BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi diri sendiri dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain. Seseorang yang dapat mengelola emosinya dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992, dalam Wahyuningsih, 2004) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Narapidana remaja di lembaga pemasyarakatan anak menjalani tanggung jawab kehidupannya sendiri dalam menghadapi perubahan fisik, seksual, psikologis, kognitif dan tuntutan sosial. Kondisi ini menimbulkan rasa ketidaknyamanan fisik dan psikis. Ketidaknyamanan secara fisik maupun psikis selama menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Anak akan berdampak pada kesejahteraan psikologisnya. Distres merupakan keadaan sakit secara fisik dan psikologis yang merupakan salah satu indikator utama dalam kesehatan mental. Efek negatif dari distres berupa timbulnya rasa ketidakberdayaan diri sehingga menerima keadaan apa adanya tanpa melakukan usaha untuk merubah hidupnya ke arah yang lebih baik (Handayani, 2010). Emosi mempengaruhi perilaku karena emosi merupakan dorongan untuk bertindak. Kecerdasan emosi diperlukan untuk mengelola emosi individu sehingga dapat 1
2 berperilaku tepat dan sesuai dengan permintaan sosial. Salah satu indikator seseorang dikatakan cerdas secara emosional jika mampu memotivasi dirinya sendiri dan mampu mengelola emosinya. Kualitas emosi berkaitan dengan harga diri. Harga diri merupakan bagian dari konsep diri. Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu. Maslow dalam teori hirarki kebutuhannya menempatkan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level puncak sebelum kebutuhan aktualisasi diri. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Remaja perlu merasa diterima dan dihargai dalam suatu hubungan. Jika remaja mempunyai banyak teman dan rasa termasuk dalam teman sebaya, harga dirinya akan meningkat. Tetapi jika ia terisolir dan tidak pandai bergaul maka ia akan cenderung mengevaluasi dirinya secara negatif (Suliswati dkk, 2005). Pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu khususnya pada kalangan remaja terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan keyakinan diri (self confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya. Selain itu, harga diri tinggi menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kepribadian yang sehat (Jordan et. al dalam Sudrajat, 2009).
3 Seorang tahanan penjara atau narapidana akan menjalani kehidupan yang berbeda dengan kehidupan teman-teman seusianya yang tinggal di luar lembaga pemasyarakatan. Mereka tidak dapat merasakan kebebasan seperti kehidupan di luar Lembaga Pemasyarakatan. Kondisi ini dikemukakan oleh Mulyadi (dalam Handayani, 2010) sebagai akibat bahwa pidana penjara merupakan pidana bersifat perampasan kemerdekaan pribadi terpidana karena penempatannya dalam bilik penjara. Kehilangan kemerdekaan itu antara lain hilangnya hubungan heteroseksual (loos of heteroseksual), hilangnya kebebasan (loos of autonomy), hilangnya pelayanan (loos of good and service), dan hilangnya rasa aman (loos of security), di samping itu kesakitan lain seperti akibat prasangka buruk dari masyarakat (moral rejection of the inmates by society). Masuknya narapidana ke dalam sel penjara menjadi suatu perubahan hidup yang akan berdampak pada kondisi psikologisnya. Perubahan hidup menjadi sumber stres bila perubahan hidup tersebut menuntut individu untuk menyesuaikan diri (Nevid dalam handayani, 2010). Pemenjaraan yang terjadi pada narapidana seringkali memunculkan rasa rendah diri dan minimnya kontak dengan dunia luar (Kartono, 1999, dalam Handayani, 2010). Beberapa studi kasus di lembaga pemasyarakatan anak luar negeri di dapat bahwa narapidana mengalami depresi, homesick, harga diri rendah, cemas, gagap, kesulitan menjalin hubungan sosial, ide bunuh diri, frustasi. Cemas menghadapi masa depan, dan agresif. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri adalah tingkat inteligensi. Kecerdasan emosi yang tinggi dikaitkan dengan kemampuan menghadapi masalah dengan pikiran tenang sehingga harga diri tetap positif. Menurut keputusan menteri tahun 1990 tentang pola pembinaan narapidana atau tahanan, lembaga pemasyarakatan anak adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina anak negara. Lembaga
4 pemasyarakatan anak Blitar merupakan satu-satunya lembaga pemasyarakatan anak yang berada di Jawa timur. Jumlah keseluruhan untuk narapidana sampai tanggal 27 oktober 2010 sebanyak 152 orang yang berusia 8 tahun sampai 21 tahun dengan kasus terbanyak adalah pencurian dan pemakaian obat terlarang. Dari ketegori usia tersebut Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar memiliki anak binaan yang termasuk dalam fase usia remaja yaitu antara usia 13 tahun sampai 20 tahun. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Potter & Perry (2005) tentang remaja atau adolescents yang merupakan suatu tahap perkembangan di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada fase ini, semua remaja mengalami suatu perubahan yang signifikan terhadap perkembangan kognitif dan psikososialnya. Sedangkan untuk data narapidana anak menurut Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan HAM pada bulan maret 2008 tercatat jumlah narapidana sebanyak 5630 anak, jumlah ini meningkat 10 persen diawal tahun 2010 menjadi 6271 anak (Nasional pelita, 2010, Meneg PP dan PA Dukung Grasi Napi Anak, http://www. Menegpp.go.id/aplikasidata/index.Php?option=com_docman&task= doc_download&gid= 284 &Itemid=116, diperoleh tanggal 17 oktober 2010). Berdasarkan data dan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Harga Diri pada Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar?
5 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Harga Diri pada Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui karakteristik narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 2) Mengetahui kecerdasan emosional narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 3) Mengetahui harga diri narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 4) Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi perkembangan ilmu keperawatan dalam cakupan kecerdasan emosional dan hubungannya dengan harga diri pada narapidana remaja yang memiliki kebutuhan khusus di Lembaga pemasyarakatan anak.
6 1.4.2 Bagi Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar dalam upaya membimbing dan memotivasi narapidana remaja untuk menggali dan meningkatkan kecerdasan emosional dan harga diri. 1.4.3 Bagi Narapidana Sebagai tambahan informasi tentang kecerdasan emosional dan harga diri pada narapidana remaja dan tingkat hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri. 1.4.4 Bagi Peneliti 1. Menerapkan pengetahuan riset keperawatan yang sudah didapat untuk memperoleh informasi dan mencari hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri. 2. Sebagai pengalaman awal dalam melakukan riset keperawatan yang memberi manfaat di masa yang akan datang. 1.4.5 Bagi peneliti yang akan datang Dapat memberikan wacana dan tambahan informasi tentang hubungan kecerdasan emosional dan harga diri narapidana remaja serta dapat memberikan tindak lanjut terhadap hasil penelitian.
7 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Namun dari segi variabel dan subjek penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumnya. Menurut penelitian Wahyuningsih (2004) terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMA. Semakin tinggi kecerdasan emosionalnya maka semakin tinggi prestasi belajarnya dan begitu juga sebaliknya. (http://kosongdelapan. com/skripsi/skripsi%20witri.doc, di akses pada tanggal 8 oktober 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anisyah (2009) terdapat hubungan yang positif antara kematangan emosi dan kepercayaan diri dengan perilaku penyalahgunaan Napza. Kematangan emosi seseorang mempengaruhi kepercayaan diri responden dalam berperilaku penyalahgunaan Napza. (http://etd.eprints. ums.ac.id/3693/2/f10004009 7.pdf,diperoleh 25 Oktober 2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah penelitian ini lebih mengungkapkan pada sisi emosi narapidana yang berada dalam penjara. Bagaimana emosi seseorang itu timbul dalam dirinya sehingga mempengaruhi pola pikir yang menimbulkan penilaian diri (harga diri) saat narapidana berada dipenjara. Selain itu bagaimana peran kecerdasan emosi dalam diri seseorang dalam menghadapi keadaan di lembaga pemasyarakatan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar sebagai subjek penelitian.
8 1.6 Batasan Penelitian 1. Dalam penelitian ini, meneliti tentang hubungan kecerdasan emosional yang terdiri dari 5 aspek yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan terhadap harga diri. 2. Responden dalam penelitian ini adalah narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar yang berumur 12-21 tahun. 1.7 Batasan Istilah Penelitian 1. Kecerdasan emosional adalah bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik bagi diri sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. 2. Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. 3. Narapidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. 4. Lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan.