BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kalangan pakar pakar ilmu pengetahuan, ilmu hukum, dan juga ilmu

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

1.1 Latar Belakang Masalah

Mengapa Kehadiran Orang Lain dan Adanya Alat Komunikasi Menjadi Hal Yang Paling Bermakna Pada Anak Pidana Di Bali?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset dan sebagai bagian dari generasi bangsa. Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. massa baik elektronik maupun non-elektronik yang sepertinya setiap hari tak

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

Bab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertentangan dengan hukum dan undang-undang. Tingkat krminalitas di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

MENGAPA KEHADIRAN ORANG LAIN DAN ADANYA ALAT KOMUNIKASI MENJADI HAL YANG PALING BERMAKNA PADA ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI BALI?

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

Lampiran 1. Verbatim. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi diri sendiri dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain. Seseorang yang dapat mengelola emosinya dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992, dalam Wahyuningsih, 2004) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Narapidana remaja di lembaga pemasyarakatan anak menjalani tanggung jawab kehidupannya sendiri dalam menghadapi perubahan fisik, seksual, psikologis, kognitif dan tuntutan sosial. Kondisi ini menimbulkan rasa ketidaknyamanan fisik dan psikis. Ketidaknyamanan secara fisik maupun psikis selama menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Anak akan berdampak pada kesejahteraan psikologisnya. Distres merupakan keadaan sakit secara fisik dan psikologis yang merupakan salah satu indikator utama dalam kesehatan mental. Efek negatif dari distres berupa timbulnya rasa ketidakberdayaan diri sehingga menerima keadaan apa adanya tanpa melakukan usaha untuk merubah hidupnya ke arah yang lebih baik (Handayani, 2010). Emosi mempengaruhi perilaku karena emosi merupakan dorongan untuk bertindak. Kecerdasan emosi diperlukan untuk mengelola emosi individu sehingga dapat 1

2 berperilaku tepat dan sesuai dengan permintaan sosial. Salah satu indikator seseorang dikatakan cerdas secara emosional jika mampu memotivasi dirinya sendiri dan mampu mengelola emosinya. Kualitas emosi berkaitan dengan harga diri. Harga diri merupakan bagian dari konsep diri. Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu. Maslow dalam teori hirarki kebutuhannya menempatkan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level puncak sebelum kebutuhan aktualisasi diri. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Remaja perlu merasa diterima dan dihargai dalam suatu hubungan. Jika remaja mempunyai banyak teman dan rasa termasuk dalam teman sebaya, harga dirinya akan meningkat. Tetapi jika ia terisolir dan tidak pandai bergaul maka ia akan cenderung mengevaluasi dirinya secara negatif (Suliswati dkk, 2005). Pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu khususnya pada kalangan remaja terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan keyakinan diri (self confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya. Selain itu, harga diri tinggi menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kepribadian yang sehat (Jordan et. al dalam Sudrajat, 2009).

3 Seorang tahanan penjara atau narapidana akan menjalani kehidupan yang berbeda dengan kehidupan teman-teman seusianya yang tinggal di luar lembaga pemasyarakatan. Mereka tidak dapat merasakan kebebasan seperti kehidupan di luar Lembaga Pemasyarakatan. Kondisi ini dikemukakan oleh Mulyadi (dalam Handayani, 2010) sebagai akibat bahwa pidana penjara merupakan pidana bersifat perampasan kemerdekaan pribadi terpidana karena penempatannya dalam bilik penjara. Kehilangan kemerdekaan itu antara lain hilangnya hubungan heteroseksual (loos of heteroseksual), hilangnya kebebasan (loos of autonomy), hilangnya pelayanan (loos of good and service), dan hilangnya rasa aman (loos of security), di samping itu kesakitan lain seperti akibat prasangka buruk dari masyarakat (moral rejection of the inmates by society). Masuknya narapidana ke dalam sel penjara menjadi suatu perubahan hidup yang akan berdampak pada kondisi psikologisnya. Perubahan hidup menjadi sumber stres bila perubahan hidup tersebut menuntut individu untuk menyesuaikan diri (Nevid dalam handayani, 2010). Pemenjaraan yang terjadi pada narapidana seringkali memunculkan rasa rendah diri dan minimnya kontak dengan dunia luar (Kartono, 1999, dalam Handayani, 2010). Beberapa studi kasus di lembaga pemasyarakatan anak luar negeri di dapat bahwa narapidana mengalami depresi, homesick, harga diri rendah, cemas, gagap, kesulitan menjalin hubungan sosial, ide bunuh diri, frustasi. Cemas menghadapi masa depan, dan agresif. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri adalah tingkat inteligensi. Kecerdasan emosi yang tinggi dikaitkan dengan kemampuan menghadapi masalah dengan pikiran tenang sehingga harga diri tetap positif. Menurut keputusan menteri tahun 1990 tentang pola pembinaan narapidana atau tahanan, lembaga pemasyarakatan anak adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina anak negara. Lembaga

4 pemasyarakatan anak Blitar merupakan satu-satunya lembaga pemasyarakatan anak yang berada di Jawa timur. Jumlah keseluruhan untuk narapidana sampai tanggal 27 oktober 2010 sebanyak 152 orang yang berusia 8 tahun sampai 21 tahun dengan kasus terbanyak adalah pencurian dan pemakaian obat terlarang. Dari ketegori usia tersebut Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar memiliki anak binaan yang termasuk dalam fase usia remaja yaitu antara usia 13 tahun sampai 20 tahun. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Potter & Perry (2005) tentang remaja atau adolescents yang merupakan suatu tahap perkembangan di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada fase ini, semua remaja mengalami suatu perubahan yang signifikan terhadap perkembangan kognitif dan psikososialnya. Sedangkan untuk data narapidana anak menurut Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan HAM pada bulan maret 2008 tercatat jumlah narapidana sebanyak 5630 anak, jumlah ini meningkat 10 persen diawal tahun 2010 menjadi 6271 anak (Nasional pelita, 2010, Meneg PP dan PA Dukung Grasi Napi Anak, http://www. Menegpp.go.id/aplikasidata/index.Php?option=com_docman&task= doc_download&gid= 284 &Itemid=116, diperoleh tanggal 17 oktober 2010). Berdasarkan data dan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Harga Diri pada Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar?

5 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Harga Diri pada Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui karakteristik narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 2) Mengetahui kecerdasan emosional narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 3) Mengetahui harga diri narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 4) Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi perkembangan ilmu keperawatan dalam cakupan kecerdasan emosional dan hubungannya dengan harga diri pada narapidana remaja yang memiliki kebutuhan khusus di Lembaga pemasyarakatan anak.

6 1.4.2 Bagi Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar dalam upaya membimbing dan memotivasi narapidana remaja untuk menggali dan meningkatkan kecerdasan emosional dan harga diri. 1.4.3 Bagi Narapidana Sebagai tambahan informasi tentang kecerdasan emosional dan harga diri pada narapidana remaja dan tingkat hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri. 1.4.4 Bagi Peneliti 1. Menerapkan pengetahuan riset keperawatan yang sudah didapat untuk memperoleh informasi dan mencari hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri. 2. Sebagai pengalaman awal dalam melakukan riset keperawatan yang memberi manfaat di masa yang akan datang. 1.4.5 Bagi peneliti yang akan datang Dapat memberikan wacana dan tambahan informasi tentang hubungan kecerdasan emosional dan harga diri narapidana remaja serta dapat memberikan tindak lanjut terhadap hasil penelitian.

7 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Namun dari segi variabel dan subjek penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumnya. Menurut penelitian Wahyuningsih (2004) terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMA. Semakin tinggi kecerdasan emosionalnya maka semakin tinggi prestasi belajarnya dan begitu juga sebaliknya. (http://kosongdelapan. com/skripsi/skripsi%20witri.doc, di akses pada tanggal 8 oktober 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anisyah (2009) terdapat hubungan yang positif antara kematangan emosi dan kepercayaan diri dengan perilaku penyalahgunaan Napza. Kematangan emosi seseorang mempengaruhi kepercayaan diri responden dalam berperilaku penyalahgunaan Napza. (http://etd.eprints. ums.ac.id/3693/2/f10004009 7.pdf,diperoleh 25 Oktober 2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah penelitian ini lebih mengungkapkan pada sisi emosi narapidana yang berada dalam penjara. Bagaimana emosi seseorang itu timbul dalam dirinya sehingga mempengaruhi pola pikir yang menimbulkan penilaian diri (harga diri) saat narapidana berada dipenjara. Selain itu bagaimana peran kecerdasan emosi dalam diri seseorang dalam menghadapi keadaan di lembaga pemasyarakatan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar sebagai subjek penelitian.

8 1.6 Batasan Penelitian 1. Dalam penelitian ini, meneliti tentang hubungan kecerdasan emosional yang terdiri dari 5 aspek yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan terhadap harga diri. 2. Responden dalam penelitian ini adalah narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar yang berumur 12-21 tahun. 1.7 Batasan Istilah Penelitian 1. Kecerdasan emosional adalah bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik bagi diri sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. 2. Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. 3. Narapidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. 4. Lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan.