BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

SILABUS BAHASA JAWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)/MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

SILABUS BAHASA JAWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)/MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

Karya sastra melukiskan corak, cita-cita, aspirasi, dan perilaku masyarakat, sesuai dengan hakikat dan eksistensinya karya sastra merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

Ajaran Kesempurnaan Hidup dalam Teks Suluk Ulam Loh

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

MATERI STUDI RELIGI JAWA

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. disebut bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan, namun sering juga dituntut dari sastra agar mencerminkan kenyataan. Pendapat ini disebut penafsiran mimetik mengenai sastra (Luxemburg, 1984:15). Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pengarang pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadar pada jaman itu (Luxemburg, 1984: 23 dalam Sangidu, 2004: 41). Karya sastra juga dapat diartikan sebagai wujud kreatifitas pengarang dalam mengolah dan merekam isi jiwa pengarang dengan bahasa sebagai medianya, sekaligus sebagai bentuk respon pengarang atas fenomena-fenomena kehidupan yang ada dalam masyarakat. Karya sastra dibagi menjadi dua yaitu karya sastra lisan dan karya sastra tulis, karya-karya sastra dalam bentuk tulis tersebut merupakan warisan budaya yang di dalamnya terkandung nilai-nilai ajaran tertentu yang pada saat ini kiranya masih perlu digali dan dikembangkan kembali. Salah satunya yang menjadi bagian dari karya sastra itu terwujud dalam bentuk naskah lama. 1

2 Naskah-naskah di nusantara memang banyak mengemban isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan sastra (Siti Baroroh, 1985: 12-13). Naskah itu dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat di dalam naskah itu merupakan suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan. Pesan yang terbaca dalam teks secara fungsional berhubungan erat dengan filsafat hidup dan dengan bentuk kesenian yang lain. Dilihat dari kandungan maknanya, wacana yang berupa teks klasik itu mengemban fungsi tertentu, yaitu membayangkan pikiran dan membentuk norma yang berlaku baik bagi orang sezaman maupun bagi generasi mendatang (Siti Baroroh, 1985: 4-5). Nancy K. Florida menambahkan naskah Jawa diklasifikasikan menjadi beberapa bagian ditinjau dari segi isinya, yaitu : sejarah, adat istiadat, arsitektur, hukum, roman sejarah, ramalan, kesusastraan, piwulang, wayang, cerita wayang, dongeng puisi, roman Islam, ajaran Islam, sejarah Islam, mistik dan tari, linguistik, mistik kejawen, obat-obatan, dan lain-lain. Dari beberapa jenis naskah yang telah disebutkan tersebut, naskah Jawa jenis piwulang menarik untuk dikaji sebagai objek dalam penelitian. Naskah Jawa jenis piwulang sempat mengalami masa keemasan setelah melewati masa-masa di zaman Surakarta awal. Naskahnaskah jenis piwulang bermunculan, salah satu sebabnya sebagai wujud reaksi atas kondisi sosial masyarakat saat itu. Dari berbagai macam judul naskah piwulang, Serat Ondhe Patih yang berisi tentang ajaran kepemimpinan ini akhirnya terpilih menjadi objek dalam penelitian ini.

3 Serat Ondhe Patih (yang selanjutnya disingkat SOP) merupakan Serat yang tidak diketahui pengarangnya (Anonim), serat tersebut disimpan di Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Surakarta Hadiningrat, dengan nomer koleksi La (katalog lokal) KS 337.11 Uncat SMP 138/2 (Nancy K.Florida, 1993 : 189). SOP merupakan teks kesebelas dari naskah bendel yang berjudul Kagungan Dalem Serat Bab Wulang Warni-Warni, ditulis mulai halaman 208-222. Keadaan naskah ini masih baik, tidak ada halaman yang hilang serta tulisan yang masih jelas dan bisa dibaca. SOP merupakan naskah carik atau tulisan tangan yang dibuat dengan huruf Jawa, menggunakan bahasa Jawa baru ragam krama dengan disisipi bahasa kawi. SOP berjumlah 15 halaman, berbentuk tembang macapat yang terdiri dari 4 pupuh yaitu (1) Pangkur 13 bait, (2) Dhandhanggula 22 bait, (3) Mijil 35 bait, (4) Dhandhanggula 17 bait. (Dwi Ari Septyowati, 2010) Makna kata Ondhe Patih pada judul naskah Kagungan Dalem Serat Ondhe Patih dapat diperoleh dengan memisahkan dua kata tersebut, yaitu kata ondhe dan kata patih. Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam kamus Baoesastra Djawa, 1939 ondhe berarti pepindhan gambaran, upama bagaikan, kaya seperti (hal. 451), sedangkan patih berarti pejabat yang melakukan perintah Negara (476), atau dapat diartikan pangkat dibawah bupati. Sehingga ondhe patih dapat diartikan gambaran contoh-contoh para patih (dihubungkan dengan pemerintahan dapat diartikan dengan pemimpin beserta perangkatnya). Berdasarkan makana kata ondhe patih pada judul naskah, dapat digambarkan bahwa SOP berisi tentang ajaran kepemimpinan yang memuat ajaran-ajaran moral

4 Berdasarkan makna kata ondhe patih pada judul naskah, dapat digambarkan bahwa SOP berisi tentang ajaran kepemimpinan. Ajaran kepemimpinan di dalam SOP memuat beberapa ajaran moral. Hal tersebut karena pada dasarnya seorang pemimpin memiliki pengaruh yang kuat kepada orang lain, sehingga moralitas sangat diperlukan baik bagi seorang pemimpin maupun bawahan guna terciptanya kesejahteraan suatu Negara (Dwi Ari Septyowati, 2010). Ajaran kepemimpinan yang terdapat pada SOP merupakan ajaran yang ditujukan untuk seseorang yang ingin menjadi pemimpin. Hal tersebut hubungannya dengan jaman kerajaan. Seseorang hidup berdampingan antara raja dengan bawahan. Akan tetapi, pada jaman sekarang ajaran SOP ditujukan oleh semua kalangan. Hakikat manusia pada dasarnya adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Sehingga ajaran kepemimpinan perlu ditanamkan guna untuk membentuk karakter suatu manusia. Pengangkatan SOP sebagai objek dalam penelitian ini merupakan upaya yang berkelanjutan untuk mengangkat kembali khazanah Kesusastraan Jawa yang hampir punah dalam kehidupan sekarang ini. SOP sebelumnya telah dikaji secara filologis oleh Dwi Ari Setyowati pada tahun 2010, dengan nomer katalog DAE/842/10 Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret dengan judul skripsi Kagungan Dalem Serat Ondhe Patih. Hasil penelitiannya adalah: pertama, perbandingan teks SOP yang paling mendekati aslinya sesuai dengan cara kerja filologi. Kedua, mengungkapkan ajaran yang

5 terkandung di dalam SOP ajaran yang terkandung ialah ajaran kepemimpinan yang memuat ajaran moral sebagai berikut : (1) ajaran moral bagi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. (2) ajaran moral bagi manusia sebagai makhluk sosial. (3) ajaran moral bagi manusia sebagai makhluk posesif. (4) ajaran tentang kewajiban dan tanggung jawab. (5) ajaran tentang keprajuritan. Pengkajian terhadap Serat ini menggunakan pendekatan Estetika Resepsi, sasaran dalam penelitian ini adalah Guru Bahasa Jawa SMA di Kabupaten Klaten dengan analisis Estetika Resepsi. Sasaran dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : 1. Ketertarikan penulis untuk mengkaji Karya Sastra lama yang ditulis dalam bentuk tembang Jawa, karena karya sastra lama, khususnya serat banyak mengandung pesan moral dan piwulang-piwulang yang ditujukan kepada para pembaca. 2. SOP sebelumnya telah dikaji secara filologis, maka menarik pula untuk dikaji dalam sudut pandang sastra, khususnya sudut pandang Estetika Resepsi. 3. Untuk mengungkapkan penilaian dan pemahaman Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap SOP dan untuk menguak posisi Karya Sastra Jawa pada umumnya di Kalangan Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten. 4. Guru Bahasa Jawa pada hakekatnya mempunyai satu disiplin ilmu yang berkaitan dengan dunia Jawa. Oleh karena itu, SOP ini diharapkan dapat

6 dijadikan tolok ukur untuk mensosialisasikan karya sastra Jawa kepada Guru Bahasa Jawa SMA N di Kabupaten Klaten. 5. SOP merupakan naskah yang syarat dengan nilai kepemimpinan, melalui Guru Bahasa Jawa sebagi objek penelitian dapat diharapkan mampu menangkap nilai kepemimpinan yang ada dalam SOP dan merefleksikan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul penelitian RESEPSI GURU BAHASA JAWA SMA NEGERI DI KABUPATEN KLATEN TERHADAP SERAT ONDHE PATIH (Kajian Estetika Resepsi). B. Batasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian terarah dan mempermudah penulis dalam menentukan langkah penelitian. Dalam sebuah penelitian, pembatasan masalah sangat penting dilakukan karena akan mempengaruhi ketepatan sasaran. Oleh karena itu, hal-hal yang tidak relevan dapat dihindarkan. Adapun penelitian ini penulis fokuskan pada resepsi Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten. Selanjutnya, dari data resepsi yang telah terkumpul melalui wawancara akan dilakukan analisis mengenai intensitas penghayatan Guru Bahasa Jawa SMA Negeri, norma dan kriteria penilaian Guru Bahasa Jawa SMA Negeri terhadap SOP, minat dan selera baca Guru Bahasa Jawa SMA Negeri terhadap Karya Sastra Jawa.

7 C. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana resepsi Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap SOP berdasar intensitas penghayatannya? 2. Bagaimana norma dan kriteria penilaian Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap SOP? 3. Bagaimana minat dan selera baca Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap Karya Sastra Jawa? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis resepsi Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap SOP berdasar intensitas penghayatannya. 2. Menjelaskan norma dan kriteria penilaian Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap terhadap SOP. 3. Mengungkapkan minat dan selera baca Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap Karya Sastra Jawa.

8 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat teoretis dan praktis, sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis Untuk membantu mengembangkan wawasan sastra dalam kajian resepsi sastra yang dalam hal ini resepsi dari Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap Karya Sastra Jawa Klasik. 2. Manfaat Praktis Diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai resepsi terhadap Karya Sastra Jawa Klasik. Dengan demikian, melalui penelitian ini dapat diketahui posisi Karya Sastra Jawa Klasik dalam Masyarakat Klaten yang selanjutnya dapat dijadikan dasar guna mensosialisasikan Karya Sastra Jawa agar tetap lestari.

9 F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penelitian yang berjudul Resepsi Guru Bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten Terhadap Serat Ondhe Patih (Kajian Estetika Resepsi) sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI menjelaskan landasan teori tentang Estetika Resepsi Sastra dan kerangka pikir. BAB III. METODE PENELITIAN yang berisi tentang bentuk penelitian, sumber data dan data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN berisi tentang sajian data dan pembahasan dari hasil penelitian berdasarkan hasil wawancara dengan Guru bahasa Jawa SMA Negeri di Kabupaten Klaten terhadap Serat Ondhe Patih. Dari hasil tanggapan masing-masing informan, kemudian penulis bahas masalahnya dari sudut intensitas penghayatan Guru Bahasa Jawa Negeri di Kabupaten Klaten, norma dan kriteria penilaian Guru Bahasa Jawa Negeri di Kabupaten Klaten, minat dan selera baca Guru Bahasa Jawa Negeri di Kabupaten Klaten. BAB V. PENUTUP berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir dicantumkan daftar pustaka, lampiran-lampiran.