5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya

dr. Mei Neni Sitaresmi, PhD, SpA(K)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK

PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJADWALAN IMUNISASI ANAK USIA 0 18 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

Optimisme Cakupan Vaksin MR Menuju Generasi Sehat Berkualitas

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI DEGAP CIRAP (KADER SIGAP UCI DIGARAP) UPK PUSKESMAS KAMPUNG DALAM Lap. Inpovasi : KOTA PONTIANAK

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

panduan praktis Pelayanan Imunisasi

PEDOMAN INTERNAL IMUNISASI UPTD PUSKESMAS LANGKAPLANCAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang

Contracting Out Pelayanan Kesehatan. Ignatius Praptoraharjo

PERCEPATAN CAPAIAN INDIKATOR 2018 DAN RENCANA 2019

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DIREKT0RAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

UPAYA PENCAPAIAN PIS - PK. DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Denpasar, 19 April 2018

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

Merindani, et al, Kajian Manajemen Penyelenggaraan Program Imunisasi Difteri...

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Transkripsi:

PENINGKATAN CAKUPAN SERTA MUTU PELAYANAN IMUNISASI DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Rakerkesda Provinsi Kalimantan Tengah, April 2018

ANALISIS IMUNISASI: SUPPLY SIDE INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT SDM (Jurim, Bidan, Perawat) Biaya (BOK, DAK Non Fisik, Kapitasi) Vaksin dan Bahan Habis Pakai Sarana Rantai Dingin (Pemantau suhu, Vaccine carrier, Termos) Kendaraan utk outearch/ PIS-PK (Sepeda motor, Pusling) Manajemen rantai dingin (petugas pencatat suhu, pengetahuan ttg rantai dingin, kualitas vaksin) Teknik penyuntikan Manajemen RR Cakupan Imunisasi Lengkap: BCG DPT, HB, HiB (1,2,3) Campak DT MR TT Gap Imunisasi Titer Antibodi yang protektif: TB Difteri Pertusis Tetanus Polio Hepatitis B Influenza B Campak Rubella Gap Proteksi Reduksi, Eliminasi sampai Eradikasi PD3I (Tidak ada kasus PD3I) Courtesy to Kabadanlitbang Solusi Masalah Permasalahan 2

TREND CAKUPAN IDL MENURUT PROVINSI 2015 2017 Meningkat Fluktuatif Turun

Capaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015-2017 2015 2016 2017 64,9% 80,3% 87,3% Keterangan: Tidak ada data <80% 80%- <91% 91% Keterangan: Tidak ada data <80% 80%- <91,5% 91,5% Keterangan: Tidak ada data <80% 80%- <92% 92%

Capaian DPT-HB-Hib Baduta di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015-2017 2015 2016 2017 13,3% 80,1% 52,8% Keterangan: Tidak ada data <15% 15%- <35% 35% Keterangan: Tidak ada data <20% 20%- <40% 40% Keterangan: Tidak ada data <25% 25%- <45% 45%

Capaian BIAS Td di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015-2017 2015 2016 2017 74,5% 110% 111% Keterangan: Tidak ada data <80% 80%- <95% 95% Keterangan: Tidak ada data <80% 80%- <95% 95% Keterangan: Tidak ada data <80% 80%- <95% 95%

KETIKA : banyak cakupan imunisasi dasar yang tidak mencapai target banyak anak yang unimmunized (tidak imunisasi/tidak lengkap imunisasi); Ditambah lagi: booster yang "minimalis" Kejadian Luar Petugas tidak melakukan analisa cakupan (terutama daerah-daerah Biasa PD3I kantong); Daerah tidak melakukan tindakan antisipasi untuk menutup kantong-kantong imunisasi tersebut (DOFU, SWEEPING, BLF) Kualitas vaksin tidak baik

Jumlah Anak yang Tidak Diimunisasi/Tidak Lengkap Imunisasi vs Jumlah Kasus Difteri per Provinsi, 2014-2016 Di Provinsi Kalimantan Tengah, terdapat 23.689 Anak yang belum mendapat imunisasi dan 8.127 anak yang imunisasinya tidak lengkap tahun 2014-2016. Terdapat 2 kasus difteri TH 2017 masalah kita adalah Akses LO = Left Out: anak yang belum mendapat imunisasi DO = Drop Out: anak yang imunisasinya tidak lengkap Source : Ditjen P2P 8

2015 Total KLB : 282 Kasus : 2246 27 Provinsi KLB Campak dan Rubella 2015-2017 2016 Total KLB : 351 Kasus : 5502 29 Provinsi 2017 Total KLB : 346 Kasus : 3143 30 Provinsi : 1 KLB Campak : 1 KLB Rubela : 1 Mix KLB (Campak & Rubela) : 1 Negative KLB (Campak & Rubela) : 1 KLB tanpa sampel

ANALISA KUANTITAS: 1. Akses 2. DO KUALITAS: 1. Kualitas RR 2. Kualitas layanan (Vaksin, Cara pemberian, dll) Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi

PWS Imunisasi: Apakah masih jalan? Sering saat ini PWS hanya dibuat tetapi tidak dianalisa dan tidak dijadikan dasar intervensi PWS di- Lembaga kan Apakah memang valid? Atau jumlah sasaran terlalu kecil? Analisa penyebab, apakah LO atau DO yg jadi penyebab. Harus segera intervensi Sweeping, DOFU Butuh komitmen Pemda untuk dijadikan dasar penilaian kinerja Kecamatan 1 1

SURVEY VS LAPORAN ADMINSTRASI Persentase Kab/Kota yang mencapai 80% IDL : Baseline 2013 = 71,2%; Capaian 2015 = 66%, 2016 = 80,4%; Sirkesnas 2016 = 79,9% Ada gap antara laporan Persentase Bayi usia 0-11 bulan IDL : dan hasil survey Baseline 2013 = 90%; Target capaian 2015 = 91%, 2016 = 91,5% kualitas laporan??? Cakupan (Laporan) 2016 = 91,6% Riskesdas 2013 = 59,2%; 2010= 53,8%; 2007= 41,6%. Sirkesnas 2016 = 65,3% (catatan & ingatan); 1 2

Manajemen Rantai Dingin Berdasarkan Regional Peralatan Rantai dingin & Pengiriman 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 Sistem dan Prosedur 40,0 30,0 20,0 Lokasi Lemari Es 10,0 0,0 Reg I Reg II reg III Reg IV : Jawa Barat dan Jawa Timur : Sumsel dan NTB : Aceh, Sulut dan Sulsel : Kalsel dan Kalteng SDM ( Studi Puslitbang SD dan Yankes tahun 2017) Pencatatan Suhu Reg V : Malut dan Papua 1 3

Puskesmas yang memiliki kondisi cold chain standar berfungsi baik di Provinsi Kalimantan Tengah 2017 : 93% 2018 : 95% KETERANGAN: Tidak ada data < 80% 80 % - 99% 100% Sejak tahun 2015-2017 telah dilakukan upaya pemenuhan kebutuhan cold chain sesuai standar. Pusat telah mendistribusikan alat pengendali mutu vaksin sesuai permintaan provinsi berupa vaccine refrigerator 141 unit dan vaccine carrier 1.340 unit. Tahun 2018 dengan pengadaan cold chain melalui DAK, diharapkan sudah 95% puskesmas memiliki cold chain sesuai standar dan semakin baik ditahun berikutnya. Sumber data: Kompilasi data CCEM 2014 dan 2016, data pengadaan Pusat 2015 2017 dan lokus DAK Fisik 2018

Kualitas Vaksin ( Studi Puslitbang SD dan Yankes tahun 2017) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 92% 8% 80,47% 14,57% 63,36% 30,16% 4,03% 0% 0% 1,70% 0,00% 0,93% PROVINSI KAB/KOTA PUSKESMAS Kondisi VVM A Kondisi VVM B Kondisi VVM C Kondisi VVM D VVM= Vaccine Vial Monitor Sampel berasal dari vaksin denganvvm A atau B Seluruh vaksin berasal dari pengadaan Pemerintah Uji potensi dilakukan di PPOMN Badan POM Hasil Uji potensi, seluruh sampel memenuhi syarat Kondisi Vaksin di Dinkes provinsi, Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas Harusnya tidak boleh ada 1 5

Strategi Penguatan Imunisasi Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata serta terjangkau melalui kegiatan Analisa PWS-Imunisasi Sweeping dan Drop-out Follow Up (DOFU) Backlog Fighting (BLF) Crash Program Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui : Petugas yang kompeten Penunjukan pengelola Vaksin (SK Ka Puskesmas/ SK Ka Dinkes) Integrasi tenaga (multipurposive personnel) Pelatihan bidan, jurim, perawat tentang manajemen vaksin dan rantai dingin Peralatan & logistik yang memenuhi standar Penggerakan Masyarakat untuk Mau dan Mampu menjangkau pelayanan imunisasi: Melalui tokoh agama melawan isu kampanye negatif Pimpinan daerah (Bupati, camat, perangkat desa) Pemanfaatan PWS-Imunisasi untuk advokasi kepada pimpinan wilayah Membangun sistem kewaspadaan dini (early warning system) penyakit potensi wabah DAERAH SULIT: Kerja sama dengan LS terkait untuk dukungan dalam menjangkau daerah sulit (TNI, POLRI, Swasta) Mewajibkan kegiatan SOS sebagai strategi utama untuk daerah sulit (dikuatkan dengan PERDA)

TANTANGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DI KALIMANTAN TENGAH (DALAM ANALISA PUSAT) Belum optimalnya dukungan pengambil kebijakan dan lintas sektor dalam operasional layanan dan manajemen program imunisasi Belum optimalnya koordinasi dengan unit pelayanan swasta (dokter, klinik, BPM dan RS) dalam hal pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan imunisasi serta vaksin dan logistik Belum optimalnya penerapan kegiatan SOS pada daerah sulit secara geografis Tingginya tingkat pergantian petugas pelaksana program terlatih di lapangan, sementara minimnya dukungan pelaksanaan peningkatan kapasitas petugas Minimnya kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan manajemen program imunisasi dari level administrasi yang lebih tinggi kepada level yang lebih rendah Kurangnya advokasi dan sosialisasi kepada pengambil kebijakan dan masyarakat umum mengenai program imunisasi melalui berbagai media

TOOLS PEMETAAN RISIKO WILAYAH DAN RENCANA AKSI DAERAH

PEMETAAN DAERAH BERISIKO DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PER WILAYAH PENYUSUNAN RENCANA AKSI DI TINGKAT PROVINSI DAN KAB/ KOTA

KEGIATAN IMUNISASI-SURVEILANS BERDASARKAN PEMETAAN RISIKO PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Risiko Sedang No KEGIATAN*) SASARAN INDIKATOR A Meningkatkan Cakupan Imunisasi Rutin TARGET INDIKATOR 2018 2019 BIAYA PENANGGUNGJAW AB KETERANGAN 1 1 Pelatihan (ToT) Petugas imunisasi/supervisor Imunisasi di Tk Kab/Kota Jumlah pelatihan yang Koordinator Imunisasi dilaksanakan dalam dan pelaksana imunisasi satu tahun minimal 1 kali/tahun minimal 1 kali/tahun Dekon Dinas Kesehatan Provinsi Direncana tahun 2018 diprovinsi 2 B Peningkatan partisipasi masyarakat melalui media KIE (poster, leaflet, ILM, radio spot, dll) Meningkatkan Dukungan Pemerintah Daerah masyarakat Cakupan IDL 92,5% 93% Cakupan Baduta 70% 95% Cakupan BIAS 95% 95% Cakupan T2+ 80% 80% APBD Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2018 menggunakan media KIE (radio spot) dan pembagian juknis tahun mulai tahun 2017 (Dekon) 2 Pelaksanaan advokasi kepada Pemerintah Daerah Gubernur/Bupati/walik untuk dukungan ota dan Bappeda pembiayaan (Imunisasi, Surveilans dan penanggulangan Penyusunan komitmen daerah Kepala daerah dan DPRD Adanya pembiayaan operasional untuk program imunisasi, surveilans dan penanggulangan KLB PD3I Adanya peraturan daerah atau peraturan Tersedia Tersedia peraturan APBD APBD Dinas Kesehatan Provinsi Membuat surat edaran tentang pelaksanaan imunisasi C Meningkatkan Kualitas Imunisasi 3 1 Pelaksanaan EVMA (Effective Vaccine Management Assesment) Pengelola cold chain kab/kota dan puskesmas Jumlah kegiatan assesment ke Puskesmas minimal 1 kali/tahun minimal 1 kali/tahun APBD Dilaksanakan tahun 2017 dan tindak lanjut tahun 2018 2 Pelaksanaan supervisi supportif Pengelola imunisasi kab/kota dan puskesmas Jumlah kegiatan monitoring minimal 1 kali/tahun minimal 1 kali/tahun APBD Dinas Kesehatan Provinsi Dilaksanakan setiap tahun menggunakan dana dekon, hanya kurang maksimal karena hanya 1 kali setahun, dana APBD tidak tersedia 3 Pelaksanaan DQS (Data Quality Self Assessment) dan tindak lanjutnya Petugas imunisasi kab/kota dan puskesmas Jumlah kegiatan assessment minimal 1 kali/ 2 tahun minimal 1 kali/2 tahun APBD Tidak ada dana tersedia, hanya dilakukan dengan koordinasi, dengan program lain sehingga kurang 20 maksimal dan usulan dana APBD perubahan dan APBD 2019

KEGIATAN IMUNISASI-SURVEILANS BERDASARKAN PEMETAAN RISIKO PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Risiko Tinggi No KEGIATAN*) SASARAN INDIKATOR TARGET INDIKATOR SUMBER BIAYA PENANGGUNGJA WAB KETERANGAN Rencana kegiatan A Meningkatkan cakupan imunisasi rutin 2018 2019 1 Pelatihan (ToT) Petugas imunisasi/supervisor Imunisasi di Tk Kab/Kota Koordinator Imunisasi dan pelaksana imunisasi Jumlah pelatihan yang dilaksanakan dalam satu tahun minimal 1 kali/tahun minimal 1 kali/tahun Dekon Dinas Kesehatan Provinsi Direncana tahun 2018 diprovinsi 2 B 1 Peningkatan partisipasi masyarakat melalui media KIE (poster, leaflet, ILM, radio spot, dll) masyarakat Cakupan IDL 92,5% 93% APBD Meningkatkan dukungan pemerintah daerah Pelaksanaan advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk dukungan pembiayaan (Imunisasi, Surveilans dan penanggulangan KLB PD3I) Gubernur/Bupati/ walikota dan Bappeda Cakupan Baduta 70% 95% Cakupan BIAS 95% 95% Cakupan T2+ 80% 80% Adanya pembiayaan operasional untuk program imunisasi Tersedia APBD Dinas Kesehatan Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2018 menggunakan media KIE (radio spot) dan pembagian juknis tahun mulai tahun 2017 dana dekon Membuat Surat edaran Gubernur tentang Pelaksanaan Imunisasi 21

PEMETAAN DAERAH BERISIKO DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PER PUSKESMAS KECAMATAN BELUM SEMUA KAB/KOTA MELAKUKAN PENILAIAN HINGGA TINGKAT PUSKESMAS DAN BELUM DILAKUKAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI YANG BERSIFAT SPESIFIK DAN LOKAL KEDAERAHAN DI TINGKAT PUSKESMAS

KAMPANYE MR FASE 2 TAHUN 2018

TARGET NASIONAL DAN GLOBAL: ELIMINASI CAMPAK DAN KONTROL RUBELA/CRS TH 2020 Cakupan imunisasi campak dosis pertama minimal 95% secara nasional Eliminasi Campak Cakupan imunisasi campak dosis kedua minimal 95% Fully investigated semua kasus KLB campak Surveilans Campak Berbasis Kasus Individu (Case Based Measles Surveillance) diterapkan dengan 100% pemeriksaan spesimen mulai tahun 2014 Kontrol Rubela/Congenital Rubella Syndrom (CRS) Introduksi imunisasi rubella tahun 2017-2018 Penguatan suveilans rubella & pengembangan surveilans CRS mulai thn 2014

BAGAIMANA PROSES INTRODUKSI VAKSIN MR KE DALAM PROGRAM IMUNISASI? Pengenalan vaksin MR ini akan didahului dengan kegiatan Kampanye Imunisasi MR, yaitu berupa pemberian imunisasi MR secara massal. Gratis, tidak dipungut biaya. Pelaksanaan kampanye imunisasi MR dibagi ke dalam 2 TAHAPAN Tahap pertama dilaksanakan pada bulan Agustus untuk sasaran di sekolah Tahap kedua dilaksanakan pada bulan September di komunitas dan sweeping anak usia sekolah Sasaran Kampanye: 9 bulan - <15 tahun

MENGAPA ANAK USIA 9 BULAN - < 15 TAHUN YANG DIPILIH SEBAGAI SASARAN? No of cases 77% 23% Age in years Data menunjukkan 85 % kasus campak dan 77% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun di Indonesia Pemberian Imunisasi MR pada kelompok usia ini, diharapkan kekebalan komunitas akan terbentuk sehingga transmisi campak maupun rubella ke kelompok umur lain, terutama pada wanita hamil, sangat kecil Strategi yang sama juga telah dilakukan di beberapa negara seperti Amerika dan Australia, dan telah sukses menurunkan kasus campak, rubella dan CRS

MENGAPA HARUS DILAKUKAN KAMPANYE IMUNISASI MASSAL MR? Introduksi vaksin rubella vaccine berbahaya bila tanpa didahului dengan catch up campaign: Bila tanpa catch up campaign, atau cakupan imunisasi rendah, maka immunity gap pada kelompok WUS tetap ada, dan rubella bersirkulasi pada kelompok WUS, risiko CRS meningkat. Target cakupan: 95% Contoh: Yunani dan Costa Rica introduksi MMR kedalam imunisasi rutin tanpa catch up campaign, cakupan < 80%. Hasil: muncul cluster CRS Rekomendasi WHO dan Komite Penasehat Ahli Imunisasi Indonesia (ITAGI): Lakukan kampanye imunisasi tambahan massal dan penggantian vaksin campak dengan MR Dukungan yang kuat sangat diperlukan untuk Mencapai Keberhasilan Kampanye Imunisasi MR

KUNCI KEBERHASILAN PENCAPAIAN TARGET Advokasi kepada pimpinan daerah Instruksi Gubernur/Bupati/Walikota Dukungan dari LS/LP terkait : TP PKK, Ormas, Orga, Disdikbud, Kanwil Kemenag, organisasi profesi, para mitra, dll Strategi komunikasi : ILM, dukungan media Penyiapan mikroplanning yang baik Analisa dan umpan balik harian kepada semua yang terlibat Komitmen pimpinan dan petugas kesehatan yang tinggi

JADWAL IMUNISASI SETELAH INTRODUKSI IMUNISASI MR Usia Anak Jenis Imunisasi BAYI: <24 jam Hepatitis HBO 1 bulan BCG, OPV1 2 bulan DPT-HB-Hib 1, OPV 2 3 bulan DPT-HB-Hib 2, OPV 3 4 bulan DPT-HB-Hib 3, OPV 4 dan IPV 9 bulan MR1 BADUTA: 18 bulan MR2, DPT-HB-Hib4 BIAS: Kelas 1 MR, DT Kelas 2 Kelas 5 Td Td