BAB I PENDAHULUAN. adalah adalah suatu bentuk lingkungan masyarakat yang memiliki tatanilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB VI P E N U T U P

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi

PERAN KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER MANDIRI SANTRI DI PONDOK MODERN ARRISALAH PROGRAM INTERNASIONAL PONOROGO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. itu biaya pendidikan dan biaya konsumsi.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan berdasarkan iman untuk mencintai Allah, takut kepadanya dan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam di Indonesia, tempat

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Dalam ajaran Islam, pendidikan adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. tampak dengan mengintegrasikannya nilai-nilai karakter ke dalam proses

BAB V PENUTUP. Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pihak yang terkait agar pendidikan dapat berlangsung. sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perancang pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Bahasa Arab sangat ditekankan dalam dunia pendidikan

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia jejak langkah hidup manusia selalu membutuhkan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulailah mereka

BAB I PENDAHULUAN. akhlak, pendidikan dan sebagainya. Lembaga pondok pesantren memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. non-formal, dan informal (ayat 3) (Kresnawan, 2010:20).

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pasalnya keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa selalu diukur

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga. tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam belajar dapat diketahui dari prestasi yang dicapai oleh

BAB VI PENUTUP. tiga sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. 1. Kebijakan kiai dalam penyusunan agenda pengembangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah distres psikologik atau distres emosional (Stuart, 2006).

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB I PENDAHULUAN. untuk memutar roda organisasi tersebut. Artinya, peran sentral dalam organisasi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. baik di dunia maupun di Akhirat. Islam mendorong umatnya untuk berilmu dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia yakni al-qur'an dan al-hadits yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam. kehidupan, baik kehidupan keluarga atau berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan anak didik adalah subjek utama dalam

BAB VI PENUTUP. temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN DOKUMENTASI. 1. Mengumpulkan data profil Pondok Pesantren Ma dinul Ulum. Ma dinul Ulum Campurdarat dan Madrasah Diniyah Tanwirul Qulub

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia, sebab dari gurulah segala

BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan itu dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

pada diri mereka sehingga mudah menguasai bahasa yang dipelajari baik secara aktif maupun pasif. Demikian juga penciptaan lingkungan dan budaya

BAB I PENDAHULUAN. Sigit Muryono, Empati Penalaran Moral dan Pola Asuh, Gala Ilmu Semesta, Yogyakarta, 2009, hal. 131.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

BAB V PENUTUP. SPMAA, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Implementasi Pembelajaran Profetik dalam Pembentukan Karakter

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di indonesia ada beberapa lembaga pendidikan yang berkembang di antaranya sekolah, madrasah, pesantren, dan sebagainya. Dari beberapa tersebut pesantren adalah salah satu lembaga yang unik. Karna pesantren adalah adalah suatu bentuk lingkungan masyarakat yang memiliki tatanilai kehidupan yang positif. Di dalam islam pun dikenal juga lembaga pendidikan pondok pesantren pada dasarnya pondok pesantern merupakan lembaga pendidikan islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok) dengan kiai sebagai sentra utama serta masjid sebagai pusat lembaganya. Keberadaan seorang kiai sebagai pemimpin pesantren, ditinjau dari tugas dan fungsinya dapat dipandang sebagi fenomena kepemimpinan yang unik. Legitimasi kepemimpinan seorang kiai secara langsung diperoleh dari masyarakat yang menilai tidak saja dari keahlian ilmu-ilmu agama seorang kiai melainkan dinilai pula dari kewajiban (kharisma) yang bersumber dari ilmu, kesaktian, sifat pribadi dan seringkali keturunan. Kemashuran pesantren biasanya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh dan peran kiai sebagai orang yang menguasai dan mengejarkan ilmu agama di pesantren kepada para santri. Kepemimpinan kiai dipesantren diakui cukup efektif untuk meningkatkan citra pesantren tersebut dimata masyarakat luas. Ketenaran pesantren biasanya berbanding lurus dengan nama besar kiainya terutama kiai pendiri pondok pesantren tersebut. 1

2 Sekalipun secara umum keberadaan kiai hanya dipandang sebagai pemimpin informal tetapi kiai dipercayai memiliki keunggulan baik secara moral maupun sebagai seorang alim. Pengaruh kiai diperhitungkan baik oleh pejabat-pejabat nasional maupun oleh masyarakat umum. Pengaruh mereka (kiai) sepenuhnya di tentukan oleh kualitas kekarismaan mereka. Lebih dari itu kualitas kekarismaan seorang kiai pada gilirannya diyakini oleh masyarakat dapat memancarkan barokah bagi umat yang dipimpinnya, dimana muncul konsep barokah ini berkaitan dengan kapasitas seorang pemimpin yang sudah dianggap memiliki karomah yaitu secara kekuatan ghoib yang diberikan oleh Tuhan kepada siapa yang dikehendakinya. Pesantren dan kiai dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling membutuhkan, pesantren membutuhkan kiai sebagai sebagai simbol identitas sebagai pemimpin umat dan lembaga pendidikan islam. Pada hakekatnya, pesantren dan kepemimpinan kiai dalam prakteknya, keduanya menunjukkan sisi kemajuan dan kemunduran pesantren sebagai lembaga bercirikan keindonesiaan. Kiai dengan kepemimpinan yang kuat dapat memajukan pesantren dengan baik, sebaliknya kiai dengan kepemimpinan yang lemah menjadikan pesantren tetap setagnan bahkan sedikit demi sedikit identitasnya akan tenggelam. Bagaimana hubungan antara pesantren dan kiai bisa dipahami dalam kerangka kemajuan atau kemunduran pesantren itu sendiri. Pola kemimpinan seorang kiai dipesantren di dukung oleh watak sosial komunitas dimana ia hidup. Dengan demikian dapat difahami mengapa

3 pola kepemimpinan Kiai dapat menjadi demikian rupa sentralnya dalam kehidupan dipesantren, dimana kekuasaan mutlak berada ditangan kiai. Sehingga pola kepemimpinannya cenderung otoriter, ini terjadi secara otomatis mengingat kiai merupakan sosok atau figur guru besar pesantren yang membawa barokah. Santri yang tidak taat maka ilmunya tidak akan bermanfaat merupakan suatu kepercayaan tersendiri di kalangan santri. Di dalam pesantren tentunya ada kegiatan belajar mengajar, berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Disiplin merupakan upaya untuk membuat orang berada pada jalur sikap dan prilaku yang sudah ditetapkan pada individu orang tua. Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk menanmkan pola prilaku tertentu, kebiasaa-kebiasaan tertentu, untuk meningkatkan kualitas mental dan moral. Proses belajar yang baik adalah proses belajar yang bisa memudahkan siswa dalam memahami materi belajar yang diajarkan. Sikap disiplin dalam belajar sangat diperlukan untuk terwujudnya suatu proses belajar yang baik. Sikap disiplin dalam belajar akan lebih mengasah keterampilan dan daya ingat santri terhadap materi yang telah diberikan, karena santri belajar menurut kesadaranya sendiri serta santri akan selalu termotivasi untuk selalu belajar, sehingga pada akhirnya siswa akan lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal dari materi yang diberikan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin mengetaui hubungan kepemimpinan kiai terhadap kedisiplinan santri, karna

4 kepemimpinan mempunyai bebrapa fungsi, oleh karena itu peneliti pada karya tulis ilmiah ini mengangkat judul : Pengaruh Kepemimpinan Kiai Terhadap Kedesiplinan Santri Dalam Kegiatan Pembelajaran Di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. B. Ruang lingkup masalah Guna membatasi lingkup penelitian, maka terlebih dahulu peneliti akan menentukan apa sebenarnya yang akan diteliti. Agar sasaran pembahasan disini dapat tercapai, maka disini peneliti hanya akan mengungkapkan pembatasan masalah penelitian antara lain: 1. Lokasi Penelitian adalah Asrama XV Al-Falah 2. Lingkup materi yang dibahas a. Tugas Dan Fungsi Kepemimpinan kiai b. Kedisiplinan c. Batasan waktu 6 bulan-selesai C. Rumusan masalah 1. Bagaimana kepemimpinan kiai di Asrama XV Al-Falah? 2. Bagaimana kedisiplianan santri dalam mengikuti pembelajaran di Asrama XV Al-Falah? 3. Adakah pengaruh kepemimpinan kiai terhadap kedisiplinan santri dalam kegiatan pembelajaran di Asrama XV Al-Falah?

5 D. Hipotesis Hipotesis penelitian suatu pernyataan yang penting kedudukanya dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuanya untuk dapat merumuskan hipotesis dengan jelas. Perlu diketahui juga bahwa hipotesis merupakan kesimpulan yang bersifat sementara dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan kebenaranya. Maka secara implisit dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ha : Hipotesa Kerja Adanya pengaruh kepemimpinan kiai terhadap kedisiplinan santri dalam kegiatan pembelajaran di Asrama XV Al-Falah Pesantren Darul Ulum Jombang. 2. H0 : Hipotesa Nihil Tidak adanya pengaruh kepemimpinan kiai terhadap kedisiplinan santri dalam kegiatan pembelajaran di Asrama XV Al-Falah Pesantren Darul Ulum Jombang. E. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian Tujuan penelitian merupakan apa yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Tujuan dari penelitian tidak sama denagan tujuan peneliti.

6 Dari beberapa penelitian yang telah diungkapkan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tersebut mempunyai beberapa tujuan yaitu : a. Untuk mengetahui kepemimpinan kiai di Asrama XV Al-Falah. b. Untuk mengetahui sejauhmana kedisiplinan santri Asrama XV Al- Falah. c. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kepemimpinan kiai terhadap kedisiplinan dalam kegiatan pembelajaran di Asrama XV Al-Falah Pesantren Darul Ulum. 2. Manfaat penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat dan menambahkan wacana keilmuan terutama tentang manajemen kepemimpinan kiai dalam membentuk akhlakul karimah santri. a. Bagi Penulis 1) Sebagai suatu bekal untuk lebih meningkatkan kedisiplinan sikap. 2) Sebagai salah satu langkah dalam mengembangkan, menerapkan serta melatih berfikir secara ilmiah sehingga dapat memperluas wawasan apabila kelak menghadapi masalah, terutama yang erat hubunganya dengan pengaruh persepsi kepemimpinan kiai. b. Bagi Lembaga 1). Penelitian ini akan menjadi dokumentasi perpustakaan lembaga dan dijadikan bahan bacaan.

7 F. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilaksanakan oleh Novian Ratna Nora Ardalika (2013), dengan judul PERAN KEPEMIMPINAN KIAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER MANDIRI SANTRI DI PONDOK MODEREN ARRISALAH PROGRAM INTERNASIONAL PONOROGO. Hasil penelitiannya : bahwa peran kiai dalam membentuk karakter mandiri santri terdapat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kiai yaitu: mendidik dan menerapkan sifat-sifat Rosulullah kepada santri, sehingga kiai disini sebgai modal kemandirian santri. Mengikut sertakan santri dalam PTTI (Pesantren Tempat Teknologi Islam), pada program khutbatul Arsy, terdapat kegiatan yang harus dilakukan santri untuk mendukung terciptanya kemandirian seperti mengurus diri sendiri, imitasi bahasa, kemandirian kelas, dan kemandirian lingkungan. Peneliian yang dilaksanakan oleh Ahmad Sayadi (2011), dengan judul KEPEMIMPINAN KIAI DALAM MENGEMBANGKAN LEMBAGA PENDIDIKAN PESANTREN (Studi Kepemimpinan KH. Muhyiddin Abdussomad Pengasuh Pesantren NURIS Antirogo Jember), hasil penelitianya: Implikasi kepemimpinannya ditandai dengan suburnya pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan di dalamnya dengan durasi waktu yang cukup singkat selama 20 tahun berjalan. Perkembangan lembaga pendidikan berdampak pada peralihan status pesantren NURIS yang awalnya merupakan pesantren salaf menjadi pesantren kholaf/modern (sesuai kriteria yang ditawarkan oleh HM. Nasir Ridlwan), dan pesantren kombinasi yang berada pada dua rentangan

8 pengertian salaf dan kholaf (sesuai kriteria jenis pesantren yang terdapat dalam buku pedoman tentang Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia). Penelitian yang dilaksanakan oleh Dedy Irawan (2014), dengan judul KEPEMIMPINAN KIAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA ( Setudi Kasus di Madrasah Aliyah Islamiyah Senori Tuban), hasil penelitianya : pertama peran sentral kiai sebagai pemimpin pendidikan yang menjalankan roda pendidikan di MA isalamiyah Senori Tuban, dengan menerapkan konsep keikhlasan, perjuangan, berdikari dan prinsip-prinsip esensial pendidik lainnya, sehingga mereka bisa menerapkan nilai-nilai pendidikan holistik ini pada seluruh warga sekolah. kedua pandangan siswa di MA Islamiyah Senori Tubanterdapat fungsi kiai sebagai tokoh teladan, guru dan motivator belajar siswa, telah melahirkan pengalaman individu siswa sehingga memunculkan motivasi a. prilaku siswa dalam disiplin beribadah. b. disiplin belajar. c. disiplin waktu. Ketiga motivasi siwa terhadap fungsi kiai sebagai tokoh teladan, sebagai guru (pengajar),kiai sebagai tokoh sentral, kiai sebagai pemimpin pendidikan dan sebagai motivator dalam belajar siswa, telah melahirkan pegalaman individu siswa sehingga memunculkan sikap dan suatu motivasi bagi seorang siswa. Kesamaan peneliti terdahulu dengan yang diteliti pada saat ini adalah tentang objek yang sama yaitu : tentang kepemiminan kiai, namun yang menjadi fokus penelitian penulis adalah mengkaji tentang PENGARUH KEPEMIMPINAN KIAI TERHADAN KEDISIPLINAN SANTRI DALAM

9 KEGIATAN PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM JOMBANG. G. Sistematika Pembahasan Tentunya untuk mempermudah bagi pembaca dan menjaga diri dari kerancuan maka penulis sengaja membagi dalam beberapa Bab dan di dalam Bab masih dibagi ke dalam beberapa sub pokok bahasan, uraian dalam pembahasan ini ada 5 Bab, yaitu : Bab I : PENDAHULUAN Menjelaskan beberapa permasalahan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan. Bab II : LANDASAN TEORI Berisi tentang landasan teoritis terkait tentang kepemimpinan kiai, dan kedisiplinan santri dalam kegiatan pembelajaran. Bab III : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Metode penentuan sampel atau subyek penelitian C. Jenis Dan Sumber data D. Metode Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data

10 Bab IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam bab ini disajikan hasil penelitian, maka dipaparkan mengenai Sejarah Pondok Pesantren, kepemimpinan kiai terhadap kedisiplinan santri Asrama XV Al-Falah Pesantren Darul Ulum. Bab V : PENUTUP Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.